Anda di halaman 1dari 55

BEDAH BUKU PANCASILA

Disusun oleh :
Liza Agustina
1710154010006

Dosen Pembimbing :
H. Ikhsan Yusda PP. SH. LLM. MM

Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi


Prodi D3 Kebidanan Tingkat 1
T.A 2017/2018
1
BAB I
PENDAHULUAN

Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang resmi disahkan oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam pembukaan UUD 1945, di
undangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama-sama dengan batang
tubuh UUD 1945.
Dalam perjalanan sejarah eksistensi pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik
Indenesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai dengan
kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung dibalik
legitimasi ideology Negara pancasila.
Berdasarkan kenyataan tersebut diatas gerakan reformasi berupaya untuk
mengembalikan kedudukan dan fungsi pancasila yaitu sebagai dasar Negara Republik
Indonesia, yuang hal ini direalisasikan melalui ketetapan sidang istimewa MPR tahun 1998
No. XVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4 dari sekaligus juga pencabutan
pancasila sebagai satu-satunya asas bagi orsospol di Indonesia. Ketetapan tersebut sekaligus
juga mencabut mandat MPR yang diberikan kepada presiden atas kewenangannya untuk
membudayakan pancasila melalui P-4 dan asas tunggal pancasila.
Dampak yang cukup serius atas manipulasi pancasila oleh para penguasa pada masa
lampau, dewasa ini banyak kalangan elit politik serta sebagian masyarakat beranggapan
bahwa pancasila merupakan label politik orde baru sehungga mengembangkan serta mengkaji
pancasila di anggap akan mengembalikan kewibawaan orde baru.
Bukti yang secara objektif dapat disaksikan adalah terhadap hasil reformasi yang telah
berjalan selama ini, belum menampakkan hasil yaitu kesejahteraan yang dapat dinikmati oleh
rakyat secara luas, nasionalisme bangsa rapuh, sehingga martabat bangsa Indonesia di
pandang rendah dimasyarakat Internasional.
Berdasarkan alasan serta kenyataan kenyataan objektif tersebut diatas maka sudah
menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai warga Negara utnuk mngembangkan serta
mengkaji pancasila sebagai suatu hasil karya besar bangsa kita yang setingkat dengan paham
atau isem-isme besar dunia dewasa ini seperti misalnya libaralisme, sosialisme, komunisme.
Upaya untuk mempelajari serta mengkaji pancasila tersebut terutama dalam kaitannya dengan
tugas besar bangsa Indonesia untuk mengembalikan tatanan Negara kita yang sudah tidak lagi
merepresentasikan filosofi bangsa dewasa ini.

2
A. Landasan Pendidikan Pancasila
1. Landasan historis
 Terbentuk melalui proses panjang sejak zaman kerajaan
 Suatu prinsip tersimpul dalam pandangan dan filsaat hidup bangsa berupa
ciri khas, sifat, dan karakter
 Nasionalisme Indonesia bukan dengan kekuasaan atau hegemoni ideologi
tapi dengan kesadaran berbangsa dan bernegara yang berakar pada sejarah
 Kausa Materialis Pancasila.
2. Landasan Kultural
 Setiap bangsa memiliki ciri khas dan pandangan hidup yang berbeda dengan
bangsa lain
 Sila-sila Pancasila merupakan karya besar bangsa yang dimiliki melalui
proses refleksi filosofis pendiri negara, diantaranya :
 Soekarno
 Moh.Yamin
 Moh.Hatta
 Soepomo
 Sila-sila Pancasila merupakan hasil pemikiran tentang bangsa dan negara
yang mendasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai.
3. Landasan Yuridis
 UU No.2 Tahun 1989 memuat Sistem Pendidikan Nasional di Perguruan
Tinggi
 Pasal 39 berisi kurikulum (jenis/jalur/jenjang) dinyatakan wajib memuat
pendidikan :
 Pancasila
 Agama
 Kewarganegaraan
 SK Mendiknas No.232/U/2000
Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian
Hasil Belaja Mahasiswa. Pasal 10 ayat 1 menyatakan setiap pelajaran wajib
memuat agama, Pancasila, dan Kewarganegaraan
 SK Dirjen PT : SK No.38/DIKTI/KEP/2002 (pasal 3)
Untuk :
 Mampu berpikir
 Nasional
3
 Dinamis
yang terdiri :
 Historis
 Filosofis
 Ketatanegaraan
 Etika politik
4. Landasan Filosofis
 Sebelum merdeka
 Bangsa berketuhanan dan berkemanusiaan
 Karena manusia makhluk Tuhan Yang Maha Esa (kenyataan
objektif)
 Syarat mutlak suatu Negara
 Negara berpersatuan dan berkerakyatan
 Persatuan berwujud rakyat (unsur pokok)
 Konsekuensi rakyat
 Rakyat
 Dasar ontologis demokrasi karena asal mula kekuasaan negara
adalah rakyat

B. Tujuan Pendidikan Pancasila


Dalam UU No.2 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional dan SK
No.38/DIKTI/KEP/2003, dijelaskan bahwa tujuan materi pancasila mengarahkan
perhatian pada moral dalam kehidupan sehari-hari dengan :
 Memanfaatkan iman dan taqwa
 Mendukung kerakyatan
Tujuan pendidikan diartikan sebagai seperangkat tindakan intelektual penuh
tanggung jawab yang berorientasi pada kompetensi dan bidang profesi masing-
masing. Sifat intelektual tersebut tercermin pada kemahiran, ketepatan, keberhasilan
bertindak. Sedangkan sifat penuh tanggung jawab diperlihatkan sebagai kebenaran
tindakan ditilik dari aspek iptek, etika, agama dan budaya.
Pendidikan pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang
berperilaku sebagai berikut:
1. Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung jawab
sesuai dengan hati nuraninya

4
2. Memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan
serta cara-cara pemecahannya
3. Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni
4. Memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai- nilai
budaya bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia.
Melalui pendidikan pancasila, warga negar Republik Indonesia diharapkan
mampu memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten berdasarkan cita-cita
dan tujuan bangsa Indonesia.

C. Pembahasan Pancasila Secara Ilmiah


Syarat-syarat ilmiah Pembahasan Pancasila menurut buku “Tahu dan
Pengetahuan” karangan I.R.Poedjawijatno ada 4, yaitu :
1. Berobjek
Syarat pertama bagi suatu pengetahuan yang memenuhi syarat ilmiah
adalah bahwa semua ilmi pengetahuan itu harus memiliki objek. Yang
dalam filsafat ilmu pengetahuan dibedakan atas objek forma dan objek
material.
Objek Forma pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu dalam
pembahasan pancasila atau dari sudut pandang apa pancasila dibahas. Pada
hakikatnya npancasila dapat dibahas dari berbagai macam sudut pandang,
yaitu:
 Moral pancasila
 Ekonomi pancasila
 Pers pancasila
 Pancasila yuridis kenegaraan
 Filsafat pancasila
Objek Materia pancasila adalah suatu objek yang merupakan sasaran
pembahsan dan pengkajian pancasila baik yang bersifat empiris maupun
non empiris. Objek materia pembahasan pancasila dapat berupa hasil
budaya bangsa Indonesia yang berupa lembaran, bukti, benda sejarah,
benda-benda budaya, lembaran Negara, lembaran hukum maupun naska-
naskah kenegaraan lainnya, maupun adat istiadat bangsa Indonesia sendiri.

5
Objek yang bersifat non empiris meliputi nilail-nilai budaya, moral, dan
religius.
2. Bermetode
Metode dalam pembahasan pancasila sangat tergantung pada
karakteristik objek forma maupun objek materia pancasila. Salah satu
metode dalam pembahasan pancasila, yaitu:
 Analitico Syntetic
Metode pembahasan Pancasila yang merupakan perpaduan
metode analisis dan sintetis
 Hermeneutika
Digunakan untuk menemukan makna dibalik objek
 Analitika bahasa
 Pemahaman, penafsiran dan interpretasi
3. Bersistem
Bagian-bagian dari pengetahuan ilmiah itu harus merupakan suatu
kesatuan, antar bagian-bagian itu saling berhubungan, baik berupa
hubungan interelasi ( saling hubungan ), maupun interdepedensi ( saling
suatu kesatuan dan keutuhan, bahkan pancasila itu sendiri dalam dirinya
sendiri adalah merupakan suatu kesatuan dan keutuhan ‘majemuk
tunggal’yaitu kelima sila itu baik rumusannya, inti dan isi dari sila-sila
pancasila itu adalah merupakan suatu kesatuan dan kebulatan. Pembahsan
pancasila secara ilmiah dengan sendirinya sebagai suatu system dalam
dirinya sendiri yaitu pada pancasila itu sendiri sebagai objek pembahsan
ilmiah senantiasa bersifat koheren ( runtut ), tanpa adanya suatu
pertentangan di dalamnya, sehingga sila-sila pancasila itu sendiri adalah
merupakan suatu kesatuan yang sistematik.
4. Bersifat Universal
Artinya kebenarannyabtidak terbatas oleh waktu, ruang, keadaan,
situasi, kondisi maupuin jumlah tertentu. Dalam kaitanyya dengan kajian
pancasila hakikat ontologism nilai-nilai pancasila adalah bersifat universal,
atau dengan lain perkataan intisari, esensi atau makna yang terdalamk dari
sila-sila pancasila, pada hakikatnya adalah bersifat universal.
Tingkatan Pengetahuan Ilmiah
Tingkatan pengetahuan ilmiah dalam maslah ini bukan berarti tingkatan dalam hal
kebenarannya namun lebuh menekankan pada karakteristik pengetahuan masing-
6
masing. Tingkatan pengetahuanh ilmiah tersebut, sangat di tentukan oileh macam
pertanyaan ilmiah sebagai berikut ini:
Pengetahuan deskriptif-------suatu pertanyaan “bagaimana”
Pengetahuan kausal-------suatu pertanyaan “mengapa”
Pengetahuan normative-------suatu pertanyaan “kemana”
Pengetahuan essensial-------suatu pertanyaan “apa”
Lingkup Pembahasan Pancasila Yuridis Kenegaraan
Pancasila dibahas dari sudut pandang moral atau etika maka lingkup
pembahsannya meliputi ‘etika pancasila’ dibahsa dari sudut ekonomi kita dapatkan
bidang ‘ekonomi pancasila’, dari sudut pandang nilai ‘aksiologi pancasila’, dari suudut
pandang pers ‘pers pancasila’, dari sudut pandang epistemology ‘epislemologi
pancasila’, dari sudut pandang filsafat ‘filsafat pancasila’, adapun bilaman pancasila
dibahas dari sudut pandang yuridis kenegaraan maka kita dapatkan bidang ‘pancasila
yuridis kenegaraan’.
Tingkatan pengetahuan ilmiah dalam pembahsan pancasila yuridis kenegaraan
adalah meliputi tingkatan pengetahuan deskriptif, kausal, dan normative, adapun
tingkatan pengetahuan ilmiah essensial dibahas dalam bidang filsafat pancasila, yairtu
membahas sila-sila sampai intisarinya, makna yang terdalam atau membahsa sila-sila
pancasila sampai tingkat hakikatnya.
D. Beberapa pengertian pancasila
1. Pengertian Pancasila secara Etimologis
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari Sansekerta dari India (bahasa
kasta Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut
Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua
macam arti secara leksikal yaitu :
“panca” artinya “lima”
“syila” vokal I pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”
“syiila” vokal i pendek artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting
atau yang senonoh”
Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa
Jawa diartikan “susila “ yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh
karena itu secara etimologis kata “Pancasila” yang dimaksudkan adalah adalah
istilah “Panca Syilla” dengan vokal i pendek yang memilki makna leksikal
“berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”.

7
Adapun istilah “Panca Syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan
tingkah laku yang penting.
2. Pengertian Pancasila secara Historis
a. Ir. Soekarno ( 1 Juni 1945 )
1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
b. Piagam Jakarta ( 22 Juni 1945 )
Adapun rumusan pancasila sebagaimana termuat dalam Piagam Jakarta
adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratn/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
3. Pengertian Pancasila secara Termonologis
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kemanbusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
a. Dalam konstitusi RIS ( Republik Indonesia Serikat )
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Peri kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan social
b. Dalam UUDS ( Undang-undang Dasar Sementara 1950 )
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Peri kemanusiaan
8
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan social
c. Rumusan Pancasila di Kalangan Masyarakat
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Peri kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kedaulatan rakyat
5. Keadilan social

9
BAB II
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH BANGSA INDONESIA
( KAUSA MATERIALIS PANCASILA)

A. Pengantar
Suatu bangsa dalam mewujudkan cita-cita kehidupannya dalam suatu Negara
modern, secara objektif memiliki karakteristik sendiri-sendiri, dan melalui suatu
proses serta perkemnangan sesuai dengan latar belakang sejarah, realitas social,
budaya, etnis, kehidupan keagamaan, dan konstelasi geografis tersbut.
Untuk memahami Pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya
dengan jati diri bangsa Indonesia, mutlak diperlukan pemahaman sejarah perjuangan
bangsa Indonesia untuk membentuk suatu negara yang berdasarkan suatu asa hidup
bersama demi kesejahteraan hidup bersama, yaitu negara yang berdasarkan Pancasila.

B. Nilai-nilai Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia


Zaman Kutai
Massyarakat kutai yang membangun zaman sejarah Indonesia pertama kalinya
ini menampilkan nila-nilai social politik, dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan,
kenduri, serta sedekah pada para Brahmana
Zaman Sriwijaya
Menurut Mr. M. Yamin bahwa berdirinya Negara kebangsaan Indonesia tidak
dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek
moyang bangsa Indoneisa.
Ada tiga tahap pembentukan negara Indonesia :
1. Sriwijaya/ syailendra (600-1400) – kedatuan
2. Majapahit (1293-1525) – keprabuan
3. Modern (17 Agustus 1945-sekarang)

Zaman Kerajaan-kerajaan Sebelum Majapahit


Banyak kerajaan kecil yang mendukung akan lahirnya kerajaan Majapahit
seperti Isana, Kalasan, Darmawangsa,dll. Pada zaman itu lambang Negara Indonesia
yang makna didalamnya juga melambangkan sila-sila pancasila, digambarkan dengan
burung Garuda., dengan seloka Bhineka Tunggal Ika. Burung Garuda adalah
merupakan kekayaan satwa Nusantara, sebagai salah satu jenis burung bahkan terdapat
secara luas di tanah bangsa serumpun dan memiliki kesamaan kebudayaan yaitu
10
madagaskar dan malagsi, dan satwa itu dahulu di istilahkan dengan nama Vurumahery
yang berarti burung sakti.
Zaman Majapahit
Empu Prapanca menilis Negarakertagama yang memuat istilah Pancasila.
Begitu juga Empu Tantular yang mengarang kitab Sutasoma yang memuat Bhineka
Tunggal Ika Tan Hana Dharma Magrua yang berarti walau berbeda namun satu jua
adanya sebab tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Hal ini
menunjukkan adanya realitas kehidupan agama pada saat itu, yaitu Hindu dan Budha.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan
Menteri-menteri di paseban keprabuan Majapahit tahun 1331, yang berisi cita-cita
mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut : “Saya barua akan berhenti
berpuasa makan pelapa, jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan
negara.Impian ini telah mempersatukan silayah nusantara dalam sebuah kesatuan
menjadi kenyataan hingga saat ini.
C. Zaman Penjajahan
Belanda terbukti menindas rakyat Indonesia melalui berbagai cara, namun
berkat kegigihan para pejuang untuk bebas dari penjajah, kerajaan dan pemerintahan
yang ada saat itu melakukan perundingan silih berganti.
Namun, semua perlawanan senantiasa kandas karena tidka disertai rasa persatuan dan
kesatuan dalam menaklukkan penjajah. Belanda mulai menerapkan sitem monopoli
melalui tanam paksa (1830-1870) dengan memaksakan beban kewajiban terhadap
rakyat yang tidak berdosa. Penderitaan rakyat semakin menjadi-jadi dan Belanda
sudah tidak peduli lagi dengan fratap penderitaan tersebut, bahkan mereka semakin
gigih dalam menghisap rakyat untuk memperbanyak kekayaan bangsa Belanda.
D. Kebangkitan Nasional
Terjadinya pergolakkan kebangkitan dunia timur mendorong bangkitnya
semangat kesadaran berbangsa yang ditandai dengan lahirnya Budi Utomo, disusul
dengan lahirnya SDI, SI, Indische Partij, PNI, dll.
Munculnya organisasi kepemudaan menunjukkan bahwa persatuan untuk melawan
penjajah mulai terealisasikan.
E. Zaman Penjajahan Jepang
Fasis jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “jepang pemimpin Asia,
jepang saudara tua bangsa Indonesia”. Akan tetapi dalam perang melawan sekutu barat
yaitu(Amerika, Inggris, Jepang, Perancis, Belanda dan Negara sekutu lainnya)
nampaknya jepang semakin terdesak.
11
Sidang BPUPK Pertama
Sidang ini dilaksanakan empat hari berturut-turut yang tampil untuk berpidato
menyampaikan usulannya adalah sebagai berikut:
Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945) Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 Muh. Yamin
mengusulkan tentang Negara Indonesia yang akan dibentuk, jadi tidak secara langsung
menguraikan rincian sila-sila pancasila. Pertama Muh. Yamin menguraikan tentang
“E’tat Nation” atau “Nationale staat” (Negara kebangsaan). Berikutnya Yamin
membahas tentang “Tujuan Kemerdekaan” dengan dasar kemanusiaan
(internasionalisme), dasar kedaulatan rakyat atau kedaulatan Negara.
Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945) Berbeda dengan usulan Mr. Muh. Yamin, Prof. Dr.
Soepomo mengemukaakan teori—teori Negara sebagai berikut:
1) Teori Negara perseorangan (individualis)
2) Paham Negara kelas (class teory) atau teori golongan
3) Paham Negara integralistik
Ir. Soekarno (1 Juni 1945) Usulan rumusan dasar Negara dalam siding BPUPKI
pertama yang diformulasikan secar lengkap adalah pidato Ir. Soekarno, yang
disampaikannya dalam sidang tersebut secara lisan tanpa teks. Beliau mengusulkan
dasar Negara yang terdiri atas 5 prinsip yang rumusannnya adalah sebagai berikut:
1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (peri kemanusiaan)
3. Mufakat (demokrasi)
4. Kesejahteraan social
5. Ketuhanan yang maha esa (ketuhanan yang kerkebudayaan)
Sidang BPUPK Kedua ( 10-16 Juli 1945)
Membentuk “Panitia Sembilan” untuk membuat pembukuan hukum dasar yang lebih
kita kenal dengan istilah Undang-Undang Dasar. Pada tanggal 14 Juli Badan
Penyelidik bersidang lagi dan Pantia Perancang Undang-undang Dasar melaporkan
hasil pertemuannya. Susunan Undang-undang Dasar yang diusulkan terdiri atas 3
bagian, yaitu:
a. Pernyataan Indonesia merdeka, yang berupa dakwaan dimuka dunia atas
penjajahan Belanda.
b. Pembukaan yang didalamnya terkandung dasar Negara Pancasila.
c. Pasal-pasal Undang-undang Dasar (Pringgodigdo, 1979:169-170).

12
F. Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI
Proklamasi Jepang kalah perang melawan tentara sekutu, Jepang terdesak memberikan
kemerdekaan Indonesia melalui PPKI sebagai tim perncang kemerdekaan Indoensia.
PPKI beranggotakan 21 orang, yang tidak satupun anggotanya dari pihak Jepang
sehingga dapat leluasa merundingkan proklamasi untuk kemerdekaan Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Bung Karno dengan didampingi Bung Hatta membacakan naskah Proklamasi dengan
khidmat dan diawali dengan pidato, sebagai berikut:

PROKLAMASI
Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-
hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara
seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno-Hatta

Sidang PPKI
1. Sidang Pertama (18 Agustus 1945)
Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan-
keputusan sebagai berikut :
a. Mengesahkan Undang-undang Dasar 1945 yang meliputi:
1) Setelah melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta yang kemudian
berfungsi sebagai Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
2) Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari Badan
Penyelidik pada tanggal 17 Juli 1945, setelah mengalami berbagai perubahan
karena berkaitan dengan perubahan Piagam Jakarta, kemudian berfungsi
sebagai Undang-Undang Dasar 1945
b. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama
c. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai badan musyawarah
darurat.
2. Sidang kedua (19 Agustus 1945)
Pada sidang kali ini, PPKI berhasil menetapkan daerah Propinsi sebagai
berikut :
13
• Jawa Barat
• Jawa Tengah
• Jawa Timur
• Sumatera
• Borneo
• Sulawesi
• Maluku
• Sunda Kecil
3. Sidang Ketiga (20 Agustus 1945)
Sidang ketiga ini dilakukan pembahasan terhadap agenda tentang ‘Badan
Penolong Keluarga Korban Perang’, adapun keputusan yang dihasilkan adalah
terdiri atas delapan pasal. Salah satu dari pasal tersebut yaitu, pasal 2
dibentuklah suatu badan yang disebut ‘ Badan Keamanan Rakrat’ (BKR).
4. Sidang Keempat (22 Agustus 1945)
Pada sidang keempat PPKI membahas agenda tentang Komite Nasional Partai
Nasional Indonesia, yang pusatnya berkedudukan di Jakarta.

G. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan


Arti proklamasi kemerdekaan bagi Indonesia:
1. Secara yuridis, Proklamasi menjadi awal tidak berlakunya hukum kolonial,
dan mulai berlakunya hukum masional.
2. Secara politis ideologis, Proklamasi berarti bahwa Indonesia terbebas dari
penjajahan dan memiliki kedulatan untuk menentukan nasib sendiri.

Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)


Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memeliki kedaulatan. Oleh
karena itu, persetujuan KMB bukanlah penyerahan kedaulatan, melainkan pengalihan atau
pengakuan kedaulatan.

Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1950


Berdasarkan persetujuan RIS dengan Negara RJ tanggal 19 Mei 1950, maka
seluruh warga Negara bersatu dalam Negara kesatuan, dengan komnstitusi sementara yang
berlaku sejak 17 Agustus 1950.
Walaupun UUDS 1950 telah merupakan tonggak untuk menuju cita-cita
Proklamasi, pancasila dan UUD 1945, namun kenyataannya masih berorientasi kepada
14
pemerintah yang berasas demokrasi liberal sehingga isi maupun jiwanya merupakan
penyimpangan terhadap pancasila. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. System multipartai dan cabinet parlementer berakibat silih bergantinya cabinet yang
rata-rata hanya berumur 6 atau 8 bulan.
b. Secara ideologis Mukadimah Konstitusi sementara 1950, tidak berhasil mendekati
perumusan otentik pembukaan UUD 1945, yang dikenal sebagai Declaration of
Indenpendence bangsa Indonesia.

Dekrit Presiden 5 Juli 1959


Ketidakstabilan negara disegala bidang membuat Presiden Soekarno mengeluarkan
dekrit Presiden yang berisi :
1. Membubarkan Konstituante
2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945. Tidak berlakunya kembali UUDS
tahun 1950.
3. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Pengertian Dekrit
Dekrit adalah suatu keputusan dari organ tertinggi (kepala Negara atau organ lain)
yang merupakan penjelmaan kehendak yang sifatnya sepihak.
Landasan hukum Dekrit adalah hukum darurat :
a) Hukum tata negara darurat subjektif
b) Hukum tata negara darurat objektif
Masa Orde Baru
Muncul Tritura akibat adanya peristiwa pemberontakan PKI yang berisi :
1) Pembubaran PKI
2) Pembersihan kabinet dari unsur PKI
3) Penurunan harga kebutuhan pokok

15
BAB III
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. Pengertian Filsafat
Dari segi Etimologis. Filsafat adalah suatu istilah yang secara umum yang
dipergunakan untuk menyebutkan usaha ke arah keutamaan mental ( the pursuit of
mental excellence) ( Ali mudhofir, 1985).
Lingkup pengertian filsafat. Untuk mengetahui lingkup pengertian filsafat, terlebih
dahulu perlu dipahami objek material dan formal ilmu filsafat sebagai berikut:
Objek material filsafat, yaitu objek pembahsan filsafat yang meliputi segala sesuatu
baik yang bersifat material kongkrit seperti, manusia, alam, benda, binatang dan lain
sebagainya, maupun sesuatu yang bersifat abstrak misalnya nilai, ide-ide, ideology,
moral, pandangan hidup dan lain sebagainya.
Objek formal filsafat, adalah cara memandang seorang peneliti terhadap objek material
tersebut, suatu objek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai macam sudut
pandang yang berbeda.
Cabang-cabang Filsafat dan Aliran-alirannya
Untuk mempermudah pemahaman kita perlu diutamakan cabang-cabang filsafat yang
pokok:
Metafisika: persoalan tentang hakikat yang ada (segala sesuatu yang ada)
Epistemologi: persoalan hakikat pengetahuan
Metodologi: Berkaitan dengan persoalan hakikat metode ilmiah
Logika: Berkaitan dengan persoalan penyimpulan
Etika: Berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
Estetika: Berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan

B. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem


Sistem adalah suatu keasatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekarja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan utuh yang memiliki ciri-ciri :
a. Suatu kesatuan bagian-bagian
b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
d. Keseluruhan dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan sistem)
e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
16
Kesatuan Sila-sila Pancasila
1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Bersifat Organis
Monopluralis merupakan kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis,
memiliki hakikat secara filosofis yang bersumber pada hakikat dasara ontologis
manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat
manusia.
2. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramida
Secara ontologis hakikat sila-sila Pancasila mendasarkan pada landasan
Pancasila yaitu :
 Tuhan
 Manusia
 Satu
 Rakyat
 Adil
Hakikat dan inti Pancasila
 Ketuhanan
 Kemanusiaan
 Persatuan
 Kerakyatan
 Keadilan
3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan
saling mengkualifikasi
Kesatuan sila-sila Pancasila yang meajemuk tunggal, hierarki piramidal juga
dimaksudkan bahwa dalam setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya, atau
dengan lain perkataan dalam setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila
lainnya.
C. Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar
ontologis, dasar epistemologis, dan dasar oskologis sendiri yang berbeda degan sistem
filsafat yang lainnya misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme, komunisme,
idealisme dan lain paham filsafat di dunia.
1. Dasar Antropologis (hakikat manusia) Sila-Sila Pancasila
2. Dasar Epistemologis (pengetahuan) Sila-sila Pancasila
3. Dasar Aksiologis (nilai) Sila-sila Pancasila
Nilai-nilai Pancasila sebagai Suatu Sistem

17
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila satu sampai dnegan sila lima
merupakan cita-cita harapan dan dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkannya
dalam kehidupan. Sejak dahulu cita-cita tersebut telah didambakan oleh bangsa
Indonesia agar terwujud dalam suatu masyarakat yang gemah ripah loh jinawi, tata
tentrem karta raharja, dengan penuh harapan diupayakan terealisasi dalam setiap
tingkah laku dan perbuatan setiap manusia Indonesia.
D. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental Bagi Bangsa dan Negara Republik
Indonesia
1. Dasar Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara serta sebagai filsafat hidup bangsa
Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis,
fundamental dan menyeluruh. Maka sila-sila pancasila merupaka suatu kesatuan
yang bulat dan utuh, hirarkis dan sitematis. Dalam pengertian inilah maka sila-sila
pancasila merupakan suatu system filsafat. Konsekuensinya kelima sila bukan
terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-sendiri, melainkan memiliki esensi
serta makna yang utuh.
2. Nilai-nilai Pancasila Sebagai Dasar Fundamental Negara
Nilai-nilai pancasila terkandung dalam pembukaan UUD 1945 secara yuridis
memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental. Adapun
pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat nilai-nilai pancasila
mengandung empat pokok pikiran yang bilamana di analisis makna yang
terkandung didalamnya tidak lain adalah merupakan derivasi atau penjabaran dari
nila-nilai pancasila.
E. Inti Sila-sila Pancasila
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Sila Perstuan Indonesia
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

18
BAB IV
ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA
A. Pengantar
Dalam filsafat Pancasila terkandung di dalamnya suatu pemikiran-pemikiran
yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sitematis dan komprehensif (menyeluruh) dan
sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat
tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam
suatu tindakan atau aspek praksis melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar.
Pengertian Etika
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap
yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral. Etika terbagi
menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Etika Umum
2. Etika Khusus:
 Etika Individual, membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri
 Etika Sosial, membahas kewajiban manusia trhadap manusia lain
B. Pengertian Nilai, Norma dan Moral
1. Pengertian Nilai
Nilai merupakan kemampuan yang dipercayai yang ada pad asuatu benda
untuk memuaskan manusia. Jadi hakikatnya, nilai merupakan sifat atau kualitas
yang melakat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri.
2. Hirarki Nilai
Nilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan, yaitu sebagai berikut:
1) Nilai-nilai kenikmatan
2) Nilai-nilai kehidupan
3) Nilai-nilai kejiwaan
4) Nilai-nilai kerohanian
Golongan manusia menurut Walter G.Everet :
1) Nilai-nilai ekonomis
2) Nilai-nilai kejasmanian
3) Nilai-nilai hiburan
4) Nilai-nilai social
5) Nilai-nilai watak
6) Nilai-nilai estetis
19
7) Nilai-nilai intelektual
8) Nilai-nilai keagamaan
Notonagoro membagi nilai menjadi 3 macam:
1) Nilai material
2) Nilai vital
3) Nilai kerohanian :
 Nilai kebenaran
 Nilai keindahan
 Nilai kebaikan
 Nilai religious
C. Nilai Dasar, Nilai instrumental dan Nilai Praksis
a. Nilai Dasar
Nilai dasar tidak dapat diamati melalui indera manusia, namun berkaitan
dengan tingkah laku manusia atau segala aspek kehidupan manusia yang bersifat
nyata. Nilai bersifat universal karena menyangkut hakikat kenyataan objektif
segala sesuatu misalnya Tuhan, manusia atau segala sesuatu lainnya.

a. Nilai Instrumental
Merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan diarahkan, sehingga
dapat dikatakan bahwa nilai instrumental juga merupakan suatu eksplisitasi dari
nilai dasar.
b. Nilai Praksis
Merupakan perwujudan dari nilai instrumental sehingga dapat berbeda-
beda wujudnya, namun demikian tidak bisa menyimpang atau bahkan tidak dapat
bertentangan karena nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis merupakan
suatu sistem perwujudan yang tidak boleh menyimpang dari sistem tersebut.
Hubungan Nilai, Norma dan Moral, agar nilai tersebut menjadi lebih berguna dalam
menuntun sikap dan tingkah laku manusia, maka perlu lebih dikongkritkan lagi serta
di formulasikan menjadi lebih objektif sehingga memudahkan manusia untuk
menjabarkannya dalam tingkah laku secara kongkrit. Maka wujud yang lebih kongkrit dari
nilai tersebut adalah merupakan suatu norma. Terdapat berbagai macam norma, dan dari
berbagai macam norma tersebut norma hukumlah yang paling kuat keberlakuannya, karena
dapat dipaksakan oleh suatu kekuasaan atau penegak hukum. Selanjutnya nilai dan
norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika. Istilah moral mengandung

20
integritas dan martabat pribadi manusia. Derajat kepribadian seeorang mat ditentukan
oleh moralitas yang dimilikinya. Makna moral yang terkandung dalam kepribadian
seseorang itu tercemin dari sikap dan tingkah lakunya. Dalam pengertian inilah maka
kita memasuki wilayah norma sebagai penuntunn sikap dan tingkah laku manusia. Hubungan
antara moral dengan etika memang sangat erat sekali dan kadang kala kedua hal tersebut
memiliki perbedaan. Moral yaitu merupakan suatu ajaran-ajaran baik lisan maupun
tertulis tentang bagaiamana manusia harus hidup dab bertindak agar manusia menjadi
lebih baik. Etika adalah suatu cabang filsafat yaitu pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran moral tersebut. Demikianlah hubungan yang sistematik antara lain
nilai. Norma dan moral yang pada golirannya ketiga aspek tersebut terwujud dalam
suatu tingkah laku praksis dalam kehidupan manusia.
D. Etika Politik
Secara substansif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek
sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkait erat dengan
bidang pembahasan moral. Hali ini berdasarkan kenyataan keynataan bahwa
pengertian moral senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika. Walaupun dalam
hubungannya dengan masyarakat bangsa maupun negara, etika poltik tetap meletakkan dasar
fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar etika politik bahwa
kebaikan senantiasa di dasarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk yang beradab dan
berbudaya. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa masyarakat, bangsa maupun negara bias
berkembang ke arah keadaan yang tidak baik dalam arti moral. Misalnya suatu negara
yang dikuasai oleh penguasa yang memaksakan kehendak kepada manusia tanpa
memperhitungkandan mendasarkan kepada hak-hak dasar kemanusiaan. Dalam suatu masyarakat
negara yang demikian ini maka seseorang yang baik secara moral kemanusiaan akan di pandang
tidak baik menurut negara serta masyarakat otoriter, karena tidak hidup sesuai dengan aturan yang
buruk dalam suatu masyarakat negara.
1. Pengertian Politik
Pengertian poltik bersal dari kosa kata “poltics” yang memiliki makna bermacam-
macam kegiatan dalam suatu system politik atau „negara‟ yang menyangkut proses penentuan
tujuan-tujuan itu. „pengambilan keputusan‟ mengenai apakah yang menjadi tujuan dari system
politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternative dan penyusunan skala
prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu. Politik selalu menyangkut tujuan-
tujuan dari seluruh masyarakat dan bukan tujuan pribadi seseorang. Selain itu politik
menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik,lembaga masyarakat
maupun perseoranagan. Bilamana lingkup pengertian politik dipahami seperti itu
21
maka terdapat suatu kemungkinan akan terjadi ketimpangan dalam aktualisasi
berpoltik, karena tidak melibatkan aspek rakyat yang baik sebagai individu maupun sebagai suatu
lembaga yang terdapat dalam masyarakat. Oleh karena itu dalam hubungan dengan etika
politik pengertian politik tersebit harus dipahami dalam pengertian yang lebih luas
yaitu menyangkut seluruh unsure yang membentuk suatu persekutuan hidup yang
disebut masyarakat Negara.
2. Dimensi Politis Manusia
a. Manusia Sebagai Makhluk Individu-Sosial
Berdasarkan fakta dalam kehidupan sehari hari, manusia tidak mungkin memenuhi
segala kebutuhannya, jika kalau mendasarkan pada suatu anggapan bahwa sifat
kodrat manusia hanya bersifat individu atau social saja. Manusia memang merupakan
makhluk yang bebas, namun untuk menjamin kebebasannya ia senantiasa memerlukan orang
lain. Oleh karena itu, manusia tidak mungkin bersifat bebas jika kalau ia hanya
bersifat totalitas individu atau social saja. Manusia sebagai makhluk berbudaya,
kebebasan sebagai individu dan segala aktivitas dan kreatifitas dalam hidupnya
senantiasa tergantung kepada orang lain, hal ini dikarenakan manusia sebagai warga
masyarakat atau makhluk social. Kesosialannya tidak hanya merupakan tambahan
dari luar terhadap individualitasnya, melainkan secara kodrati manusia
ditakdirkan oleh tuhan, senantiasa tergantung kepada orang lain. Hal inilah yang
menentukan segala sifat serta kepribadiannya, sehingga individualitasnya dan
sosialitasnya bersifat korelatif. Di samping kebebasannya sebagai individu,
kesosialan manusia dapat dibuktikan melalui kodrat kehidupannya, sebab
manusia lahir di dunia senantiasa merupakan suatu hasil interaksi social.
b. Dimensi Politis Kehidupan Manusia
Dalam hubungan dengan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk socialdimensi politis manusia senantiasa berkaitan dengan
kehidupannegara dan hukum, sehingga senantiasa berkaitan dengan kehidupan masyarakat
secara keseluruhan. Dimensi politis manusia ini memiliki dua segi fundamental,
yaitu pengertian dan kehendak untuk bertindak dua segi fundamental itu dapat
diamati dalam setiap aspek kehidupan manusia. Dua aspek ini yangsenantiasa
berhadapan dengan tindakan moral manusia. Hukum dan kekuasaan negara merupakan
aspek yang berkaitan langsung dengan etika politik. Hukum tanpa kekuasaan negara
akan merupakan aturan normatife yang kosong, sedangkan negara tanpa hukum akan
merosot menjadi kehidupan yang berada di bawah sifat manusiawi karena akan berkembang
menjadi ambisi kebinatangan, karena tanpa tatanan normative. Negara berbuat tanpa tatanan
22
hukum akan sama halnya dengan kekuasaan tanpa pembatasan, sehingga akan terjadi penindasan
manusia, yang lazimnya disebut otoriterianisme. Maka etika poltik berkaitan dengan objek
forma etika, yaitu tinjauan berdasarkan prinsip-prinsip dasar etika, terhadap objek
material politik yang meliputi legitimasi negara, hukum, kekuasaan serta penilaian
kritis terhadap legimintasi-legimintasi tersebut.
3. Nilai-nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik
Negara Indonesia yang berdasarkan sila pertama bukanlah negara teokrasi
yang mendasarkan kekuasaan negara dan penyelenggara negara pada legitimasi religious,
melainkan berdasarkan legitimasi hukum dan legitimasi demokrasi. Oleh karena itu
asas sila pertama lebih berkitan dengan moral. Sila II juga merupakan sumber nilai-
nilai moralitas dalam kehidupan negara. Negara pada prinsipnya adalah merupakn
persekutuan hidup manusia sebagai makhluk tuhan. Oleh karena itu asas-asas kemanusiaan
adalah bersifat mutlak dalam kehidupan negara dan hukum. Dalam kehidupan negara kemanusiaan
harus mendapatkan jaminan hukum, maka inilah yang di istilahkan dengan jaminan atas
hak-hak (asasi) manusia. Selain itu asas kemanusiaan juga harus merupakan prinsip dasar
moralitas dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Dalam pelaksanaan poltik
praktis hal-hal yang menyangkut kekuasaan eksekutif,legislative,yudikatif, konsep
pengambilan keputusan berdasarkan legitimasi dari rakyat. Etika politik ini juga harus
direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat secara kongkrit dalam pelaksanaan
pemerintahan negara. Para pejabat negara, DPR atau MPR harus menyadari bahwa selain legitimasi
hukum dan demokratis juga hrarus berdasarkan pada legitimasi moral.

23
BAB V
KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARAA DAN IDEOLOGI
DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA
( SUATU TINJAUAN KAUSALITAS )

A. Pengantar
Terdapat berbagai macam pengertria kedudukan dan fungsi pancasila yang
masing-masing harus dipahami sesuai dengan konteks kausalitasnya, dalam pengertian
proses terbentuknya pancasila secara kausalitas. Misalnya pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia,
sebagai ideology bangsa dan Negara Indonesia dan masih banyak kedudukan dan
fungsi pancasila lainnya. Seluruh kedudukan dan fungsi pancasilan itu bukanlah
berdiri secara sendiri-sendiri namun bilamana kita kelompokkan maka akan kembali
kepada dua kedudukan dan fungsi pokok pancasila yaitu sebagai dasar filsafat Negara
dan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
B. Pancasila Sebagai Budaya Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideology bangsa dan Negara Indonesia,
bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang
sebagaimana yang terjadi pada ideology-ideology lain di dunia, namu terbentuknya
pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Dalam
proses terjadinya pancasila dirumuskan oleh para pendiri Negara Indonesia ( the
founding fahers) dengan menggali nila-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia, dan
disintesiskan dengan pemikiran-pemikiran besar dunia. Nilai-nilai terdapat dalam
budaya bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara. Untuk lebih memperjelas
pengertian nilai-nilai pancasila sebagai nilai budaya yang dimiliki bangsa Indonesia,
maka dipandang sangat penting untuk dijelaskan pengertian kebudayaan.
Secara kausalitas asal mula pancasila dibedakan atas dua macam, yaitu:
1. Asal Mula yang Langsung
Teori kausalitas ini dikembangkan oleh Aristoteles, adapun berkaitan dengan
asal mula yang langsung tentang Pancasila adalah asal mula yang langsung terjadinya
Pancasila sebagai dasar filsafat negara yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang
Proklamasi Kemerdekaan yaitu sejak dirumuskan para pendiri negara sejak sidang
BPUPKI pertama. Adapun rincian asal mula langsung Pancasila adalah sebagai berikut
:
24
Asal Mula Bahan (Kausa Materialis). Asal Bahan Pancasila adalah pada bangsa
Indonesia sendiri yang terdapat dalam kepribadian dan pandangan hidup.
Asal Mula Bentuk (Kausa Formalis). Asal mula bentuk Pancasila adalah Ir. Soekarno
bersama Drs. Moh.Hatta serta anggota BPUPKI lainnya yang merumuskan dan
membahas Pancasila terutama dalam hal bentuk, rumusan serta nama Pancasila.
Asal Mula Karya (Kausa Effisien). Asal mula karyanya adalah PPKI sebagai
pembentuk negara dan atas kuasa pembentuk negara yang mengesahkan Pancasila
menjadi dasar negara yang sah.
Asal Mula Tujuan (Kausa Finalis). Asal mula tujuan adalah para anggota BPUPKI
dan Panitia Sembilan termasuk Soekarno dan Hatta yang menentukan tujuan
dirumuskannya Pancasila sebelum ditetapkan oleh PPKI sebgaai dasar negara yang
sah.
2. Asal Mula yang Tidak Langsung
Asal mula tidak langsung terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan
hidup sehari-hari bangsa Indonesia dengan rincian berikut :
a. Unsur Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar filsafat negara yaitu :
 Nilai Ketuhanan
 Nilai Kermanusiaan
 Nilai Persatuan
 Nilai Kerakyatan
 Nilai Keadilan
b. Terkandung dalam pandangan hidup masyarakat sebelum membentuk negara
yaitu :
 Nilai adat istiadat
 Nilai kebudayaan
 Nilai religious
c. Asal mula tidak langsung Pancasila merupakan kausa materialis atau asal mula
tidak langsung nilai-nilai Pancasila.

Pancasila bukanlah hasil perenungan seseorang atau kelompok atau


bahkan hasil sintesa paham-paham besar dunia, melainkan pandangan hidup
bangsa Indonesia.

25
3. Bangsa Indonesia Berpancasila dalam Tiga Asas
Pancasila terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah
kebangsaan Indonesia yang terangkum dalam tiga asas atau Tri Prakara, yaitu:
1) Pancasila Asas Kebudayaan
2) Pancasila Asas Religius
3) Pancasila Asas Kenegaraan
C. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur adalah
suatu wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan. Pandangan hiudp berfungsi
sebagai kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam
interaksi antar manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya. Pandangan hidup
bangsa dapat disebut sebagai ideologi bangsa (nasional), dan pandangan hidup negara
dapat disebut sebagai ideologi negara.
D. Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa dan Negara Indonesia
Negara modern yang melakukan pembaharuan dalam menegakkan demokrasi
niscaya mengembangkan prinsip konstitusionalisme. Menurut friederich, Negara
modern yang melakukan proses pembaharuan demokrasi, prinsip konstitusionilme
adalah yang sangat efektif, terutama dalam rangka mengatur dan membatasi
pemerintahan Negara melalui Undang-undang. Basis pokok kesepakatan umum atau
persetujuan (consensus) di antara mayoritas rakyat, mengenai bangunan yang
diidealkan berkenaan dengan negara (assiddiqie, 2005:25). Organisasi Negara itu
diperlukan oleh warga masyarakat politik agar kepentingan mereka bersama-sama
dapat dilindungi atau dipromosikan melalui pembentukan dan penggunaan mekanisme
yang disebut Negara. Dalam hubungan ini sekali lagi kata kunci adalah consensus atau
general agreement.
E. Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara (PhilosofischeGrondslag)
Kedudukan pokok pancasila adalah sebagi dasar filsafat Negara Republik
Indonesia. Dasar formal kedudukan pancasila sebagai dasar Negara Republik
Indonesia tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV yang bunyinya sebagai
berikut:
“maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang
maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan

26
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”.
F. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Ngara Indonesia
Pengertian Ideologi Ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar atau
sering kita sebut sebagai cita-cita. Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan
sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan
sistematis yang menyangkut :
1. Bidang Politik
2. Bidang Sosial
3. Bidang Kebudayaan
4. Bidang Keagamaan
Ideologi negara yang merupakan sistem kenegaraan utnuk rakyat dan bangsa
pada hakikatnya merupakan asas kerohanian yang memilki ciri khas diantaranya :
a. Mempunyai derajat tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan
b. Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan hidup,
pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan,
dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan
dengan kesediaan berkorban.
Ideology terbuka dan Ideologi Tertutup
Ideologi tertutup merupakan suatu sistem pemikiran tertutup yang
membenarkan pengorbanan masyarakat. Bukan hanya berupa nilai dan cita-cita
tertentu melainkan sebuah tuntutan bagi rakyatnya.
Ideologi terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka yang tidak hanya
dibenarkan, dibutuhkan karena bukan merupakan paksaan dari pihak luar melainkan
digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu
sendiri.

Hubungan Antara Filsafat dan Ideologi


Dari tradisi sejarah filsafat barat dapat dibuktikan bahwa tumbuhnya ideologi
seperti liberalisme, kapitalisme, marxisme leninisme, maupun nazisme dan facisme
bersumber kepda aliran-aliran filsafat yang berkembang disana.
Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila sebagi suatu ideology tidak bersifat kaku dan tertutup, namun
bersifat terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideology pancasila adalah bersifat actual,
dinamis, antsipative dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan
27
zaman. Keterbukaan ideology pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar
pancasila namun mengeksplisitkan wawasannya secara kongkrit, sehingga memiliki
kemampuan yang lebuh tajam untuk memecahkan masala-masalah baru dan actual.
Sebagai suatu ideology yang bersifat terbuka maka pancasila memiliki dimensi sebagi
berikut:
1. Dimensi idealistis
2. Dimensi normative
3. Dimensi realistis
G. Pancasila Sebagai asas persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia
Pengertian bangsa pada awal mulanya dari kata “nation” (natie, bangsa) yang
ditinjau secara ilmiah pada tahun 1882 oleh ernest renan dalam suatu ceramahnya di
universitas sorbone yang berjudul “qu’est ce que c’es un nation”? (Apakah bangsa
itu?) menurut renan bangsa adalah:
1. Suatu jiwa, suatu asa kerohanian
2. Suatu solidaritas yangb besar
3. Suatu hasil sejarah, karena sejarah itu berjalan terus. Sejarah tidak abadi, bergerak
secara dinamis dan berubah-ubah untuk maju
4. Bangsa bukanlah soal abadi
H. Pancasila Sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia
Proses terjadinya pancasila tidak seperti ideology-ideologi lainnya yang hanya
merupakan hasil pemikiran seseorang saja namun melalui suatu proses kausalitas yaitu
sebelum disahkan menjaid dasar Negara nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-
hari sebagai pandangan hidup bangsa, dan sekaligus sebagai filsafat hidup bangsa
Indonesia. Dalam pengertian inilah maka Indonesia sebagai kausa materialis dari
pancasila. Pandangan hidup dan filsafat hidup itu merupakan kristalisasi nilai-nilai
yang diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia yang menimbulkan tekad bagi
dirinya untuk mewujudkannya dalam sikap tingkah laku dan perbuatannya. Pandangan
hidup dan filsafat hidup itu merupakan motor penggerak bagi tindakan dan perbuatan
dalam mencapai tujuannya. Dari pandangan hidup inilah maka dapat diketahui cita-
cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan-gagasan kejiwaan apakah yang hendak
diwijudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bangsa
Indonesia nilai-nilai pancasila itu telah tercermin dalam khasanah adat istiadat,
kebudayaan serta kehidupan keagamaannya.
Dalam hubungan seperti inilah maka pancasila yang kausal materialisnya bersumber
pada nilai-nilai budaya bangs ini, meminjam istilah margareth maet, ralp linton, dan
28
Abraham kardiner dalm antropologi today, disebut sebagi national character.
Selajutnya linton condong dengan istilah peoples character, atau dalam suatu Negara
disebut sebagai national identity (krober, 1954;ismaun,1981:7), atau menurut istilah
popular disebut sebagai “jatidiri” bangsa Indonesia.

29
BAB VI
REALISASI PANCASILA
A. Pengantar
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara, pandangan hidup bangsa, sebagai
filsafat bangsa, sebagai ideology bangsa dan negar Indonesia dan fungsi lainnya,
dalam realisasi (pengalamannya) memiliki konsekuensi yang berbeda-beda tergantung
pada konteksnya. Realisasi secara praktis ini sangat penting karena pancasila sebagai
dasar filsafat, pandanga hidup pada hakikatnya adalah merupakan suatu system nilai,
yang pada gilirannya untuk dijabarkan, direalisasikan serta diamalkan dalam
kehidupan secara kongkrit dalam konteks bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
B. Realisasi Pancasila yang Objektif
Realisasi serta pengalaman pancasila yang onjektif yaitu realisasi serta
implementasi nilai-nilai pancasila dalam segala aspek penyelenggaraan Negara,
terutama dala kaitannya dengan penjabaran nila-nilai pancasila dalam praksis
penyelenggaraan Negara dan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dalam
implementasi penjabaran pancasila yang bersifat objektif adalah merupakan
perwujudan nilai-nilai pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar Megara Republik
Indonesia, yang direalisasi kongkritnya merupakan sumber dari segala sumber hokum
(sumber tertib hukum) Indonesia. Oleh karena itu implementasi pancasila yang
objektif ini berkaitan dengan norma-norma hukum dan moral, secara lebih luas dengan
norma-norma kenegaraan.
C. Penjabaran Pancasila yang Objektif
Pengertian penjabaran pancasila yang objektif adalah pelaksanaan dalam
bentuk realisasi dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara, baik dibidang legislative,
eksekutif maupun yudikatif dan semua bidang kenegaraan dan terutama realisasinya
dalam bentuk peraturan perundang-undangan Negara Indonesia hal itu antara lain
dapat dirinci sebagai berikut:

a. Tafsir Undang-undang Dasar 1945


b. Pelaksanaan Undang-undang Dasar 1945 dalam Undang-undang harus
mengingat dasar-dasar pokok pikiran yang tercantum dalam dasar filsafat
Negara Indonesia.

30
c. Tanpa mengurangu sifat-sifat Undang-undang yang tidak dapat di ganggu
gugat, interpretasi pelaksanaannya harus mengingat unsure-unsur yang
terkandung dalam filsafat Negara.
d. Interpretasi pelaksanaan Undang-undang harus lengkap dan menyeluruh.
e. Dengan demikian seluruh hidup kenegraan dan tertib hokum Indonesia
didasarkan atas dan diliputi oleh asas politik dan tujuan Negara yang
berdasarkan atas dan diliputi oleh asas kerohanian pancasila.
Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Pembangunan Nasional
Negara pada hakikatnya adalah merupakan lembaga kemanusiaan, lembaga
kemasyarakatan yang merupakan suatu organisasi. Sebagai suatu organisasi maka
Negara memilki suatu dasar filsafat sebagai sumber cita-cita serta sumber nilai-nilai
bagi segala aspek dalam penyelenggaraan Negara. Dalam pengertian ini Negara
memilki dasar-dasar sebagai sumber cita-cita untuk membangun, dorongan untuk
membangun dan cara-cara pembangunan pada hakikatnya berpangkal pada cita-cita
agar manusia sebagai warga Negara hidup lebih sesuai denga martabatnya.
Berdasarkan pengertian tersebut maka tujuan pembangunan nasional adalah agar
masyarakat menjadi ‘masyarakat manusiawi’ (human society) yang memungkinkan
warganya hidup yang layak sebagai manusia, mengembangkan diri pribadinya serta
mewujudkan kesejahteraan lahir batin secara lengkapnya.
D. Realisasi Pancasila yang Subjektif
Aktualisai pancasila yang subjektif adalah pelaksanaan pada setiap pribadi
perseorangan, setiap warga Negara , setiap indifidu, setiap penduduk, setiap penguasa
dan setiap orang Indonesia. Aktualisasi pancasila yang subjektif ini lebih penting
karena realisasi yang subjektif merupakan persyaratan bagi aktualisasi pnacasila yang
objektif. Pelaksanaan pancasila yang subjektif ini sangat berkaitan dengan kesadaran,
ketaatan serta kesiapan individu untuk merealisasikan pancasila. Dalam pengertian
inilah pelaksanaan pancasila yang subjektif yang mewujudkan suatu bentuk kehidupan
dimana kesadaran wajib hukum, telah terpadu menjadi kesadaran wajib moral.
Dalam aktualisasi pancasila yang bersifat subjektif ini bilamana nialai-niali
pancasila telah dipahami, diresapi dan dihayati oleh seseorang maka seseorang itu
telah memiliki moral pandangan hidup. Dan bila mana hal ini berlangsung secara terus
menrus seehingga nilai-niali pancasila telah melekat dalam hati sanubari bangsa
Indonesia, maka kondisi yang demikian ini disebut dengan kepribadian pancasila. Hal
ini di karenakan bangsa Indonesia telah memiliki suatu cirri khas (yaitu nilai-nilai

31
pancasila, sikap dan karakter) sehungga membedakan bangsa Indonesia dengan
bangsa lain.
E. Internalisasi niali-nilai pancasila
Realisasi milai-nilai pancasila dasar filsafat Negara Indonesia, perlu secara
berangsur-angsur dengan jalan pendidikan baik disekolah maupun di masyarakat dan
keluarga sehingga di peroleh hal-hal sebagai berikut:
 Pengetahuan
 Kesdaran
 Ketaatan
 Kemampuan kehendak
 Watak dan hati nurani
 Strategi dan metode
F. Proses Pembentukan Kepribadian Pancasila
Bilamana kita rinci pemahaman aktualisasi pancasila sampai pada tingkat
mentalitas, kepribadian dan ketahanan ideologis adalah sebagai berikut:
1. Proses penghayatan diawali dengan memiliki tentang pengetahuan yang lengkap
dan jelas tentang kebaikan dan kebenaran pancasila.
2. Kemudian di tngkat kan di hati sanubari sampai adanya suatu ketaatan yaitu suatu
kesediaan yang harus senantiasa ada untuk merealisasikan pancasila
3. Kemudian di usul dengan adanya kemampuan dan kebiasaan untuk melakukan
perbuatan mengaktualisasikan pancasila dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
bidang kenegaraan maupuan dalam bidang kemasyarakatan
4. Kemudian ditingkatkan menjadi mentalitas yaitu selalu terselenggaranya kesatuan
lahir batin, rasa,kehendak sikap dan perbuatan.
G. Sosialisasi dan pembudayaan pancasila
Epistemologi realisasi nilai-nilai pancasila
Dalam proses realisasi, sosialisasi dan pembudayaan bangsa Indonesia, pertama-
tama harus diletakakkan adalah suatu pemahaman terhadap system epistemologi yang
benar. Artinaya jikalau kita ingin merealisasikan atau mengamalkan pancasila, harus
dipahami terlebih dahulu bahwa pancasila itu adalah suatu system nilai, dimana kelima
sila merupakan suatu kesatuan yang sistematik. Jadi penjabaran realisasi maupun
sosialisasi tidak mungkin hanya beradasarkan salah satu sila saja terlepas dari esensi sila
lainnya.

32
Berdasarkan system epistemologis maka revitalisasi, realisasi, dan pembudayaan
pancasila, tidak mungkin secara langsung dapat diamalkan, sehingga harus melalui
transformasi dalam system nilai, norma, kemudian dijabarkan dalam suatu realisasi yang
bersifat praktis.
Proses sosialisai dan pembudayaan pancasila
Secara sistematik wujud system social kebudayaan dalam pembudayaan pancasila
dapat dikelompok kan menjadi tiga yaitu system nilai (pembudayaan nilai-nilai pancasila),
system social (pembudayaan pancasila pada kehidupan social) dan wujud fisik
(pembudayaan pancasila dalam wujud budaya fisik). Dalam hubungan ini pancasila
merupakan corefalues system social kebudayan masyarakat Indonesia, yaitu merupakan
suatu esesnsi nilai kehidupan sosial kebudayaan yang multikulturalisme.

33
BAB VII
NEGARA KESATAUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI)

A. Hakikat Negara
Pengertian Negara. Menurut Harold j. laski, bahwa Negara adalah suatu
masyarakat yang diintegrasikan karna memiliki wewenang yang bersifat memaksa
yang secara sah lebih tinggi dari pada individu atau kelompok-kelompok yang ada
dalam Negara tersebut, untuk mencapai tuajuan bersama. Sementa Robert maclfeer
menambahkan bahwa Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan ketertiban
didalam suatu masyarakat, dalam suatu wilayah berdasrkan suatu system hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah dan untuk maksud tersebut diberi kekuasaan
memaksa.
B. Negara kesatuan Republik Indonesia
Bedasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu Negara, maka
bangsa Indonesia mendirikan suatu Negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas
tertentu yang karena ditentukan oleh aneka ragaman, sifat dan karakternya, maka
bangsa ini mendirikan suatu Negara berdasarkan filsafat pancasila yaitu sebagai
Negara kesatuan, suatu Negara kebangsaan serta suatu Negara yang bersifat
integralistik. Hal itu sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan undang-undang dasar
1945 alinea ke 4.
Negara kesatuan bukan dimaksudkan merupakan suatu kesatuan dari Negara
bagian, melainkan kesatuan dalam arti keseluruhan unsur-unsur Negara yang bersifat
fundamental. Demikian juga Negara kesatuan bukanlah suatu kesatuan individu-
individu sebagaimana di ajarkan paham individualisme-liberalisme, sebab menurut
paham Negara kesatuan bahwa manusia adalah individu sekaligus juga makhluk
social.
1. Hakikat Bentuk Negara
Bangsa dan Negara Indonesia adalah terdiri atas berbagai macam unsur
yang membentuknya yaitu suku bangsa, kepulauan, kebudayaan, golongan serta
agama yang secara keseluruhan merupakan suatu kesatauan. Oleh karena itu
Negara kesatuan sebagaimana termuat dalam pembukaan UUD 1945, Negara
kesatuan republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Ditegaskan kembali dalam

34
pokok pikiran pertama “….bahwa negra Indonesia adalah Negara persatuan yang
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.”
2. NKRI adalah Negara kebangsaan
Bangsa Indonesia sebagian dari umat manusia di dunia adalah sebagai
makhluk tuhan yang maha esa yang memiliki sifat kodrat sebagai makhluk
individu yang memiliki kebebasan dan juga sebagaii makhluk sosial yang
senantiasa membutuhkan orang lain. Oleh karena itu dalamupaya untuk
merealisasikan harkat dan martabatnya secara sempurna maka manusia
membentuk suatu persekutuan hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki
suatu tujuan tertentu. Dalam pengertian inilah maka manusia membentuk suatu
persekutuan hidup yang disebut sebagai bangsa, dan bangsa yang hidup dalam
suatu wilayah tertentu serta memiliki tujuan tertentu maka pengertian ini disebut
sebagai Negara.
Berdasarkan fakta sejarah, maka Negara Indonesia bukanlah suatu Negara
sebagai hasil dari proses persatuan individu-individu karena persaingan bebas dan
penindasan. Negara Indonesia adalah merupakan suatu perwujudan kehidupan
bersama suatu bangsa yang tersusun atas berbagai elemen yaitu etnis, suku, ras,
golongan, budaya, kelompok, maupun agama hal ini berdasarkan keyakinan bahwa
hakikat manusia menurut bangsa Indonesia adalah selain sebagai individu yang
memiliki kebebasan, juga sebagai makhluk social (warga masyarakat) yang
memiliki tanggung jawab.
a. Hakikat bangsa
Bangsa pada hakikatnya adalah merupakan suatu penjelmaan dari sifat
kodrat manusia tersebut dalam merealisasikan harkat dan martabat
kemanusiaannya. Hal ini disadari bahwa manusia tidaklah mungkin untuk
hidup menyendiri, sehingga ia senantiasa memerlukan orang lain.

b. Teori kebangsaan
Teori-teori kebangsaan tersbut ialah sebagai berikut:
Teori Hans Kohn: Hans Kohn sebagai seorang ahli antopologi etnis
mengemukakan teorinya tentang bangsa, yang dikatakannya bahwa bangsa
yaitu terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah,
Negara dan kewrganegaraan.
Teori kebangsaan Ernest renan: hakikat bangsa atau “nation” ditinjau secara
ilmiah oleh seorang ahli dari academmie francaise academie perancis pada
35
tahun 1982. Menurut renan pokok-pokok pikiran tentang bangsa adalah
sebagai berikut:
a. Bahwa bangsa adalah suatu jiwa, suatu asas kerokhanian
b. Bahwa bangsa adalah suatu solidaritas yang besar
c. Bangsa adalah suatu hasil sejarah
d. Bangsa adalah bukan sesuatu yang abadi
e. Wilayh dan ras bukan lah suatu penyebab timbulnya bangsa
Teori geopolitik Frederick radzel: suatu teori kebangsaan yang baru
mengungkapkan hubungan antara wilayah geografi dengan bangsa yang di
kembangkan oleh Frederick radzel dalam bukunya yang berjudul ”political
geography” (1987). Teori tersebut menyatakan bahwa Negara adalah
merupakan suatu organisme yang hidup. Agar supaya suatu bangsa itu hidup
subur dan kuat maka memerlukan suatu ruangan untuk hidup, dalam bahasa
jerman disebut “lebensraum”.
C. Negara kebangsaan pancasila
Adapun unsur-unsur yang membentuk nasionalisme (bangsa) Indonesia adalah
sebagai berikut:
a. Kesatuan sejarah: bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dari suatu proses
sejarah
b. Kesatuan nasib: yaitu bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki kesamaan
nasib yaitu penderitaan penjajahan selama 3,5 abad dan memperjuangkan
kemerdekaan.
c. Kesatuan kebudayaan: walaupun bangsa Indonesia memiliki keaneka ragaman
kebudayaan, namun keseluruhannya itu merupakan suatu kebudayaan yaitu
kebudayaan nasional Indonesia.
d. Kesatuan wilayah: bangsa ini hidup dari mencari penghidupan dalam wilayah ibu
pertiwi, yaitu satu tumpah darah Indonesia
e. Kesatuan asas kerokhanian: bangsa ini sebagai suatu bangsa memiliki
kesamaan cita-cita kesamaan hidup dan filsafat hidup yang berakar dari
pandanagan hidup masyarakat Indonesia sendiri yaitu pandangan hidup pancasila.
D. Hakikat Negara integralistik
Dalam hubungan dengan masyarakat maka paham integralistik
menggambarkan suatu masyarakat sebagai suatu kesatuan organis yang integral yang
setiap anggota, lapisan, bagian, kelompok, golongan uang ada didalamnya, satu
dengan yang lain saling berhubungan erat dan merupakan satu kesatuan hidup.
36
Eksistensi setiap unsure hanya berarti dalam hubungannya dengan keseluruhan, setiap
anggota, bagian, lapisan, kelompok dan golongan masyarakat itu memiliki tempat,
fungsi, dan kedudukan masing-masing yang diakui dihormati dan dihargai. Paham ini
beranggapan bahwa setiap unsure merasa berkewajiban akan terciptanya keselamatan,
kesejahteraan, dan kebahagiaan bersama. Adapun wilayah trerdiri atas pulau-pulau
keseluruhannya itu merupaka suatu kesatuan baik lahir maupun batin.
1. Hubungan Antara Individu dan Negara: manusia pada hakikatnya adalah
makhluk jasmani rohani, makhluk pribadi dan sebagai makhluk tuhan yang maha
esa, serta manusia adalah makhluk individu dan makhluk social. Keseluruhan
unsure hakikat manusia tersebut adalah merupakan suatu totalitas yang bersifat
“majemuk tunggal” atau “monopluralis”.
2. Hubungan Antara Masyarakat dan Negara: Negara adalah produk dari
masyarakat, Karena Negara rmerupakan lembaga kemasyarakatan. Dalam
pengertian Negara sebagai suatu totalitas, masyarakat itu dalam dirinya
bersemayam hasrat mengorganisasikan diri, sehingga “organisasi” dan “ketaatan”
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam masyarakat Negara.
E. NKRI Adalah Negara yang Berketuhanan Yang Maha Esa
Dasar ontologis Negara kebangsaan Indonesia yang berdasarkan pancasila
adalah hakikat manusia “monopluralis”. Manusia secara filosofis memiliki unsure
“susunan kodrat” jasmani (raga) dan rohani (jiwa), sifat kodrat sebagai makhluk
individu dan makhluk social, serta “kedudukan kodrat” sebagai makhluk tuhan yang
maha esa serta sebagai makhluk pribadi penjelmaan hakikat manusia “monopluralis”
tersebut dalam suatu persekutuan hidup yang disebut bangsa dan Negara. Negara
tersebut adalah suatu Negara kebangsaan yang integralistik dan berketuhanan yang
maha esa.
Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama pancasila sebagai dasar filsafat Negara adalah “ketuhana yang maha
esa”. Oleh karena sebagai dasar Negara maka sila tersebut merupakan sumber nilai,
dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara, baik yang bersifat
material maupun spiritual.
a. Hubungan Negara dengan Agama
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu persekutuan hidup
bersama sebagaipenjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk social. Oleh karena itu sifat dan dasar kodrat manusia tersebut merupakan
sifat dasar Negara, sehingga Negara sebagai manifestasi kodrat manusia secara
37
horizontal dalam hubungan dengan manusia lain untuk mencapai tujuan bersama.
Oleh karena itu Negara memiliki sebab akibat langsung dengan manusia karena
manusia adalah sebagai pendiri Negara untuk mencapai tujuan manusia itu sendiri.
1) Hubungan Negara dengan agama menurut pancasila
Menurut pancasila Negara adalah berdasar atas ketuhanan yang maha esa atas
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini termuat dalam penjelasan
pembukaan UUD 1945 yaitu pokok pikiran keempat. Bilaman dirinci maka
hubungan Negara dengan gama menurut Negara pancasila adalah sebagai
berikut:
1. Negara adalah berdasar atas ketuhanan yang maha esa
2. Bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa yang berketuhanan yang maha esa
3. Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekulerisme karena hakikatnya
manusia berkedudukan sebagai kodrat makhluk tuhan
4. Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan
inter pemeluk agama serta antar pemeluk agama
5. Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketakwaan itu bukan hasil
paksaan bagi siapapun juga
6. Oleh karena itu harus memberikan toleransi terhadap orang lain dalam
menjalankan agama dalam Negara
7. Segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara harus sesuai
dengan nilai-nilai ketuhanan yang maha esa terutama norma-norma hukum
positif maupun norma moral baik moral Negara maupun moral para
penyelenggara Negara.
8. Negara pada hakikatnya adalah merupakan “berkat rahma Allah yang maha
esa”.
2) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Theokrasi
Menurut paham theokrasi bahwa antara Negara dengan agama tidak dapat
dipisahkan. Negara menyatu dengan agama, pemerintahan dijalankan
berdasarkan firman-firman tuhan, segala tahta kehidupan dalam masyarakat,
bangsa dan Negara didasarkan atas firm-firman tuhan. Dengan demikian agama
menguasai masyarakat secara politis. Dalam praktek kenegaraan terdapat dua
macam pengertian Negara theokrasi, yaitu:
a. Negara theokrasi langsung. Dalam sitem Negara theokrasi langsung,
kekuasaan adalah langsung merupakan otoritas tuhan. Adanya negar
didunia ini adalah atas kehendak tuhan, dan yang memerintah adalah tuhan.
38
b. Negara theokrasi tidak langsung. Berbeda dengan system Negara
theokrasi yang langsung, Negara theojrasi tidak langsung bukan tuhan
sendiri yang memerintah dalam Negara, melainkan kepala Negara atau raja,
yang memiliki otoritas atas nama tuhan.
3) Hubungan Negara dengan agama menurut sekulerisme
Paham sekulerisme membedakan dan memisahkan antara agama dan
Negara. Oleh karena itu dalam suatu Negara yang berpaham sekulerisme
bentuk, system, serta segala aspek kenegaraan tidak ada hubungannya
dengan agama. Sekulerisme berpandangan bahwa Negara adalah masalah-
masalah keduniawian hubungan manusia dengan manusia, adapun agama
adalah urusan akhirat yang menyakngkut hubungan manusia dengan tuhan.
Paham Liberal
Manusia menurut paham liberalisme, memandang bahwa manusia sbagai
manusia pribadi yang utuh dan lengkap dan terlepas dari manusia lainnya,
manusia sebagai individu memiliki potensi dan senantiasa berjuang untuk
dirinya sendiri. Dalam pengertian inilah maka dalam hidup masyarakat
bersama akan menyimpan potensi konflik, manusia akan menjadi ancaman
bagi manusia lainnya yang menurut istilah hobbes disebut “homo homini
lupus” (manusia menjadi serigala manusia lainnya) sehingga manusia harus
membuat suatu perlindungan bersama. Atas dasar kepentingan bersama.
Negara menurut liberalisme harus tetap menjamin kebebasan individu, dan
untuk itu maka manusia secara bersama-sama mengatur Negara.
4) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Liberalisme
Negara liberal hakikatnya mendasarkan pada kebebasan individu. Negara
adalah merupakan alat atau sarana individu, sehingga masalah agama
dalam Negara sangat ditentukan oleh kebebasan individu. Paham
liberalisme dalam pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh paham rasio
realisme yang mendasarkan atas kebenaran rasio. Materialisme yang
mendasarkan atas hakikat materi, empirisme yang mendasarkan atas
kebenaran pengalaman indra serta individualism yang mendasarkan atas
kebebasan individu.
Paham Sosialisme Komunis
Bertolak belakang dengan paham liberalisme individualism, maka
komunisme yang dicetuskan melalui pemikiran karl marx memandang
bahwa hakikat, kebebasan dan hak individu tidak ada lagi. Ideology
39
komunisme mendasarkan pada suatu keyakinan bahwa manusia pada
hakikatnya adalah hanya makhluk social saja. Manusia pada hakikatnya
adalah merupakan sekumpulan relasi, sehingga yang mutlak adalah
komunitas dan bukannya individualitas.
5) Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Komunisme
Paham komunisme dalam memandang hakikat hubungan Negara dengan
agama mendasarkan pada pandangan filosofis materialism dialektis dan
materialism historis. Hakikat kenyataan tertinggi menurut paham
komunisme adalah materi. Namun mated menurut komunisme berada pada
ketegangan intern secara dinamis bergerak dari keadaan (theisis) ke
keadaan lain (antitheisis) kemudian menyatukan (sintesis) ketingkat byang
lebih tinggi. Selanjutnya sejarah sebagaimana berlangsungnya suatu proses
sangat ditentukan oleh fenomena-fenomena dasar, yaitu dengan suatu
kegiatan-kegiatan yang paling material yaitu fenomena-fenomena
ekonomis.
F. NKRI Adalah Negara Kebangsaan yang Berkemanusiaan yang Adil dan Beradab
Negara pada hakikatnya menurut pandangan filsafat pancasila adalah
merupakan suatu persekutuan hidup manusia yang merupakan suatu penjelmaan sifat
kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social serta manusia sebagai
makhluk tuhan yang maha esa. Negara adalah lembaga kemanusiaan, lembaga
kemasyarakatan yang bertujuan demi tercapainya harkat dan martabat manusia serta
kesejateraan lahir maupun batin. Sehingga tidak mengherankan jikalau manusia adalah
merupakan subjek pendukung pokok Negara. Oleh karena itu Negara adalah suatu
Negara kebangsaan yang berketuhanan yang maha esa, dan berkemanusiaan yang adil
dan beradab.
G. NKRI Adalah Negara Kebangsaan yang Berpersatuan
Negara Indonesia adalah Negara persatuan dalam arti bahwa Negara adalah
merupakan suatu persatuan dari unsure-unsur yang membentuk Negara baik individu
maupun masyarakat sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia. Negara bukanlah
totalitas social yaitu masyarakat secara total dalam arti tidak menempatkan manusia
sebagai individu yang memiliki kebebasan. Demikian pula Negara persatuan bukanlah
merupakan suatu kesatuan individu-individu yang meningkatkan diri dalam suatu
Negara dengan suatu kontrak social, sebagaimana dilakukan di Negara-negara liberal.
Nilai filosofis persatuan, dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan menjadi
kunci kemajuan suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia yang kausa materialisnya
40
berbagai etnis, golongan, ras, agama serta primordial lainnya dinusantara secara moral
menentukan kesepakatan untuk membentuk suatu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
Bhineka Tunggal Ika. Hakikat makna bhineka tunggal ika yang memberikan suatu
pengertian bahwa meskipun bangs adan Negara Indonesia terdiri dari atas bermacam-
macam suku bangsa yang memiliki adat istiadat, kebudayaan serta karakter yang
berbeda-beda, memiliki agama yang berbeda-beda dan terdiri atas beribu-ribu
kepulauan wilayah nusantara Indonesia, namun keseluruhannya adalah merupakan
suatu persatuan yaitu persatuan bangsa dan Negara Indonesia. Perbedaan itu adalah
merupaka suatu bawaan kodrat manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa,
namun perbedaan itu untuk dipersatukan disintesiskan dalam suatu sintesis yang
positif dalam suatu Negara kebersamaan, Negara persatuan Indonesia.
H. NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan
Negara menurut filsafat pancasila adalah dari oleh dan untuk rakyat. Hakikat
rakyat adalah sekelompok manusia yang bersatu yang memiliki tujuan tertentu dan
hidup dalam suatu wilayah Negara. Oleh Karena itu Negara harus sesuai dengan
hakikat rakyat. Rakyat adalah sebagai pendukung pokok dan sebagian asal mula
kekuasaan Negara. Namun demikian dewasa ini sering pemahaman demokrasi itu
hanay secara harfiah, demokrasi hanya di pahami sebagai suatu kebebasan individu
dalam Negara. Atau bahkan kadang perspektif demokrasi hanya di pahami pada taraf
praksis, misalnya pemilu bahkan langsung bebas, pada hal kadang kala justru tidak
menyentuh kedaulatan rakyat. Diberbagai Negara system demokrasi diterpkan
misalnya perdana menteri dipilih oleh parlemen, hal itu juga demokratis.
Bentuk-bentuk demokrasi
Menurut torres demokrasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu pertama, forma
democracy dan kedua, substantive democracy, yaitu menunjuk pada bagaimana
proses demokrasi itu dilakukan.
Formal democracy menunjukkan pada demokrasi dalam arti system pemerintahan. Hal
ini dapat dilihat dalam berbagai pelaksanaan demokrasi diberbagai Negara. Dalam
suatu Negara misalnya dapat diterapkan demokrasi dengan menerapkan system
sebagai berikut:
Sitem Presidensial: system ini menekankan pentingnya pemilihan presiden secara
langsung, sehingga presiden terpilih mendapatkan mandate secara langsung dari
rakyat.
Sistem Parlementer: system ini menerapkan model hubungan yang menyatu antara
kekuasaan eksekutif dan legislative.
41
Demokrasi Perwakilan Liberal
Menurut held (1995:10), bahwa demokrasi perwakilan liberal merupakan suatu
pembaharuan kelembagaan pokok untuk mengatasi problema keseimbangan antara
kekuasaan memaksa dan kebebasan. Namun demikian perlu disadari bahwa dalam
prinsip demokrasi ini apapun yang dikembangkan melalui kelembagaan Negara
senantiasa merupakan suatu manifestasi perlindungan serta jeminan atas kebebasan
individu dalam hidup bernegara. Rakyat harus diberikan jaminan kebebasan secara
individual, baik didalam kehidupan politik, ekonomi, social, keagamaan bahkan
kebebasan anti agama.
Demokrasi Satu Partai dan Komunisme
Menurut system demokrasi ini masyarakat tersusun atas komunitas-komunitas
yang terkecil. Komunitas yang paling kecil ini mengatur urusan mereka sendiri, yang
akan memilih wakil-wakil untuk unit-unit administrative yang besar misalnya distrik
atau kota. Unit-unit administrative yang lebih besar ini kemudian akan meimilih
calon-calon administrative yang lebih besar lagi yang sering diistilahkan dengan
delegasi nasional. Susunan ini sering dikenal dengan struktur piramida dari
“demokrasi delegatif”. Semua delegasi bisa ditarik kembali, diikat oleh perintah-
perintah dari distrik pemilihan mereka dan di organisasikan dalam suatu piramida
komite-komite yang dipilih secara langsung. Oleh karena itu menurut komunis,
Negara post kapitalis tidak akan melahirkan kemiripan apapun dengan suatu rezim
liberal, yakni rezim parlementer. Semua perwakilan atau agen Negara akan
dimasukkan kedalam lingkungan seperangkat institusi-institusi tunggal yang
bertanggung jawab secara langsung.
Demkrasi Deliberatif
Istilah deliberative dipinjam dari istilah habermas, sehingga penerapan dalam
system demokrasi esensinya disebut sebagai demokrasi deliberative. Istilah
“deliberasi” berasal dari kata “deliberation” dan kemudian dalam bahasa inggris
diitilahkan dengan deliberation. Secara harfiah istilah ini berarti “konsultasi”,
“menimbang-nimbang”, atau yang sangat popular dalam politik disebut dengan istilah
“musyawarah”. Dalam pengertian inilah demokrasi harus mendasarkan pada moralitas
kebersamaan dengan bersumber pada nilai moralitas kebijaksanaan, kesusilaan dan
keluhuran. Pokok-pokok “kerakyatan” yang terkandung dalam sila keempat dalam
penyelenggaraan Negara dapat dirinci sebagai berikut:
1. Manusia Indonesia sebagai warga Negara dan warga masyarakat
mempunyai keudukan dan hak yang sama
42
2. Dalam menggunakan hak-haknya selalu memperhatikan dan
mempertimbangkan kepentingan Negara dan masyarakat
3. Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama maka pada
dasarnya tidak dibenarkan memaksakan kehendak pada pihak lain
4. Sebelum mengambil keputusan terlebih dahulu diadakan musyawarah
5. Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah
6. Bilamana tidak ditemukan melaui musyawarah dapatlah dilakukan
mengambil keputusan berdasarkan suara terbanyak
7. Meskipun demikian pemungutan bukan hanya didasarkan atas rasio saja,
melainkan juga berdasarkan moralitas kebersamaan
8. Musyawarah untuk mencapai mufakat, diliputi oleh suasana dan semangat
kebersamaan

Demokrasi Indonesia dan Tujuan Negara Kesejahteraan Rakyat


Bagi Negara Indonesia, tujuan Negara dirumuskan dalam pembukaan UUD
1945, bahwa “negar melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia”
sebagai cirri Negara hukum formal dan “ memajukan kesejahteraan umum
mencerdaskan kehidupan bangsa”, sebagai ciri Negara hukum material atau welfare
state, sedangkan secara umum “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasrkan
perdamaian abadi dan keadilan social”. Hal inilah yang merupakan cita-cita ideal
filosofis bagi Negara Indonesia. Nampaknya dalam reformasi dewasa ini lebih
menekankan pada aspek Negara hukum formal, yaitu hasil reformasi lebih diutamakan
pada aspek politik dan hukum. Tujuan Negara welfare state, tidak banyak
mendapatkan prioritas.
I. NKRI Adalah Negara Kebangsaan yang Berkeadilan Sosial
Negara pancasila adakah negar kebangsaan yang berkeadilan social, yang
berarti bahwa Negara sebagai penjelmaan manusia sebagai makhluk tuahan yang
maha esa sifat kodrat individu dan makhluk social bertujuan untuk mewujudkan suatu
keadilan dalam hidup bersama (keadilan social). Keadilan social tersebut didasari dan
dijiwai oleh hakikat keadilan manusia sebagai makhluk yang beradab (sila II).
Manusia pada hakikatnya adalah adil dan beradab, yang berarti manusia harus adil
terhadap diri sendiri, adil terhadap tuhannya, adil terhadap orang lain dan masyarakat
serta adil terhadap lingkungan alamnya.

43
Berdasarkan asas keadilan sebagaimana terkandung dalam sila kelima
pancasila, seharusnya tidak meninggalkan hakikat Negara persatuan “bhineka tunggal
ika”, Karena praktek otonomi daerah yang tidak mendasarkan pada prinsip Negara
persatuan dewasa ini menimbulkan disparitas dibidang ekonomi, social, politik bahkan
kebudayaan. Prinsipnya berdasarkan sila kelima pancasila, prinsip demokrasi melalui
otonomi daerah harus tetap diarahkan pada tujuan pokok Negara yaitu kesejahteraan
seluruh rakyat dan tetap meletakkan pada prinsip persatuan.

44
BAB VIII
NILAI-NILAI PANCASILA DALAM STAATSFUNDAMENTALNORM

A. Pengantar
Sebagai dasar negara, pancasila merupakan suatu asas kerokhanian yang dalam
ilmu kenegaraan populer disebut sebagai filsafat negara (philosofiche gronslag).
Dalam kedudukan ini pancasila merupakan sumber nialai dan sumber norma dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sebagai sumber tertib hukum
dinegara republik indonesia. Konsekuensinya seluruh peraturan perundang-undangan
serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila
pancasila.
Negara indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, oleh
karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelengaraan negara di atur dalam
suatu sistem peraturan perundang-undngan.
Bagi bangsa indonesia setelah melakukan reformasi terutama dalam bidang
hukum undang-undang dasar bagi negara republik indonesia disebut sebagai undang-
undang dasar negara republik indonesia tahun 1945. Dalam UUD negara republik
indonesia tahun 1945 terkandung di dalamnya pembukaan UUD tahun 1945 beserta
pasal-pasalnya yaitu sejumlah 37 pasal serta aturan tambahan berjumlah 3 pasal dan
aturan tambahan berjumlah 2 pasal

B. Kedudukan dan fungsi pembukaan UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 bersama-sama dengan pasal-pasal undang-undang
dasar 1945, disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 agustus 1945, dan diundangkan
dalam berita republik indonesia tahun II No. 7. Pembukaan undang-undang dasar
1945. Konsekuensinya keduanya memiliki kedudukan hukum yang berlainan, namun
keduanya terjalin dalam suatu hubungan kesatuan yang kasual dan organis.

1. Pembukaan UUD 1945 dalam tertib Hukum Indonesia


Pancasila yang merupakan esensi dari staatfundamentalnorm, pada
hakikatnya berkedudukan sebagai staatfundamentalnorm dalam sistem tertib
hukum indonesia konsekuensinya pancasila merupakan sumber bagi
pembentukan pasal-pasal dalam verfassungnorm atau undang-undang dasar
1945, sedangkan aturan yang ada dalam verfassungnorm atau undang-undang
dasar 1945, merupakan sumer dan dasar bagi pembentukan aturan-aturan
45
dalam ketetapan MPR dan juga sekaligus merupakan sumber dan dasar bagi
pembentukan gesetznorm atau undag-undang.
Staatfundamentalnorm atau grundnorm yang merupakan suatu cita
hukum menurut gustaf radbruch (1878-1949), seorang ahli filsafat hukum ma-
zhab baden, memiliki fungsi regulatif dan fungsi konstitutif. Cita hukum
memiliki fungsi :
1. Regulatif : berfungsi sebagai tolak ukur yaitu menguji
apakah suatu hukum positif itu adil atau tidak.
2. Kostitutif : yaitu menentukan bahwa tanpa suatu cita
hukukm, maka hukum akan kehilangan maknanya sebagai
suatu hukum.
Sebagai suatu cita-cita hukum pancasila dapat memenuhi fungsi
konstitutif maupun fungsi regulatif. Dengan fungsi konstitutif pancasila
menentukan dasar suatu tata hukum yang memberi arti dan makna bagi hukum
itu sendiri. Demikian juga dengan fungsi regulatifnya pancasila menentukan
apakah suatu hukum positif itu sebagai produk yang adil atau tidak adil.
Dalam filsafat hukum atau sumber hukum meliputi dua macam
pengertian yaitu:
1. Sumber formal hukum yaitu: sumber hukum ditinjau dari benuk
tata cara penyusunan hukum yang mengikat terhadap
komunitasnya.
2. Sumber material hukum yaitu: sumber hukum yang menentukan
materi atau isi suatu norma hukum.
2. Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat adanya tertib hukum indonesia
Adapun syarat-syarat tertib hukum yang dimaksud adalah meliputi empat hal
yaitu:
Adanya kesatuan subjek: yaitu penguasa yang mengadakan peraturan hukum
hal ini terpenuhi dengan adanya pemerintahan negara republik indonesia (pembukaan
UUD 1945 al. IV)
Adanya kesatuan asas kerokhanian: yang merupakan suatu dasar dari
keseluruhan peraturan-peraturan hukum, yang merupakan sumber dari segala sumber
hukum.
Adanya kesatuan daerah: dimana peraturan-peraturan hukum itu berlaku.
Terpenuhi oleh kalimat seluruh tumpah darah indonesia, sebagaimana tercantum
dalam alinea IV pembukaan UUD 1945.
46
Adanya kesatuan waktu: dimana seluruh peraturan hukum itu berlaku. Hal ini
menunjukan saat mulai berdirinya negara republik indonesia yang disertai dengan
tertib hukum, sampai seterusnya selama kelangsuangan hidup negara RI.

3. Pembukaan UUD 1945 sebagai staatfundamentalnorm


Pokok kaidah negara yang fundamental (staatsfundamentalnorm), menurut
ilmu hukum tata negara memiliki beberapa unsur mutlak antara lain dapat dirinci
sebagai berikut:
Dari segi terjadinya: ditentukan oleh pembentuk negara dan terjelma dalam suatu pernyataan
lahir sebagai penjelmaan kehendak pembentuk negara, untuk menjadikan hal-hal tertentu
sebagai dasar-dasar negara yang dibentuknya.
Dari segi isinya: ditinjau dari segi isinya maka pembukaan UUD 1945 memuat dasar-dasar
pokok negara sebagai berikut:
 Dasar tujuan negara (baik tujuan umum maupun khusus)
 Ketentuan diadakannya UUD negara
 Bentuk negara
 Dasar filsafat negara
4. Eksistensi Pembukaan UUD 1945 bagi Kelangsungan Negara RI
Pembukaan UUD 1945 memiliki hakikat kedudukan hukum yang kuat bahkan
secara yuridis tidak dapat diubah, terletak pada kelangsungan hidup negara. Hal ini
berdasarkan alasam-alasan sebagi berikut:
a. Menurut tata hukum suatu peraturan hukum hanya dapat diubah atau
dihapuskan oleh penguasa atau peraturan hukum yang lebih tinggi
tingkatannya daripada penguasa yang menetapkannya.
b. Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya merupkan suatu tertib hukum yang
tertinggi di negara RI.
c. Selain dari segi yuridis formal bahwa pembukaan UUD 1945 secara hukum
tidak dapat diubah, juga secara material yaitu hakikat, isi yang terkandung
dalam pembukaan UUD 1945, senantiasa terletak pada kelangsungan hidup
negara RI.
C. Pengertian isi UUD 1945
1. Alinea Pertama

47
Dalam alinea pertama tersebut terkandung suatu pengakuan tentang nilai “hak
kodrat”, yaitu yang tersimpul dalam kalimat “bahwa kemerdekaan adalah hak
segala bangsa”.
2. Alinea kedua
Berdasarkan prinsip yang bersifat universal pada alinea pertama tentang hak
kodrat akan kemerdekaan, maka bangsa Indonesia merealisasikan perjuangannya
dalam suatu cita-cita bangsa dan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.
3. Alinea ketiga
Pernyataan kembali proklamasi yang tercantum dalam alinea III tidak dapat
dilepaskan dengan pernyataan pada alinea 1 dan 2, sehingga alinea 3 merupakam
suatu titik kulminasi, yang pada akhirnya dilanjutkan pada alinea 4 yaitu tentang
pendirian negara Indonesia.
4. Alinea keempat
Dalam alinea keempat sebagai kelanjutan berdirinya negara RI tanggal 17
Agustus 1945, dirinci lebih lanjut tentang prinsip-prinsip serta pokok-pokok
kaidah pembentukan pemerintahan negara Indonesia, dimana hal ini dapat
disimpulkan dari kalimat “kemudian daripada itu untuk membenuk suatu
pemerintahan negara Indonesia”.
a. Tentang tujuan negara
Tujuan khusus:terkandung dalam anak kalimat “untuk membentuk suatu
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah negara Indonesia dan untuk memajukaj
kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa”. Tujuan khusus
dalam kalimatbtersebut sebagai realisasinya adalah dalam hubungannya
dengan politik dalam negeri Indonesia.
Tujuan umum: tujuan negara yang bersifat umum ini dalam arti lingkup
kehidupan sesama bangsa didunia. Hal ini terkandung dalam kalimat “dan
ikut melaksankan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial”. Tujuan negara dalam anak kalimat
ini realisasinya dalam hubungannya dengan politik luar negeri Indonesia,
yaitu diantara banga-bangsa dunia ikut melaksanakan suatu ketertiban
dunia yang berdasarkan pada prinsip kemerdekaan, perdamaia abadi serta
keadilan sosial.
b. Tentang ketentuan diadakannya UUD negara
48
Ketentuan ini terkandung dalam anak kalimat, “maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD negara
Indonesia”. Dalam kalimat ini menunjukkan bahwa negara Indonesia
adalah negara yang berdasarkan atas hukum.

c. Tentang bentuk negara


Ketentuan ini terdapat dalam anak kalimat sebagi berikut: “yang
terbentuk dalam suatu susunan negara RI yang berkedaulatan rakyat”.
Dalam anak kalimat ini dinyatakan bahwa bentuk negara Indonesia adalah
republik yang berkedaulatan rakyat. Negara dari, oleh dan untuk rakyat.
d. Tentang dasar filsafat negara
Ketentuan ini didapat dalam anak kalimat sebagai berikut: “dengan
berdasar kepada ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Tujuan Pembukaan UUD 1945
Maka dapat dibedakan empat macam tujuan sebagaimana terkandung
dalam empat alinea dalam pembukaan UUD 1945 sebagai berikut:
a) (alinea I) untuk mempertanggungjawabkan bahwa pernyataan
kemerdekaan sudah selayaknya, kareba berdasarkan atas hak kodrat
yang bersifat mutlak dari moral bangsa Indonsia untuk merdeka
b) (alinea II) untuk menciptakan cita-cita bangsa Indonesia yang ingin
dicapai dengan kemerdekaan yaitu: terpeliharanya secara sungguh-
sungguh kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan bangsa,
negara dan daerah atas keadilan hukum dan moral, bagi diri sendiri
dan pihak lain serta kemakmuran bersama yang berkeadilan.
c) (alinea III) untuk menegaskan bahwa proklamasi kemerdekaan,
menjadi permulaan dan dasar hidup kebangsaan dan kenegaraan
bagi seluruh orang Indonesia, yang luhur dan suci dalam lindungan
tuhan yang maha esa.
d) (aline IV) untuk melaksanakan segala sesuatu itu dalam perwujudan
dasardasar tertentu yang tercantum dalam alinea 4 pembukaan
UUD 195, sebagai ketntuan pedoman dan pegangan yang tetap dan

49
praktis yaitu dalam bentuk realisasi hidup bersama dala suau negara
Indonesia yang berdasarkan pancasila.

D. Nilai-nilai hukum yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945


Telah dijelaskan dimuka bahwa diantara alinea I, II, III, IV terdapat hubungan
kesatuan, alinea IV pada hakikatnya merupakan penjelmaan alinea I, II, dan III.
E. Pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945
Menurut penjelasan resmi dari pembukaan UUD 1945 yang termuat dalam
berita RI tahun II No.7, dijelaskan bahwa pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-
pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945 negara Indonesia.
Pokok-pokok pikran ini mewujudkan cita-cita hukm (rechtsidee) yang menguasai
hukum dasar negara baik hukum dasar tertulis (UUD) maupun hukum dasar tidak
tertulis (convensi).
F. Hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan pasal-pasal UUD 1945
Dapat disimpulkan bahwa suasana kebatinan UUD 1945 tidak lain dijiwai atau
bersumber pada dasar filsafat negara pancasila. Pengertia inilah yang menunjukkan
kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar negara RI.
G. Hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan pancasila
Pembukaan UUD 1945 bersama dengan UUD 1945 diundangkan dalam berita
RI tahun II No.7, ditetapkaN oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
Maka hubungan antara pembukaan UUD 1945 adalah bersifat timbal balin sebagai
berikut:
1. Hubungan secara formal
Dengan dicantumkannya pancasila secara formal didalam pembukaan UUD
1945, maka pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif.
2. Hubungan secara material
Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan pancasila selain hubungannya yang
bersifat formal, sebagaimana dijelaskan juga hubungan secara material.

H. Hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan proklamasi 17 Agustus 1945


Sebagaimana yang pernah ditentukan dalam ketetapan MPRS/MPR, bahwa
pembukaan UUD 1945 merupakan satu kesatuan dengan proklamasi 17 Agustus 1945,
oleh karena itu antara pembukaan dan proklamasi 17 Agustus 1945 tidak dapat
dipisahkan.

50
BAB IX
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
NILAI-NILAI PANCASILA DALAM UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
A. Pengantar
Dalam proses reformasi hukum, dewasa ini berbagai kajian ilmiah tentang
UUD 1945, banyak yang melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap
UUD 1945. Memang amandemen tidak dimaksudkan untuk mengganti sama sekali
UUD 1945, akan tetapi merupakan suatu prosedur penyempurnaan terhadap UUD
1945 tanpa harus langsung mengubah UUD-nya itu sendiri, amandemen lebih
merupakan pelengkapan dan rincian yang dijadikan lampiran otentik bagi UUD
tersebut. Dengan sendirinya amandemen dilakukan dengan malakukan berbagai
perubahan pada pasal-pasal maupun memberikan tambahan-tambahan.
B. Undang-undang Dasar
UUD menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini bekerjasama
dan menyesuaikan diri satu sama lain. UUD merekam hubungan-hubungan kekuasaan
dalam suatu negara.
Dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan bahwa UUD 1945 bersifat singkat
dan supel. UUD 1945 hanya memuat 37 pasal, adapun pasal-pasal lain hanya memuat
aturan peralihan dan aturan tambahan.
C. Konstitusi
Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada pengertian UUD,
karena pengertian UUD hanya meliputi kontitusi tertulis saja, dan selain itu masih
terdapat kontitusi tidak tertulis, yang tidak tercakup dalam UUD.
D. Struktur pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945
Demokrasi Indonesia sebagaimana dijabarkan dalam UUD negara RI th 1945
Demokrasi di Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945 selain mengakui adanya
kebebasan dan persamaan hak juga sekaligus mengakui perbedaan serta
keberenekaragaman mengingat Indonesia adalah “bhinneka tunggal ikha” berdasar
pada moral persatuan, ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Penjabaran demokrasi menurut UUD 1945 dalam system ketatnegaraan Indonesia
pasca amandemen 2002.
Rumusan kedaulatan di tangan rakyat menunjukkan bahwa kedudukan rakyatlah
yang tertinggi dan paling sentral. Rakyat adalah sebagai asal mula kekuasaan negara

51
sebagai tujuan kekuasaan negara. Oleh karena itu “rakyat” adalah merupakan
paradigma sentral kekuasaan negara. adapun rincian structural ketentuan-ketentuan
yang berkaitan dengan demokrasi menurut UUD 1945 adalah sbb :
- Konsep kekuasaan
- Pembagian kekuasaan
- Pembatasan kekuasaan
- Konsep pengambilan keputusan
- Konsep pengawasan
- Konsep partisipasi
System pemerintahan negara menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002
Sebagai suatu studi komparatif system pemerintahan negara menurut UUD 1945
setelah amandemen, dijelaskan sbb :
- Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hokum (rechtstaaf)
- System konstitusional
- Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan rakyat
- Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi disamping MPR
dan DPR
- Presiden tidak bertanggung jawab pada DPR
- Mentri negara ialah pembantu presiden, mentri negara tidak bertanggung jawab
kepada DPR
- Kekuasaan kepala negara tidak takterbatas
- Negara indonesia adalah negara hokum
E. Isi pokok pasal-pasal UUD negara RI th 1945
- Bentuk dan kedaulatan (bab 1)
- MPR (bab 2)
- Kekuasaan pemerintahan negara (bab 3)
- Kementrian negara (bab 5 UUD 1945)
- Pemerintahan daerah (bab 6)
- Asas otonomi
- Pengakuan keistimewaan pemerintahan daerah
- DPR (bab 7)
- DPR (bab 7A)
- Pemilihan umum (bab 7 B)
- Hal keuangan (bab 8)
- Badan pemeriksa keuangan (bab 8 A)
- Kekuasaan kehakiman (bab 9 UUD 1945)
- Wilayah negara (bab 9 A)
- Warga negara dan penduduk (bab 10)
- Agama (bab 11)
- Pertahanan dan keamanan negara (bab 12)
- Pendidikan dan kebudayaan (bab 13)
- Perekonomian nasional dan kesejahteraan social (bab 15)
- Bendera, bahasa, lambang negara, serta lagu kebangsaan (bab 70)
- Perubahan UUD 1945 (bab 71)
-aturan peralihan
-aturan tambahan
F. Hubungan antar lembaga-lembaga negara berdasarkan UUD negara RI th. 1945
Hubungan antara MPR dan Presiden
52
MPR sebagai pemegang kekuasaan tinggi sebagai wakil rakyat sesuai dengan
UUD 1945 (pasal 1 ayat 2), di samping DPR dan presiden.
Hubungan antara MPR dan DPR
MPR terdiri atas anggota-anggota DPR, dan anggota-anggota DPR yang dipilih
melalui pemilu.dengan demikian maka seluruh anggota MPR menurut UUD 1945
dilih melalui pemilu.
Hubungan antara DPR dan Presiden
Sebagai sesama lembaga tinggi negara dalam ketatanegaraan Indonesia maka
DPR dan Presiden bersama-sama mempunyai tugas antara lain:
a. membuat UU (pasal 5 ayat 1, 20 dan 21)
b. menetapkan UU tentang anggaran (pendapatan dan belanja negara (pasal
23 ayat 1)
Hubungan antara DPR dengan mentri-mentri
Hubungan kerjasama antara presiden dengan DPR juga harus dilaksanakan
dalam hal DPR menyatakan keberatannya terhadap kebijaksanaan mentri-
mentri.dalam hal ini sudah sewajarnya presiden mengganti mentri yang bersangkutan
tanpa membubarkan cabinet.
Hubungan antara presiden dengan mentri-mentri
Presiden mengangkat dan memberhentikan mentri-mentri negara pasal 17 ayat
2 dan mentri-mentri itu formal tidak bertanggung jawab pada DPR, akan tetapi
tergantung pada presiden.
Hubungan antara mahkamah agung dengan lembaga negara lainnya
Dalam pasal 24 ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah mahkamah agung dan lain-lain badan kehakiman menurut
susunan dan kekuasaan badan-badan kehakiman tersebut diatur menetapkan hubungan
antara mahkamah agung dengan lembaga-lembaga lainnya.
Hubungan antara BPK dengan DPR
BPK bertugas memeriksa langsung tanggung jawab tentang keuangan negara
dan hasil pemeriksaannya itu diberitahukan kepada DPR, DPR dan DPRD (pasal 23E
ayat 2) untuk mengikuti dan menilai kebijaksanaan ekonomis financial pemerintah
yang dijalankan oleh aparatur administrasi negara yang dipimpin oleh pemerintah.
G. HAM menurut UUD 1945
1. Hak-hak asasi manusia dan permasalahannya
Deklarasi sedunia tentang hak-hak asasi manusia PBB tersebut bangsa-bangsa
sedunia melalui wakil-wakilnya memberikan pengakuan dan perlindungan secara
yuridis formal walaupun dalam relisasinya juga disesuaikan dengan kondisi serta
peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Penjabaran hak-hak asasi manusia dalam UUD 1945
Hak-hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan pandangan
filosofis tentang manusia yang melatarbelakanginya. Menurut pancasila hakikat
manusia adalah tersusun atas jiwa dan raga, kedudukan kodrat sebagai makhluk

53
tuhan dan makhluk pribadi, adapun sifat kodratnya sebagai makhluk individu dan
makhluk social. Dalam pengertian inilah maka hak-hak asasi manusia tidak dapat
dipisahkan dengan hakikat kodrat manusia tersebut. Konsekuensinya dalam
relisasinya maka hak asasi manusia senantiasa memiliki hubungan yang korelatif
dengan wajib asasi manusia karna sifat kodrat manusia sebagai individu dan
makhluk social.

BAB X
BHINEKA TUNGGAL IKA
A. Pengantar
Kelahiran suatu bangsa memiliki karaktristik, sifat, cirri khas serta keunikan
sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh factor-faktor yang mendukung kelahiran
bangsa tsb. Adapun factor-faktor yang mendukung kelahiran suatu bangsa Indonesia
meliputi : (1) factor objektif, yang meliputi factor geografis-ekologis dan demografis,
(2) factor subjektif, yaitu factor historis,social, politik, dan kebudayaan yang dimiliki
bangsa Indonesia.
B. Dasar hokum lambang negara Bhinneka tunggal ika
Dalam hubungan dengan lambang negara garuda pancasila yang didalamnya
terdapat seloka bhinneka tunggal ika telah diatur dalam UUD negara RI th. 1945.
Dalam pasal 36A disebutkan bahwa lambang negara ialah garuda pacasila dengan
semboyan Bhinneka tunggal ika. Pasal tsb merupakan dasar yuridis konstitusional
sekaligus merupakan pengakuan dan penegasan secara yuridis formal dan resmi oleh
negara tentang penggunaan symbol-simbol tsb sebagai jati diri bangsa dan dari
identitas NKRI.
C. Bhinneka tunggal ika sebagai local wisdom bangsa Indonesia
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia lambang negara RI garuda
pancasila dengan semboyan bhinneka tunggal ika dituangkan dalam peraturan
pemerintah no. 66 th. 1951, yang disusun oleh panitia negara yang diangkat oleh
pemerintah dan dudk didalmnya adlah Mr. Muh yamin.
D. Makna filosofis bhinneka tunggal ika

54
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang,
sejak zaman kerajaan sriwijaya, majapahit serta dijajah oleh bangsa asing selama tiga
setengah abad. Unsure masyarakat yang membentuk bangsa Indonesia terdiri atas
berbagai macam suku bngsa, berbagai macam adat-istiadat kebudayaan dan agama,
serta berdiam dalam suatu wilayah yang terdiri atas beribu-ribu pulau. Oleh karena itu
keadaan yang beraneka ragam tsb bukanlah merupakan suatu perbedaan untuk
dipertentangkan melainkan perbedaan itu justru merupakan suatu daya penarik ke arah
suatu kerjasama persatuan dan kesatuan dalam suatu sintetis dan sinergi yang positif,
sehingga keanekaragaman itu justru terwujud dalam suatu kerjasama yang luhur.

55

Anda mungkin juga menyukai