Anda di halaman 1dari 171

MATA KULIAH

PANCASILA
SURIPTO
SEMESTER 1
HP/WA 08122113482
PERTEMUAN 1#
Pancasila sebagai dasar
negara atau dasar filsafat. Arti
Pancasila sebagai dasar negara adalah
sumber dari segala sumber hukum yang
berlaku di Indonesia.
Sehingga, Pancasila digunakan sebagai
dasar mengatur
penyelenggaraan negara.
1. Pancasila sebagai ideologi Indonesia
Dalam hal ini, Pancasila memiliki nilai-nilai
yang menjadi cita-cita normatif untuk
penyelenggaraan negara. Sehingga,
terwujud kehidupan berbangsa dan
bernegara yang menjunjung nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
berkerakyatan, dan berkeadilan.
2. Pancasila sebagai nilai dasar kehidupan
berbangsa dan bernegara
Sebagai nilai dasar kehidupan berbangsa dan
bernegara, Pancasila menjadi pedoman dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Karena negara Indonesia terdiri dari
berbagai suku, agama, ras, dan budaya, maka
diperlukan alat pemersatu keragaman tersebut.
3. Pancasila sebagai ideologi nasional
Pancasila dijadikan seperangkat nilai
oleh bangsa Indonesia untuk menata
warga negaranya. Pancasila tidak hanya
bersifat kefilsafatan, namun juga praksis
karena menyangkut makna hidup tentang
bagaimana manusia harus bertindak.
4. Pancasila sebagai etika politik
Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa, merupakan kesatuan utuh nilai-
nilai budi pekerti/moral. Pancasila
sebagai etika politik memiliki lima prinsip
yakni pluralisme, hak asasi manusia,
solidaritas bangsa, demokrasi, dan
keadilan sosial.
5. Pancasila sebagai paradigma
pembangunan nasional
Dalam hal ini, Pancasila memiliki
anggapan-anggapan dasar yang
merupakan acuan dalam merencanakan,
melaksanakan, mengawasi, dam
memanfaatkan hasil-hasil pembangunan
nasional. Misalnya, pembangunan harus
menghormati HAM atau tidak boleh
mengorbankan manusia.
6. Pancasila sebagai dasar negara
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, sudah sesuai dengan jiwa bangsa
Indonesia. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Soekarno pada 1960, yakni,
"Dalam mengadakan negara Indonesia merdeka itu harus dapat meletakkan
negara itu atas suatu meja statis yang dapat mempersatukan segenap elemen di
dalam bangsa itu, tetapi juga harus mempunyai tuntunan dinamis ke arah mana
kita gerakkan rakyat, bangsa, dan negara ini... Saya beri uraian itu tadi agar
saudara-saudara mengerti bahwa bagi Republik Indonesia, kita memerlukan satu
dasar yang bisa menjadi dasar statis dan yang bisa menjadi leitstar dinamis.
Leitstar adalah istilah dari bahasa Jerman yang berarti 'bintang pimpinan.“

Lebih lanjut, Soekarno mengatakan, "Kalau kita mencari satu dasar yang statis
yang dapat mengumpulkan semua, dan jikalau kita mencari suatu leitstar dinamis
yang dapat menjadi arah perjalanan, kita harus menggali sedalam-dalamnya di
dalam jiwa masyarakat kita sendiri...Kalau kita mau memasukkan elemen-elemen
yang tidak ada di dalam jiwa Indonesia, tidak mungkin dijadikan dasar untuk
duduk di atasnya."
PENGERTIAN FILASAT PANCASILA

1. IR. Soekarno
Menurut Soekarno, filsafat Pancasila merupakan filsafat asli dari
Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi
budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam).

2. Soeharto
Filsafat Pancasila mulai mengalami perubahan, melalui para filsuf yang
lahir dari Depdikbud. Semua elemen Barat disingkirkan dan diganti
dengan interpretasi dalam budaya Indonesia (Pancasila truly Indonesia).
3. Ruslan Abdulgani
Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila itu adalah filsafat dari
negara yang terlahir sebagai ideologi kolektif (cita-cita
bersama) seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.

4. Notonagoro
Notonagoro mengatakan bahwa filsafat Pancasila
memberikan pengetahuan dan pengertian ilmiah mengenai
hakikat Pancasila. Menurutnya, secara ontologi, kajian
Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan untuk mengetahui
hakikat dasar sila-sila yang terkandung di dalam Pancasila.
FUNGSI FILSAFAT PANCASILA

Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia


Setiap bangsa di dunia memiliki jiwanya sendiri. Hal ini disebut dengan istilah Volkgeish, yang
berarti 'jiwa bangsa' atau 'jiwa rakyat'. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila adalah jiwa yang telah
memainkan peranan penting dalam kehidupan.
Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia
Filsafat Pancasila berfungsi sebagai kepribadian dan ciri khas bangsa Indonesia serta menjadi ciri
pembeda di antara bangsa lain di dunia.
Sebagai Sumber dari Semua Sumber Hukum
Indonesia adalah negara hukum yang menerapkan hukum secara adil berdasarkan peraturan yang
berlaku. Dalam hal ini, fungsi filsafat Pancasila merupakan sumber dari seluruh sumber daya hukum
di Indonesia.
Masing-masing dari sila yang terkandung dalam Pancasila berfungsi sebagai nilai dasar, sedangkan
hukum adalah nilai instrumental atau keterangan tentang sila Pancasila.
Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Filsafat Pancasila juga berfungsi sebagai cara hidup dari Indonesia. Dengan kata
lain, Pancasila merupakan pedoman dan instruksi dalam kehidupan sehari-hari.
Menjadi Falsafah Hidup Bangsa
Filsafat Pancasila memiliki fungsi kesatuan bangsa. Hal ini dikarenakan
pandangan bahwa Pancasila mengandung nilai kepribadian yang paling tepat
dan sesuai dengan bangsa Indonesia.
Pancasila juga dianggap sebagai nilai yang paling bijaksana, paling adil, dan
paling tepat untuk menyatukan seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai Dasar Negara
Filsafat Pancasila berfungsi sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan atau
penyelenggaraan negara. Segala sesuatu yang ada dalam kehidupan bangsa
Indonesia, baik rakyat, pemerintah, wilayah maupun aspek negara lainnya,
harus didasarkan pada Pancasila.
Memberi Hakikat Kehidupan Bernegara
Filsafat Pancasila memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan mendasar atau
sangat mendasar, seperti sifat kehidupan negara. Dengan filsafat Pancasila, kita
dapat mengetahui sifat kehidupan pedesaan dan semua aspek yang memiliki
hubungan erat dengan kehidupan sosial dan kelangsungan hidup negara.
Memberi Substansi tentang Hakikat Negara, Ide Negara ,dan Tujuan
Bernegara
Dengan filsafat Pancasila kita dapat menemukan kebenaran yang penting tentang
sifat negara, gagasan negara, dan tujuan negara Indonesia. Hal ini dikarenakan
adanya substansi yang memiliki kebenaran universal bagi bangsa Indonesia selama
berabad-abad.
Menjadi Perangkat Ilmu Kenegaraan
Fungsi filsafat Pancasila yang terakhir ialah sebagai perangkat ilmu pengetahuan
yang berbeda, khususnya ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan
negara. Hal ini dapat tercermin dalam berbagai contoh Pancasila sebagai
pengetahuan ilmiah.
TUJUAN FILSAFAT PANCASILA

1. Untuk menciptakan bangsa yang religius dan patuh kepada Allah yang
Maha kuasa.
2. Menjadi bangsa yang menjaga keadilan baik secara sosial maupun
ekonomi.
3. Untuk menjadi bangsa yang menghormati hak asasi manusia, untuk dapat
berada dalam kaitannya HAM dengan Pancasila sebagai dasar negara kita.
4. Untuk menciptakan sebuah bangsa yang menjunjung tinggi demokrasi.
5. Menjadi negara nasionalis dan cinta tanah air Indonesia.
 
PERTEMUAN 2##

LAHIRNYA PANCASILA

Lahirnya Pancasila adalah judul pidato yang disampaikan


oleh Soekarno dalam sidang Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan pada tanggal 1 Juni 1945. Dalam
pidato inilah konsep dan rumusan awal "Pancasila" pertama
kali dikemukakan oleh Soekarno sebagai dasar negara
Indonesia merdeka.
Menjelang kekalahan Tentara Kekaisaran Jepang di akhir Perang Pasifik, tentara
pendudukan Jepang di Indonesia berusaha menarik dukungan rakyat Indonesia dengan
membentuk Dokuritsu Junbi Cosakai (bahasa Indonesia: "Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan" atau BPUPK, yang kemudian menjadi BPUPKI, dengan
tambahan "Indonesia").

Badan ini mengadakan sidangnya yang pertama dari tanggal 29 Mei (yang nantinya selesai
tanggal 1 Juni 1945). Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai
keesokan harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara. Rapat pertama ini diadakan di
gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal dengan sebutan 
Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad
 (bahasa Indonesia: "Perwakilan Rakyat").

Setelah beberapa hari tidak mendapat titik terang, pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno
mendapat giliran untuk menyampaikan gagasannya tentang dasar negara Indonesia
merdeka, yang dinamakannya "Pancasila". Pidato yang tidak dipersiapkan secara tertulis
terlebih dahulu itu diterima secara aklamasi oleh segenap anggota Dokuritsu Junbi
Cosakai.
Selanjutnya Dokuritsu Junbi Cosakai membentuk Panitia Kecil untuk
merumuskan dan menyusun Undang-Undang Dasar dengan berpedoman
pada pidato Bung Karno tersebut. Dibentuklah Panitia Sembilan (terdiri dari 
Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Mr. AA Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, 
Abdul Kahar Muzakir, Agus Salim, Achmad Soebardjo, Wahid Hasjim, dan 
Mohammad Yamin) yang ditugaskan untuk merumuskan kembali Pancasila
sebagai Dasar Negara berdasar pidato yang diucapkan Bung Karno pada
tanggal 1 Juni 1945, dan menjadikan dokumen tersebut sebagai teks untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Setelah melalui proses persidangan dan lobi-lobi akhirnya rumusan


Pancasila hasil penggalian Bung Karno tersebut berhasil dirumuskan untuk
dicantumkan dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945, yang
disahkan dan dinyatakan sah sebagai dasar negara Indonesia merdeka
pada sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945.
Bila kita pelajari dan selidiki sungguh-sungguh “Lahirnya Pancasila” ini, akan
ternyata bahwa ini adalah suatu Demokratisch Beginsel, suatu Beginsel
yang menjadi dasar Negara kita, yang menjadi Rechtsideologie Negara kita;
suatu Beginsel yang telah meresap dan berurat-berakar dalam jiwa Bung
Karno, dan yang telah keluar dari jiwanya secara spontan, meskipun sidang
ada dibawah penilikan yang keras dari Pemerintah Balatentara Jepang.
Memang jiwa yang berhasrat merdeka, tak mungkin dikekang-
kekang! Selama Fascisme Jepang berkuasa dinegeri kita, Demokratisch
Idee tersebut tak pernah dilepaskan oleh Bung Karno, selalu dipegangnya
teguh-teguh dan senantiasa dicarikannya jalan untuk mewujudkannya.
Mudah-mudahan ”Lahirnya Pancasila” ini dapat dijadikan pedoman oleh
nusa dan bangsa kita seluruhnya dalam usaha memperjuangkan dan
menyempurnakan Kemerdekaan Negara.”
Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila ke-1 “Ketuhanan Yang Maha Esa”

Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dengan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Membina kerukunan
hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing.

Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila ke-2 “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab"

Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan,
agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

Berani membela kebenaran dan keadilan.

Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila ke-3 “Persatuan Indonesia"

Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sanggup dan rela berkorban
untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.


Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila ke-4 “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan”

Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.

Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.


Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila ke-5 “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.

Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Menghormati hak orang lain.

Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.

Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.

Suka bekerja keras.

Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara:
•Makna Pancasila sebagai Dasar Negara

Pancasila juga disebut sebagai falsafah negara.


Pengertian ini menjadikan suatu dasar nilai norma untuk mengatur pemerintahan atau penyelenggaraan negara.
Konsekuensinya, seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, terutama segala peraturan perundangan termasuk proses reformasi,
dijabarkan dalam nilai Pancasila.
Dengan begitu, pancasila sebagai dasar negara juga diartikan sebagai sumber dari segala sumber hukum atau tata tertib hukum Indonesia.
pancasila tercantum ke dalam ketentuan tertinggi, yakni pembukaan UUD 1945.
Fungsi Pancasila sebagai Dasar Negara

Sebagai dasar negara Indonesia, fungsi Pancasila terbagi menjadi tiga, yakni
-Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa

Dianggap sebagai pandangan hidup bangsa, pancasila berfungsi sebagai acuan, baik
menatap kehidupan pribadi, maupun dalam interaksi antarmanusia dalam masyarakat dan
alam.

-Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Sebagai dasar negara, Pancasila dapat mewujudkan cita-cita hukum dasar negara, hingga
semangat bagi UUD 1945 dalam penyelenggaraan negara.

-Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia

Terakhir, pancasila sebagai ideologi diibaratkan sebagai kumpulan gagasan, ide,


keyakinan, kepercayaan yang menyangkut bidang politik, sosial, kebudayaan, hingga
keagamaan.
PERTEMUAN KE 3#

PANCASILA SEBAGAI IDIOLOGI TERBUKA

Disebut sebagai ideologi terbuka, Pancasila bisa


menyesuaikan diri menghadapi berbagai zaman tanpa
harus mengubah nilai fundamentalnya. Lantas, apa arti
sebenarnya dari Pancasila sebagai ideologi terbuka?
 
Berapa nilai yang terkandung di Pancasila
sebagai ideologi terbuka.
 
Pertama, nilai dasar yang mencakup
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Kelima hal ini
adalah pedoman fundamental yang sifatnya
universal, mengandung cita-cita negara, dan
tujuan yang baik dan benar.
Kedua, nilai instrumental yang mencakup
arahan, kebijakan, strategi, sasaran, dan
lembaga yang melaksanakannya.
 
Konsep ini merupakan perkembangan dari
yang sebelumnya dasar. Berkatnya,
penyesuaian pelaksanaan dari sesuatu yang
dasar akan lebih jelas untuk bisa
menyelesaikan masalah yang terjadi.
Ketiga, nilai praksis, meliputi realisasi dari
instrumental yang sifatnya nyata dan bisa
digunakan utuk kehidupan bernegara. Dengan
nilai terakhir ini, Pancasila bisa melakukan
pengembangan serta perubahan agar bisa
sesuai jika diterapkan dalam kondisi
masyarakat Indonesia yang berubah.
Syarat Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
 
Selain nilai, terdapat tiga dimensi yang merupakan syarat Pancasila
diklaim sebagai gagasan atau ideologi terbuka. Berikut ini beberapa
dimensi yang terdapat dalam Pancasila.

1. Dimensi Idealistis
 
Bagian ini menyangkut nilai dasar yang sebelumnya disebutkan, yakni
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Keberadaan Pancasila disebutkan Soeryanto dalam Pancasila sebagai
Ideologi Ditinjau dari Segi Pandangan Hidup Bersama.
Dalam “Pancasila Sebagai Indonesia” (1991:59) sebagai ideologi yang
bersumber pada nilai filosofis.
2. Dimensi Normatif
 
Nilai dasar yang terdapat dalam Pancasila musti
diperjelas dengan aturan atau sistem norma
negara. Masih menurut Soeryanto, bagian ini
mengartikan bahwa Pancasila bisa mengatur
sesuatu secara mendalam untuk pelaksanaannya
melalui norma yang dibuat atau diubah.
 
3. Dimensi Realistis
 
Poin ini mencerminkan Pancasila bisa hidup dalam segala
keadaan yang sedang terjadi di Indonesia. Berkat dimensi
ini, realita yang ada di Indonesia bisa diselesaikan dengan
keterbukaan ideologi negara.
 
Dengan nilai dasar (yang disebutkan universal) dan
norma-norma normatif yang bisa diubah, Pancasila bisa
diterapkan dalam kehidupan nyata menghadapi berbagai
dinamika masyarakat Indonesia
IDIOLOGIPANCASILA VS
IDIOLOGILIBERALISME
Ideologi Pancasila bukan liberalisme.
Ideologi yang menjunjung tinggi hak dan
kebebasan individu. Ideologi Indonesia lebih
mementingkan pada kebebasan yang
bertanggung jawab. ... Ideologi liberalisme,
seperti telah dikemukakan sedikit, adalah
ideologi yang menjunjung tinggi hak
individu.
CIRI CIRI PANCAASILA

Ideologi Pancasila berasal dari falsafah hidup masyarakat


Ideologi Pancasila berdasarkan ketuhanan YME
Ideologi Pancasila menganut sistem pemerintahan demokrasi Pancasila
Ideologi Pancasila menerapkan sistem pemerintahan dan semua aspek
kehidupan berdasarkan hukum
Ideologi Pancasila bersifat terbuka, kreatif, dan dinamis
Isi ideologi Pancasila tidak bersifat operasional dan terperinci. Hanya
memuat poin-poinnya saja.
Ideologi Pancasila berasal dari rakyat dan menginspirasi rakyat
Ideologi Pancasila menghargai keberagaman dengan tidak keluar dari
prinsip-prinsip dan batasannya sebagai ideologi terbuka
CIRI CIRI LIBERALISME
Kebebasan dan hak individu dinomorsatukan. Nilai-nilai nasionalisme
berada di bawah hak individu.
Dalam ideologi liberalisme, negara adalah alat. Alat untuk mencapai
tujuan individu.
Hak individu diakui oleh negara, termasuk hak untuk menguasai hajat
hidup orang banyak.
Ciri-ciri demokrasi Liberal. Sistem pemerintahan dapat dikatakan sama,
yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Tetapi, pada ideologi
ini, individu yang secara ekonomi berada di atas, akan lebih menguasai
yang lain.
Peran negara terbatas hanya pada bidang-bidang tertentu saja, misalnya
terkait hubungan luar negeri. Sementara peran individu lebih
diutamakan.
IDIOLOGI KOMUNIS-IDIOLOGI
PANCASILA
Ideologi komunis memiliki prinsip yang sama
semua milik rakyat dan dikendalikan oleh
negara untuk kemakmuran rakyat secara
merata. Kekuatan tertinggi dipegang oleh
partai. ... Dalam ideologi Pancasila, praktik
konstitusional dilaksanakan berdasarkan
UUD 1945 dan Pancasila. Kekuatan tertinggi
dipegang oleh pemerintah
HUBUNGAN PANCASILA DENGAN UUD 1945

IDIOLOGI PANCASILA - IDIOLOGI


SOSIALISME
Pancasila : Sistem perekonomian melibatkan
pemerintah. ... Sosialisme : Sistem sosialisme
berpandangan kemakmuran individu hanya
mungkin tercapai bila berpondasikan kemakmuran
bersama dan merupakan faktor-faktor produksi
yang merupakan kepemilikan sosial.
PERTEMUAN ke 4#

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN


INDONESIA
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang
dalam ilmu kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara
(pilisophisce gronslag).
Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber
norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk dalam
sumber tertib hukum di Indonesia, sehingga Pancasila merupakan
sumber nilai, norma dan kaidah baik moral maupun hukum di
Indonesia. Oleh karenanya, Pancasila merupakan sumber hukum negara
baik yang tertulis maupun yang tak tertulis atau convensi.
Maka dapat disimpulkan jika hubungan antara
Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945
merupakan hubungan yang sifatnya formal.
Artinya Pancasila dijadikan dasar dalam
penyelenggaraan negara, serta sebagai norma
positif. Pancasila memiliki kedudukan yang kuat
dan tidak dapat diubah.
Secara formil

Rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara


Republik Indonesia tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea 4.
Pembukaan UUD 1945 merupakan Pokok Kaidah
Negara yang fundamental.
Kedudukannya terhadap tertib hukum Indonesia
ada dua, yakni sebagai dasarnya sekaligus sebagai
tertib hukum tertinggi.
Selain sebagai Mukadimah, Pembukaan UUD 1945 memiliki
kedudukan dan fungsi yang berbeda dengan pasal-pasalnya.
Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila sebagai intinya tidak
tergantung pada batang tubuh UUD 1945, namun justru
sebagai sumbernya.
Pancasila mempunyai hakikat, sifat, kedudukan dan fungsi
sebagai pokok kaidah negara yang fundamental.
Juga menjadi dasar kelangsungan hidup negara Indonesia.
Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945 mempunyai
kedudukan yang kuat, tetap, tidak dapat diubah, dan melekat
pada kehidupan negara Republik Indonesia.
Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang termuat dalam
Pembukaan UUD 1945. Artinya setiap hal dalam konteks
penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai Pancasila, termasuk
peraturan, perundang-undangan, pemerintahan, sistem demokrasi, dan
lainnya.

Maka dapat disimpulkan jika hubungan antara Pancasila dengan


Pembukaan UUD 1945 merupakan hubungan yang sifatnya formal.
Pancasila merupakan dasar filsafat negara yang termuat
dalam Pembukaan UUD 1945. Artinya setiap hal dalam
konteks penyelenggaraan negara harus sesuai dengan
nilai Pancasila, termasuk peraturan, perundang-
undangan, pemerintahan, sistem demokrasi, dan
lainnya.

Maka dapat disimpulkan jika hubungan antara Pancasila


dengan Pembukaan UUD 1945 merupakan hubungan
yang sifatnya formal.
Antara Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945,
khususnya bagian pembukaan, sebagai dasar hukum, keduanya
memiliki hubungan yang saling berkaitan atau tidak dapat
dipisahkan. Dapat digambarkan jika Pancasila adalah rohnya,
sedangkan UUD 1945 adalah raganya.

Pancasila merupakan unsur pokok dalam Pembukaan UUD


1945. Unsur pokok ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam
pasal-pasal UUD 1945, sebagai norma hukum dasar dalam
kehidupan bernegara dan berbangsa.
Artinya Pancasila dijadikan dasar dalam penyelenggaraan
negara, serta sebagai norma positif. Pancasila memiliki
kedudukan yang kuat dan tidak dapat diubah. Sedangkan
Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai tertib hukum
tertinggi
Hubungan secara materiil

Jika dirunut berdasarkan kronologi sejarah perumusan Pancasila, materi


yang dibahas terlebih dahulu oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) adalah Pancasila sebagai dasar
negara. Baru kemudian membahas Pembukaan UUD 1945.

Dengan demikian, Pembukaan UUD 1945 adalah tertib hukum tertinggi


di Indonesia. Sedangkan Pancasila merupakan sumber dari tertib hukum
itu sendiri.

Artinya secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-


nilai yang terkandung dalam Pancasila. Inti sari dari pokok kaidah
negara fundamental tidak lain adalah Pancasila.
Selain itu, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 juga
memiliki hubungan material. Artinya UUD 1945
merupakan kaidah hukum negara Indonesia, yang mana
seluruh unsur dan pokok kaidahnya bersumber dari
Pancasila. Maka dapat dikatakan jika Pancasila juga
merupakan tertib hukum Indonesia.
PERTEMUAN KE 5#

Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian


bangsa Indonesia
berarti nilai yang terkandung dalam pancasila
merupakan nilai" yang sesuai dgn
kepribadian dan budaya bangsa Indonesia.
Pancasila mencerminkan kepribadian bangsa.
Kepribadian Bangsa
Secara harfiah, kepribadian bangsa terdiri dari
dua kata, yaitu kepribadian dan bangsa.
Kepribadian adalah orientasi sifat yang
berbeda dalam diri seseorang ketika
menghadapi kondisi tertentu. Sedangkan
bangsa adalah kumpulan masyarakat yang
memiliki keterikatan dan saling berhubungan
untuk mencapai tujuan bersama
Menurut Dewan Perancang Nasional,
yang dimaksudkan dengan kepribadian
Indonesia adalah
keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia,
yang membedakan bangsa Indonesia dengan
bangsa-bangsa Iainnya. Keseluruhan ciri-ciri
khas bangsa Indonesia adalah pencerminan
dari garis pertumbuhan dan perkembangan
bangsa Indonesia sepanjang masa.
Hubungan Antara Nilai, Norma dan Moral

nilai adalah kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan


manusia baik lahir maupun batin. Dalam kehidupan manusia nilai
dijadikan landasan, alasan, motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku
baik disadar maupun tidak.Agar nilai tersebut menjadi lebih berguna
dalam menuntun sikap dan tingkah laku manusia, maka perlu
dikongkritkan lagi serta diformulasikan menjadi lebihobjektif sehingga
memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam tingkah laku. Maka
wujud yang lebih kongkrit dari nilai tersebut adalah merupakan suatu
norma. Terdapat berbagai macam norma namun norma hukumlah yang
paling kuat keberlakuannya dikarenakan dapat dipaksakan oleh suatu
kekuasaaneksternal.
Pancasila Sebagai perjanjian Luhur
Kebenaran yang absolute adalah kebenaran
yang ada pada Ketuhanan Yang Maha Esa.
Karena itu, pancasila sebagai perjanjian luhur
bangsa artinya bahwa telah disetujui oleh
wakil-wakil rakyat indonesia menjelang dan
sesudah kemerdekaan.
Pancasila yang kita gali dari bumi Indonesia
sendiri merupakan:

1. Pancasila Dasar negara Indonesia, yang


merupakan sumber dari segala sumber hukum
yang berlaku di negara kita.
2. Pandangan hidup bangsa Indonesia yang
dapat mempersatukan kita serta memberi
petunjuk dalam masyarakat kita yang beraneka
ragam sifatnya.
3. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena
Pancasila memberikan corak yang khas kepada
bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari
bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang
dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa
yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap
sila secara terlepas dari yang lain bersifat universal,
yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia
ini, akan tetapi kelima sila yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang
menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
4. Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa
Indonesia, yakni suatu masyarakat adil dan
makmur yang merata material dan spiritual
berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka,
berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat
dalam suasana peri kehidupan bangsa yang
aman, tenteram, tertib, dan dinamis serta
dalam lingkungan pergaulan dunia yang
merdeka, bersahabat, tertib, dan damai.
5. Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang
disetujui oleh wakil-wakil rakyat Indonesia
menjelang dan sesudah Proklamasi
Kemerdekaan yang kita junjung tinggi, bukan
sekadar karena ia ditemukan kembali dari
kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa
Indonesia yang terpendam sejak berabad-abad
yang lalu, melainkan karena Pancasila itu telah
mampu membuktikan kebenarannya setelah
diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.
nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan
moral dan etika. Istilahmoral mengandung
integritas dan martabat pribadi manusia.
Derajat seseorang ditentukan oleh moralitas
yang dimilikinya. Makna moral yang
terkandung dalam kepribadian seseorang itu
tercermin dari sikap dan tingkah lakunya.
Dalam hal tersebut maka kita memasuki
wilayah norma sebagai penuntun sikap dan
tingkah laku manusia
Nilai nilai Pancasila sebagi sumber etika:

Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang


filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika
Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan
Nilai yang pertama yakni ketuhanan

Secara hirarkis nilai ini bisa dikatakan


sebagai nilai tertinggi karena menyangkut
nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai
kebaikan diturunkan dari nilai ini. Suatu
perbuatan baik dikatakan baik apabila tidak
bertentangan dengan nilai, kaedah dan hukum
tuhan.
Nilai kedua yakni kemanusiaan

Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai


kemanusiaan, Prinsip pokok dalam nilai kemanusiaan pancasila
adalah keadilan dan keadaban. Keadilan mensyaratkan
keseimbangan,antara lahir dan batin,jasmani dan rohani. Sedangkan
keadaban mengindikasi keunggulan manusia di banding dengan
makhluk lain seperti tumbuhan, hewan, dan benda tak hidup.

Karena itu, suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan


nilai-nilai kemanusiaan yang didasarkan pada konsep keadilan dan
keadaban dari nilai kemanusiaan menghasilkan nilai kesusilaan
contohnya seperti tolong menolong, penghargaan, kerja sama dan lain
lain.
Nilai yang ketiga yakni persatuan

Perbuatan dikatakan baik apabila dapat


memperkuat persatuan dan kesatuan. Karena
sangat mungkin seseorang seakan akan
mendasarkan perbuatannya atas nama agama,
namun apabila perbuatan tersebut dapat
memecah persatuan dan kesatuan maka
pandangan dari etika pancasila bukan
merupakan perbuatan baik.
Nilai keempat yakni kerakyatan

Dalam kaitan dengan kerakyatan terkandung nilai lain yang


sangat penting yaitu nilai hikmat/kebijaksanaan dalam
permusyawaratan. Kata hikmat/kebijaksanaan berorientasi
pada tindakan yang mengandung nilai kebaikan tertinggi. Atas
nama mencari kebaikan, pandangan minoritas belum tentu
kalah di banding mayoritas. Dengan demikian, perbuatan
belum tentu baik apabila disetujui/bermanfaat untuk orang
banyak. Namun perbuatan itu baik jika atas dasar musyawarah
yang di dasarkan pada konsep hikmah/kebijkasanaan.
Nilai yang kelima yakni keadilan

Nilai keadilan pada sila kelima lebih di arahkan pada konteks sosial.
Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan prinsip
keadilan masyarakat banyak. Menurut kohlberg, keadilan
merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi masyarakat.
Keadilan mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan
sama derajatnya. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi
sistem etika yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya
bersifat mendasar, namun juga realistis dan aplikatif.

Apabila dalam kajian aksiologi dikatakan bahwa keberadaan nilai


mendahului fakta, maka nilai-nilai pancasila merupakan nilai-nilai
ideal yang sudah ada dalam cita-cita bangsa Indonesia yang harus di
wujudkan dalam realitas kehidupan.
PERTEMUAN KE 6#
TEORI INTEGRALISTIK

. Dr. Soepomo dalam sidang BPUPKI pada 31 Mei 1945,


mengemukakan tiga teori mengenai pengertian negara. Salah
satunya ialah teori integralistik. Secara garis besar, teori
integralistik menjelaskan tentang hubungan antara masyarakat
dengan penguasa negara, sehingga membentuk satu kesatuan
utuh yang didukung oleh rasa kekeluargaan serta kebersamaan.
Sebelum mengemukakan teori integralistik,
Soepomo menjelaskan dua teori lainnya
tentang pengertian negara, yakni teori
individualistik atau teori perseorangan serta
teori kelas atau teori golongan.
Soepomo menjelaskan jika teori individualistik didasarkan
pada adanya kontrak sosial yang terjalin antar seluruh
perseorangan dalam masyarakat. Sedangkan teori kelas
beranggapan jika negara merupakan alat yang digunakan
golongan atau kelas tertentu untuk menindas golongan lainnya
yang mungkin lebih lemah.
Soepomo mengemukakan teori ketiganya, yakni teori
integralistik. Teori ini memiliki enam poin penting, yakni:
Negara merupakan susunan masyarakat yang bersifat erat serta
integral atau menyeluruh antar semua golongan.

Seluruh anggota masyarakat merupakan satu kesatuan utuh


yang bersifat organis.

Kepentingan yang berkaitan dengan satu kesatuan atau


persatuan masyarakat menjadi hal yang diutamakan.
Negara tidak memihak golongan tertentu. Negara tidak
mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan
masyarakat.

Negara mengutamakan keselamatan dan kehidupan bangsa


sebagai bentuk satu kesatuan yang harus diutamakan.
Negara dan rakyat saling bersatu membentuk persatuan.

Negara mengatasi (memiliki posisi lebih tinggi) dibandingkan


dengan seluruh golongan dalam berbagai bidang.
ASAS ASAS POLA BERPIKIR INTEGALISTIK

Paham integralistik yang terkandung dalam


Pancasila meletakkan asas kebersamaan hidup,
mendambakan keselarasan dalam hubungan antar
individu maupun masyarakat. Dalam pengertian
ini paham negara integralistik tidak memihak
kepada yang kuat, tidak mengenal dominasi
mayoritas dan juga tidak mengenal tirani
minoritas.
Aspek-Aspek Paradigma Integralistik dalam Membangun
Toleransi Umat Beragama Toleransi umat beragama
dibangun dalam beberapa aspek paradigma integralistik.
Aspek-aspek tersebut yakni:
pertama, toleransi dalam aspek ekonomi. Toleransi umat
beragama yang diharapkan adalah saling mengerti antar para
pemeluk agama. Dalam arti saling memahami keadaan antar
umat beragama baik masalah-masalah sosial masyarakat (RI,
hal. 8). Dengan adanya rasa saling memahami dalam
berinteraksi akan timbul sikap saling tolong menolong dalam
kegiatan perekonomian. Hal ini tidak hanya timbul sikap
saling tolong menolong, melainkan juga sikap saling
menghormati dan saling menghargai dalam aktivitas
perekonomian dan peribadatan.
Kedua, toleransi dalam aspek budaya. Penduduk Palembang
merupakan etnis melayu dan menggunakan bahasa melayu
yang telah disesuaikan dengan dialek setempat yang kini
dikenal sebagai bahasa Palembang. Namun para pendatang
seringkali menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa
sehari-hari, seperti bahasa Komering, Rawas, Musi dan Lahat.
Pendatang dari luar Sumatera Selatan kadang-kadang juga
menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa seharihari
dalam keluarga atau komunitas kedaerahan
Ketiga, toleransi dalam aspek sosial keagamaan.
Toleransi beragama adalah sikap sabar dan menahan
diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan
agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut
agama-agama lain. Kebebasan beragama pada
hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan
antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak
mungkin ada kerukunan antar umat beragama.
Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak
untuk menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan
tidak ada seorang pun yang boleh mencabutnya.
PEMBUKAAN UUD 1945 ; MAKNA DAN
POKOK PIKIRAN

MAKNA :
1. Sebagai sumber motivasi dan perjuangan
serta tekad bangsa indonesia
2. Merupakan sumber hukum dan moral yang
ingin ditegakkan
3. Mengandung nilai nilai yuniversal dan lestari.
PEMBUKAAN UUDA 1945.

Aliania pertama
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan
di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Alinea pertama
Mengungkapkan dalil obyektif bahwa
penjajahan tidak sesuai dengan perikeadilan
dan perikemanusiaan.
Mengungkapkan pernyataan subyektif yaitu
aspirasi bangsa indonesia untuk
membebaskan diri dari penjajah.
Alinea ke dua

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan


Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Alinea kedua
Mengungkapkan cita-cita nasional bangsa
Indonesia, yaitu negara Indonesia yang
berdaulat, adil dan makmur.
Menunjukkan adanya ketepatan dan
ketajaman penilaian.
Alinea ke tiga
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa
dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannya.
Alinea ketiga
Memuat motivasi spiritual yang luhur dan
merupakan pengukuhan atas Proklamasi
Kemerdekaan. 
Menunjukkan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
Alinea ke empat
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Alinea keempat
Menegaskan tujuan dan prinsip dasar untuk mencapai
tujuan nasional. 
Menegaskan bahwa bangsa Indonesia mempunyai fungsi
yang sekaligus menjadi tujuan.
Menegaskan bahwa negara Indonesia berbentuk Republik.
 Menegaskan bahwa negara Indonesia mempunyai dasar
falsafah Pancasila.
Dalam Pembukaan UUD 1945 terkandung
pokok-pokok pikiran yang merupakan falsafah
negara Indonesia Pancasila yaitu:
Ketuhanan Yang Maha Esa (sila I).
Kemanusiaan yang adil dan beradab (sila II).
Negara melindungi segenap bangsa dan tumpah
darah Indonesia berdasarkan persatuan (sila III).
Negara yang berkedaulatan rakyat (sila IV).
Negara mewujudkan keadilan sosial (sila V).
CIRI CIRI IDIOLOGI TERBUKA

Nilai dan cita-cita tidak dapat dipaksakan dari luar


Pada ciri tersebut nilai dan cita-cita berasal dan diambil dari moral, budaya
masyarakat itu sendiri. Tidak dapat dipaksakan dari luar.

Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang


Dalam ideologi terbuka disepakai secara musyawarah dari konsensus masyarakat
atau demokratis. Bukan dihasilkan oleh ideologi sekelompok orang.

Nilai-nilai sifatnya dasar, secara garis besar saja Dalam ideologi terbuka,
nilai-nilai sifatnya dasar.
Sehingga tidak langsung operasional. Ideologi memiliki sifat inkulisif, tidak
otoriter dan tidak bisa melegitimasi kekuasaan kelompok atau golongan tertentu.
Terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai
ideologi terbuka. Berikut nilai-nilai yang terkandung:
Nilai dasar

Pada nilai dasar tersebut merupakan esensi dari sila-sila Pancasila yang bersifat
universal.
Sehingga dalam nilai dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan serta nilai yang baik
dan benar.
Pada nilai dasar tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
Karena Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai suatu norma dasar yang
merupakan tertib hukum tertinggi.
Kemudian sebagai sumber hukum positif dan memiliki kedudukan sebagai pokok
kaidah negara yang fundamental.
Nilai instrumental
Nilai instrumental memberikan arahan,
kebijakan, strategi, sasaran dan lembaga
pelaksanaannya. Nilai instrumental merupakan
jabaran lebih lanjur dari nilai-nilai dasar
ideologi Pancasila. Di mana penjabarannya
disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Nilai praktis
Realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu
pengamalan bersifat nyata dalam
bermasyarakat, bernegara dan berbangsa.
Pada nilai praktis inilah penjabaran nilai-nilai
Pancasila senantiasa berkembang dan selalu
dapat dilakukan perubahan dan perbaikan.
PERTEMUAN KE 7##
KEDUDUKAN FUMGSI DAN SIFAT UUD 1945
Kedudukan Undang-Undang Dasar 1945
Adapun dua kedudukan Undang-Undang Dasar 1945
pada sistem hukum di Indonesia, yaitu sebagai hukum
dasar tertulis paling tinggi dan norma hukum tertinggi. 
Undang-Undang Dasar 1945 bersifat tertulis, artinya
merupakan suatu hukum yang mengikat pemerintah dan
setiap warga negara. 
Fungsi Undang-Undang Dasar 1945 sebagai hukum
dasar tertulis, yaitu untuk mengatur jalannya
pemerintahan negara. 
Sebagai hukum dasar, UUD Negara Republik Indonesia
menduduki posisi tertinggi yang melandasi peraturan
perundang-undangan lainnya. 
Selain itu, UUD 1945 juga merupakan norma hukum
tertinggi dalam sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia. 
Fungsinya sebagai norma hukum tertinggi adalah untuk
dijadikan dasar penyusunan peraturan perundang-
undangan. 
Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat
warga kelompok dalam masyarakat untuk dijadikan
panduan tingkah laku yang sesuai dan berterima.
Adapun sifat Undang-Undang Dasar 1945 adalah sebagai
berikut. 
1. Tertulis, artinya rumusannya jelas dan dituliskan sehingga
menjadi hukum yang mengikat pemerintah dan warga
negaranya. 
2. Singkat dan supel, artinya harus dikembangkan sesuai
dengan perkembangan jaman dan memuat hak asasi manusia. 
3. Memuat norma dan aturan yang harus dilaksanakan secara
konstitusional. 
4. Merupakan peraturan hukum positif tertinggi, yang
mengatur peraturan perundang-undangan yang lebih rendah. 
Fungsi Undang-Undang Dasar 1945
Dalam kedudukan yang sedemikian dijelaskan di atas, UUD
1945 memiliki fungsi sebagai berikut. 
1. Alat kontrol, yang dapat memeriksa apakah norma hukum
yang lebih rendah berlaku sesuai dengan UUD 1945. 
2. Pengatur, artinya Undang-Undang Dasar 1945 berperan
sebagai pengatur bagaimana kekuasaan negara disusun, dibagi,
dan dilaksanakan.
3. Penentu, artinya Undang-Undang Dasar 1945 menjadi
penentu hak dan kewajiban negara, aparat negara, dan warga
negara. 
Makna pembukaan UUD 1945
 adalah sebagai berikut: Merupakan
sumber motivasi dan perjuangan serta
tekad bangsa Indonesia untuk mencapai
tujuan nasional. Merupakan sumber cita
hukum dan moral yang ingin ditegakkan.
Mengandung nilai-nilai universal dan
lestari.
MAKNA PEMBUKAAN UUD 1945 SETIAP ALENIA

1. Alinea Pertama Pada alinea pertama Pembukaan


UUD 1945 ini menunjukkan keteguhan dan tekad
bangsa Indonesia untuk menegakkan kemerdekaan dan
menentang penjajahan. Pernyataan ini tidak hanya tekad
bangsa untuk merdeka, tetapi juga berdiri di barisan
paling depan untuk menghapus penjajahan di muka
bumi.
2. Alinea Kedua Alinea ini menunjukkan kebanggaan
dan penghargaan atas perjuangan bangsa Indonesia
selama merebut kemerdekaan. Ini juga berarti kesadaran
bahwa, kemerdekaan dan keadaan sekarang tidak dapat
dipisahkan dari keadaan sebelumnya.
3. Alinea Ketiga Alinea ketiga memuat makna bahwa
kemerdekaan didorong oleh motivasi spiritual, yaitu
kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia
merupakan berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dengan demikian, hal tersebut merupakan perwujudan
sikap dan keyakinan bangsa Indonesia terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
4. Alinea Keempat Negara Indonesia yang merdeka 17
Agustus 1945 memiliki tujuan negara yang hendak
diwujudkan, yaitu "melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial."
Berikut ini kesimpulan sistem pemerintahan Indonesia dalam UUD 1945 dan
inovasinya sejak era reformasi:
Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara
terbagi dalam beberapa provinsi.
Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensial.
PRESIDENn adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.
Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden.
Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral): Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Para anggota dewan merupakan anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif
dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan di
bawahnya.
PERTEMUAN KE 8#
UUD 1945 SEBAGAI PERATURAN PUU
TERTINGGI
UUD 1945 berisi norma-norma, kaidah-kaidah, aturan-aturan
atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati
oleh semua komponen negara. UUD
1945 berfungsi sebagai hukum
yang tertinggi sehingga menjadi sumber dan pedoman hukum
bagi setiap peraturan perundangan yang ada di bawahnya
UUD 1945 SEBAGAI KONSTITUSI NEGRA

UUD adalah hukum dasar negara yang tertulis. Selain itu berlaku juga
hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul
dan terpelihara dalam penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis.
Undang-undang Dasar merupakan:
Kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan-pembatasan
kekuasaan kepada para penguasa.
Dokumen tentang pembagian tugas dan sekaligus petugasnya dari suatu
sistem politik.
Suatu deskripsi dari lembaga-lembaga negara.
Suatu deskripsi yang menyangkut masalah hak-hak asasi manusia.
Sebagai hukum dasar tertulis atau konstitusi tertulis, UUD 1945
mengandung pengertian:
Bersifat mengikat, baik bagi penyelenggara negara, lembaga
negara, lembaga kemasyarakatan, maupun seluruh warga negara.
UUD 1945 berisi norma-norma, kaidah-kaidah, aturan-aturan
atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati
oleh semua komponen negara.
UUD 1945 berfungsi sebagai hukum yang tertinggi sehingga
menjadi sumber dan pedoman hukum bagi setiap peraturan
perundangan yang ada di bawahnya.
Setiap tindakan dan kebijakan pemerintah sebagai penyelenggara
negara harus sesuai dan berpedoman pada UUD 1945.
KEDUDUKAN UUD 1945

1. Hukum Dasar Tertulis


Negara Republik Indonesia memiliki Undang-Undang Dasar 1945
sebagai hukum dasar tertulis.
Selain ada hukum dasar tertulis, juga terdapat hukum dasar tidak
tertulis yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan
negara. 
Undang-Undang Dasar 1945 bersifat tertulis, artinya merupakan suatu
hukum yang mengikat pemerintah dan setiap warga negara. 
2. Norma Hukum Tertinggi
Selain itu, UUD 1945 juga merupakan norma hukum tertinggi
dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. 
Fungsinya sebagai norma hukum tertinggi adalah untuk
dijadikan dasar penyusunan peraturan perundang-undangan. 
Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga
kelompok dalam masyarakat untuk dijadikan panduan tingkah
laku yang sesuai dan berterima.
HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA TINGGI NEGARA

Hubungan Antara MPR dan Presiden


Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah majelis yang
memegang kekuasaan Negara yang tertinggi, sedang
presiden sebagai mandataris DPR yaitu penyelenggara
pemerintahan tertinggi di bawah majelis yang harus
menjalankan ghaluan Negara menurut garis-garis besar
yang telah ditetapkan oleh MPR.
2. Hubungan Antara MPR dan DPR
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat semuanya merangkap
menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dewan
Perwakilan Rakyat dapat senantiasa mengawasi tindakan-
tindakan Presiden, dan jika Dewan menganggap bahwa
Presiden sungguh-sungguh melanggar haluan Negara yang
telah ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar atau Majelis
Permusyawaran Rakyat, maka Majelis itu dapat diundang
untuk persidangan istimewa agar supay bisa minta
pertanggungan jawab kepada Presiden.
3. Hubungan Antara DPR dan Presiden
Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat. Presiden harus mendapat persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat untuk membentuk Undang-
undang (pasal 5 ayat 1,20 dan 21) dan untuk menetapkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (pasal 23 ayat 1)
Oleh karena itu, Presiden harus bekerja bersama-sama
dengan Dewan,berarti juga Presiden tidak tergantung
kepada dewan.
4. Hubungan Antara DPR dengan Menteri-Menteri
Menteri Negar tidak bertanggung jawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat. Menteri-menteri tidak dapat
dijatuhkan dan atau diberhentikan oleh DPR, akan tetapi
dikarenakan kedududkan Presiden harus memperhatikan
suara DPR,maka menteri-menteri pun tidak terlepas dari
keberatan-keberatan DPR, yang berakibat di
berhentikannya menteri oleh Presiden.
5. Hubungan Antara Presiden dengan Menteri-menteri
Menteri-menteri adalah pembantu Presiden. Presiden
mengangkat dan memberhentikan Menteri-
menteri,kedudukannya tergantung pada Presiden ( pasal 17
ayat 1 dan 2). Menteri-menteri sebagai pemimpin Departemen
(pasal 17 ayat 3). Para menteri mempunyai pengaruh besar
terhadap presiden dalam menuntun politik Negara yang
menyangkut departemennya.
6. Hubungan Antara Mahkamah Agung dengan Lembaga
Negara Lainnya
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Agung dan lain-lain Badan kehakiman menurut susunan dan
kekuasaan Badan-badan Kehakiman tersebut diatur
menetapkan hubungan antara Mahkamah Agung dengan
Lembaga-lembaga lainnya (pasal 24 ayat 1 UUD 1945).
Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan pemerintah ataupun
kekuasaan serta kekuatan lainnya. Mahkamah Agung sebagai
Lembaga Tinggi Negara dalam bidang kehakiman dari tingkat
yang lebih tinggi, berwenang menyatakan tidak sah peraturan
perundangan dari tingkat yang lebih tinggi.
7. Hubungan Antara BPK dengan DPR
Badan Pemeriksa Keungan (BPK) bertugas memeriksa
langsung tanggung jawab tentang keuangan Negara dan hasil
pemeriksaannya itu diberitahukan kepada DPR, DPD dan
DPRD (pasal 23E ayat 2) untuk mengikuti dan menilai
kebijaksanaan ekonomis finansial pemerintah yang dijalankan
oleh aparatur administrasi Negara yang dipimpin oleh
pemerintah.
Jadi, BPK bertugas memeriksa pertanggungjawaban
pemerintah tentang keuangan Negara dan memeriksa semua
pelaksanaan APBN yang hasil pemeriksaannya diberitahukan
kepada DPR< Dewan Perwakilan Daerah dan DPRD.
DEKRET PRESIDEN 5 JULI 1959

Kegagalan Konstituante
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah dekret yang dikeluarkan
oleh presiden pertama Indonesia, Presiden Soekarno. 
Yang melatarbelakangi keluarnya Dekrit Presiden sendiri
adalah kegagalan Badan Konstituante dalam menetapkan UUD
baru sebagai pengganti UUDS 1950. 
Badan Konstituante adalah lembaga yang sebuah dewan
perwakilan yang bertugas untuk membentuk konstitusi baru
bagi Indonesia untuk menggantikan Undang-Undang Dasar
Sementara 1950. Pada 10 November 1956, anggota
Konstituante sudah mulai bersidang untuk menetapkan UUD
baru sebagai pengganti UUDS 1950.  Namun, hingga tahun
1958 belum juga terumuskan UUD yang diharapkan.
Alasan mengapa UUDS 1950 harus diganti karena pada masa
itu sering terjadi pergantian perdana menteri dan kabinet
sehingga menimbulkan ketidakstabilan politik. Selain itu, tidak
ada pula partai yang dominan di parlemen karena pertentangan
yang terjadi antarpartai di parlemen.  Oleh sebab itu, UUDS
1950 harus diganti dengan UUD yang baru. 
Menanggapi kondisi saat itu, Presiden Soekarno lantas
menyampaikan amanat di depan Sidang Konstituante pada 22
April 1959 yang isinya menganjurkan untuk kembali ke UUD
1945.  Pada 30 Mei 1959, konstituante melakukan pemungutan
suara, di mana hasilnya 269 suara menyetujui UUD 1945 dan
199 suara tidak setuju.  Meskipun banyak suara yang
menyatakan setuju, voting harus diulang karena jumlah suara
tidak memenuhi kuorum
Pemungutan suara kedua dilakukan tanggal 1 dan 2 Juni 1959
yang kembali berujung kegagalan karena tidak memenuhi
kuorum. 
Gagalnya konstituante dalam melaksanakan tugasnya ini
lantas membuat Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. 
Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada hari
Minggu, 5 Juli 1959 pukul 17.00.
Isi dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959 tersebut adalah penetapan
UUD 1945 dan pembubaran konstituante.   
PERTEMUAN 9##
Pembangunan Nasional Indonesia
Pembangunan Nasional – Pengertian, Tujuan,
Perencanaan Dan Contoh–
Pembangunan nasional Indonesia adalah
paradigma Pembangunan yang terbangun atas
pengalaman Pancasila yaitu pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya, dengan
Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedomannya.
HUBUNGAN PEMBANGUNAN
NASIONAL DENGAN PANCASILA
Pembangunan nasional merupakan rangkaian
upaya pembangunan yang berkesinambungan
yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas
mewujudkan tujuan nasional yang termaktub
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945.
Pengmalan Pancasila Dalam Pembangunan

Pengamalan sila Keutuhanan Yang Maha Esa,


mencakup tanggung jawab bersama semua
golongan beragama untuk secara terus dan
bersama-sama meletakan landasan spiritual,
moral dan etik yang kukuh bagi
pembangunan nasional.
Pengamalan sila Kemanusiaan yang adil dan
beradab meliputi peningkatan martabat serta
hal dan kewajiban asasi warga negara serta
penghapusan penjajahan, kesengsaraan dan
ketidakadilan dari muka bumi.
Pengamalan sila Persatuan Indonesia
mencakup upaya peningkatan pembinaan
bangsa di semua bidang kehidupan manusia,
masyarakat, bangsa dan negara, sehingga rasa
kesetiakawanan semakin kuat dalam rangka
memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa.
Pengamalan sila Kerakyatan yang dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan dalam
pembangunan nasional, mencakup upaya
menumbuh kembangkan sistem politik
Demokrasi Pancasila yang mampu
memelihara Stabilitas nasional dinamis serta
mengembangkan kesadaran dan tanggung
jawab politik warga negara.
Sedangkan pengamalan sila Keadilan Sosial
bagi seluruh Rakya Indonesia dalam
pembangunan, antara lain mencakup upaya
untuk mengembangkan pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi yang dikaitkan
dengan pemerataan pembangunan menuju
kemakmuran bagi seluruh rakyat dalam
sistem ekonomi yang disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan.
HUBUNGAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN UUD 1945
Undang Undang Dasar 1945 merupakan dasar landasan konstitusional
pembangunan nasional sehingga sekaligus merupakan pedoman dan
penuntun bagi penyelenggaraan pembangunan nasional.
Pembangunan ekonomi selalu diarakan kepada mantapnya sistem
ekonomi nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang antara
lain memiliki ciri :
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
Cabang – cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya sebagai
pokok-pokok kemakmuran rakyat dikusasi oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.
Hubungan Pembangunan Nasional Dengan
Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara merupakan Wawasan
Nasional yang bersumber pada Pancasila dan
berdasarkan UUD 1945. Wawasan Nusantara
adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenal diri dan lingkungannya, dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Sebagai doktrin, wawasan nusantara
merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya
oleh seluruh rakyat dengan tujuan agar tidak
terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam
rangka mencapai tujuan dan mewujudkan cita-
cita nasional.
Dengan demikian wawasan nusantara
dijadikan pendorong dan pedoman dalam
menyelenggarakan kehidupan nasional sebagai
satu kesatuan.
Wawasan nusantara tidak hanya merupakan tuntutam konseptual saja,
tetapi hendaknya dapat diwujudkan dalam bentuk dan kondisi persatuan
dan kesatuan segenap aspek dan dimensi kehidupan nasional. Sebagai
wawasan pembangunan nasional, wawasan nusantara memberikan
rambu-rambu pedoman dan arah bagi kelanjutan pembangunan nasional
dalam mengaktual-isasikan aspirasi dan kepentingan nasional yang
mengutamakan persatuan dan kesatuan dengan dijiwai dengan semangat
kekeluargaan dan rasa kebersamaan dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang mencakup
perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik, satu
kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial – budaya dan sebagai satu
kesatuan Hankam.
Hubungan Pembangunan Nasional Dengan
Ketahanan Nasional
Pada hakikatnya Ketahanan Nasional adalah
kemampuan dan kekuatan bangsa untuk dapat
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara
dalam mencapai tujuan nasional. Untuk
mewujudkan kondisi Ketahanan Nasional yang
merupakan pengaturan dan penyelenggaraan
kesejahteraan dan keamanan yang seimbang,
serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan.
Ketahanan nasional mencerminkan
keterpaduan antara aspek kehidupan bangsa
secara utuh dan menyeluruh. Oleh sebab itu
guna tetap memungkinkan pembangunan
nasional selalu berjalan menuju tujuan yang
dicapai dan agar dapat dielakan dari
tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan,
maka pembangunan nasional diselenggarakan
melalui pendekatan Ketahanan Nasional.
Ketahanan Nasional adalah kondisi yang
nyata yang dapat dicapai. Sedangkan
pembangunan nasional merupakan prsoes
kegiatan seluruh bangsa untuk mewujudkan
Ketahanan Nasional atau kondisi yang
memadai guna menghadapi tantangan,
ancaman, hambatan dan gangguan dari luar
maupun dari dalam.
Ketahanan nasional dan pembangunan
nasional merupakan sistem holarki dalam arti
bahwa keduanya mempunyai tujuan
hubunngan interpendensi. Jadi tingkat
Ketahanan Nasional yang tangguh akan
menunjang lancarnya pembangunan nasional
yang berhasil akan mendorong perwujudan
tingkat Ketahanan Nasional yang lebih tinggi.
Selanjutnya Ketahanan Nasional juga
berfungsi sebagai Pola Dasar Pembangunan
Nasional. Sebagai Pola dasar pembangunan
maka Ketahanan Nasional pada hakikatnya
merupakan arah dan pedoman dalam
pelaksanaan pembangunan nasional yang
dilaksanakan melalui Pentahapan Repelita.
PEMBANGUNAN NASIONAL

Pembangunan nasional yang dilakukan mengarah pada suatu tujuan.


Tujuan ini terbagi atas tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

Tujuan jangka pendek dari pembangunan nasional adalah meningkatkan


taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan masyarakat yang semakin
adil dan merata serta meletakkan landasan yang kuat untuk tahap
pembangunan berikutnya.
Tujuan jangka panjang yaitu untuk mewujudkan suatu masyarakat adil
dan makmur yang merata, material dan spiritual berdasarkan pancasila
didalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka,
berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana
perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis dalam
lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
Landasan Filosofis:

Cita-cita Nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah berkehidupan
kebangsaan yang bebas, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur;
Tujuan Nasional dengan dibentuknya pemerintahan adalah untuk
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia;
Tugas Pokok Setelah Kemerdekaan adalah menjaga kemerdekaan serta
mengisinya dengan pembangunan yang berkeadilan dan demokratis
yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan;
Agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran
maka diperlukan perencanaan pembanagunan.
PERTEMUAN 10##
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
  
Sebagaimana telah disampaikan, dua landasan hukum
yang menjadi dasar untuk penyusunan perencanaan
pembangunan pusat dan daerah adala Undang-undang
No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang
No.23 Tahun 2-14 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang SPPN
Bab II pasal 2 menjelaskan mengenai tujuan
SPPN adala untuk menjamin
terciptanya integrase, sinkronisasi, dan
sinergi baik antar daerah, antarruang, antarwaktu,
antarfungsi pemerintah maupun antara pusat dan
daerah. Ditegaskan kemudian pada pasal 5 yang
berbunyi bahwa RPJMD harus memperhatikan
RPJP Daerah dan RPJMN.
Sedangkan Undang-undang no.23 tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah Pada bagian Kedua mengenai
Perencanaan Pembangunan Daerah di Pasal 263
menyatakan bahwa Penyusunan RPJMD harus
berpedoman pada RPJPD dan RPJMN. Disusul pasal 264
menyatakan tentang RPJMD dapat disesuaikan dengan
terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat. Selanjutnya pasal 269 dan pasal 271 berbunyi
tentang proses evaluasi RPJMD Provinsi dan RPJMD
Kabupaten/Kota yang dapat dilakukan uji kesesuaian
dengan RPJMN atau RPJMD Provinsi untuk Kabupaten.
RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan
program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada
RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan Nasional,
kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan,
serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran
perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan
fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
RPJMD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 5
(lima) tahun. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang
selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang
selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan
Daerah untuk periode 1 (satu) tahun. Pasal 263 ayat 2 UU No.
23 Tahun 2014 RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a merupakan penjabaran dari visi, misi, arah kebijakan,
dan sasaran pokok pembangunan Daerah jangka panjang untuk
20 (dua puluh) tahun yang disusun dengan berpedoman pada
RPJPN dan rencana tata ruang wilayah.
Pasal 263 ayat 3 UU No. 23 Tahun 2014 RPJMD
merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
kepala daerah yang memuat tujuan, sasaran, strategi,
arah kebijakan, pembangunan Daerah dan keuangan
Daerah, serta program Perangkat Daerah dan lintas
Perangkat Daerah yang disertai dengan kerangka
pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu 5
(lima) tahun yang disusun dengan berpedoman pada
RPJPD dan RPJMN.
Tujuan pembangunan jangka panjang yaitu untuk
mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur
yang merata, material dan spiritual berdasarkan
pancasila didalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat,
bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana
perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib
dan dinamis .
ISI RPJP
Perencanaan jangka panjang mencakup
penerapan intuisi dan analisis untuk
menentukan posisi yang perlu dicapai
organisasi anda di masa depan. Secara
tradisional, perencanaan jangka panjang
kerap merupakan ekstrapolasi sejarah,
pemroyeksian hasil di masa depan
berdasarkan pengalaman saat ini dan di masa
lampau.
APAYANG MAKSUD RPJM
Perencanaan jangka menengah merupakan
perencanaan yang dijabarkan dari
perencanaan jangka panjang dan merupakan
perencanaan yang paling efisien dari segi
pelaksanaannya. ... Ketiga perencanaan
tersebut akan dibutuhkan sebuah organisasi
untuk mencapai perencanaan yang baik.
Sesuai arahan RPJPN 2005-2025, sasaran
pembangunan jangka menengah 2020-2024
adalah mewujudkan masyarakat Indonesia
yang mandiri, maju, adil, dan makmur
melalui percepatan pembangunan di berbagai
bidang dengan menekankan terbangunnya
struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di
berbagai ..
Perencanaan Jangka Pendek --> Perencanaan
yang meliputi jangka waktu sampai satu atau
dua tahun dan tidak membutuhkan perincian
yang sangat detail. cth : perencanaan
kebutuhan pokok kita tiap hari atau tiap
minggu
Dalam rangka menyelenggarakan pembangunan nasional maka sejak awal tahun
2000
telah disepakati secara nasional adanya landasan penyelenggaraan pembangunan
nasional yang
mencakup sebagai berikut:
Pertama, landasan konstitusional pembangunan adalah UUD 1945. UUD 1945
merupakan
arahan yang paling dasar dalam menyusun tujuan pokok pembangunan nasional
sebagai suatu
visi pembangunan nasional guna dijadikan landasan dalam Keputusan/Ketetatapan
MPR.
Khusus dalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan empat pokok tujuan
pembangunan nasional
mencakup: mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan kesejahteraan umum,
melindungi
seluruh tumpah darah Indonesia, dan berperanserta dalam membantu ketertiban
dunia dan
perdamaian abadi.
Kedua, landasan idiil pembangunan adalah
Pancasila. Pancasila merupakan arahan yang
paling dasar guna menjiwai seluruh
pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka
memperkokoh perwujudan visi pembangunan
yang termuat dalam UUD 1945 guna
dijadikan
menjiwai penyusunan Keputusan/Ketetatapan
MPR.
Ketiga, landasan operasional pembangunan
adalah Keputusan/Ketetapan MPR.
Keputusan/Ketetapan MPR terutama Ketetapan
tentang Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN)1
merupakan arahan paling dasar sebagai misi
pembangunan nasional lima tahunan
guna dijadikan landasan dalam penyusunan
pembangunan nasional-lima tahunan. GBHN
disusun oleh MPR. Dasar penyusunan GBHN
adalah UUD 1945.
Keempat, landasan perencanaan pembangunan nasional adalah
Program Pembangunan
Nasional-lima tahun (Propenas).
Propenas merupakan arahan paling dasar sebagai strategi
pembangunan lima tahunan guna dijadikan landasan dalam
penyusunan prioritas kebijakan
pembangunan sektoral nasional dan pembangunan sektoral di
daerah (pembangunan daerah).
Propenas disusun oleh Pemerintah bersama DPR. Dasar
penyusunan Propenas adalah
GBHN.
Kelima, landasan pembangunan nasional tahunan adalah
Rencana Pembangunan Tahunan
(Repeta). Repeta merupakan arahan paling dasar sebagai
pelaksanaan strategi pembangunan
lima tahunan ke dalam sasaran pembangunan satu tahunan
guna dijadikan landasan dalam
penyusunan pembiayaan pembangunan sektoral nasional
dan pembangunan sektoral di daerah
(pembangunan daerah). Repeta disusun oleh Pemerintah
bersama DPR. Dasar penyusunan
Repeta adalah Propenas. Repeta memuat satuan anggaran
pembiayaan pembangunan sektoral
nasional. Dasar penyusunan Repeta adalah Propenas.
Keenam, landasan pembiayaan pembangunan nasional tahunan adalah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
APBN merupakan arahan paling dasar sebagai
acuan pembiayaan bagi pelaksanaan pembangunan nasional satu tahunan guna
dijadikan
sumber pembiayaan pembangunan sektoral nasional dan pembangunan sektoral di
daerah
(pembangunan daerah). APBN disusun oleh Pemerintah bersama DPR. Dasar
penyusunan
APBN adalah Repeta. APBN memuat nilai-nilai anggaran pembiayaan
pembangunan sektoral
nasional dan pembangunan sektoral di daerah (pembangunan daerah) yang tertuang
dalam
APBN.
Ketujuh, landasan perencanaan pembangunan sektoral nasional
adalah Rencana Strategis
(Renstra). Renstra merupakan arahan paling dasar sebagai
pelaksanaan kegiatan
pembangunan jangka menengah (lima tahunan) ke dalam kegiatan
pembangunan jangka
pendek (satu tahunan) guna dijadikan landasan dalam penyusunan
anggaran pembiayaan
pembangunan sektoral nasional dan pembangunan sektoral di
daerah (pembangunan daerah)
selama satu tahun. Renstra disusun oleh Departemen Teknis,
Lembaga Pemerintah NonDepartemen, dan Lembaga-lembaga
Pemerintah lainnya, guna dijadikan landasan pelaksanaan
kegiatan pembangunan. Dasar penyusunan Renstra adalah Propenas
dan Repeta.
Kedelapan, landasan perencanaan pembangunan nasional di
daerah adalah Pola Dasar
Pembangunan Daerah (Poldas). Poldas merupakan arahan
paling dasar sebagai strategi
pembangunan lima tahunan nasional di daerah guna dijadikan
landasan dalam penyusunan
prioritas kebijakan pembangunan sektoral di daerah
(pembangunan daerah). Poldas disusun
oleh Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, dan
Kecamatan, bersama DPRD masingmasing. Dasar penyusunan
Poldas adalah GBHN.
Kesembilan, landasan perencanaan pembangunan nasional di
daerah adalah Program
Pembangunan Nasional-lima tahun Daerah (Propeda). Propeda
merupakan arahan
paling dasar sebagai strategi pembangunan lima tahunan di
daerah guna dijadikan landasan
dalam penyusunan prioritas kebijakan pembangunan sektoral
nasional di daerah
(pembangunan daerah). Propeda disusun oleh Pemerintah
Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota,
dan Kecamatan, bersama DPRD masing-masing. Dasar
penyusunan Propeda adalah Poldas
dan Propenas.
Kesepuluh, landasan pembangunan nasional di daerah adalah
Rencana Pembangunan
Tahunan Daerah (Repetada). Repetada merupakan arahan paling
dasar sebagai pelaksanaan
strategi pembangunan lima tahunan di daerah ke dalam sasaran
pembangunan satu tahunan
guna dijadikan landasan dalam penyusunan pembiayaan
pembangunan sektoral di daerah
(pembangunan daerah). Repetada disusun oleh Pemerintah Daerah
Provinsi,
Kabupaten/Kota, dan Kecamatan, bersama DPRD masing-masing.
Dasar penyusunan
Repetada adalah Propeda. Repetada memuat satuan anggaran
pembiayaan pembangunan
sektoral nasional yang tertuang dalam APBD.
Kesebelas, landasan pembiayaan pembangunan tahunan di
daerah adalah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD merupakan
arahan paling dasar sebagai
acuan pembiayaan bagi pelaksanaan pembangunan daerah satu
tahunan guna dijadikan sumber
pembiayaan pembangunan sektoral di daerah (pembangunan
daerah). APBD disusun oleh
Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Kecamatan,
bersama DPRD masingmasing. Dasar penyusunan APBD
adalah Repetada. APBD memuat nilai-nilai anggaran
pembiayaan pembangunan sektoral di daerah (pembangunan
daerah).
Keduabelas, landasan perencanaan pembangunan sektoral nasional di daerah
(pembangunan
daerah) adalah Rencana Strategis Daerah (Renstrada). Renstrada merupakan arahan
paling
dasar sebagai pelaksanaan kegiatan pembangunan jangka menengah (lima tahunan)
ke dalam
kegiatan pembangunan jangka pendek (satu tahunan) guna dijadikan landasan
dalam
penyusunan anggaran pembiayaan pembangunan sektoral nasional di daerah
(pembangunan
daerah) selama satu tahun. Renstrada disusun oleh Pemerintah Daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota, dan Kecamatan, guna dijadikan landasan pelaksanaan kegiatan
pembangunan. Dasar penyusunan Renstrada adalah Propenas dan Repeta, serta
Propeda dan
Repetada.
Ketigabelas, landasan penyerasian pembangunan adalah forum Rapat Koordinasi
Pembangunan Nasional (Rakorbangnas). Rakorbangnas merupakan suatu mekanisme
penyerasian penyusunan rencana pembangunan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan
pembangunan nasional di daerah berdasarkan masukan dari daerah (rakyat) sesuai prinsip
musyawarah dan wawasan nasional (Pancasila dan Pembukaan UUD 1945). Tujuan utama
Rakorbangnas adalah menentukan prioritas pembanguan di setiap wilayah/daerah dan
kawasan/regional. Jalur pelaksanaan skema Rakorbangnas dimulai dari forum pertemuan di
tingkat Desa/Kelurahan dan Kecamatan (tingkat pertama), dilanjutkan ke forum pertemuan
tingkat Kabupaten/Kota serta forum Lintaskabupaten/Kota (tingkat kedua), diteruskan ke
forum pertemuan di tingkat Provinsi (tingkat ketiga), kemdian diteruskan ke forum pertemuan
di tingkat kawasan/regional/pulau (tingkat keempat), dan berakhir di forum Rakorbangnas.
Skema Rakorbangnas melibatkan semua unsur pelaku pembangunan, mulai unsur Pemerintah
(Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah), unsur perwakilan rakyat (DPR, DPRD), dan
unsur publik yang terdiri dari unsur bisnis (seperti Kadin) dan nir-laba (perguruan tinggi dan
lembaga swadaya masyarakat).
pertemuan 11##
Nilai-nilai Pembangunan dan Kondisi Obyektifnya
Nilai-nilai kebangsaan. Bahwa pembangunan nasional itu
sesungguhnya adalah pembangunan yang dilakukan secara
sinergi, harmonis, dan dinamis oleh segenap rakyat Indonesia
di mana saja. Pembangunan sesungguhnya adalah upaya
memecahkan permasalahan bangsa dalam wujud menghadapi
tantangan bangsa baik yang berasal dari dalam negeri maupun
luar negeri.
Nilai-nilai otonomi. Bahwa pembangunan nasional itu sesungguhnya adalah
pembangunan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pembangunan secara sederhana
perlu dipahami
sebagai usaha mewujudkan cita-cita Pembukaan UUD 1945 (alinea 4). Nilai-
nilai otonomi
yang utama otonomi pembangunan mencakup otonomi masyarakat, dan
otonomi kewenangan
pemerintah daerah. Baik Undang-undang Pemerintahan Daerah dan Undang-
undang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah sesungguhnya
adalah
mengandung prinsip otonomi pembangunan, bukan semata otonomi politik,
yaitu adanya
kewenangan pemerintah daerah dan masyarakat daerah dalam
penyelenggaraan pembangunan
daerah guna mewujudkan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. 5
Nilai-nilai kemanusiaan. Kemanusiaan adalah nilai tertinggi yang dihargai oleh
Tuhan Yang
Mahakuasa. Penghargaan Tuhan Yang Mahakuasa terhadap kemanusiaan ditandai
adanya
kedudukan agama yang sangat penting bagi setiap umat manusia. Prinsip dasar
kemanusiaan
adalah hubungan yang sederajat antarmanusia yang disyaratkan oleh kondisi dimana
(1) setiapindividu manusia mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
kedudukannya dimasyarakat; dan
(2) setiap individu manusia mempunyai kedudukan yang sama di hadapanTuhan
Yang Mahakuasa. Dari dua kondisi itu, perbedaan yang ada sesungguhnya adalah
perbedaan kepentingan diantara sesama manusia itu dalam rangka menjlankan hak
dan kewajibannya masing masing serta perbedaan keimanan dalam menjalankan
ajaran ajaran agamanya. Prinsip dasar kemanusiaan tersebut merupakan nilai nilai
yang harus diperhatikan ddalam penerapan seluruh aspek pebangunan.
Prinsip Penyusunan Program
Prinsip penyusunan program pembangunan sesuai dengan
nilai-nilai kebangsaan, otonomi,
demokrasi maka dituangkan prinsip penyusunan program
sebagai berikut:
Pembangunan manusia. Pembangunan manusia adalah
pembangunan yang memanusiakan
manusia. Prinsip demikian diarahkan pada upaya
mempertahankan dan meningkatkan
martabat manusia. Tujuan pembangunan manusia adalah
meningkatkan memperkuat visi
pembangunan, meningkatkan kualitas hidup, dan
meningkatkan daya saing manusia Indonesia.
Pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah
pembangunan yang memberikan
peluang yang sama kepada setiap manusia untuk memperoleh
akses ekonomi. Prinsip
demikian diarahkan pada upaya membangun penguatan
sumberdaya ekonomi yang dimiliki
oleh setiap manusia. Tujuan pembangunan ekonomi adalah
meningkatkan efisiensi
sumberdaya ekonomi dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan rakyat.
Pembangunan prasarana. Pembangunan prasarana adalah
pembangunan yang memberikan
bantuan prasarana dan sarana pendukung pembangunan
manusia dan pembangunan ekonomi.
Prinsip demikian diarahkan pada upaya memicu dan memacu
dukungan bagi pelaksanaan
pembangunan manusia dan pembangunan ekonomi. Tujuan
pembangunan prasarana adalah
menyediakan bantuan basis pendukung bagi pelaksanaan
pembangunan manusia dan ekonomi.
Pembangunan kelembagaan. Pembangunan kelembagaan
adalah pembangunan yang
memperkuat mekanisme pembangunan yang telah berjalan di
masyarakat. Prinsip demikian
diarahkan pada upaya pelaksanaan otonomi pembangunan
yang nyata di masyarakat. Tujuan
pembangunan kelembagaan adalah melembagakan proses
pembangunan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat melalui lembaga pembangunan
pemerintah dan lembaga
pembangunan milik masyarakat.
Pembangunan berkelanjutan. Pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang
memperkuat sistem pengendalian pembangunan agar
selaras dengan tujuan pembangunan
nasional. Prinsip demikian diarahkan pada upaya
pelaksanaan pembangunan yang
berkelanjutan menuju kemajuan dan kemandirian dalam
pelaksanaan pembangunan. Tujuan
pembangunan berkelanjutan adalah memperkuat
pelaksanaan untuk mewujudkan visi
pembangunan nasional.
Suasana berkeadilan dalam konteks pembangunan merupakan
pendekatan utama dari pembangunan nasional di Indonesia, yang
mengandung arti:
(1) Persamaan hak dankewajiban. Semua lapisan masyarakat
mempunyai peluang yang sama sesuai dengan
kemampuan (capability), potensi (capacity), dan kebutuhannya (needs)
dalam mewujudkan cita-cita
pembangunan;
(2) Efisiensi. Semua lapisan masyarakat melakukan aktivitas
pembangunan secara efisien agar tidak mengganggu kesetimbangan
pasar;
(3) Kesinambungan pembangunan. Segenap sumberdaya pembangunan
harus dimanfaatkan dan dilestarikan oleh
seluruh rakyat demi sebesar-besarnya kepentingan rakyat;
(4) Masyarakat sebagai aktor.
Masyarakat merupakan pelaku dan penggerak utama
pembangunan baik pembangunan nasional (sektor-sektor
nasional) maupun pembangunan daerah (sektor-sektor nasional
didaerah); dan
(5) Pemerintah sebagai fasilitator. Pemerintah merupakan
penyelenggara negara yang memfasilitasi pelaksanaan
pembangunan yang dilaksanakan sendiri oleh
masyarakat (dalam arti luas baik yang belum maju maupun
yang sudah maju, termasuk dunia
usaha) dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai