Anda di halaman 1dari 15

HO-5

SISTEM
FILSAFAT
PENDIDIKAN
PANCASILA
(Filsafat sebagai Sistem dan sebagai pendekatan)

1
FILSAFAT SEBAGAI SUATU SISTEM

Mempunyai ajaran-ajaran mengenai:


NO AJARAN PENJELASAN
1 Metafisika Menjelaskan tinjauannya mengenai Realita;
2 Epistimologi Membentangkan teori dan filsafat pengetahuan
(tinjauan ilmu pengetahuan);
3 Aksiologi Mengajukan ajaran nilai-nilai etik dan estetika;
4 Logika Menjelaskan tentang metodologinya sistem filsafat
tertentu.

2
SISTEM-SISTEM FILSAFAT
Atas dasar Filsafat sebagai suatu sistem, maka:

Meliputi;
1. Sistem Filsafat IDEALISME:
Akar filsafat Idealisme: ajaran ide dari Plato, ajaran teologi
Yunani dan teologi Kristen. Melalu jalur filsafat skolastik dan
neo-skolastik (neo-Thomisme) pada abad 18–19, memasuki
idealisme di Jerman;
(Fichte, Schelling, Hegel, dan Kant).

3
Lanjutan:

a. Metafisika-Ontologi Idealisme (MOI):


 Realita menurut idealisme adalah idea. Benda di dunia hanyalah
bayangan atau penjelmaan idea saja;
 Idea mempunyai sifat abadi, benda-benda semua adalah fana;
 Idea mengatasi benda, idea adalah primer, dan benda adalah
sekunder;
 Jiwa manusia berasal dari dunia idea. Oleh karena itu mempunyai
kemampuan membentuk idea;
 Jiwa manusia mempunyai sifat abadi, sedangkan jasmani menusia
akhirnya hancur dan musnah;
 Simpul: bahwa dalam MOI ada pemisahan yang jelas antara realita
idea dan realita jasmani. Realita idea mengatasi realita jasmani.

4
Lanjutan:
b. Epistimologi Idealisme (EI):
 Bahwa jiwa berasal dari dunia idea yang telah mempunyai
pengetahuan yang lengkap, sempurna, maka; proses pengetahuan
di dunia ini adalah proses mengenal kembali, proses Rekognisi;
 Pengetahuan dianggap benar, jika ada kesesuaian antara idea
(gagasan akal) dengan benda/faktanya; yang demikian disebut
sebagai Teori Kesesuaian;
 Sifat pengetahuan idealisme adalah “rasional”, umum
(universal), terjelma dalam putusan-putusan analitik atau
pengertian “a priori”;
 Pengetahuan tertinggi adalah Idea Mutlak (Tuhan).

5
Lanjutan:

c. Aksiologi Idealisme (AI):


 Sumber nilai adalah Idea Mutlak (Tuhan);
 Nilai yang ada di dunia adalah tiruan atau penjelmaan saja
dari nilai-nilai di dunia idea;
 Idea-idea kemudian menjelma menjadi tingkah laku;
 Tingkah laku manusia tidak sekedar di dorong oleh nafsu dan
keinginan, tetapi disebabkan oleh kemerdekaan kemauan dan
semuanya mempunyai tujuan;
 Tujuan akhir manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan
sempurna yang bersifat lengkap dan abadi.

6
Lanjutan:
d. Logika Metodologi Idealisme (LMI):
 Yang dianggap lebih tinggi derajatnya adalah pemikiran atau
penalaran umum, yakni; penalaran deduksi yang kemudian dapat
menghasilkan kebenaran khusus; formula umum yang memakai
premis mayor, premis minor dan satu kesimpulan (kongklusi);
 Logika demikian disebut logika formal Penalaran induksi
dipandang rendah derajat kebenarannya, dan dipakai karena
kekurangan kasanah kebenaran umum, lalu bertolak dari
kebenaran khusus dan kemudian menghasilkan kebenaran umum;
 Bahwa kebenaran khusus (sebenarnya) dihasilkan dari kebenaran
umum dalam deduksi; oleh karenanya penalaran induktif tak
populer, kurang dalam filsafat idealisme.

7
SISTEM-SISTEM FILSAFAT

2. Sistem Filsafat REALISME:


a. Metafisika-ontologi Realisme;
b. Epistimologi Realisme;
c. Aksiologi Realisme;
d. Logika-metodologi Realisme.
3. Sistem Filsafat PRAGMATISME:
a. Metafisika-ontologi Pragmatisme;
b. Epistimologi Pragmatisme;
c. Aksiologi Pragmatisme;
d. Logika-metodologi Pragmatisme.

TUGAS BACA DAN RESUMME INDIVIDU, BERDASAR


REFERENSI DLM SILABUS, DAN DIKUMPULKAN
MINGGU DEPAN.
8
SISTEM-SISTEM FILSAFAT

4. Sistem Filsafat PANCASILA:

a. Filsafat Pancasila tergolong Filsafat paling muda (muncul 1945).


Awalnya (Pancasila) filsafat untuk mendirikan Indonesia Merdeka;
b. Sejarah membuktikan bahwa 17 Agst 1945 Indonesia Berdiri Merdeka,
dan tgL; 18 Agst 1945 disyahkan; Pancasila resmi menjadi dasar
filsafat Negara Indonesia Merdeka; (Yakni dengan 5 sila yang ada);
c. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat masih perlu terus dilakukan
pembinaan analisis-analisis seperti telah dilakukan oleh para perintis:
(Bung Karno, Notonegoro, Driyarkara, Muhammad Yamin, Ruslan
Abdulgani, Sunoto), dan Yudi Latif dalam bukunya “NEGARA
PARIPURNA”.

9
Lanjutan:
a. Metafisika-Ontologi Pancasila:
 Bahwa ajaran Pancasila dalam meninjau alam semesta ini, adalah
sebagai realita atau kenyataan tinggi;
 Bahwa alam semesta sebagai bahan perenungan proses penciptaan;
maka Pancasila mengajarkan, bahwa sebagai realita tertinggi di
dunia ini tidak lain adalah Tuhan yang Maha Esa;
 Makna terdalam dalam sila I; bahwa Tuhan yang Maha Esa itu
“ada”; sejalan juga dengan para filosof Teologi; Thomas Aquino, N.
Driyarkara; Tuhanlah sebagai pencipta apa yang ada di dunia;
 Benda-benda materi semua ciptaan Tuhan, semua bersifat fana, tidak
abadi. Tapi substansi “rokh”(Makhluk Tuhan) bersifat abadi,
Immaterial.

10
Lanjutan:
b. Epistimologi Pancasila:
 Bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan
dikaruniai kemampuan-kemampuan:
1) Cipta atau kognitif: kemampuan untuk tahu yang benar dan
salah (kemampuan logik manusia);
2) Rasa-emosi, kemampuan afeksi: kemampuan untuk tahu apa
yang indah dan tidak indah (kemampuan estetik manusia);
3) Karsa dan konasi; merupaka dasar kehendak, sebagai dasar
adanya kemauan manusia (kemampuan untuk mengenali apa
yang baik dan tidak baik), disebut sebagai “kemampuan etik
manusia”;
4) Ketiga kemampuan tersebut, manunggal (bersatu) dalam
menggerakkan perangkat jasmani manusia untuk bertindak,
berbuat; disebut sebagai “kemampuan praktika”.

11
Lanjutan:
c. Aksiologi Pancasila:
 Sumber kebaikan dan keindahan adalah Tuhan dan mengimplisit
alam semesta;
 Tingkah laku manusia yang baik adalah yang selaras antara kodrat
Illahi dengan kodrat alam manusia, dan diupayakan untuk
kebahagiaan hidup bersama tanpa menghancurkan kepentingan
individual;
 Manusia hidup bukan semata mengejar kebahagiaan duniawi,
tetapi juga diarahkan untuk kebahagiaan ukhrawi/surgawi, di alam
abadi;
 Manusia hidup membudaya dengan memperjuangkan nilai-nilai
dan budaya religius, agar mengangkat harkat dan martabat
makhluk Tuhan.

12
Lanjutan:
d. Logika Metodologi Pancasila:
 Mengembangkan logika formal (penalaran deduksi), logika
induksi, logika ilmiah, logika institusi; semua logika yang
dipakai untuk metodologi yang akurat dapat dipakai untuk
mengembangkan filsafat Pancasila;
 Itulah tinjauan filsafat Pancasila sebagai suatu Sistem
Filsafat Pancasila.

13
DASAR-DASAR
KEFILSAFATAN PANCASILA

 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat;


 Konsepsi Dasar Filsafat Pancasila;
 Asal Mula dan Dasar Pancasila;
 Intensi dan Extensi Pancasila;
 Perkembangan Inti Mutlak Pancasila;
 Isi Arti dan Kepribadian Pancasila.

14
BERSAMBUNG

15

Anda mungkin juga menyukai