Anda di halaman 1dari 7

Nama : AJI WIDYANANDA

NIM : 857932268

Semester :4

Mata kuliah : Pembelajaran PKn di SD

TUGAS TUTORIAL 1

1. Deskripsikan secara lengkap tentang apa, mengapa, dan untuk apa mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan diberikan di SD/MI!
Jawaban :
Apabila dikaji secara historis-kurikuler mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
telah mengalami pasang surut pemikiran dan praksis. Sejak lahir kurikulum tahun 1946
di awal kemerdekaan sampai pada era reformasi.
Dalam kurikulum 1946, kurikulum 1957, dan kurikulum 1961 tidak dikenal adanya mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dalam kurikulum 1946 dan 1957 materi
tersebut dikemas dalam mata pelajaran Pengetahuan Umum di SD atau Tata Negara di
SMP dan SMA. Baru dalam kurikulum SD tahun 1968 dikenal mata pelajaran Pendidikan
Kewargaan Negara (PKN).

Mata pelajaran PKn di SD menurut standar isi 2006 merupakan perkembangan terbaru
dari mata pelajaran yang sama dalam label yang berbeda sejak kurikulum SD 1968.
Dalam kurikulum SD 1968 terdapat mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara (PKN)
yang di dalamnya mencakup materi geografis dan sejarah Indonesia serta civic atau
kewargaan Negara. Dalam kurikulum SD 1975 dan kurikulum SD 1984 mata pelajaran
PKN tersebut namanya berubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Menurut
kurikulum Dikdas 1994 mata pelajaran itu diberi label Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (kemudian dipakai singkatan PPKn). Isi mata pelajaran ini pada
dasarnya mencakup konsep dan nilai Pancasila sebagai materi yang harus dipahami,
dihayati dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai usia dan lingkungannya.
Konsep Kewargaan Negara yang semula secara khusus membahas masalah hak dan
kewajiban warga Negara dan konsep kewarganegaraan yang semula secara khusus
membahas masalah status politik warga Negara, telah berkembang menjadi konsep
kewarganegaraan dalam arti luas yang mencakup baik mengenai hak dan kewajiban
maupun status warga Negara. Kedua konsep tersebut kini digunakan untuk kedua-
duanya dengan istilah kewarganegaraan yang secara konseptual diadopsi dari konsep
citizenship, yang secara umum diartikan sebagai hal-hal yang terkait pada status hukum
(legal standing) dan karakter warga Negara.

Tujuan dan isi PPKn SD 1994 berkenaan dengan konsep nilai, moral, dan norma yang
terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945 serta penjabarannya dalam sumber hukum
di bawah UUD 1945. Untuk tingkat sekolah dasar, kurikulum PPKn SD 1994
menjabarkan konsep, nilai, moral dan norma Pancasila dan UUD 1945 itu secara
“Berjenjang berkelanjutan semakin meluas” mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI.
Patut digarisbawahi isi pasal 3 UU Sidiknas 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat ,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri , dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.

Pasal 6 ayat 1 PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan
kurikulum SD/MI/SDLB/Paket A,SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C,
SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajar terdiri dari :
a. Kelompok mata pelajaran keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Kelompok mata pelajaran estetika
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

Pentingnya peran PKn dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
sepanjang hayat, melalui pemberian keteladanan, pembangunan kemauan, dan
pengembangan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran maka melalui PKn
sekolah perlu dikembangkan sebagai pusat pengembangan wawasan, sikap, dan
keterampilan hidup dan berkehidupan yang demokratis untuk membangun kehidupan
demokrasi. Pendidikan persekolahan seyogyanya dikembangkan sebagai wahana sosial
kultural untuk membangun kehidupan yang demokratis. Dengan cara itu akan
memungkinkan siswa dapat belajar demokrasi dalam situasi yang demokratis dan untuk
tujuan melatih diri sebagai warga Negara yang demokratis dan membangun kehidupan
yang lebih demokratis.

2. Menurut Lickona, yang perlu dikembangkan dalam rangka pembentukan karakter yang
baik (Good Character) didalamnya mengandung 3 dimensi moral yaitu; Knowing moral
values, Moral feeling, dan Moral action.
Jelaskan keterkaitan Substansif dan fungsional dari ketiga domain moral tersebut!
Jawaban :
Dilihat dari substansi dan prosesnya , menurut Lickona (1992:53-63) yang perlu
dikembangkan dalam rangka pendidikan nilai tersebut adalah nilai karakter yang baik
(good character) yang di dalamnya mengandung tiga dimensi nilai moral sebagai berikut
a. Dimensi wawasan moral
Wawasan moral yang mencakup :
1. Kesadaran moral
2. Wawasan nilai moral (knowing moral values)
3. Kemampuan mengambil pandangan orang lain
4. Penalaran moral
5. Mengambil keputusan
6. Pemahaman diri sendiri

b. Dimensi perasaan moral (moral feeling)


Perasaan moral yang mencakup :
1. Kata hati atau nurani
2. Harapan diri sendiri
3. Merasakan diri orang lain
4. Cinta kebaikan
5. Control diri
6. Merasakan diri sendiri

c. Dimensi perilaku moral (moral action)


Perilaku moral yang mencakup:
1. Kompetensi
2. Kemauan
3. Kebiasaan

Ketiga domain moralita tersebut satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan
substantif dan fungsional. Artinya bahwa wawasan, perasaan atau sikap, dan perilaku
moral merupakan tiga hal yang secara psikologis bersinergi. Contohnya, seseorang yang
mengambil keputusan untuk mengeluarkan zakat atau memberi sumbangan seyogyanya
dilandasi oleh perasaan keikhlasan yang diwujudkan dalam kebiasaan dalam kehidupan
sehari-hari.

Kerangka konseptual komponen Good character dari Lickona yang membagi karakter
menjadi wawasan moral, perasaan moral, dan perilaku moral dapat dipakai untuk
mengklasifikasi nilai moral dalam pendidikan nilai di Indonesia dengan menambahkan ke
dalam masing-masing dimensi itu, aspek nilai yang berkenaan dengan konteks
keagamaan seperti wawasan Ketuhanan Yang Maha Esa dalam dimensi wawasan moral,
perasaan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam dimensi perasaan moral, dan
perilaku moral kekhalifahan dalam dimensi perilaku moral.

Dalam dunia pendidikan di Indonesia pendidikan nilai moral secara formal-kurikuler


terdapat dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (kurikulum
1994) atau Pendidikan Kewarganegaraan (UU RI nomor 20 tahun 2003) dan Pendidikan
Agama dan Bahasa. Ketiga mata pelajaran tersebut berdiri sendiri namun ketiganya
mengemban misi yang sama dalam hal ketiganya mengandung unsur yang pokok
sebagai pendidikan nilai moral-sosial/etis (PKn), nilai religious (Pendidikan Agama), dan
nilai estetis dan etis (bahasa). Dalam isi dan prosesnya masing-masing memiliki
keunikan, Pendidikan agama berisikan pendidikan nilai yang menyangkut sikap,
keyakinan dan perilaku dalam hubungan manusia dengan khaliq Tuhan Yang Maha Esa
dan hubungan manusia dengan manusia lain dan alam semesta. Pendidikan
kewarganegaraan berisikan pendidikan nilai yang menyangkut sikap, keyakinan dan
perilaku dalam hubungan manusia dengan negaranya, masyarakatnya, dan bangsanya.
Pendidikan bahasa dan seni berisikan pendidikan nilai yang menyangkut pemaknaan dan
penghargaan terhadap harmoni (keindahan, keserasian) dalam hubungan antar manusia
dan alam semesta. Oleh karena itu pendidikan nilai di Indonesia bersifat tidak sekuler
karena Negara tidak melepaskan pendidikan nilai keagamaan dari tanggungjawabnya.
Dalam konteks itu maka pendidikan nilai moral di Indonesia mencakup nilai moral
keagamaan dan nilai sosial dan nilai sosioestetika.

3. Tuliskan beberapa contoh beserta penjelasannya kegiatan siswa dalam rangka


berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara yang demokratis dan anti-korupsi!
Jawaban :
Berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab proses perlibatan sosial kultural seseorang
atas dasar inisiatif sendiri dengan penuh perhatian dan kesediaan memikul risiko.
Dalam hal ini contoh kegiatan siswa dalam rangka berpartisipasi aktif dan bertanggung
jawab dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis dan
anti-korupsi yaitu :
a. Kita bisa mengajak siswa untuk ikut berpastisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan
seperti kerja bakti membersihkan lingkungan, mengajak siswa berpartisipasi aktif
dalam kegiatan diskusi kelompok, piket kelas sehingga hal tersebut menumbuhkan
rasa tanggung jawab siswa terhadap apa yang akan dilakukan.
b. Mengajak siswa agar mau mengajukan diri dalam kegiatan pemilihan ketua kelas di
sekolah. Sehingga siswa bisa melakuan suatu musyawarah atau diskusi dalam
mengambil keputusan bersama siapa yang akan menjadi ketua kelas.
c. Mengenalkan siswa akan kegiatan pemilu dan tata cara pelaksanaan pemilu begitu
juga dengan hak dan kewajiban kita sebagai warga Negara yang baik.
d. Melatih siswa untuk berkata jujur dalam segala perkataan dan perbuatan atau
perilaku. Belajar disiplin, tepat waktu berangkat sekolah dan mengumpulkan tugas
itu salah satu kewajiban seorang siswa.
e. Mengajak siswa untuk selalu melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang
diyakini.
f. Memberikan contoh yang baik kepada anak, apabila ada teman yang kesusahan
hendaknya segera menolong/membantunya. Di sinilah muncul sikap kepedulian
kepada sesame teman.
g. Menasihati siswa agar tidak mengambil hak milik orang lain. Dan berusaha sendiri
apabila menginginkan sesuatu.
h. Mengajarkan anak agar hidup dengan rukun, tanpa adanya
pertengkaran/perselisihan dengan teman yang lain. Sehingga kedamaian di sekitar
kita,persatuan dan kesatuan antar sesama tetep terjaga.
i. Melatih kemampuan berkomunikasi siswa secara baik , baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
j. Membentuk pola perilaku dan kepribadian siswa yang sesuai dengan nilai dan norma
dalam masyarakat
k. Menyadarkan siswa akan tanggung jawabnya sebagai anak di rumah dan
masyarakat serta siswa di sekolah.

4. Jelaskan bentuk-bentuk keterkaitan antara pendidikan kewarganegaraan dengan mata


pelajaran mata pelajaran lainnya !
Jawaban :
Bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan selain memiliki hubungan dengan mata
pelajaran IPS, bidang tersebut juga mengandung elemen-elemen untuk dipadukan atau
memilki kemungkinan untuk disajikan secara terpadu dengan bidang studi lainnya
seperti Bahasa Indonesia, Matematika, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Ilmu
Pengetahuan Alam, serta Kesenian.

Keterkaitan antara Pendidikan Kewarganegaraan dengan mata pelajaran lain dapat


diwujudkan dalam berbagai bentuk. Dari berbagai model kurikulum terpadu itu ada
beberapa model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran terpadu sebagaimana
yang telah disebutkan , yaitu model connected, model webbed, dan model integrated.
Hal penting dalam upaya menghubungkan setiap mata pelajaran guru memahami
benar konsep-konsep atau pokok-pokok dan subpokok bahasan mana yang akan
dijadikan topic-tpik atau tema-tema atau masalah pembahasan dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan tersebut dalam hubungan atau keterkaitannya dengan
mata pelajaran lainnya. Dari ketiga model pembelajaran yang terintegrasi tersebut
semuanya dapat digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang
dihubungkan dengan mata pelajaran lainnya. Dalam menguraikan keterkaitan antara
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan Bahasa Indonesia, Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan, IPA, Matematika dan Kesenian itu hanya akan digunakan
model webbed dan integrated sebab connecting biasanya digunakan hanya keterkaitan
dalam mata pelajaran itu sendiri.

Keterkaitan antara Pendidikan Kewarganegaraan dengan Bahasa Indonesia,


Matematika, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Ilmu Pengetahuan Alam, serta
Kesenian jika dihubungkan dua atau lebih mata pelajaran maka dapat digunakan oleh
Robin Fogaty disebut sequenced, shared, webbed, threaded, dan integrated. Sebab
diantara kelima model itu yang digunakan adalah yang “webbed”, sebab yang
dihubungkan adalah lima mata pelajaran yang pada dasarnya adalah capturing an
entire constellation of disciplines at one dengan mencari satu tema (yaitu pokok pikiran
atau dasar cerita bertemakan artinya bedaarkan atau berlandaskan) yang membuka
berbagai kemungkinan untuk menghubungkan berbagai mata pelajaran. Yang
terpenting dalam menggunakan model ini adalah melibatkan sebanyak mungkin konsep
dari setiap disiplin untuk mengkaji secara tuntas dan komprehensif tema yang
ditetapkan tentu saja disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa SD.

Untuk melaksanakan keterkaitan tersebut ada berbagai pendekatan yang dapat


digunakan namun pada kesempatan ini contoh-contoh pendekatan-pendekatan yang
dikemukakan hanyalah beberapa diantaranya pendekatan yang bersifat intra
(connected), dan pendekatan yang bersifat antar, inter atau lintas (webbed dan
integrated). Dalam melaksanakannya harus dilakukan perancangan dan penyusunan
atau pengembangan satuan pelajaran sebagaimana lazimnya suatu pembelajaran atau
penyusunan scenario pembelajaran. Satuan pelajaran tersebut mencakup nama mata
pelajaran, kelas dan cawu, tema atau topikserta pokok-pokok bahasan atau konsep,
waktu atau pertemuan. Kemudian dilakukakan tahap perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian baik menyangkut proses maupun produk sebagaimana juga dilakukan dalam
pembelajaran lainnya.

5. Sebutkan beberapa contoh kasus yang pernah terjadi di lingkungan sekolah atau
lingkungan tempat tinggal anda yang dapat merugikan nilai-nilai kebangsaan dan
jelaskan kiat-kiat anda untuk memotivasi kepada siswa agar dapat menunjukkan
semangat kebangsaan!
Jawaban :
Beberapa contoh kasus yang pernah terjadi di lingkungan sekolah atau lingkungan
tempat tinggal anda yang dapat merugikan nilai-nilai kebangsaan :
a. Dalam lingkungan masyarakat ketika melakukan musyawarah tujuannya adalah
untuk kepentingan pribadi bukan untuk kepentingan bersama
b. Tidak mau saling membantu/menolong kepada orang lain/ tetangga yang sedang
mengalami kesusahan atau kesulitan.
c. Tidak peduli akan keadaan teman yang sedang sakit atau mungkin membutuhkan
pertolongan kita.
d. Mengambil barang milik teman yang bukan haknya.
e. Ada anak ketika ditanya tidak berkata jujur, bahwa dia baru saja melakukan
kesalahan dan tidak mau berterus terang dan mengakui kesalahannya.
f. Saling bertengkar dengan teman, mengejek teman.
g. Tidak mau bermain bersama teman yang beda status sosialnya, saling membeda-
bedakan ketika sedang bermain bersama.
h. Tidak adanya sikap menghargai ketika teman sedang berbicara dalam forum
diskusi.
i. Dalam mengikuti kegiatan upacara bendera siswa banyak yang tidak mengikuti
dengan hikmat, bercanda dengan teman, dan tidak disiplin dalam berpakaian.
j. Mengejek budaya daerah yang dimiliki
k. Meniru gaya berpakaian orang barat/orang asing, dan tidak menyaring budaya
asing mana yang sebaiknya kita contoh.
l. Berani melanggar peraturan di sekolah atau masyarakat.
m. Tidak mau bekerjasama dengan orang lain, dalam hal ini gotong royong
membersihkan lingkungan sekolah atau masyarakat.

Kiat-kiat anda untuk memotivasi kepada siswa agar dapat menunjukkan semangat
kebangsaan:
a. Menumbuhkan rasa cinta pada tanah air /nasionalisme kepada anak
b. Menyadari sepenuhnya bahwa kita merupakan bagian bangsa lain untuk
menciptakan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan.
c. Senantiasa membangun rasa persaudaraan, kerukunan , semangat persatuan dan
anti kekerasan antar teman.
d. Bangga menjadi bangsa dan bagian dari masyarakat Indonesia.
e. Bersedia menjadi siswa yang baik dan menjadi panutan orang lain.
f. Menghargai kekayaan budaya daerah sendiri.
g. Menempatkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi.
h. Menumbuhkan rasa kepedulian terhadap teman
i. Memotivasi anak untuk terus belajar dengan rajin untuk kemajuan bangsa
j. Berperilaku disiplin di sekolah dan taat pada peraturan.

Anda mungkin juga menyukai