PANCASILA
SURIPTO
SEMESTER 1
HP/WA 08122113482
PERTEMUAN 1#
Pancasila sebagai dasar
negara atau dasar filsafat. Arti
Pancasila sebagai dasar negara adalah
sumber dari segala sumber hukum yang
berlaku di Indonesia.
Sehingga, Pancasila digunakan sebagai
dasar mengatur
penyelenggaraan negara.
1. Pancasila sebagai ideologi Indonesia
Dalam hal ini, Pancasila memiliki nilai-nilai
yang menjadi cita-cita normatif untuk
penyelenggaraan negara. Sehingga,
terwujud kehidupan berbangsa dan
bernegara yang menjunjung nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
berkerakyatan, dan berkeadilan.
2. Pancasila sebagai nilai dasar kehidupan
berbangsa dan bernegara
Sebagai nilai dasar kehidupan berbangsa dan
bernegara, Pancasila menjadi pedoman dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Karena negara Indonesia terdiri dari
berbagai suku, agama, ras, dan budaya, maka
diperlukan alat pemersatu keragaman tersebut.
3. Pancasila sebagai ideologi nasional
Pancasila dijadikan seperangkat nilai
oleh bangsa Indonesia untuk menata
warga negaranya. Pancasila tidak hanya
bersifat kefilsafatan, namun juga praksis
karena menyangkut makna hidup tentang
bagaimana manusia harus bertindak.
4. Pancasila sebagai etika politik
Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa, merupakan kesatuan utuh nilai-
nilai budi pekerti/moral. Pancasila
sebagai etika politik memiliki lima prinsip
yakni pluralisme, hak asasi manusia,
solidaritas bangsa, demokrasi, dan
keadilan sosial.
5. Pancasila sebagai paradigma
pembangunan nasional
Dalam hal ini, Pancasila memiliki
anggapan-anggapan dasar yang
merupakan acuan dalam merencanakan,
melaksanakan, mengawasi, dam
memanfaatkan hasil-hasil pembangunan
nasional. Misalnya, pembangunan harus
menghormati HAM atau tidak boleh
mengorbankan manusia.
6. Pancasila sebagai dasar negara
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, sudah sesuai dengan jiwa bangsa
Indonesia. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Soekarno pada 1960, yakni,
"Dalam mengadakan negara Indonesia merdeka itu harus dapat meletakkan
negara itu atas suatu meja statis yang dapat mempersatukan segenap elemen di
dalam bangsa itu, tetapi juga harus mempunyai tuntunan dinamis ke arah mana
kita gerakkan rakyat, bangsa, dan negara ini... Saya beri uraian itu tadi agar
saudara-saudara mengerti bahwa bagi Republik Indonesia, kita memerlukan satu
dasar yang bisa menjadi dasar statis dan yang bisa menjadi leitstar dinamis.
Leitstar adalah istilah dari bahasa Jerman yang berarti 'bintang pimpinan.“
Lebih lanjut, Soekarno mengatakan, "Kalau kita mencari satu dasar yang statis
yang dapat mengumpulkan semua, dan jikalau kita mencari suatu leitstar dinamis
yang dapat menjadi arah perjalanan, kita harus menggali sedalam-dalamnya di
dalam jiwa masyarakat kita sendiri...Kalau kita mau memasukkan elemen-elemen
yang tidak ada di dalam jiwa Indonesia, tidak mungkin dijadikan dasar untuk
duduk di atasnya."
PENGERTIAN FILASAT PANCASILA
1. IR. Soekarno
Menurut Soekarno, filsafat Pancasila merupakan filsafat asli dari
Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi
budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam).
2. Soeharto
Filsafat Pancasila mulai mengalami perubahan, melalui para filsuf yang
lahir dari Depdikbud. Semua elemen Barat disingkirkan dan diganti
dengan interpretasi dalam budaya Indonesia (Pancasila truly Indonesia).
3. Ruslan Abdulgani
Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila itu adalah filsafat dari
negara yang terlahir sebagai ideologi kolektif (cita-cita
bersama) seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.
4. Notonagoro
Notonagoro mengatakan bahwa filsafat Pancasila
memberikan pengetahuan dan pengertian ilmiah mengenai
hakikat Pancasila. Menurutnya, secara ontologi, kajian
Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan untuk mengetahui
hakikat dasar sila-sila yang terkandung di dalam Pancasila.
FUNGSI FILSAFAT PANCASILA
1. Untuk menciptakan bangsa yang religius dan patuh kepada Allah yang
Maha kuasa.
2. Menjadi bangsa yang menjaga keadilan baik secara sosial maupun
ekonomi.
3. Untuk menjadi bangsa yang menghormati hak asasi manusia, untuk dapat
berada dalam kaitannya HAM dengan Pancasila sebagai dasar negara kita.
4. Untuk menciptakan sebuah bangsa yang menjunjung tinggi demokrasi.
5. Menjadi negara nasionalis dan cinta tanah air Indonesia.
PERTEMUAN 2##
LAHIRNYA PANCASILA
Badan ini mengadakan sidangnya yang pertama dari tanggal 29 Mei (yang nantinya selesai
tanggal 1 Juni 1945). Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai
keesokan harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara. Rapat pertama ini diadakan di
gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal dengan sebutan
Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad
(bahasa Indonesia: "Perwakilan Rakyat").
Setelah beberapa hari tidak mendapat titik terang, pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno
mendapat giliran untuk menyampaikan gagasannya tentang dasar negara Indonesia
merdeka, yang dinamakannya "Pancasila". Pidato yang tidak dipersiapkan secara tertulis
terlebih dahulu itu diterima secara aklamasi oleh segenap anggota Dokuritsu Junbi
Cosakai.
Selanjutnya Dokuritsu Junbi Cosakai membentuk Panitia Kecil untuk
merumuskan dan menyusun Undang-Undang Dasar dengan berpedoman
pada pidato Bung Karno tersebut. Dibentuklah Panitia Sembilan (terdiri dari
Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Mr. AA Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso,
Abdul Kahar Muzakir, Agus Salim, Achmad Soebardjo, Wahid Hasjim, dan
Mohammad Yamin) yang ditugaskan untuk merumuskan kembali Pancasila
sebagai Dasar Negara berdasar pidato yang diucapkan Bung Karno pada
tanggal 1 Juni 1945, dan menjadikan dokumen tersebut sebagai teks untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dengan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Membina kerukunan
hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila ke-2 “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab"
Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan,
agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila ke-3 “Persatuan Indonesia"
Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sanggup dan rela berkorban
untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.
Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara:
•Makna Pancasila sebagai Dasar Negara
Sebagai dasar negara Indonesia, fungsi Pancasila terbagi menjadi tiga, yakni
-Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Dianggap sebagai pandangan hidup bangsa, pancasila berfungsi sebagai acuan, baik
menatap kehidupan pribadi, maupun dalam interaksi antarmanusia dalam masyarakat dan
alam.
Sebagai dasar negara, Pancasila dapat mewujudkan cita-cita hukum dasar negara, hingga
semangat bagi UUD 1945 dalam penyelenggaraan negara.
1. Dimensi Idealistis
Bagian ini menyangkut nilai dasar yang sebelumnya disebutkan, yakni
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Keberadaan Pancasila disebutkan Soeryanto dalam Pancasila sebagai
Ideologi Ditinjau dari Segi Pandangan Hidup Bersama.
Dalam “Pancasila Sebagai Indonesia” (1991:59) sebagai ideologi yang
bersumber pada nilai filosofis.
2. Dimensi Normatif
Nilai dasar yang terdapat dalam Pancasila musti
diperjelas dengan aturan atau sistem norma
negara. Masih menurut Soeryanto, bagian ini
mengartikan bahwa Pancasila bisa mengatur
sesuatu secara mendalam untuk pelaksanaannya
melalui norma yang dibuat atau diubah.
3. Dimensi Realistis
Poin ini mencerminkan Pancasila bisa hidup dalam segala
keadaan yang sedang terjadi di Indonesia. Berkat dimensi
ini, realita yang ada di Indonesia bisa diselesaikan dengan
keterbukaan ideologi negara.
Dengan nilai dasar (yang disebutkan universal) dan
norma-norma normatif yang bisa diubah, Pancasila bisa
diterapkan dalam kehidupan nyata menghadapi berbagai
dinamika masyarakat Indonesia
IDIOLOGIPANCASILA VS
IDIOLOGILIBERALISME
Ideologi Pancasila bukan liberalisme.
Ideologi yang menjunjung tinggi hak dan
kebebasan individu. Ideologi Indonesia lebih
mementingkan pada kebebasan yang
bertanggung jawab. ... Ideologi liberalisme,
seperti telah dikemukakan sedikit, adalah
ideologi yang menjunjung tinggi hak
individu.
CIRI CIRI PANCAASILA
Nilai keadilan pada sila kelima lebih di arahkan pada konteks sosial.
Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan prinsip
keadilan masyarakat banyak. Menurut kohlberg, keadilan
merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi masyarakat.
Keadilan mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan
sama derajatnya. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi
sistem etika yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya
bersifat mendasar, namun juga realistis dan aplikatif.
MAKNA :
1. Sebagai sumber motivasi dan perjuangan
serta tekad bangsa indonesia
2. Merupakan sumber hukum dan moral yang
ingin ditegakkan
3. Mengandung nilai nilai yuniversal dan lestari.
PEMBUKAAN UUDA 1945.
Aliania pertama
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan
di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Alinea pertama
Mengungkapkan dalil obyektif bahwa
penjajahan tidak sesuai dengan perikeadilan
dan perikemanusiaan.
Mengungkapkan pernyataan subyektif yaitu
aspirasi bangsa indonesia untuk
membebaskan diri dari penjajah.
Alinea ke dua
Nilai-nilai sifatnya dasar, secara garis besar saja Dalam ideologi terbuka,
nilai-nilai sifatnya dasar.
Sehingga tidak langsung operasional. Ideologi memiliki sifat inkulisif, tidak
otoriter dan tidak bisa melegitimasi kekuasaan kelompok atau golongan tertentu.
Terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai
ideologi terbuka. Berikut nilai-nilai yang terkandung:
Nilai dasar
Pada nilai dasar tersebut merupakan esensi dari sila-sila Pancasila yang bersifat
universal.
Sehingga dalam nilai dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan serta nilai yang baik
dan benar.
Pada nilai dasar tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
Karena Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai suatu norma dasar yang
merupakan tertib hukum tertinggi.
Kemudian sebagai sumber hukum positif dan memiliki kedudukan sebagai pokok
kaidah negara yang fundamental.
Nilai instrumental
Nilai instrumental memberikan arahan,
kebijakan, strategi, sasaran dan lembaga
pelaksanaannya. Nilai instrumental merupakan
jabaran lebih lanjur dari nilai-nilai dasar
ideologi Pancasila. Di mana penjabarannya
disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Nilai praktis
Realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu
pengamalan bersifat nyata dalam
bermasyarakat, bernegara dan berbangsa.
Pada nilai praktis inilah penjabaran nilai-nilai
Pancasila senantiasa berkembang dan selalu
dapat dilakukan perubahan dan perbaikan.
PERTEMUAN KE 7##
KEDUDUKAN FUMGSI DAN SIFAT UUD 1945
Kedudukan Undang-Undang Dasar 1945
Adapun dua kedudukan Undang-Undang Dasar 1945
pada sistem hukum di Indonesia, yaitu sebagai hukum
dasar tertulis paling tinggi dan norma hukum tertinggi.
Undang-Undang Dasar 1945 bersifat tertulis, artinya
merupakan suatu hukum yang mengikat pemerintah dan
setiap warga negara.
Fungsi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai hukum
dasar tertulis, yaitu untuk mengatur jalannya
pemerintahan negara.
Sebagai hukum dasar, UUD Negara Republik Indonesia
menduduki posisi tertinggi yang melandasi peraturan
perundang-undangan lainnya.
Selain itu, UUD 1945 juga merupakan norma hukum
tertinggi dalam sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia.
Fungsinya sebagai norma hukum tertinggi adalah untuk
dijadikan dasar penyusunan peraturan perundang-
undangan.
Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat
warga kelompok dalam masyarakat untuk dijadikan
panduan tingkah laku yang sesuai dan berterima.
Adapun sifat Undang-Undang Dasar 1945 adalah sebagai
berikut.
1. Tertulis, artinya rumusannya jelas dan dituliskan sehingga
menjadi hukum yang mengikat pemerintah dan warga
negaranya.
2. Singkat dan supel, artinya harus dikembangkan sesuai
dengan perkembangan jaman dan memuat hak asasi manusia.
3. Memuat norma dan aturan yang harus dilaksanakan secara
konstitusional.
4. Merupakan peraturan hukum positif tertinggi, yang
mengatur peraturan perundang-undangan yang lebih rendah.
Fungsi Undang-Undang Dasar 1945
Dalam kedudukan yang sedemikian dijelaskan di atas, UUD
1945 memiliki fungsi sebagai berikut.
1. Alat kontrol, yang dapat memeriksa apakah norma hukum
yang lebih rendah berlaku sesuai dengan UUD 1945.
2. Pengatur, artinya Undang-Undang Dasar 1945 berperan
sebagai pengatur bagaimana kekuasaan negara disusun, dibagi,
dan dilaksanakan.
3. Penentu, artinya Undang-Undang Dasar 1945 menjadi
penentu hak dan kewajiban negara, aparat negara, dan warga
negara.
Makna pembukaan UUD 1945
adalah sebagai berikut: Merupakan
sumber motivasi dan perjuangan serta
tekad bangsa Indonesia untuk mencapai
tujuan nasional. Merupakan sumber cita
hukum dan moral yang ingin ditegakkan.
Mengandung nilai-nilai universal dan
lestari.
MAKNA PEMBUKAAN UUD 1945 SETIAP ALENIA
UUD adalah hukum dasar negara yang tertulis. Selain itu berlaku juga
hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul
dan terpelihara dalam penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis.
Undang-undang Dasar merupakan:
Kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan-pembatasan
kekuasaan kepada para penguasa.
Dokumen tentang pembagian tugas dan sekaligus petugasnya dari suatu
sistem politik.
Suatu deskripsi dari lembaga-lembaga negara.
Suatu deskripsi yang menyangkut masalah hak-hak asasi manusia.
Sebagai hukum dasar tertulis atau konstitusi tertulis, UUD 1945
mengandung pengertian:
Bersifat mengikat, baik bagi penyelenggara negara, lembaga
negara, lembaga kemasyarakatan, maupun seluruh warga negara.
UUD 1945 berisi norma-norma, kaidah-kaidah, aturan-aturan
atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati
oleh semua komponen negara.
UUD 1945 berfungsi sebagai hukum yang tertinggi sehingga
menjadi sumber dan pedoman hukum bagi setiap peraturan
perundangan yang ada di bawahnya.
Setiap tindakan dan kebijakan pemerintah sebagai penyelenggara
negara harus sesuai dan berpedoman pada UUD 1945.
KEDUDUKAN UUD 1945
Kegagalan Konstituante
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah dekret yang dikeluarkan
oleh presiden pertama Indonesia, Presiden Soekarno.
Yang melatarbelakangi keluarnya Dekrit Presiden sendiri
adalah kegagalan Badan Konstituante dalam menetapkan UUD
baru sebagai pengganti UUDS 1950.
Badan Konstituante adalah lembaga yang sebuah dewan
perwakilan yang bertugas untuk membentuk konstitusi baru
bagi Indonesia untuk menggantikan Undang-Undang Dasar
Sementara 1950. Pada 10 November 1956, anggota
Konstituante sudah mulai bersidang untuk menetapkan UUD
baru sebagai pengganti UUDS 1950. Namun, hingga tahun
1958 belum juga terumuskan UUD yang diharapkan.
Alasan mengapa UUDS 1950 harus diganti karena pada masa
itu sering terjadi pergantian perdana menteri dan kabinet
sehingga menimbulkan ketidakstabilan politik. Selain itu, tidak
ada pula partai yang dominan di parlemen karena pertentangan
yang terjadi antarpartai di parlemen. Oleh sebab itu, UUDS
1950 harus diganti dengan UUD yang baru.
Menanggapi kondisi saat itu, Presiden Soekarno lantas
menyampaikan amanat di depan Sidang Konstituante pada 22
April 1959 yang isinya menganjurkan untuk kembali ke UUD
1945. Pada 30 Mei 1959, konstituante melakukan pemungutan
suara, di mana hasilnya 269 suara menyetujui UUD 1945 dan
199 suara tidak setuju. Meskipun banyak suara yang
menyatakan setuju, voting harus diulang karena jumlah suara
tidak memenuhi kuorum
Pemungutan suara kedua dilakukan tanggal 1 dan 2 Juni 1959
yang kembali berujung kegagalan karena tidak memenuhi
kuorum.
Gagalnya konstituante dalam melaksanakan tugasnya ini
lantas membuat Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959.
Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada hari
Minggu, 5 Juli 1959 pukul 17.00.
Isi dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959 tersebut adalah penetapan
UUD 1945 dan pembubaran konstituante.
PERTEMUAN 9##
Pembangunan Nasional Indonesia
Pembangunan Nasional – Pengertian, Tujuan,
Perencanaan Dan Contoh–
Pembangunan nasional Indonesia adalah
paradigma Pembangunan yang terbangun atas
pengalaman Pancasila yaitu pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya, dengan
Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedomannya.
HUBUNGAN PEMBANGUNAN
NASIONAL DENGAN PANCASILA
Pembangunan nasional merupakan rangkaian
upaya pembangunan yang berkesinambungan
yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas
mewujudkan tujuan nasional yang termaktub
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945.
Pengmalan Pancasila Dalam Pembangunan