Anda di halaman 1dari 7

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

POLITIK

Dosen Pembimbing : Endang Setyowati, SH.,MHum

Disusun oleh:
1. EGO KABUT BASKORO (C.431.21.0002)
2. FERI YANUAR DAMARPUTRA (C.431.21.0004)
3. YUDHA MARTIN TRIATMOJO (C.431.21.0005)
4. MUHAMMAD NUR CHOLID (C.431.21.0011)
5. HENDRI DARMAWAN (C.431.21.0029)
6. MAULANA YOGA PRABUDI (C.431.21.0067)

PROGAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS SEMARANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Pancasila
Sebagai Paradigma Pembangunan Politik” dengan tanggung jawab mengingat ini merupakan
salah satu tugas mata kuliah Pancasila.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Endang
Setyowati, SH.,MHum, selaku dosen Pancasila yang telah memberikan tugas ini, sehingga
kami mendapat tambahan ilmu tentang Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik.
Sebagai penulis makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bertujuan untuk menyempurnaan
makalah ini sangat kami harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil apapun akan kami
perhatikan dan pertimbangkan guna perbaikan di masa datang.

Semarang, 29 September 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sering disebut sebagai dasar falsafah/filsafah negara dan ideologi negara.
Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan dan mengatur
penyelenggaraan negara. Pengertian Pancasila sebagai dasar negara sesuai dengan
pembukaan UUD 1945 adalah sebagai pandangan hiduop dalam berbangsa dan
bernegara. Dengan kata lain, Pancasila digunakan sebagai petunjuk arah semua
kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan masyarakat di segala bidang. Semua
tingkah laku dan perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan
pancaran dari semua sila Pancasila. Dengan berperdoman pada nilai-nilai Pancasila,
apapun yang diperoleh manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan akan sangat
bermanfaat untuk mencapai tujuan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
yang bertujuan untuk melaksanakan pembangunan nasional.

Istilah paragidma dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daftar
semua bentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan kunjugasi dan deklinasi kata
tersebut, model diteori ilmu pengetahuan, kerangka berpikir. Sedangkan menurut
Thomas S.Khun dalam buku yang berjudul The Structure of Scientific Revolution
(1970:49), paradigma merupakan suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi teoritis yang
umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga merupakan suatu sumber hukum-
hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan
sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan etika politik di Indonesia saat ini?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Pancasila sebagai paradigma pembangunan politik.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan etika politik di Indonesia saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik


Pada dasarnya, konsep "paradigma" yang pertama kalinya dipopulerkan oleh
Thomas Kuhn, berarti sebuah model berpikir dalam ilmu pengetahuan. Paradigma besar
manfaatnya, oleh karena konsep ini mampu menyeder- hanakan dan menerangkan
suatu kompleksitas fenomena menjadi seperangkat konsep dasar yang utuh. Paradigma
tidaklah statis, karena ia bisa diubah jika paradigma yang ada tidak dapat lagi
menerangkan kompleksitas fenomena yang hendak diterangkannya itu.
Masalah yang paling dasar dalam wacana kita sekarang ini adalah
mempertanyakan dan menjawab apakah sesungguhnya Pancasila itu? dan sudahkah
konsep-konsep dasar Pancasila dituangkan ke dalam sebuah paradigma sosial politik
yang padat, yang mampu menerangkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di Indonesia pada umumnya, dan kehidupan sosial politik pada khususnya?
Bukankah kritik yang paling sering kita dengar adalah bahwa walaupun nilai-nilai yang
dikandung Pancasila itu baik, hanya terasa bahwa sila-silanya bukan hanya bagaikan
terlepas satu sama lain, tetapi juga penerapannya dalam kenyataan yang belum sesuai
dengan kandungan normanya. Jika kritik itu benar, bukankah hal itu berarti bahwa
Pancasila masih belum tertuang dalam suatu paradigma, atau jika sudah pernah menjadi
paradigma, ia tidak mampu lagi menerangkan kenyataan politik di Indonesia dewasa
ini? Jika memang demikian halnya, bukankah menjadi kewajiban kita bersama
mengembangkannya sedemikian rupa sehingga mampu menerangkan kompleksitas
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia ini?
Pancasila, yang sejak tahun 1945 telah dinyatakan sebagai dasar negara
Republik Indonesia, mungkin memang masih memerlukan pengembangan, pendalaman
dan penjabaran konseptual agar dapat menjadi sebuah paradigma yang andal.
Pengembangan, pendalaman dan penjabaran ini sangat penting, karena amat sukar
membayangkan akan adanya sebuah Indonesia, yang dalam segala segi majemuk tanpa
dikaitkan dengan Pancasila.
2. Penerapan Etika Politik Di Indonesia Saat Ini
Sebagai salah satu cabang etika, etika politik termasuk dalam lingkungan
filsafat. Filsafat yang langsung mempertanyakan praksis manusia adalah etika. Etika
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia. Etika politik berkenaan
dengan dimensi politis kehidupan manusia.
Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis
untuk mempertanyakan serta menjelaskan legistimasi politik secara bertanggung
jawab. Jadi tidak berdasarkan emosi, prasangka, dan apriori, melainkan secara rasional
objetif dan argumentatif. Etika politik tidak langsung mencampuri politik praktis.
Tugas etika politik adalah membantu agar pembahasan masalah-masalah ideologis
dapat dijalankan secara objektif. Hukum dan kekuasaan negara merupakan pembahasan
utama etika politik. Hukum sebagai lembaga penata masyarakat yang normatif,
kekuasaan negara sebagai lembaga penata masyarakat yang efektif sesuai dengan
politik. Etika politik yang menjadi acuan orientasi moral bagi suatu negara adalah
adanya cita-cita the rule of law, partisipasi demokratis masyarakat, jaminan HAM
menurut kekhasan kemanusiaan dan struktur kebudayaan masyarakat dan keadilan
sosial.
Sekarang ini keadaan politik di Indonesia tidak seperti yang diinginkan. Banyak
rakyat beranggapan bahwa politik di Indonesia adalah sesuatu yang hanya
mementingkan dan merebut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Pemerintah
Indonesia pun tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat. Hal ini
ditunjukkan oleh sebagian rakyat yang mengeluh, karena hidup mereka belum dapat
disejahterakan oleh negara.
Pandangan masyarakat terhadap politik itu sendiri menjadi buruk, dikarenakan
pemerintah Indonesia yang tidak menjalankan kewajibannya sebagai wakil rakyat
dengan baik. Bagi mereka politik hanyalah sesuatu yang kegiatan dalam mencapai
kekuasaan. Dapat dilihat pada penyelenggara negara misalnya dalam soal pembelian
mobil mewah untuk para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II atau juga pembangunan
pagar istana presiden yang menelan biaya puluhan miliar rupiah. Kebijakan itu jelas
mencederai rasa keadilan publik karena di saat yang sama kemiskinan masih mengharu
biru Indonesia.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus mampu menyesuaikan diridengan
zaman. Tetapi tidak berarti bahwa nilai dasar Pancasila dapat diganti dengan nilai dasar
lain. Dengan meniadakan jati diri bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi terbuka
mengandung makna bahwa nilai- nilai dasar Pancasila dapat dikembangkan sesuai
dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman
secara kreatif, dengan memperhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan
masyarakat Indonesia sendiri.
Pancasila harus memberikan orientasi ke depan, mengharuskan bangsa
Indonesia untuk selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya,
terutama menghadapai globalisasi dan keterbukaan. Ideologi Pancasila menghendaki
agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam jiwa dan budaya bangsa Indonesia dalam
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian peranan Pancasila dalam
bidang politik itu sendiri adalah sebagai dasar kemanusiaan. Oleh karenanya, sistem
politik yang berlaku dalam negara harus mampu mewujudkan sistem yang menjamin
tegaknya HAM.
Para penyelenggara negara beserta elit politik harus senantiasa memegang budi
pekerti kemanusiaan, serta memegang teguh cita-cita moral rakyat Indonesia.
Memposisikan rakyat Indonesia sebagai subjek dalam kehidupan politik dan tidak
hanya sekedar menjadikannya sebagai objek politik penguasa semata.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.gudangmateri.com/2010/04/makalah-pancasila-sebagai-paradigma.html

http://www.scribd.com/doc/18184016/Pancasila-Sebagai-Sumber-Nilai-Dan-
Paradigma-Pembangunan

http://ayya3.blogspot.com/2008/12/bab-i-pendahuluan-1.html

https://jurnal.ugm.ac.id/jkn/article/view/22080/14735

Anda mungkin juga menyukai