Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKSIOLOGI SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU

Disusun Oleh:

Kelompok 6

PROGRAM STUDI PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSUTAS MUHAMMADIYA BUTON

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat
rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah mengenai
Aksiologi Ilmu.

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Filsafat Ilmu dan untuk mengetahui mengenai “Aksiologi Sebagai Landasan Pengetahuan Ilmu”
sehingga dapat menjadi bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan. Selain itu, kami
menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya membangun dari para
pembaca agar kekurangan dapat diperbaiki dan menjadi lebih sempurna. Semoga makalah ini
dapat memenuhi kebutuhan pembaca dan menambah wawasan mengenai nilai kegunaan ilmu
dalam kehidupan manusia.

 
Baubau, 10 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................ii

Daftar Isi..............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1........................................................................................................................................Latar
Belakang........................................................................................................................1
1.2........................................................................................................................................Rumusa
n Masalah.......................................................................................................................1
1.3........................................................................................................................................Tujuan
.......................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1.1........................................................................................................................................Aksiolo
gi....................................................................................................................................3
1.1.1. Landasan Aksiologi.............................................................................................6
1.1.2. Kegunaan Aksiologi Terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan.................................7
1.2........................................................................................................................................Tanggun
gjawab Ilmuan...............................................................................................................8
1.3........................................................................................................................................Teori
Nilai Dalam Ilmu Pengetahuan......................................................................................9

BAB III PENUTUP

1.1........................................................................................................................................Kesimp
ulan ...............................................................................................................................11
1.2........................................................................................................................................Saran
.......................................................................................................................................11

Daftar Pustaka......................................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kita adalah makhluk tuhan yang mempunyai kelebihan dari makhluk-makhluk ciptaan
yang lain karena kita diberikan akal untuk berfikir dan hati untuk mengatur emosi kita. Pada
saat kita tumbuh berkembang dari anak-anak sampai dewasa kita mencari tempat yang baik
untuk dirinya maupun anak-anaknya baik pendidikan formal dari SD sampai tingkat lanjutan
atas dan perguruan tinggi maupun pendidikan nonformal. Usaha untuk mendapatkan
pendididkan yang baik inilah yang menjadi usaha untuk mendapatkan ilmu. Menurut Jujun
S, Suriasumantri (1990) ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku
sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Sehingga ilmu yang kita
dapat setelah melalui tahapan pendidikan menjadi alat untuk memperbaharui hidup,
mencapai suatu keinginan dan membawa ketujuan hidup yaitu kebahagiaan.
Pada dasarnya ilmu yang kita pelajari bersifat netral karena ilmu tidak mengenal sifat
baik maupun buruk dalam ilmu itu sendiri tetapi tergantung pada orang yang memiliki ilmu
tersebut, bagaimana dia memanfaatkan ilmu yang telah didapatkannya dan bergunakah ilmu
yang telah dipelajarinya untuk kehidupan sosialnya. Dalam hal ini ilmu yang berkaitan
dengan kegunaannya akan di bahas dalam kajian filsafat yang ketiga yaitu aksiologi. Karena,
pada hakikatnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan manusia
sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan
nilai atau etika, kodrat dan martabat manusia. Pembahasan aksiologi menyangkut masalah
nilai kegunaan ilmu. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan
dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu
tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan
bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
1.2. Rumusan Masalah
a. apa pengertian aksiologi
b. seperti apa tanggung jawap ilmuan?
c. Bagaimana teori nilai dalam ilmu pengetahuan?

1
1,3, Tujuan
a. Untuk mngetahui pengertian aksiologi
b. Untuk mengetahui tanggung jawap ilmuan
c. Untuk mengetahui teori nilai dalam ilmu pengetahuan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Aksiologi

Aksiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata-kata “Axios” berarti nilai, dan
“Logos” yang berarti ilmu atau teori. Jadi Aksiologi artinya teori tentang nilai. Teori yang
membahas tentang hakekat nilai karena itu aksiologi disebut juga “Filsafat Nilai”. Persoalan
tentang nilai apabila dibahas secara filsafat, maka akan lebih memperhatikan persoalan
tentang “sumber nilai”. Sedangkan pengertian aksiologi menurut Jujun S. Suriasumantri
adalah teori, nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang
sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia
kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di
jalan yang baik pula.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas
nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai
budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan
oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya
yang menimbulkan bencana.
Menurut pandangan Kattsoff, aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
tentang hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan dan menurut
Barneld, aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki tentang nilai-nilai, menjelaskan
berdasarkan kriteria atau prinsip tertentu yang dianggap baik di dalam tingkah laku manusia
Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan
value dan valuation. Ada tiga bentuk value dan valuation, yaitu:
a. Nilai, digunakan sebagai kata benda abstrak.
Dalam pengertian yang lebih sempit seperti : baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam
pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban,
kebenaran dan kesucian. Penggunaan nilai yang lebih luas merupakan kata benda asli

3
untuk seluruh macam kritik atau predikat pro dan kontra, sebagai lawan dari suatu yang
lain, dan ia berbeda dengan fakta. Teori nilai atau aksiologi adalah bagian dari etika.
b. Nilai sebagai kata benda konkret.
Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai, ia seringkali dipakai untuk
merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya, nilai dia, dan sistem nilai dia.
Kemudian dipakai untuk apa-apa yang memiliki nilai atau bernilai sebagaimana
berlawanan dengan apa-apa yang tidak dianggap baik atau bernilai.
c. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai dan
dinilai.
Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi ketika hal tersebut secara aktif digunakan
untuk menilai perbuatan. Dewey membedakan dua hal tentang menilai, ia bisa berarti
menghargai dan mengevaluasi.
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah
mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika.
Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana dijumpai dalam kehidupan, yang
menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik
material. (Koento, 2003: 13). Jadi, aksiologi adalah teori tentang nilai. Berikut ini dijelaskan
beberapa definisi aksiologi :
a. Menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang di peroleh.
b. Menurut Wibisono dalam Surajiyo (2009), aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur
kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta
penerapan ilmu.
c. Scheleer dan Langeveld memberikan definisi tentang aksiologi sebagai berikut. Scheleer
mengontraskan aksiologi dengan praxeology, yaitu suatu teori dasar tentang tindakan
tetapi lebih sering dikontraskan dengan deontology, yaitu suatu teori mengenai tindakan
baik secara moral.

4
d. Langeveld memberikan pendapat bahwa aksiologi terdiri atas dua hal utama, yaitu etika
dan estetika. Etika merupakan bagian filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan
perilaku orang, sedangkan estetika adalah bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang
memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek.
e. Kattsoff mendefinisikan aksiologi sebagai ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat
nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.

Menurut Bramel, aksiologi terbagi tiga bagian, yaitu :


a. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yaitu etika.
b. Estetic Expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan.
c. Sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial
politik.
Dari definisi-definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan
utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia
untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang
dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek
formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika
mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu
kondisi yang normative, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma.
Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang
dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Aksiologi adalah
bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar
dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan. Aksiologi mencoba merumuskan
suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis.
Menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan
dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah
kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya
etika (Jujun S. Suriasumantri, 2000: 105).
Dari definisi-definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan
utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia

5
untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang
dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.

2.1.1. Landasan Aksiologi


Ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf hidup manusia dan
kesejahteraannya dengan menitik beratkan pada kodrat dan martabat, untuk kepentingan
manusia, maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh disusun dan dipergunakan secara
komunal dan universal.
Dagobert Runes (1963 : 32) mengemukakan beberapa persoalan dengan nilai yang
mencakup : hakikat nilai, tipe nilai, criteria nilai, dan status metafisika nilai.
a. Hakikat Nilai
K. Bertens (2007:142) berpendapat, bahwa hakikat dari nilai-nilai, yaitu :
1) Nilai berasal dari kehendak: voluntarisme.
2) Nilai berasal dari kesenangan: Hedonisme
3) Nilai berasal dari kepentingan. (Perry)
4) Nilai berasal dari hal yg lebih disukai (preference). Martineau.
5) Nilai berasal dari kehendak rasio murni. (I.Kant).
b. Tipe nilai
Tipe nilai dapat dibedakan antara lain intrinsik dan nilai instrumental. Nilai
intrinsik merupakan nilai akhir yang menjadi tujuan, sedangkan nilai instrumental
merupakan alat untuk mencapai nilai intrinsik.
Sebagai contoh nilai intrinsik adalah nilai yang dipancarkan oleh suatu lukisan,
dan shalat lima waktu merupakan nilai intrinsik dan merupakan suatu perbuatan yang
sangat luhur. Nilai instrumentalnya bahwa dengan melaksanakan shalat akan mencegah
perbuatan yang keji/jahat yang dilarang oleh Allah dan tujuan akhirnya mendapat
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
c. Kriteria nilai
Kriteria nilai adalah sesuatu yang menjadi ukuran nilai, bagaimana nilai yang
baik, dan bagaimana nilai yang tidak baik. Standar pengujian nilai dipengaruhi aspek
psikologis dan logis.

6
1) Kaum hedonist menemukan standar nilai dalam kuantitas kesenangan yang dijabarkan
oleh individu atau masyarakat.
2) Kaum idealis mengakui sistem objektif norma rasional sebagai kriteria.
3) Kaum naturalis menemukan ketahanan biologis sebagai tolak ukur
d. Status Metafisika Nilai
Metafisik nilai adalah bagaimana hubungan nilai-nilai tersebut dengan realitas dan dibagi
menjadi tiga bagian :
1) Subjektivisme adalah nilai semata-mata tergantung pengalaman manusia.
2) Objektivisme logis adalah nilai merupakan hakikat logis atau subsistensi, bebas dari
keberadaannya yang dikenal.
3) Objektivisme metafisik adalah nilai merupakan sesuatu yang ideal bersifat integral,
objektif, dan komponen aktif dari kenyataan metafisik. (misalnya: theisme).

2.1.2. Kegunaan Aksiologi Terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan


Menurut Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun S. Suriasumatri yaitu
pengetahuan adalah kekuasaan. Ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk
mencapai kebahagiaan hidupnya dan ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik
ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam menggunakannya.
Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat
ilmu itu digunakan dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:
a. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang
membentuk suatu dunia, hendak menentang suatu sistem kebudayaan, sistem ekonomi,
atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya.
b. Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan
dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah
untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.
c. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.

7
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batu didepan pintu, setiap
keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan
dijalani lebih enak bila masalah-masalah itu dapat diselesaikan

2.2. Tanggungjawab Ilmuan


Jika dinyatakan bahwa ilmu bertanggung jawab atas perubahan sosial, maka hal
itu berarti (1) ilmu telah mengakibatkan perubahan sscial dan juga (2) ilmu bertanggung
jawab atas sesuatu yang bakal terjadi. Jadi tanggung jawab tersebut bersangkut paut
dengan masa lampau dan juga masa depan. Yang perlu diperhatikan ialah bahwa apa
yang telah terjadi sebenarnya tidak mutlak harus terjadi dan apa yang bakal terjadi tidak
perlu terjadi; hal itu semata-mata bergantung kepada keputusan manusia sendiri (Ihsan,
2010: 281).
Menurut Abbas Hama (dikutip Surajiyo, 2008:153) Para ilmuwan sebagai orang
yang professional dalam bidang keilmuwan sudah barang tentu mereka juga memiliki visi
moral, yaitu moral khusus sebagai ilmuwan. Moral inilah didalam filsafat ilmu disebut
juga sebagai sikap ilmiah. Menurut Abbas (dikutip Surajiyo, 2008:156) sedikitnya ada
enam sikap ilmiah yang perlu dimiliki oleh para ilmuwan yaitu :
a. Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness), artinya suatu sikap diarahkan untuk
mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif dengan menghilangkan pamrih atau
kesenangan pribadi.
b. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan Mampu
mengadakan pemilihan terhadap segala sesuatu yang dihadapi. Misalnya hipotesis
yang beragam, metodologi yang masing-masing menunjukkan kekuatannya atau cara
penyimpulan yang satu cukup berbeda walaupun masing-masing menunjukkan
akurasinya.
c. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun terhadap alat-alat
indra serta budi (mind).
d. Adanya sikap yang mendasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa
pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai
kepastian.
e. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap
penelitian yang telah dilakukan, sehingg selalu ada dorongan untuk riset dan riset
sebagai aktivitas yang menonjol dalam hidupnya.
f. Harus memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu berkehendak untuk mengembangkan
ilmu untuk kemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus untuk
pembangunan bangsa dan negara.

Proses menemukan kebenaran secara ilmiah mempunyai implikasi etis bagi


seorang ilmuan. Karakteristik proses tersebut merupakan kategori moral yang melandasi
sikap etis seorang ilmuan. Kegiatan intelektual yang meninggikan kebenaran sebagai
tujuan akhirnya mau tidak mau akan mempengaruhi pandangan moral. Kebenaran
berfungsi bukan saja sebagai jalan pikirannya namun seluruh jalan hidupnya. Dalam

8
usaha masyarakat untuk menegakkan kebenaran inilah maka seorang ilmuwan terpanggil
oleh kewajiban sosialnya, bukan saja sebagai penganalisis materi kebenaran tersebut
namun juga sebagai prototipe moral yang baik (Suriasumantri, 2000: 244).

2.3. Teori Nilai Dalam Ilmu Pengetahuan

Teori Nilai membahas dua masalah yaitu masalah Etika dan Estetika.
a. Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “ethos” yang berarti adat
kebiasaan tetapi ada yang memakai istilah lain yaitu moral dari bahasa latin yakni jamak
dari kata nos yang berarti adat kebiasaan juga. Akan tetapi pengertian etika dan moral ini
memiliki perbedaan satu sama lainnya.
Etika ini bersifat teori sedangkan moral bersifat praktek. Etika mempersoalkan
bagaimana semestinya manusia bertindak sedangkan moral mempersoalkan bagaimana
semestinya tindakan manusia itu. Etika hanya mempertimbangkan tentang baik dan buruk
suatu hal dan harus berlaku umum.
Antara ilmu (pendidikan) dan etika memiliki hubungan erat. Masalah moral tidak
bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk
menemukan kebenaran dan terlebih untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan
keberanian moral (Jujun S. Suriasumantri, 1998 : 235).
Dalam perkembangan sejarah etika ada empat teori etika sebagai sistem filsafat
moral yaitu, hedonisme, eudemonisme, utiliterisme dan deontologi.
1) Hedoisme adalah padangan moral yang menyamakan baik menurut pandangan moral
dengan kesenangan.
2) Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan dan adapun
tujuan dari manusia itu sendiri adalah kebahagiaan.
3) Utilitarisme, yang berpendapat bahwa tujuan hukum adalah memajukan kepentingan
para warga negara dan bukan memaksakan perintah-perintah ilahi atau melindungi apa
yang disebut hak-hak kodrati.
4) Deontologi, adalah pemikiran tentang moral yang diciptakan oleh Immanuel Kant.
Menurut Kant, yang bisa disebut baik dalam arti sesungguhnya hanyalah kehendak

9
baik. Semua hal lain disebut baik secara terbatas atau dengan syarat. Misalnya
kekayaan manusia apabila digunakan dengan baik oleh kehendak manusia.
b. Estetika
Estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh
manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Estetika membahas tentang
indah atau tidaknya sesuatu.
Dalam dunia pendidikan hendaklah nilai estetika menjadi patokan penting dalam
proses pengembagan pendidikan yakni dengan menggunakan pendekatan estetis-moral,
dimana setiap persoalan pendidikan Islam coba dilihat dari perspektif yang mengikut
sertakan kepentingan masing-masing pihak, baik itu siswa, guru, pemerintah, pendidik
serta masyarakat luas. Ini berarti pendidikan Islam diorientasikan pada upaya
menciptakan suatu kepribadian yang kreatif, berseni.

10
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang
berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai
teori nilai. Aksiologi ilmu (nilai) adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai,
yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan  (Kattsoff: 1992).
Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek
formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika
mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu
kondisi yang normative, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma.
Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang
dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Aksiologi adalah
bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar
dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan. Aksiologi mencoba merumuskan
suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis.
Menurut Abbas Hama (dikutip Surajiyo, 2008:153) Para ilmuwan sebagai orang yang
professional dalam bidang keilmuwan sudah barang tentu mereka juga memiliki visi moral,
yaitu moral khusus sebagai ilmuwan. Moral inilah didalam filsafat ilmu disebut juga sebagai
sikap ilmiah.

3.2.Saran
Seorang pendidik hendaknya tahu akan pentingnya hakekat nilai yang akan diajarkan
kepada para anak didiknya, sehingga anak didik mengetahui etika keilmuan yang bermoral
dalam ilmu yang dipelajarinya.
Semoga makalah ini bisa menjadi bahan acuan dan semangat untuk mengkaji dan
membuat makalah yang semakin baik. Pembahasan makalah ini mungkin masih kurang
sempurna. Oleh karena itu penulis masih membutuhkan saran dan perbaikan dari para
pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/38825311/Makalah_Aksiologi_Ilmu
file:///C:/Users/User/Downloads/3088-Article%20Text-8166-1-10-20170817.pdf
https://www.scribd.com/document/503373349/Makalah-Filsafat-Ilmu-Aksiologi-Mumud#

12

Anda mungkin juga menyukai