Anda di halaman 1dari 4

Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran Tanggal 19 Mei 2020

Materi:
1. Hakikat hasil belajar
2. Teori belajar behaviorism
3. Teori belajar kognitivism
4. Teori belajar konstruktivism

Tata cara perkuliahan:


1. Bentuklah 4 kelompok dalam satu kelas
2. Sesuaikan materi dengan kelompok kalian
3. Cermati materi dibawah ini sesuai dengan kelompok kalian
4. Lakukan diskusi antar kelompok via daring
5. Buatlah resume yang membahas materi tersebut dengan jumlah halaman sebanyak 5
halaman
6. Adapun struktur resume adalah sebagai berikut:
a. Pengertian konsep dan definisi
b. Penjabaran konsep/teori belajar
c. Aplikasi dalam kegiatan belajar sehari hari
d. Kritikan atau kelemahan pada teori belajar/konsep tersebut
e. Penyesuaian terhadap kritikan tersebut

Materi Perkuliahan (Kelompok 1 dan 2) :


• Hakikat Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah memalui kegiatan
belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative
menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut
kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah
ditetapkan oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar:
1. Faktor Internal: faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik
a. Faktor jasmaniah
 Kesehatan
 Cacat tubuh
b. Faktor psikologis
 Intelegensi
 Sikap
 Bakat
 Minat
 Motivasi
2. Faktor Eksternal
a. Faktor keluarga
 Cara orang tua mendidik
 Relasi antar anggota keluarga
 Suasana rumah
 Keadaan ekonomi keluarga
 Latar belakang kebudayaan
b. Faktor sekolah
 Metode mengajar
 Kurikulum
 Waktu sekolah
 Metode belajar
 Tugas rumah
 Lingkungan belajar di sekolah
 Sarana dan prasarana
c. Faktor masyarakat
 Kegiatan peserta didik dalam masyarakat
 Teman bergaul
 Bentuk kehidupan masyarakat

Materi Perkuliahan (Kelompok 3 dan 4) :


1. Teori Belajar Behaviorism
Teori Behaviorisme menekankan hanya pada hal-hal yang dapat diobservasi
secara kasat mata, maka teori ini memandang proses belajar yang dialami oleh
manusia ditentukan oleh kondisi stimulus (S) dan respon (R) (Braungart, 2007).
Menurut teori ini, skema S-R ini berlaku secara umum bagi organisme apapun
(hewan atau manusia). Karenanya, berbagai eksperimen yang dilakukan
berdasarkan teori ini menitikberatkan pada modifikasi stimulus dan pengamatan
terhadap perubahan respon obyek penelitian. Teori Behaviorisme selanjutnya
disokong dan dikembangkan oleh beberapa ilmuan lain yang mengembangkan
beberapa sub-teori, diantaranya:
a. Edward L Thorndike, mengembangkan teori yang dikenal sebagai
koneksionisme. Dalam teori ini Thorndike berpandangan bahwa tipe proses
belajar yang paling mendasar selalu melibatkan koneksi antara pengalaman
sensorik (indera) dan impuls syaraf (respon) yang kemudian ter-
manifestasikan menjadi perilaku. Proses ini paling banyak terjadi melalui Trial
and Error.
b. Ivan Pavlov, mengembangkan teori pengkondisian stimulus untuk meraih
respon yang diinginkan melalui asosiasi antara stimulus asli (Unconditioned
Stimulus) dengan stimulus buatan (Conditioned Stimulus). Teori yang
dikembangkan oleh Pavlov ini disebut dengan Teori Pengkondisian Klasikal
(Classical Conditioning).
c. Edwin R Guthrie, mengembangkan Teori yang disebut dengan Pengkondisian
Secara Kontinyu (Contiguous Stimulus). Dalam teori ini diyakini bahwa
stimulus yang terus muncul berkali-kali dan terbukti sukses menimbulkan
respon tertentu dari obyek penelitian, maka stimulus tersebut dapat diyakini
menimbulkan respon yang sama ketika ia muncul kembali.
d. B. F Skinner, teori yang dikembangkan oleh Skinner disebut Operant
Conditioning, yang mengetengahkan penggunaan reinforcement (penguatan)
sebagai stimulus. Reinforcement dibagi menjadi positif dan negatif.
Reinforcement positif diberikan atas respon yang sesuai dengan keinginan,
sedang reinforcement negatif diberikan pada tidakan yang sebaliknya. Teori
Skinner ini kemudian mendasari munculnya strategi reward and punishment
untuk modifikasi perilaku dalam dunia pendidikan.

2. Teori Belajar Kognitivism


Faham kognitivisme dianut oleh Gagne, yang menjelaskan bahwa hal yang patut
ditumbuhkan dalam diri manusia adalah latar kognitif manusia, sehingga bukan
saja sikap yang perlu untuk ditumbuhkan pada anak didik. Faham ini kemudian
menggunakan skemata, bagan, diagram, dan media lainnya untuk memudahkan
pemahaman terhadap sesuatu ide-ide yang kompleks dan rumit. Alam teori
belajar kognitif, Jean Piaget berpendapat bahwa proses belajar terdiri dari tiga
tahap, yaitu tahap asimilasi, tahap akomodasi, dan tahap
equilibrasi/penyeimbangan. Sukmaningadji, S. 2006 (dalam Kurnia, I. 2007: 1.8).
Asimilasi adalah proses mendapatkan informasi dan pengalaman baru yang
langsung diintegrasikan dan menyatu dengan struktur mental yang sudah dimiliki
seseorang. Akomodasi adalah proses menstrukturkan kembali mental sebagai
suatu akibat adanya pengalaman atau adanya informasi baru. Sedangkan
penyeimbangan adalah penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi
dan akomodasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar itu tidak
hanya menerima informasi dan pengalaman saja, tetapi juga terjadi
penstrukturan kembali informasi dan pengalaman lamanya untuk
mengakomodasi informasi dan pengalaman baru tersebut.

3. Teori Belajar Konstruktivism


Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompok dalam teori
pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori
konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.
Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,
mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk
dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari
kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi
kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002: 8).

Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan
kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.
Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi
kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide- ide mereka sendiri,
dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi
mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang
membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri
yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur, 2002 :8).

Anda mungkin juga menyukai