Anda di halaman 1dari 4

RESUME MODUL 1

Mata pelajaran PKN di SD Menurut standar isi 2006 merupakan perkembangan terbaru dari mata
pelajaran yang sama dalam label yang berbeda sejak kurikulum 1968. Dalam kurikulum 1968 terdapat
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan negara yang didalamnya mencakup materi Geografi dan
Sejarah Indonesia Civics atau kewarganegaraan. Dalam kurikulum 1975 dan kurikulum 1984 mata
pelajaran PKN tersebut namanya berubah menjadi pendidikan moral Pancasila. Somantri 1967 istilah
kewarganegaraan merupakan terjemahan dari civic yang merupakan mata pelajaran sosial yang
bertujuan membina dan membangun anak didik agar menjadi warga negara yang baik atau good
Citizen. Warga negara yang baik adalah warga negara yang tahu mau dan mampu berbuat baik
(Somantri 1970) atau secara umum yang mengetahui dan melaksanakan hak dan kewajiban sebagai
warga negara (Winataputra 1978).
Fungsi dan tujuan pendidikan kewarganegaraan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara
sekolah sebagai Wahana pengembangan warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab yang
secara kurikuler pendidikan warga negara yang harus menjadi Wahana psikologis pedagogis yang
utama. Secara yuridis ada beberapa ketentuan perundang-undangan yang mengandung amanat
tersebut sebagai berikut:
1. Pembukaan undang-undang dasar negara Republik Indonesia dan perubahannya.
2. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional khususnya pasal 3,
pasal 4, pasal 37 ayat 1, dan pasal 38
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan.
Kualitas pribadi ini sangat penting karena akan menjadi bekal untuk berperan sebagai warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab dengan sikap yang perilakunya dilandasi oleh iman dan
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa akhlak mulia kesehatan ilmu kecakapan kreativitas dan
kemandirian. Oleh karena itu sekolah sebagai bagian integral dan dari masyarakat perlu
dikembangkan sebagai pusat pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang Hayat yang
mampu memberi keteladanan membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam proses pembelajaran demokrasi. Pentingnya peran PKN dalam proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat melalui pemberian keteladanan pembangunan kemauan
dan pengembangan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran maka melalui PKn sekolah
perlu dikembangkan sebagai pusat pengembangan wawasan sikap dan keterampilan hidup dan
kehidupan yang demokratis untuk membangun kehidupan demokrasi.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya untuk
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Tujuan PKN
1. Berpikir secara kritis rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan
masyarakat berbangsa dan bernegara serta anti korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter
masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Struktur kurikulum SD atau MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam 1 jenjang
pendidikan selama 6 tahun oleh kelas 1 sampai dengan kelas 6 struktur kurikulum SD atau MI disusun
berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran.
Aspek aspek ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan
menengah secara umum adalah:
1. Persatuan dan kesatuan bangsa meliputi hidup rukun dalam perbedaan cinta lingkungan
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia Sumpah Pemuda keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia partisipasi dalam pembelaan negara.
2. Norma hukum dan peraturan meliputi tertib dalam kehidupan keluarga tata tertib di sekolah
norma yang berlaku di masyarakat peraturan-peraturan daerah norma-norma dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sistem hukum dan peradilan nasional hukum dan peradilan
internasional
3. Hak asasi manusia meliputi hak dan kewajiban anak hak dan kewajiban anggota masyarakat
instrumen nasional dan internasional HAM pemajuan penghormatan dan perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara meliputi hidup gotong royong harga diri sebagai warga masyarakat
kebebasan berorganisasi kemerdekaan mengeluarkan pendapat menghargai keputusan
bersama Prestasi Diri persamaan kedudukan warga negara.
5. Konstitusi negara meliputi proklamasi kemerdekaan dan Konstitusi yang pertama konstitusi
konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia hubungan dasar negara dengan konstitusi.
6. Kekuasaan dan politik meliputi pemerintahan desa dan Kecamatan pemerintahan daerah dan
otonomi pemerintahan pusat demokrasi dan sistem politik budaya politik budaya demokrasi
menuju masyarakat madani sistem pemerintahan pers dalam masyarakat demokrasi.
7. Pancasila meliputi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara proses
perumusan Pancasila sebagai dasar negara pengamatan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi meliputi globalisasi di lingkungannya politik luar negeri Indonesia di era
globalisasi dampak globalisasi hubungan internasional dan organisasi internasional dan
mengevaluasi globalisasi.
Tuntunan pedagogis diartikan sebagai pengalaman belajar atau naik experience yang bagaimana yang
diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan kewarganegaraan dalam pengertian ketuntasan
penguasaan kompetensi kewarganegaraan yang tersurat dan tersirat dalam lingkup isi dan kompetensi
dasar PKN menuntut terwujudnya pengalaman belajar yang bersifat utuh semua membuat belajar
kognitif belajar nilai dan sikap dan belajar perilaku. Tuntutan pedagogis ini memerlukan persiapan
mental profesionalitas dan hubungan sosial guru murid yang kohesif. Secara singkat PKN dinilai
sebagai mata pelajaran yang mengusung misi pendidikan nilai dan moral alasannya antara lain:
1. Materi PKN adalah pada konsep nilai Pancasila dan UUD 45.
2. Sasaran pelajaran PKN adalah perwujudan nilai-nilai tersebut dalam perilaku nyata kehidupan
sehari-hari.
3. Proses pembelajarannya menuntut terlibat emosional intelektual dan sosial dari peserta didik
dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami bersifat kognitif tetapi dihayati
bersifat objektif dan dilaksanakan bersifat perilaku.
Menurut Lickona 1992 memandang karakter atau watak itu memiliki tiga unsur yang saling berkaitan
yaitu moral knowing moral feeling and moral behaviour atau konsep moral rasa dan sikap moral dan
perilaku moral. Bila dikaitkan dengan karakteristik PKN SD nampak kita menggunakan model
Lickona itu sebagai kerangka pikir dalam melihat sasaran belajar dan isi PKN.
Setiap konsep nilai Pancasila yang telah dirumuskan sebagai butir materi PKN pada dasarnya harus
memiliki aspek moral sikap moral dan perilaku moral bagi pendidikan Indonesia PKN dapat
dikatakan sebagai program pembelajaran nilai dan moral Pancasila dan undang-undang Dasar 45 yang
bermuara pada terbentuknya Pancasila dan UUD 45 dalam diri peserta didik.
Resume Modul 2
Pendidikan nilai merupakan suatu kebutuhan sosio-kultural yang jelas dan mendesak bagi
kelangsungan kehidupan nya dan keberadaban karena pada dasarnya pewarisan nilai antara generasi
dalam satu generasi merupakan Wahana sosial psikologis dan selalu menjadi tugas dari proses
peradaban.
Peranan sekolah sebagai Wahana psiko pedagogik dan struktural pada bagian yang berfungsi
sebagai pendidik moral menjadi semakin penting pada saat di mana hanya sebagian kecil anak yang
mendapat pendidikan moral dari orang tuanya dan peranan Lembaga Keagamaan semakin kecil.
Dalam sebuah masyarakat terdapat endapan etika umum yang bersifat universal melintas batas
ruang dan waktu sekalipun dalam masyarakat pluralistik yang mengandung banyak potensi terjadinya
konflik nilai.
Demokrasi mempunyai kebutuhan khusus akan pendidikan moral karena inti dari demokrasi
adalah pemerintah yang berasal dari rakyat dilakukan oleh wakil pembawa amanah rakyat dan
mengusung komitmennya wujudkan keadilan kesejahteraan rakyat.
Pertanyaan yang sering dihadapi bagi individu maupun masyarakat adalah pertanyaan moral hal
ini menunjukkan bahwa secara Sosio kultural terdapat dukungan yang mendasar dan luas bagi
terselenggaranya pendidikan nilai di sekolah.
Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan harus dilakukan sebagai suatu keniscayaan
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat global.
Komitmen yang kuat terhadap pendidikan moral Sangatta esensial untuk menarik dan membina
guru-guru yang berkeadaban dan profesional.
Pendidikan nilai-nilai manusia bersifat tidak keluar karena negara tidak mendapatkan pendidikan
nilai keagamaan dari tanggung jawabnya dalam konteks itu maka pendidikan nilai moral di Indonesia
mencapai nilai moral keagamaan dan nilai moral sosial dan nilai Sosioestetika.
Secara konstitusional demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang atau demokrasi yang
berketuhanan yang maha esa oleh karena itu pendidikan nilai bagi Indonesia hanya berpijak pada
nilai-nilai keagamaan nilai-nilai demokrasi yang berketuhanan Yang Maha Esa dan nilai sosial
kultural yang berbhineka tunggal ika dalam konteks itu maka teori perkembangan moral dari piaget
dan Kohlberg yang dapat diadaptasikan adalah terhadap nilai moral sosio-kultural lain nilai yang
berkenaan dengan keyakinan dan keagamaan yang tidak selamanya dapat apa boleh dirasionalkan.
Konsepsi pendidikan nilai moral Piaget yang menitikberatkan pada pengembangan kemampuan
mengambil keputusan dan memecahkan masalah moral dalam kehidupan dapat diadaptasikan dalam
pendidikan nilai di Indonesia dalam konteks demokrasi konstitusional Indonesia dan konteks sosial
kultural masyarakat Indonesia yang berbhineka Tunggal Ika termasuk dalam keyakinan agama.
Konsepsi pendidikan nilai moral Kohlberg yang menitikberatkan pada penalaran moral melalui
pendekatan klarifikasi nilai yang memberi kebebasan pada individu peserta didik untuk memilih
posisi moral dapat digunakan dalam konteks pembahasan nilai-nilai akidah sesuai dengan keyakinan
agama masing-masing sedangkan teori dan tahap perkembangan moral Kohlberg secara konseptual
dapat digunakan sebagai salah satu landasan bagi pengembangan paradigma penelitian perkembangan
moral bagi orang Indonesia.
Kerangka konseptual komponen word karakter dari Lickona yang membagi karakter menjadi
wawasan moral perasaan moral dan perilaku moral moral dapat dipakai untuk mengklasifikasi nilai
moral dalam pendidikan nilai di Indonesia dengan menambahkan ke dalam masing-masing dimensi
yaitu aspek nilai yang berkenaan dengan konteks keagamaan seperti wawasan ketuhanan yang maha
esa dalam dimensi wawasan moral perasaan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam dimensi
perasaan moral dan perilaku moral kekhalifahan dalam dimensi perilaku moral.
Semua teori pendidikan nilai barat dapat digunakan sebagai sumber akademis dalam membangun
desain penelitian pendidikan nilai di Indonesia dengan cara mengambil secara adaptif semua dengan
konteks sosial kultural dan sosial religius masyarakat Indonesia.
Proses pendidikan tidak bisa dilepaskan dari proses kebudayaan yang pada akhirnya akan
mengantar manusia menjadi insan yang berbudaya dan berkeadaban.
Substansi nilai tidaklah semata-mata ditangkap yang diajarkan Tetapi lebih jauh nilai dicerna
dalam arti ditangkap di internalisasi dan dibakukan sebagai bagian yang melekat dalam kualitas
pribadi seseorang melalui proses belajar.
Kenyataan menunjukkan bahwa proses belajar tidaklah terjadi dalam ruang bebas budaya tetapi
dalam masyarakat yang seret budaya karena kita hidup dalam kehidupan masyarakat yang
berkebudayaan.
Proses pendidikan yang memusatkan perhatian pada pengembangan nilai dan sikap ini di dunia
barat dikenal dengan value education efektif education moral education character education.
Di Indonesia wacana pendidikan nilai tersebut secara kurikuler terintegrasi antara lain dalam
pendidikan agama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pendidikan bahasa dan seni.
Muatan isi Pendidikan Kewarganegaraan secara substantif dan pedagogis mempunyai misi
mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan rasa cinta tanah
air
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memfokuskan pada pembentukan warga negara
yang memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Konsep values education, moral education, education for virtues sebagai program dan proses
pendidikan yang tujuannya selain mengembangkan pikiran juga mengembangkan nilai dan sikap.
Setiap individu warga negara sebaiknya mengerti yang memiliki komitmen terhadap pondasi
moral demokrasi yakni menghormati hak orang lain mematuhi hukum yang berlaku pada partisipasi
dalam kehidupan masyarakat yang peduli terhadap perlunya kebaikan bagi umum pendidikan nilai
berdasarkan teori Piaget adalah pendidikan nilai moral atau nilai etis yang dikembangkan berdasarkan
pendekatan psikologi perkembangan moral kognitif yang menitikberatkan pada pengembangan
perilaku moral yang dilandasi oleh penalaran moral yang dicapai dalam konteks kehidupan
masyarakat menurut Kohlberg beranggapan dasar bahwa anak pembangun cara berpikir melalui
pengalaman termasuk pengertian konsep modal seperti keadilan hak persamaan dan kesejahteraan
manusia. Kohlberg menolak pendidikan nilai karakter tradisional yang berpijak pada pemikiran
bahwa ada seperangkat kebajikan atau keadaban seperti kejujuran, budi baik, kesabaran, ketegaran
yang menjadi landasan perilaku moral yang memberi implikasi bahwa tugas guru adalah
membelajarkan kebajikan itu melalui percontohan dan komunikasi langsung keyakinan serta
memfasilitasi peserta didik untuk melaksanakan kebaikan itu dengan memberinya penguatan.
Kohlberg mengajukan pendekatan pendidikan nilai dengan menggunakan pendekatan klarifikasi
nilai pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa tidak ada jawaban benar satu-satunya terhadap suatu
Dilema moral tetapi di situ ada nilai yang dipegang sebagai dasar berpikir dan berbuat. Kedua teori
perkembangan moral ini memiliki visi dan misi yang sama dan Sampai dengan saat ini menjadi
landasan dan kerangka berpikir pendidikan gila di dunia barat yang dengan jelas menitikberatkan pada
peranan pikiran manusia dalam mengendalikan perilaku moral nya dan mengabaikan pertimbangan
bahwa di dunia ini ada nilai religius yang melandasi kehidupan individu dan masyarakat yang tidak
bisa sepenuhnya didekati oleh rasional.

Anda mungkin juga menyukai