Anda di halaman 1dari 10

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DOSEN PENGAMPU:

Prof. Dr. I Nyoman Natajaya, M.Pd

OLEH:

I GUSTI NYOMAN ANTON SURYA DIPUTRA

1915051027

ROMBEL 11

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
2020
PENUGASAN 1
1. Jika kita ketahui bahwa istilah theokrasi merupakan bentuk identitas yang
lebih absolut dalam sistem Agama Negara yang merujuk pada sistem
pemerintahan yang menjunjung dan berpedoman pada prinsip ilahi (tuhan)
dimana pada sistem negara ini, pemimpin negara juga sekaligus pemimpin
agama spritual yang dianut.
Jelas, hal ini sangat menyimpang dengan konsep Pancasila yang dianut oleh
bangsa Indonesia. Banyaknya suku, ras, dan agama membuat hal ini
mustahil untuk diterapkan yang mana akan memecah belah persatuan.
Sistem pemerintahan Indonesia mengatasnamakan rakyat, lebih
menitikberatkan pada hakikat rakyat. Pemerintahan yang berasal dari
rakyat, untuk rakyat, dan demi rakyat. Jadi, Indonesia tidak menganut
negara theokrasi.

2. Setelah Indonesia merdeka selama 73 tahun, pertumbuhan rasa


nasionalisme sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaannya seperti
masih dipertanyaakan. Terjadinya degradasi nasionlaisme yang berarti
kemunduran atau kemerosotan rasa cinta kepada bansa dan rasa ingin
mempertahankan kedaulatan negaranya dalam keberagaman identitas
nasional. menurut saya terdapat beberapa faktor penyebab seperti:

 Gaya hidup yang hedonisme


 Apatisme dengan rasa individual yang tinggi (ego)
 Semua ingin instan
 Globalisasi tanpa batas sehingga lebih tertarik untuk mempelajari
budaya luar seperti paham liberalisme yang memberikan kebebasan
pada diri.
 Timbulnya paham entrosentrisme yang mana menganggap kelompok
atau golongannya lebih baik dari manapun.
Contoh dari degradasi nasionalisme yaitu membanggakan negara luar
dibandingkan dengan melihat kemajuan bangsa Indonesia, lebih memilih
produk luar dan terlalu membanggakannya, mencintai budaya luar,
hilangnya tata bicara dan sopan santun terhadap lingkungan,
mementingkan diri sendiri sehingga tidak memperhatikan orang lain.

PENUGASAN 2
1. Hak Asasi Manusia sama artinya dengan hak-hak konstitusional karena
statusnya yang lebih tinggi dalam hirarki norma hukum biasa. Jika kita
menarik dari perspektif original intent pembentuk UUD 1945, bahwa
seluruh hak asasi manusia yang tercantum dalam UUD 1945
keberlakuannya dapat dibatasi. Original intent pembentuk UUD 1945 yang

2
menyatakan bahwa hak asasi manusia dapat dibatasi juga diperkuat oleh
penempatan Pasal 28J sebagai pasal penutup dari seluruh ketentuan yang
mengatur tentang hak asasi manusia dalam Bab XA UUD 1945 tersebut.
Maka secara penafsiran sistematis (sistematische interpretatie), hak asasi
manusia yang diatur dalam Pasal 28A sampai dengan Pasal 28I UUD 1945
tunduk pada pembatasan yang diatur dalam Pasal 28J UUD 1945.
Sebagaimana dipahami, dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945,
terdapat sejumlah hak yang secara harfiah dirumuskan sebagai “hak yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun”, termasuk di dalamnya hak
untuk hidup dan hak untuk tidak dituntut berdasarkan hukum yang berlaku
surut. Dalam konteks ini, Mahkamah menafsirkan bahwa Pasal 28I ayat (1)
haruslah dibaca bersama-sama dengan Pasal 28J ayat (2), sehingga hak
untuk tidak dituntut berdasarkan hukum yang berlaku surut tidaklah bersifat
mutlak.
Oleh karena hak-hak yang diatur dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945
yaitu yang termasuk dalam rumusan “hak yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apa pun” dapat dibatasi, maka secara prima facie berbagai
ketentuan hak asasi manusia di luar dari Pasal tersebut, seperti misalnya
kebebasan beragama (Pasal 28E), hak untuk berkomunikasi (Pasal 28F),
ataupun hak atas harta benda (Pasal 28G) sudah pasti dapat pula dibatasi,
dengan catatan sepanjang hal tersebut sesuai dengan pembatasan-
pembatasan yang telah ditetapkan oleh Undang-undang.

2. Hukuman mati sangat bertolak belakang dengan dasar negara kita yaitu
Pancasila. Walaupun hukuman mati sudah ada dalam Pasal 2 ayat 2 UU 31
Tahun 1999 tetapi dalam konteks tersebut namun hal ini tidaklah berjalan
efektif. Namun, bagaimana dengan kaitannya yaitu dasar negara kita yaitu
Pancasila? Sebagai sebuah motivasi untuk memerangi kejahatan sepertinya
tidak terlalu bermasalah. Tapi, ketika harus mempertaruhkan kemanusiaan
dan bahkan 'menumbalkan' manusia lain meskipun demi tujuan yang lebih
besar, jelas ini bertentangan dengan Pancasila. Fungsi utama hukuman mati
adalah untuk memberikan efek jera dan juga mengatakan kepada pihak lain,
jangan melakukan hal ini kalau tidak mau mengalami nasib serupa. Jelas,
tereksekusi mati tidak akan jera karena pelakunya sendiri sudah tidak ada.
Sedangkan, sebagai sebuah pengumuman dan peringatan jelas sekali hal ini
tidak bisa dibenarkan karena menggunakan konsep tumbal.

PENUGASAN 3
1. Perbedaan antara demokrasi parlementer, demokrasi trias poltika dan juga
demokrasi referendum sebagai berikut:

3
 Demokrasi Parlementer merupakan sebuah sistem pengorganisasian
suatu negara dengan memberikan tanggungjawab kepada lembaga
legislatif untuk membentuk kabinet kerja serta melakukan pemilihan
presiden dan wakilnya.
 Trias Politica yaitu sistem pengorganisasian dengan membagi tanggung
jawab sehingga masing-masing lembaga mempunyai peran dan tujuan
masing-masing.
 Demokrasi referendum yaitu demokrasi yang menunjukan adanya
pengawasan rakyat terhadpa badan legislatif secara langsung melalui
referendum.

2. Hubungan yang terjadi yaitu hubungan timbal balik yang mana saling
ketergantungan antara infrastruktur dengan lembaga pemerintah.
Suprastruktur politik sebagai pembuat kebijakan tidak mungkin dengan
sendirinya membuat suatu peraturan tanpa pertimbangan, saran, dan
pendapat dari lembaga infrastruktur politik yang berperan sebagai
penghubung antara masyarakat dengan suprastruktur. Oleh karena itu
adanya kerja sama antara suprastruktur dan infrastruktur membuat sebuah
kebijakan politk yang bersinergi nantinya.

PENUGASAN 4

1. Konstitusi dan Undang-Undang merupakan dua istilah yang terkadang


membuat bingung ketika berbicara mengenai definisi serta konotasinya.
Konstitusi menyangkut semua ketentuan, peraturan ataupun perundang-
undangan yang di dalamnya termasuk Undang-Undang. Sementara
Undang-Undang adalah ketentuan atau peraturan yang menjadi dasar dari
konstitusi disebuah Negara. Perbedaanya yaitu:

UUD Konstitusi
Memuat peraturan tertulis saja. Memuat peraturan tertulis dan lisan.
Bersifat dasar dan belum memiliki Bersifat dasar, belum memiliki
sanksi pemaksa atau sanksi pidana sanksi pemaksa atau sanksi pidana
bagi penyelenggaraanya. bagi penyelenggaraanya, timbul dan
terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara meskipun
tidak tertulis.
Mengandung pokok-pokok sebagai Memuat ketentuan-ketentuan sebagai
berikut: berikut:
· Adanya jaminan terhadap HAM
dan warganya

4
· Ditetapkan susunan ketatanegaraan · Organisasi negara, misalnya
suatu negara yang bersifat pembagian kekuasaan antar badan
fundamental legislatif, eksekutif, dan yudikatif
· Adanya pembagian dan · HAM
pembatasan tugas ketatanegaraan
· Prosedur mengubah UUD
yang juga bersifat fundamental
· Ada kalanya memuat larangan
untuk mengubah sifat tertentu dari
UUD
Contoh : UUD NKRI 1945 Contoh : Konstitusi RIS 1949

UUD 1945 dianggap memiliki arti yang unik karena dari sejarah terlahirnya
sendiri melalui perjalan yang panjang dan dari masing-masing isinya
tertuang gagasan dari pendiri bangsa Indonesia secara fundamental baik dari
sisi sosiologis, hukum, dan filsafat, sesuai dengna tata krama dan norma
bangsa Indonesia yang dituangkan langsung dalam Undang-undang.

2. Sesuai Pasal 37 UUD 1945 yang berbunyi "Setiap usul perubahan pasal-
pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan ditunjukkan
dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.".
Oleh karena itu dalam keadaan darurat, Majelis Permusyawaratan dapat
mengubah UUD sesuai dengan ketentuan ayat yang terkandung pada pasal
37 UUD 1945 itu sendiri.

PENUGASAN 5
1. Jika demikian, maka segala kebijakan daerah akan tidak dapat diselaraskan
menjadi satu. Ibarat setiap daerah memegang otonomnya masing-masing
dan memiliki peraturan yang mengikat warganya serta membeda-bedakan
setiap sumber daya yang diberikan negara. Jika dilihat pada kasus ini,
bentuknya sama dengan negara bagian yang memiliki hak tersendiri dalam
mengatur wilayahnya. Dengan adanya kebijakan otonomi berada pada
tingkat daerah, ini menyelaraskan setiap daerah yang terdapat pada provinsi
tersebut dan mewakili setiap daerah dengan kepala daerah provinsi
(gubernur).

2. Desentralisasi merupakan penyerahan kekuasaan pemerintah oleh


pemerintah pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi yang
mana tertuang pada Undang-Undang 23 tahun 2014, dengan adanya
otonomi, masing-masing daerah dapat mengorganisasi setiap daerah kepada

5
pusat. Dengan adanya desentralisasi, maka suatu daerah memiliki
kewajiban untuk menyusun, mengatur, dan mengurus daerahnya sendiri
tanpa ada campur tangan serta bantuan dari pemerintah pusat. Contoh dari
desentralisasi sendiri yaitu pada bidang pendidikan dengan akulturasi
pendidikan dengan budaya daerah masing-masing, selain itu kebijakan
ekonomi untuk mengatur rumah tangganya sendiri

PENUGASAN 6
1. Beberapa ungkapan terhadap pandangan hukum yaitu:
 Hukum seperti jaring laba-laba yang mana terlalu kuat bagi si lemah dan
terllau rapuh bagi si kuat. Masih rentan untuk goyah dan rusak.
Ungkapan tersebut menandakan kualitas hukum yang diterapkan
dimana penguasa lebih mudah bergerak dan berkelit dibandingkan
dengan rakyat kecil. Hukum tersebut bisa jebol seperti dilanggar atau
tidak berlaku dikarenakan orang tersebut menyogok atau yang lainnya.
Karena uang, kualitas hukum menjadi jebol, hukum harus ditegakan
tanpa tergiur dengan uang. Contoh, Nenek Meri yang dituntut 5 bulan
penjara karena menjual petasan.
 Hukum seperti pedang, yaitu memiliki 2 sisi, terdapat sisi tajam dan sisi
tumpul. Ini diabaratkan tajam ke atas dan tumpul ke bawah yang mana
ungakapan tersebut hukum berlaku sangat lembut dan ringan kepada
orang kalangan atas yang memiliki keuasaan, sedangkan berlaku kasar
bagi rakyat biasa sehingga menimbulkan sebuah diskriminasi antara
orang yang memiliki keuasaan dan rakyat biasa.
 Hukum seperti pasal karet yaitu terdapat beberapa peraturan dan
kebijakan yang dibuat tidak jelas ataupun tidak logis keberadaanya
sehingga hal ini menimbulkan keambiguan dalam peraturan. Contoh,
terbentuknya KUHP yang rancu.
Dari ketiga ungkapan tersebut memang benar adaanya penegakan
hukum di Indonesia yang mana belum sepenuhnya ditegakan, masih
berpihak kepada orang yang memiliki uang dan juga kekuasaan sehingga
penerapannya lebih menindas masyarakat biasa
2. Masyarakat Madani merupakan masyarakat yang beradab dalam
membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya (civil society).
Masyarakat madani lebih dari pro-demokrasi. Meniscayakan toleransi yang
kesediaan individu untuk menerima berbagai pandangan politik dan sikap
sosial yang berbeda. Dapat dilihat jelas bahwa hubungan antara masyarakat
madani dengan demokrasi yaitu memprioritaskan kepentingan bersama,
saling mendukung dan tidak dapat terbangun sendirinya.

6
PENUGASAN 7

1. Indonesia dikatakan terletak pada posisi dikarenakan secara geografis


Indonesia terletak diantara dua buah benua dan dua samudera yaitu benua
Australia dan benua Asia, serta diantara Samudera Pasifik dan Samudera
Hindia. Dengan posisi yang strategis ini, Indonesia memiliki peranan
penting dalam jalur perdagangan internasional, menjalin lebih luas
kerjasama dengan negara lain dan menjadi lalu lintas dunia baik itu secara
darat, laut, dan udara.
2. Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan bentuk geografis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
yang mana dalam pelaksanaanya, wawasan nusantara mengutamakan
kesatuan wilayah dan menghargai kebhinekaan untuk mencapai tujuan
nasional. Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik
yaitu:
 Kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan juga kekayaannya
merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan
matra seluruh bangsa serta menjadi modal dan menjadi milik bersama.
 Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara dalam
berbagai bahasa daerah serta memeluk dan meyakini berbagai agama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan satu
kesatuan bangsa yang bulat dalam arti yang seluas-luasnya
 Bahwa kehidupan politik di seluruh wilayah Nusantara merupakan satu
kesatuan politik yang diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
 Bahwa bangsa Indonesia yang hidup berdampingan dengan bangsa lain
ikut menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan social melalui politik luar negeri bebas
aktif serta diabdikan pada kepentingan nasional.

ULANGAN AKHIR SEMESTER

1. Hobbes berpendapat bahwa manusia telah lelah dengan peperangan.


Mereka mengetahui bahwa perang merupakan sesuatu yang paling buruk.
Mereka kemudian berkumpul dan bersepakat untuk melepaskan seluruh hak
mereka dan mengikat janji untuk menyerahkan kekuasaan dalam
masyarakat kepada satu orang yang memiliki semua hak. Kewajiban yang
ia emban hanya satu, yaitu menciptakan keamanan
John Locke berpendapat bahwa kontrak sosial adalah penguasa absolut
yang notabene manusia biasa akan dapat terpengaruh sifat kotor manusia
dan memperburuk kondisi

7
Roussaeu keberadaan suatu negara bersandar pada perjanjian warga negara
untuk meningkatkan diri dengan suatu pemerintah yang dilakukan melalui
organisasi politik. Menurutnya, pemerintah tidak memiliki dasar
kontraktual, melainkan hanya organisasi politiklah yang dibentuk melalui
kontrak.
Indonesia memandang kebebasan berkontrak sebagai sarana mewujudkan
kesejahteraan sosial dan memandang kontrak dari sisi kemasyarakatannya
ditafsirkan secara objektf, berbeda dari paham individualis menafsirkan
kontrak secara subjektf. Kebebasan berkontrak dalam dunia bisnis
dioperasionalisasikan untuk terciptanya kesejahteraan hidup yang pantas
yang menampakan dirinya pada kesejahteraan sosial dengan tetap
menghormati kesejahteraan individu. Untuk kebutuhan praktis, perlu
dilakukan sosialisasi kepada praktsi hukum dan ekonomi mengenai tafsir
daya laku prinsip kebebasan berkontrak. Selain itu memegang landasan
Pancasila yang memang mementingkan rakyatnya.

2. Wilayah negara adalah daerah yang menunjukkan batas-batas dari suatu


negera dimana dalam masing-masing wilayah negara, negera tersebut dapat
menjalankan kekuasaanya secara penuh dan menjadi tempat untuk
menampung aspirasi rakyatnya. Kewarganegaraan adalah suatu korelasi
antar warga negara dan negara yang menimbulkan kewajiban antara hak dan
kewajiban individu terhadap negara. Hubungannya adalah dimana bumi
dipijak, disana langit dijunjung, maka setiap negara memiliki asas nya
masing-masing untuk menentukan setiap warga negaranya. Contohnya, jika
seorang anak dilahirkan pada negara yang menganut asas ius soli, maka ia
bisa menjadi warga negara pada negara tersebut, selebihnya, jika negara
tersebut menganut asas ius sanguinis, maka negara tersebut akan mengakui
darah keturunan orang tua mereka. Pada negara Indonesia, sesuai dengan B
undang-undang nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia dinyatakan bahwa Indonesia dalam penentuan kewarganegaraan
menganut empat asas yaitu Asas Sanguinis, Asas Ius Soli, Asas Tunggal,
dan Asas Ganda Terbatas.

3. Trias Politica adalah teori yang membagi kekuasaan pemerintahan negara


menjadi tiga jenis kekuasaan, yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Secara implisit negara Indonesia menerapkan pembagian kekuasaan sesuai
teori trias politika yang dianut oleh Montesquieu dimana adanya pembagian
kekuasaan berdasarkan fungsi Negara baik Legislatif, Eksekutif maupun
Yudikatif kedalam lembaga-lembaga negara di Indonesia, namun selain dari
tiga fungsi Negara itu, Indonesia membagi kekuasaan lagi yaitu kekuasaan
eksaminatif atau pemeriksaan keuangan negara. Melalui hal ini, tentu telah
terbagi-bagi sehingga tidak ada kata saling menjatuhkan satu sama lain.

8
Legislatif memiliki fungsi sendiri, eksekutif, dan yudikatif memiliki tugas
masing-masing. Dalam konteks tersebut, saya kurang setuju bahwasanya
kekuasaan eksekutif terlalu mudah dijatuhkan karena setiap masing-masing
kekuasaan saling melengkapi.

4. Hukum Konvensi (tidak tertulis) sudah ada praktiknya dalam sejarah


terbentuknya negara kita yang mana sejak era Reformasi, jumlah hukum
tidak tertulis semakin berkurang. Dalam kurun waktu berlakunya UUD
1945 yaitu sejak tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan tanggal 27
Desember 1949 maupun kurun waktu kedua yaitu sejak Dekrit Presiden
tanggal 5 Juli 1949, dapat ditelusuri berbagai konvensi pada negara kita.
Contoh konvensi yang timbul dan terpelihara dalam penyelenggaraan
negara yaitu:

 Praktik di Lembaga Tertinggi Negara bernama Majelis


Permusyarawatan Rakyat (MPR), mengenai pengambilan keputusan
berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
 Pidato Presiden setiap tanggal 16 Agustus di depan Sidang Paripurna
DPR yang di satu pihak memberi laporan pelaksanaan tugas pemerintah
dalam tahun anggaran yang lewat, dan di lain pihak mengandung arah
kebijaksanaan tahun mendatang.\
 Pada setiap minggu pertama bulan Januari, Presiden Republik Indonesia
selalu menyampaikan penjelasan terhadap Rancangan Undang-undang
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di hadapan DPR,
perbuatan presiden tersebut termasuk dalam konvensi.

5. Supremasi hukum adalah upaya untuk menjadikan instrumen hukum dan


keadilan sebagai landasan dari keberlangsungan suatu sistem pada
masyarakat. Tujuan supremasi hukum penting, yaitu esbagai aturan main
dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, termasuk perlindungan hak
warga negara. Hubungan supremasi hukum sangat erat dengan mahkamah
konstitusi yang mana MK melakukan ekseminasi terhadap kebijakan hukum
pada negara kita apakah sesuai dengan konstitusi atau peraturan sejenis dan
diposisikan secara netral yang sama-sama menjunjung tinggi keadilan.

6. Wawasan nusantara adalah sebuah cara pandang dan sikap bangsa


Indonesia dimulai dari lingkungannya dan mengutamakan persatuan serta
kesatuan wilayah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dan untuk warga Negara Indonesia didasarkan pada UUD 1945
dan Pancasila.

9
Ketahanan nasional adalah keuletan dan ketangguhan suatu bangsa yang
mampu menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan
ancaman baik yang datang dari dalam maupun dari luar, baik secara
langsung ataupun tidak langsung yang tidak membahayakan integritas,
identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan Negara.

Hubungannya yaitu sebagai masyarakat, tentu memiliki kewajiban sesuai


dengna cita-cita bangsa, perjuangan untuk mempertahankan daerah/wilayah
nusantara, siap berkorban bagi nusa dan bangsa. Melalui ketahanan ini
bersama-sama menjaga bangsa Indonesia dari ancaman luar, mensukseskan
pembangunan yang berkelanjutan dan menjadi penerus bangsa yang
menjadikan bangsa menjadi maju.

10

Anda mungkin juga menyukai