Disusun oleh
Atin Sulastri 857944445
Christina Susanti 857944556
Rusnila 857944001
Yudha Cita Jayanti 857944531
2021
KARAKTERISTIK PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL
Pendidikan Nilai secara teoritik, yakni bahwa “….value is neither taught norcought, it is
learned”, yang artinya bahwa substansi nilai tidaklah semata-mata ditangkap dan diajarkan tetapi
lebih jauh, nilai dicerna dalam arti ditangkap,diinternalisasi, dan dibakukan sebagai bagian yang
melekat dalam kualitas pribadi seseorang melalui proses belajar (Hermann, 1972).
Dalam kehidupan masyarakat proses pendidikan nilai sudah berlangsung dalam berbagai
bentuk tradisi, yang dapat dilihat dari petatah-petitih adat, tradisi lisan turun-temurun seperti
dongeng, nasihat, simbol-simbol, kesenian daerah seperti “kakawihan” di tatar Pasundan dan
“berbalas pantun” di tatar Melayu. Namun, karena pesatnya perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi unsur-unsur tradisional tersebut mulai terpinggirkan dan malah terkalahkan.
Disitulah pendidikan nilai menghadapi tantangan konseptual, instrumental, dan operasional.
Dalam konteks pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan ,
pendidikan nilai mencakup substansi dan proses pengembangan nilai patriotism, seperti cinta tanah
air, hormat pada para pahlawan yang sengaja dikemas untuk melahirkan individu sebagai
warganegara yang cerdas dan baik, rela berkorban untuk bangsa dan Negara.
Dalam pengertian generic, konsep dan proses pendidikan merupakan proses yang sengaja
dirancang dan dilakukan untuk mengembangkan potensi individu dalam interaksi dengan
lingkungannya sehingga menjadi dewasa dan dapat mengarungi kehidupan dengan baik, dalam
arti selamat dunia dan akhirat. Sedangkan, secara elaborative dimensi tujuan pendidikan (Bloom
dkk, 1962) dirinci menjadi tujuan pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik, yakni
pengembangan pengetahuan dan pengertian, nilai dan sikap,dan ketrampilan psikomotorik.
1
3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat.
6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui
peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan (Pasal 4)
Namun demikina perlu ditekankan bahwa aspek cerdas dan baik itu seyogyanya diartikan
cerdas rasional, emosional, social, dan spiritual. Di dalam konteks pemikiran Taksonomi Bloom
pengembangan nilai dan sikap termasuk dalam kategori afektif, yang secara khusus berisikan unsur
perasaan dan unsur sikap (values and attitudes). Di Indonesia pendidikan nilai terintegrasi dalam
pendidikan agama, pendidikan kewrganegaraan, dan pendidikan bahasa dan seni.
Bagaimana Pkn sebagai mata pelajaran yang memiliki misi adalah pendidikan Nilai dan
Moral?
Pendidikan nilai dalam Pasal 37 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003, tentang system Pendidikan Nasional secara khusus tidak menyebutkan, namun secara
implisit antara lain tercakup dalam muatan pendidikan kewarganegaraan yang secara substantive
dan pedagogis mempunyai misi mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki
rasa kebangsaan dan rasa cinta tanah air.
Dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, dinyatakan dengan tegas bahwa
Pemerintah Negara Indonesia dibentuk antara lain untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa”, yang
dapat ditempuh melalui program Pendidikan Nasional, sebagaimana yang tersurat dalam Pasal 31
UUD 45 ayat (3) (Amandemen keempat 10 Agustus 2002), “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-
undang”. Oleh karena itu proses pendidikan tidak bias dilepaskan dari proses kebudayaan yang
pada akhirnya akan mengantarkan manusia menjadi insan yang berbudaya dan berkeadaban.
Secara konseptual pendidikan nilai merupakan bagian tak terpisahkan dari proses
pendidikan secara keseluruhan, karena pada dasarnya tujuan akhir dari pendidikan sebagaimana
tersurat dalam UU RRI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas “untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggungjawab.
Secara substantif pendidikan nilai melekat dalam semua dimensi yang memusatkan
perhatian pada nilai akhidah keagamaan, sosial keberagamaan, kesehatan jasmani dan rohani serta
nilai keilmuan, kreativitas, kemandirian dan demokratis
2
Lickona dari Amerika mengemukakan bahwa terjadi penurunan moralitas dikalangan pemuda.
Maka perlu upaya pendidikan moral secara menyeluruh dengan mempertimbangkan :
1. Kebutuhan sosiokultural yang jelas mempengaruhi kelangsungan kehidupan yang
berkeadaba.
2. Pewaris nilai antar generasi yang merupakan wahana sosiopsikologis dari proses peradaban
3. Peranan sekolah yang berfungsi sebagai pendidik moral
4. Landasan etika umum yang bersifat universal
5. Demokrasi untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat
6. Pertanyaan moral
7. Dukungan yang mendasar dan luas bagi pendidikan nilai disekolah
8. Komitmen yang kuat terhadap pendidikan moral
9. Pendidikan nilai yang dapat dan harus dilakukan sebagai keniscayaan kehidupan
bermasyarakat
Dilihat dari substansi dan prosesnya, Lickona yang perlu dikembangkan dalam pendidikan
nilai adalah nilai karakter yang baik yang mengandung 3 dimensi nilai moral yaitu dimensi
wawasan moral, demensi perasaan moral dan dimensi perilaku moral. Ketiga domain moralita
memiliki keterkaitan substantif dan fungsional yang bearti bahwa wawasan, perasaan atau sikap
dan perilaku moral.
Dalam Pendidikan Nilai di Indonesia pendidikan nilai moral secara formal-kurikuler terdapat
dalam mata pelajaran Pkn, Pendidikan agama dan Bahasa. Ketiganya mengemban misi yang sama
dan mengandung unsur pokok sebagai:
1. Pendidikan nilai moral-sosial/etis (PKn) pendidikan nilai yang menyangkut sikap, keyakinan
dan perilaku dalam hubungan manusia dengan negara, masyarakat dan bangsa
2. Nilai religius (Pendidikan Agama) pendidikan nilai yang menyangkut sikap, keyakinan dan
perilaku dalam hubungan manusia dengan manusia, serta manusia dengan Tuhan YME
3. Nilai estesis dan etis (Bahasa) pendidikan nilai yang menyangkut pemaknaan dan
penghargaan terhadap harmoni dalam hubungan manusia dan alam semesta.
Secara histois dalam kurikulum 1975 istilah Pendidikan Kewarganegaraan Negara dirubah
menjadi Pendidikan Moral Pancasila yang berisi materi Pancasila yang diuraikan dalam Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Berbeda dengan kurikulum sebelumnya dalam
kurikulum PPKn 1994 mengorganisasikan materi pembelajaran berdasarkan konsep nilai yang
disaripatikan dari P4 dan sumber resmi yang ditata dengan menggunakan pendekatan spiral
meluas.
Dengan berlakunya UU RI no 20 tahun 2003 tentang sitem Pendidikan Nasional, kurikulum
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi wajib memuat pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan dan bahasa. Pada UU RI tersebut tidak lagi mengenal adanya
pendidikan Pancasila.
Melihat dari teks Proklamasi 17 Agustus 1945 dan dalam Pembukaan UUD 1945 maka
kehidupan masyarakat Indonesia yang hendak diwujudkan adalah masyarakat bangsa yang cerdas,
religius, adil dan beradab, bersatu, demokratis, dan sejahtera.
3
Di SD PPKn bertujuan untuk menanamkan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari
yang didasarkan kepada nilai-nilai Pancasila baik secara pribadi maupun sebagai anggota
masyarakat, dan memberikan bekal kemampuan untuk mengikuti Pendidikan di SLTP.
Secara konstitusional demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang Theistis atau demokrasi
yang ber Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu Pendidikan nilai bagi Indonesia seyogyanya
berpijak pada nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai demokrasi yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
dan nilai sosial-kultural yang ber Bhineka Tunggal Ika. Dalam konteks itu maka teori
perkembangan moral dari Piaget dan Kohlberg yang dapat diadaptasikan adalah terhadap nilai
moral sosial-kultural selain nilai yang berkenaan dengan keyakinan atau aqidah keagamaan yang
tidak selamanya dapat dirasionalkan.
Konsepsi Pendidikan nilai moral Piaget yang menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah moral dalam kehidupan dapat
diadaptasikan dalam Pendidikan nilai di Indonesia dalam konteks demokrasi konstitusional
Indonesia dan konteks sosial-kultural masyarakat Indonesia yang ber Bhineka Tunggal Ika
termasuk dalam keyakinan agama.
Konsepsi Pendidikan moral Kohlberg yang menitik beratkan pada penalaran moral melalui
pendekatan klarifikasi nilai yang memberi kebebasan kepada individu peserta didik untuk memilih
posisi moral, dapat digunakan dalam konteks pembahasan nilai selain nilai aqidah sesuai dengan
keyakinan agama masing-masing. Sedangkan teori tingkatan dan tahapan perkembangan moral
Kohlberg secara konseptual dapat digunakan sebagai salah satu landasan bagi pengembangan
paradigma penelitian perkembangan moral bagi orang Indonesia.
Kerangka konseptual komponen Good Character dari Lickona yang membagi karakter
menjadi wawasan moral, perasaan moral, dan perilaku moral dapat dipakai untuk mengklasifikasi
nilai moral dalam Pendidikan nilai di Indonesia dengan menambahkan ke dalam masing-masing
dimensi itu aspek nilai yang berkenaan dengan konteks keagamaan.
Kesemua teori pendidikan nilai Barat antara lain teori Piaget, Kohlberg, dan Lickonna dapat
digunakan sebagai sumber akademis dalam membangun desain penelitian Pendidikan nilai di
Indonesia dengan cara mengambil secara adaptif sesuai dengan konteks sosial-kultural dan sosial-
religius masyarakat Indonesia.
II. PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM STANDAR ISI PKN DI SD
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, muatan isi mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak – hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
4
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter –
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama ddngan bangs- bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa- bangsa lain dalam percatuan dunia secara lansung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan tekonologi informasi dan komunikasi.
PKn merupakan pendidikan nilai dan moral. Rumusan kualitas perilaku yang terdapat dalam
empat rumusan tujuan di atas yakni:
1. Berpikir kritis : Proses psikologis untuk memberikan penilaian terhadap suatu objek atau
fenomena dengan informasi yang akurat adan otentik.
2. Berpikir rasional : Proses psikologis untuk memahami sesuatu objek dengan logika.
3. Berpikir kreatif : Proses psikologis untuk menghasilkan suatu cara atau proses baru yang
lebih berkualitas atas dasar pemikiran terbaik.
4. Berpikir aktif dan bertanggungjawab proses perlibatan social kultural sesorang atas dasar
inisiatif sendiri dengan penuh perhatian dan kesdiaan memikul resiko.
5. Bertindak cerdas : aktivitas nyata untuk melakukan sesuatu dengan pertimbangan matang
dan utuh.
6. Hidup bersama dengan bangsa – bangsa lain : Sikap dan cara hidup dengan individu yang
berasal dengan masyarakat bangsa lain dengan prinsip saling menghormati dan hidup
berdampingan secara damai.
Dalam ruang lingkup mata pelajaran PKn untuk pendidikan dasar dan menengah, menurut
Permendiknas No.22 tahun 2006 secara umum meliputi substansi kurikuler yang didalamnya
mengandung nilai dan moral sebagai berikut :
5
Kelas 1, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Muatan Nilai dan Moral
1.Menerapkan 1.1 Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, • Kebersamaan
hidup rukun dalam agama, dan suku bangsa • Kerukunan
perbedaan 1.2 Memberikan contoh hidup rukun • Keberagaman
melalui kegiatan di rumah dan di • Kekeluargaan
sekolah • Kesadaran gender
1.3 Menerapkan hidup rukun di rumah dan
di sekolah
2.Membiasakan 2.1 Menjelaskan pentingnya tata tertib di • Ketertiban di rumah
tertib di rumah dan di rumah dan di sekolah • Ketertiban di
sekolah 2.2 Melaksanakan tata tertib di rumah dan sekolah
di sekolah
Kelas 1, Semester 2
Kelas 2, Semester 1
6
2.Menampilkan 2.1 Mengenal pentingnya • Cinta alam sekitar
sikap cinta lingkungan alam, seperti • Kesadaran akan
lingkungan dunia tumbuhan dan dunia keterkaitan manusia
hewan dengan alam sekitar
2.2 Melaksanakan • Kesadaran lingkungan
pemeliharaan lingkungan • Kebiasaan memelihara
alam alam sekitar
Kelas 2, Semester 2
Kelas 3, Semester 1
7
kehidupan sehari-hari • Menghormati suku/etnis
lain
• Teguh pendirian
2.Melaksanakan 2.1 Mengenal aturan-aturan • Menyadari adanya
norma yang berlaku yang berlaku di lingkungan hukum dalam
di masyarakat masyarakat sekitar masyarakat
2.2 Menyebutkan contoh • Mematuhi aturan yang
aturan-aturan yang berlaku berlaku di
di lingkungan masyarakat lingkungannya
sekitar • Menyadari pentingnya
2.3 Melaksanakan aturan- ketertiban masyarakat
aturan yang berlaku di
lingkungan masyarakat
sekitar
Kelas 3, Semester 2
8
Kelas 4, Semester 1
Kelas 4, Semester 2
9
MPR, DPR, • Peduli terhadap
Presiden, MA, MK Lembaga legislative
dan BPK. pemerintahan pusat
3.2 Menyebutkan • Peduli terhadap
organisasi Lembaga-eksekutif
pemerintahan pemerintahan pusat
tingkat pusat, seperti • Peduli terhadap
Presiden, Wakil Lembaga-judikatif
Presiden dan para pemerintahan pusat
Menteri • Berkomunikasi santun
dengan semua unsur
pemerintah pusat
4. Menunjukkan sikap 4.1 Memberikan contoh • Sikap kosmopolit
terhadap globalisasi di sederhana pengaruh • Kepekaan terhadap
lingkungannya globalisasi di kehidupan global
lingkungannya • Kesadaran saling
4.2 Mengidentifikasi ketergantungan secara
jenis budaya global
Indonesia yang • Kesadaran akan nilai
pernah ditampilkan budaya tradisional
dalam misi • Kesadaran akan peran
kebudayaan penting misi kebudayaan
internasional ke luar negeri
4.3 Menentukan sikap • Sikap selektif dalam
terhadap pengaruh mengadopsi produk
globalisasi yang asing
terjadi di
lingkungannya
Kelas 5, Semester 1
10
1.3 Menunjukkan • Kesadaran bahwa bagi
contoh-contoh Indonesia bentuk negara
perilaku dalam kesatuan adalah final
menjaga keutuhan • Sikap saling
Negara Kesatuan menghormati antar unsur
Republik Indonesia dalam kehidupan di
Indonesia
• Sikap bersahabat antar
unsur dalam kehidupan
masyarakat dan negara
Indonesia
2. Memahami peraturan 2.1 Menjelaskan • Kesadaran bahwa
perundang- undangan tingkat pengertian dan dimana ada masyarakat,
pusat dan daerah pentingnya disitu ada hukum
peraturan • Kesadaran bahwa
perundang- Indonesia adalah negara
undangan tingkat hukum
pusat dan daerah • Kesadaran bahwa
2.2 Memberikan perundang-undangan
contoh peraturan diperlukan untuk
perundang- menjalankan UUD 1945
undangan tingkat • Kesadaran adanya tata
pusat dan daerah, urutan perundang-
seperti pajak, anti undangan
korupsi, lalu • Rasa keterikatan secara
lintas, larangan personal-sosial terhadap
merokok peraturan perundang-
undangan
• Kepatuhan terhadap
peraturan perundang-
undangan yang terkait
pada status dan perannya
dalam kehidupan
• Kebiasaan menjalankan
peraturan karena
kesadaran akan
pentingnya ketertiban
11
Kelas 5, Semester 2
Kelas 6, Semester 1
12
sehari-hari
2. Memahami sistem 2.1 Menjelaskan proses • Kesadaran hidup
pemerintahan Republik Pemilu dan Pilkada berdemokrasi
Indonesia 2.2 Mendeskripsikan • Kesadaran memilih dan dipilih
lembaga-lembaga • Sikap siap kalah dan siap
negara sesuai UUD menang
1945 hasil amandemen
2.3 Mendeskripsikan tugas
dan fungsi
pemerintahan pusat dan
daerah
Kelas 6, Semester 2
13
III. HUBUNGAN INTERAKTIF PENGEMBANGAN NILAI DAN MORAL DALAM
PKN DI SD
Konsep “values eduation, moral education, education for vitues” sebagai program dan proses
pendidikan yang tujuannya selain mengembangkan pikiran, juga mengembangkan nilai dan sikap.
Jean Piaget mengidentifikasi “ bahwa ada 2 tingkat perkembangan moral pada anak usia
antara 6-12 tahun yakni heteronomy dan autonomi. Pada tingkatan heteronomy dipandang sebagai
hal yang yang datang dari luar (extrenal) sedangkan pada tingkatan autonomi anak mulai
menyadari adanya kebebasan, ditandai oleh kemampuan mengkaji aturan secara kritis dan
menerapkanya secara selectif.
Secara teoritik nilai dan moral berkembang secara psikologis dalam diri individu mengikuti
perkembangan usia dan konteks social. Piaget merumuskan perkembangan kesadaran dan
pelaksanaan aturan yang dibagi menjadi dua domain yaitu sebagai berikut :
Terdiri dari usia, 0-2 tahun, aturan dirasakan sebagai susatu hal yang bersifa tidak memaksa,
usia 2-8 tahun, aturan disikapi dengan hal yang bersifat sacral dan diterima tanpa pemikiran,
usia 8-12 tahun aturan diterima sebagai hasil kesepakatan.
Terdiri dari usia, 0-2 tahun, aturan dilakukan sebagai susatu hal yang bersifa monorik saja, usia
2-6 tahun, aturan dilakukan sebagai perilaku yang lebih berorientasi diri sendiri, usia 6-10 tahun
diterima sebagai hasil kesepakatan.
14
Lawrence Kohlberg mengajukan anggapan dasar “ bahwa anak membangun cara berpikir
melalui pengalaman termasuk pengertian konsep moral seperti keadilan, hak, persamaan, dan
kesejahteraan manusia.
Sedangkan Koherlberg merumuskan adanya tiga tingkat / level yang terdiri atas enam
tahap/stage yaitu sebagai berikut :
Dengan kata lain pendekatan pendidikan nilai yang ditawarkan Kohlberg sama dengan yang
ditawarkan Piaget dalam hal fokusnya terhadap perilaku moral yang dilandasi oleh penalaran
moral, namun berbeda dalam hal titik berat pembelajarannya dimana Piaget menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah, sedangkan
Kohlberg menitikberatkan pada pemilihan nilai yang dipegang terkait dengan alternative
pemecahan terhadap suatu dilemma moral melalui proses klarifikasi bernalar.
15