Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH
PEMBELAJARAN PKn di SD

Modul 2
KARAKTERISTIK PKn SEBAGAI PENDIDIKAN
NILAI DAN MORAL

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1 :

LIEN MARLINA
RUSMINA WATI

UNIVERSITAS TERBUKA
2022
Kegiatan Belajar 1
Pendekatan PKn sebagai Pendidikan Nilai dan Moral di SD

Secara teori Herman (1972) mengemukakan suatu prinsip yang mendasar, yakni
bahwa “value is neither taught nor cought, it is learned”. Dalam konteks pendidikan
IPS dan PKn yang merupakan mata pelajaran dengan nilai sosial, pendidikan nilai
mencakup substansi dan proses pengembangan nilai patriotisme seperti cinta tanah
air, hormat pada para pahlawan yang sengaja dikemas untuk melahirkan individu
sebagai warganaegara yang cerdas dan baik, rela berkorban untuk bangsa dan Negara.

Prinsip pendidikan ditegaskan hal-hal sebagai berikut:


• Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia
• Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan system
terbuka dan multimakna
• Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat
• Pendidikan diselenggrakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan
dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
• Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis
dan berhitung bagi segenap warga masyarakat
• Pendidikan diselenggarakan dengan memperdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan.

Bagaimana PKn sebagai mata pelajaran yang memiliki misi adalah pendidikan
nilai dan moral?
• Pasal 37 UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara
khusus tidak menyebutkan yang secara implisit antara lain tercakup dalam
muatan PKn yang secara substantive dan pedagogis mempunyai misi
mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan
dan rasa cinta tanah air.
• Pasal 36 ayat 3 secara eksplisit perlu memperhatikan persatuan nasional dan nilai-
nilai kebangsaan, perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni,
keragaman potensi daerah dan lingkungan dan peningkatan potensi, kecerdasan
dan minat peserta didik.
Untuk apa PKn diberikan sebagai pendidikan Nilai dan Moral di sekolah?
Pendidikan nilai memiliki dimensi pedagogis praktis yang jauh lebih kompleks
daripada dimensi teoritisnya karena terkait pada konteks sosial-kultural dimana
pendidikan nilai itu dilaksanakan.

Masalah perilaku moral yang ada di masyarakat barat sebagai berikut:

 Vandalime dan kekerasan (Vandalism and Violence)


 Mencuri (Stealing)
 Menyontek (Cheating)
 Tidak hormat pada pejabat public (Disrespect for authority)
 Kekejaman terhadap teman seusia (Peer Cruelty)
 Menyerang keyakinan orang lain yang berbeda (Bigotry)
 Berbicara kasar ( Bad Language)
 Perkosaan dan pelecehan seksual (Sexual precocity and abuse)
 Bertambahnya orientasi diri sendiri dan menurunnya tanggungjawab sebagai
warganegara ( increasing self-centeredness and declining civic responsibility)
 Perilaku merusak diri sendiri (Self-destructive behavior)

Pendidikan nilai moral yang dilakukan secara menyeluruh dengan


pertimbangan sebagai berikut:
1. Pendidikan nilai merupakan suatu kebutuhan sosiokultural yang jelas dan
mendesak
2. Pewarisan nilai antar generasi dan dalam satu generasi merupakan sosiopsikologis
dan selalu menjadi tugas dari proses peradaban
3. Peranan sekolah sebagai wahana psikopedagogis dan sosiopedagogis
4. Setiap masyarakat terdapat landasan etika umum
5. Demokrasi mempunyai kebutuhan khusus akan pendidikan moral
6. Pertanyaan yang selalu dihadapi baik individu maupun masyarakat
7. Ada dukungan yang mendasar dan luas bagi pendidikan nilai di sekolah.
8. Komitmen yang kuat terhadap pendidikan moral
9. Pendidikan nilai merupakan pekerjaan yang dapat dan harus dilakukan.
Menurut Lickona (1992:53-63) pendidikan nilai mengandung 3 dimensi yaitu:
1. Dimensi Wawasan Moral (Moral Knowing)
a. Wawasan Moral (Moral Knowing)
b. Kesadaran moral (Moral awareness)
Wawasan nilai moral (Knowing moral values)
a. Kemampuan mengambil pandangan orang lain (Perspektive taking)
b. Penalaran Moral (Moral Reasoning )
c. Mengambil Keputusan (Decision Making)
d. Pemahaman diri sendiri (Self-Knowledge)

2. Dimensi Perasaan Moral (Moral Knowing)


a. Perasaan Moral (Moral Feeling) yang mencakup :
b. Kata Hati atau Nurani (Conscience)
c. Harapan diri sendiri (Self-esteem)
d. Merasakan diri orang lain (Empathy)
e. Cinta Kebaikan (Loving the good)
f. Kontrol diri (Self-control)
g. Merasakan diri sendiri (Humility)

3. Dimensi Perilaku Moral


a. Perilaku Moral (Moral Action)) yang mencakup :
b. Kompetensi (Competense)
c. Kemauan (Will)
d. Kebiasaan (Habit)

“Ketiga domain moralita tersebut satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan
substantif dan fungsional karena tiga hal tersebut merupakan tiga hal yang secara
psikologis bersinergi”

Mengapa Pendidikan nilai/ moral perlu diberikan disekolah-sekolah Indonesia?


Pendidikan Moral terdiri dari mata Pelajaran PPKn (Kurikulum 1994) atau PKn
( UU RI No. 20 Tahun 2003) , Pendidikan Agama dan Bahasa .
Dalam prakteknya ketiganya mengandung unsur pokok sebagai Pendidikan nilai
moral/sosial-etis (PKn), nilai religius (Pendidikan Agama) dan nilai estetis dan etis
(Bahasa) sehingga diharapkan dapat membentuk peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta nilai kebajikan dan demokratis.
Dari kajian dan bahasan terhadap konsep, isi dan Strategi Pendidikan nilai didunia
barat lebih cenderung bersifat sekuler dan berpijak serta bermuara pada
perkembangan moral kognitif yang harus diadaptasi menyesuaikan dengan kondisi
sosial-kultural di Indonesia. Secara konstitusional demokrasi Indonesia adalah
demokrasi yang Theistis atau Demokrasi yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu seyogyanya berpijak pada nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai
demokrasi yang ber-Ketuhana YME dan nilai sosial kultural yang ber Bhinneka
Tunggal Ika.

• Menurut Piaget konsep pendidikan nilai moral yang menitikberatkan pada


pengembangan kemampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah moral
dalam kehidupan dapat diadaptasikan dalam pendidikan nilai di Indonesia dalam
konteks demokrasi kontitusional Indonesia dan konteks social-kultural masyarkat
Indonesia yang ber Bhinneka Tunggal Ika termasuk dalam keyakinan agama.
• Menurut Kohlberg konsep pendidikan nilai moral menitikberatkan pada penalaran
moral melalui pendekatan klarifikasi nilai yang memberi kebebasan pada peserta
didik untuk memilih posisi moral, dapat digunakan dalam konteks pembahasan nilai
selain nilai aqidah sesuai dengan keyakinan agama masing-masing.
Kegiatan Belajar 2
Pendidikan Nilai dan Moral dalam Standar Isi PKn di SD

1. Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan


sebagai berikut:
 Berpikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isi kewarganegaraan
 Partisipasi secara aktif dan bertanggungjawab
 Berkembang secara positif dan demokratis
 Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau
tidak langsung.

2. Menurut Permendiknas No.22 Tahun 2006 secara umum mengandung nilai dan moral
sebagai berikut:
 Persatuan dan kesatuan bangsa
 Norma, hokum dan peraturan
 Hak asasi manusia
 Kebutuhan warga Negara
 Konstitusi Negara
 Kekuasaan dan politik
 Pancasila
 Globalisasi

Berikut Struktur Kurikulum SD/MI Kelas 1 s/d 6 berdasarkan Standar Lulusan


dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran :
1. Muatan materi tentang persatuan dan kesatuan Bangsa, meliputi : Hidup rukun dalam
perbedaan , Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,
Keutuhan NKRI ,partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI,
keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Muatan materi tentang norma, hukum dan peraturan meliputi : Tertib dalam kehidupan
keluarga, Perda, Norma-norma dimasyarakat , system hukum dan peradilan nasional dan
internasional
3. Muatan Materi tentang HAM,seperti Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban
anggota masyarakat, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
4. Muatan materi tentang kebutuhan warga negara meliputi : Hidup gotong royong,
kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat.
5. Muatan materi tentang Konstitusi negara meliputi : Proklamasi Kemerdekaan dan
konstitusi pertama, hubungan dasar negara dan konstitusi.
6. Muatan materi tentang Kekuasaan dan politik, meliputi : Pemerintahan desa, dan
kecamatan, Pemerintahan daerah dan Otonomi ,pemerintahan pusat ,system Politik dll.
7. Muatan materi tentang Pancasila meliputi : kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengalaman nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8. Muatan Materi tentang Globalisasi meliputi : Globalisasi di lingkungannya, Politik Luar
Negeri Indonesia di era Globalisasi, Dampak Globalisasi, Hubungan Internasional dan
Organisasi Internasional dan mengevaluasi globalisasi
Kegiatan Belajar 3
Hubungan Interaktif Pengembangan Nilai dan Moral dalam PKN SD
Piaget merumuskan perkembangan kesadaran dan pelaksanaan aturan ada 2 domain
yaitu :
Tahapan pada domain kesadaran mengenai aturan :
1. Usia 0-2 tahun : Pada masa ini aturan dirasakan sebagai hal yang tidak bersifat memaksa
2. Usia 2-8 tahun : Pada usia ini aturan disikapi sebagai hal yang bersifat sacral dan diterima
tanpa pemikiran
3. Usia 8-12 tahun : Pada usia ini aturan disikapi sebagai hasil kesepakatan

Tahapan pada domain Pelaksanaan Aturan :


1. Usia 0-2 tahun : Pada masa ini aturan dirasakan sebagai hal yang hanya bersifat motoric saja
2. Usia 2-6 tahun : Pada usia ini aturan dilakukan sebagai perilaku yang lebih berorientasi diri
sendiri
3. Usia 6-10 tahun : Pada usia ini aturan diterima sebagai perwujudan dari kesepakatan
4. Usia 10-12 tahun : Pada usia ini aturan diterima sebagai ketentuan yang sudah dihimpun

Berdasarkan teori piaget


Pendidikan nilai moral atau nilai etis yang dikembangkan berdasarkan pendekatan psikologi
perkembangan moral kognitif yang menitiberatkan pada perngembangan perilaku moral yang
dilandasi oleh penalaran moral yang dicapai dalam konteks kehidupan masyarakat
Kolhberg merumuskan adanya 3 tingkat (level) yang terdiri atas 6 tahap (stage)
perkembangan moral yaitu :
1. Tingkat 1 : Prakonvensional (Preconventional)
a. Tahap 1 : Orientasi hukuman dan kepatuhan.
b. Tahap 2 : Orientasi Instrumental Nisbi
2. Tingkat II : Konvensional (Conventional)
a. Tahap 3 : Orientasi kesepakatan timbal balik.
b. Tahap 4 : Orientasi hukum dan ketertiban
3. Tingkat III : Poskonvensional (Postconventional)
a. Tahap 5 : Orientasi kontrak sosial legalistik
b. Tahap 6 : Orientasi prinsip etika universal
Kohlberg mengajukan pendekatan Pendidikan nilai dengan menggunakan pendekatan klarifikasi nilai
( value clarification approach). Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa tidak ada jawaban satu-
satunya terhadap suatu dilema moral tetapi disitu ada nilai yang dipegang sebagai dasar berpikir dan
berbuat
Kesimpulan dari teori perkembangan moral Piaget dan kolhberg yaitu :
Memiliki visi dan misi yang sama dan sampai dengan saat ini menjadi landasan dan kerangka berpikir
Pendidikan nilai didunia barat yang dengan jelas menitik beratkan pada peranan pikiran manusia
dalam mengendalikan perilaku moralnya dan mengabaikan pertimbangan bahwa di dunia ini ada nilai
religius yang melandasi kehidupan individu dan masyarakat yang tidak sepenuhnya didekati secara
rasional
Daftar Pustaka
Udin S. WinataPutra, dkk.Pembelajaran PKn Di SD Modul 2 Universitas Terbuka Indonesia

Anda mungkin juga menyukai