Anda di halaman 1dari 19

MODUL 2

KARATERISTIK PKN
SEBAGAI PENDIDIKAN
NILAI DAN MORAL
OLEH KELOMPOK 1

LIEN MARLINA

RUSMINA WATI
KEGIATAN BELAJAR 1
PENDEKATAN PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI
DAN MORAL DI SD

• Secara teori Herman (1972) mengemukakan suatu


prinsip yang mendasar, yakni bahwa “value is
neither taught nor cought, it is learned”. Dalam
konteks pendidikan IPS dan PKn yang merupakan
mata pelajaran dengan nilai social, pendidikan
nilai mencakaup substansi dan proses
pengembangan nilai patriotism seperti cinta tanah
air, hormat pada para pahlawan yang sengaja
dikemas untuk melahirkan individu sebagai
warganaegara yang cerdas dan baik, rela
berkorban untuk bangsa dan Negara.
• Prinsip pendidikan ditegaskan hal-hal sebagai berikut:
• Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia
• Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan
system terbuka dan multimakna
• Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat
• Pendidikan diselenggrakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran
• Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat
• Pendidikan diselenggarakan dengan memperdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu layanan pendidikan.
BAGAIMANA PKN SEBAGAI MATA
PELAJARAN YANG MEMILIKI MISI ADALAH
PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL?
• Pasal 37 UU RI No 20 Tahun 2003 tentang sitem pendidikan
Nasional secara khusus tidak menyebutkan yang secara implisit
antara lain tercakup dalam muatan PKn yang secara substantive dan
pedagogis mempunyai misi mengembangkan peserta didik menjadi
manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan rasa cinta tanah air.
• Pasal 36 ayat 3 secara eksplisit perlu memperhatikan persatuan
nasional dan nilai-nilai kebangsaan, perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi dan seni, keragaman potensi daerah dan
lingkungan dan peningktan potensi, kecerdasan dan minat peserta
didik.
UNTUK APA PKN DIBERIKAN SEBAGAI
PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DI
SEKOLAH?

• Pendidikan nilai memiliki dimensi


pedagogis praktis yang jauh lebih
kompleks daripada dimensi teoritisnya
karena terkait pada konteks social-
kultural dimana pendidikan nilai itu
dilaksanakan.
MASALAH PERILAKU MORAL YANG ADA DI
MASYARAKAT BARAT SEBAGAI BERIKUT:

 Vandalime dan kekerasan

 Mencuri

 Menyontek

 Tidak hormat pada pejabat public

 Kekejaman terhadap teman seusia

 Menyerang keyakinan orang lain yang berbeda

 Berbicara kasar

 Perkosaan dan pelecehan seksual

 Bertambahnya orientasi diri sendiri dan menurunnya tanggungjawab sebagai warganegara

 Perilaku merusak diri sendiri


PENDIDIKAN NILAI MORAL YANG DILAKUKAN
SECARA MENYELURUH DENGAN PERTIMBANGAN
SEBAGAI BERIKUT:

1. Pendidikan nilai merupakan suatu kebutuhan sosiokultural yang jelas dan


mendesak
2. Pewarisan nilai antar generasi dan dalam satu generasi merupakan
sosiopsikologis dan selalu menjadi tugas dari proses peradaban
3. Peranan sekolah sebagai wahana psikopedagogis dan sosiopedagogis
4. Setiap masyarakat terdapat landasan etika umum
5. Demokrasi mempunyai kebutuhan khusus akan pendidikan moral
6. Pertanyaan yang selalu dihadapi baik individu maupun masyarakat
7. Ada dukungan yang mendasar dan luas bagi pendidikan nilai di sekolah.
8. Komitmen yang kuat terhadap pendidikan moral
9. Pendidikan nilai merupakan pekerjaan yang dapat dan harus dilakukan.
MENURUT LICKONA (1992:53-63)
PENDIDIKAN NILAI MENGANDUNG 3
DIMENSI YAITU:
Dimensi wawasan moral Dimensi perasaan moral Dimensi perilaku moral

Wawasan moral Perasaan moral Perilaku moral

Kesadaran moral Kata hati atau nurani Kompetensi

Harapan diri sendiri Kemauan

Merasakan diri orang lain Kebiasaan

Cinta kebaikan

Control diri

Merasakan diri sendiri


• Menurut Piaget konsep pendidikan nilai moral yang
menitikberatkan pada pengembangan kemampuan
mengambil keputusan dan memecahkan masalahmoral
dalam kehidupan dapat diadaptasikan dalam pendidikan
nilai di Indonesia dalam konteks demokrasi kontitusional
Indonesia dan konteks social-kultural masyarkat Indonesia
yang ber Bhinneka Tunggal Ika termasuk dalam keyakinan
agama.
• Menurut Kohlberg konsep pendidikan nilai moral
menitikberatkan pada penalaran moral melalui pendekatan
klarifikasi nilai yang memberi kebebasan pada peserta
didik untuk memilih posisi moral, dapat digunakan dalam
konteks pembahasan nilai selain nilai aqidah sesuai
dengan keyakinan agama masing-masing.
KEGIATAN BELAJAR 2
PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM
STANDAR ISI PKN DI SD
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MEMILIKI TUJUAN
AGAR PESERTA DIDIK MEMILIKI KEMAMPUAN SEBAGAI MENURUT PERMENDIKNAS NO.22 TAHUN 2006
BERIKUT: SECARA UMUM MENGANDUNG NILAI DAN
MORAL SEBAGAI BERIKUT:

 Persatuan dan kesatuan


 Berpikir kritis, rasional dan
bangsa
kreatif dalam menanggapi isi
kewarganegaraan  Norma, hokum dan peraturan
 Partisipasi secara aktif dan  Hak asasi manusia
bertanggungjawab
 Kebutuhan warga Negara
 Berkembang secara positif dan
 Konstitusi Negara
demokratis
 Kekuasaan dan politik
 Berinteraksi dengan bangsa-
bangsa lain dalam peraturan  Pancasila
dunia secara langsung atau tidak
 Globalisasi
langsung.
KEGIATAN BELAJAR 3

HUBUNGAN INTERAKTIF PENGEMBANGAN NILAI DAN MORAL


DALAM PKN SD
Piaget merumuskan perkembangan kesadaran dan pelaksanaan
aturan ada 2 domain yaitu :

Tahapan pada domain kesadaran mengenai aturan :


1. Usia 0-2 tahun : Pada masa ini aturan dirasakan sebagai hal
yang tidak bersifat memaksa
2. Usia 2-8 tahun : Pada usia ini aturan disikapi sebagai hal yang
bersifat sacral dan diterima tanpa pemikiran
3. Usia 8-12 tahun : Pada usia ini aturan disikapi sebagai hasil
kesepakatan
Tahapan pada domain Pelaksanaan Aturan :
1. Usia 0-2 tahun : Pada masa ini aturan dirasakan sebagai hal yang
hanya bersifat motoric saja
2. Usia 2-6 tahun : Pada usia ini aturan dilakukan sebagai perilaku
yang lebih berorientasi diri sendiri
3. Usia 6-10 tahun : Pada usia ini aturan diterima sebagai
perwujudan dari kesepakatan
4. Usia 10-12 tahun : Pada usia ini aturan diterima sebagai ketentuan
yang sudah dihimpun
BERDASARKAN TEORI PIAGET

Pendidikan nilai moral atau nilai etis yang dikembangkan


berdasarkan pendekatan psikologi perkembangan moral
kognitif yang menitiberatkan pada perngembangan
perilaku moral yang dilandasi oleh penalaran moral yang
dicapai dalam konteks kehidupan masyarakat
Kolhberg merumuskan adanya 3 tingkat (level) yang terdiri
atas 6 tahap (stage) perkembangan moral yaitu :

1. Tingkat 1 : Prakonvensional (Preconventional)


a. Tahap 1 : Orientasi hukuman dan kepatuhan.
b. Tahap 2 : Orientasi Instrumental Nisbi
2. Tingkat II : Konvensional (Conventional)
a. Tahap 3 : Orientasi kesepakatan timbal balik.
b. Tahap 4 : Orientasi hukum dan ketertiban
3. Tingkat III : Poskonvensional (Postconventional)
a. Tahap 5 : Orientasi kontrak sosial legalistik
b. Tahap 6 : Orientasi prinsip etika universal
Kohlberg mengajukan pendekatan Pendidikan nilai dengan
menggunakan pendekatan klarifikasi nilai ( value
clarification approach). Pendekatan ini bertolak dari asumsi
bahwa tidak ada jawaban satu-satunya terhadap suatu
dilema moral tetapi disitu ada nilai yang dipegang sebagai
dasar berpikir dan berbuat
KESIMPULAN DARI TEORI PERKEMBANGAN
MORAL PIAGET DAN KOLHBERG YAITU :

Memiliki visi dan misi yang sama dan sampai dengan saat
ini menjadi landasan dan kerangka berpikir Pendidikan
nilai didunia barat yang dengan jelas menitik beratkan pada
peranan pikiran manusia dalam mengendalikan perilaku
moralnya dan mengabaikan pertimbangan bahwa di dunia
ini ada nilai religius yang melandasi kehidupan individu
dan masyarakat yang tidak sepenuhnya didekati secara
rasional
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai