Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

‫ميحرلا نمحرلا هللا‬ ‫بسم‬

Alhamdulillahi rabbil „alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam
yang telah mengizinkan kami selaku pemakalah untuk menyelesaikan
makalah Ilmu Pendidikan yang berjudul “Pengertian Pendidkan dari Berbagai
dimensi”.
Shalawat dan salam mari kita sanjungkan ke pangkuan Nabi besar Muhammmad
saw. yang telah membawa kita dalam alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang ini, mudah-mudahan nantinya
kita mendapatkan syafa‟at dari beliau. Aamiin yaa Rabbal „Aalamiin.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang
pengertian pendidikan menurut epistimologi, aksiologi, dan ontologi yang
menyangkut kosa kata Ta‟lim, Tarbiyah, dan Ta‟dib serta hubungannya dengan
kognitif, affektif, dan psikomotor. Semoga apa yang kami sampaikan melalui
makalah ini dapat menambah wawasan baik itu untuk kami pribadi sebagai
penulis maupun bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharap adanya kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan
terimakasih kepada pihak - pihak yang sudah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Banda Aceh, 13 Oktober 2019

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Pengertian Pendidikan Menurut Epistimologi, Aksiologi, dan Ontologi
yang menyangkut kosa kata Ta‟lim, Tarbiyah, dan Ta‟dib ...................... 3
B. Kosa kata Ta‟lim, Tarbiyah, dan Ta‟dib dan hubungannya dengan
kognitif, affektif dan psikomotor .............................................................. 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 15
A. Kesimpulan .............................................................................................. 15
B. Saran ......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia.
Salah satunya sebagai media yang berfungsi menjadikan manusia lebih
baik dari sebelumnya. Peran penting lainnya adalah untuk memenusiakan
manusia.
Akan tetapi, pada kenyataaan sebagian orang hanya memahami
secara garis besar hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan.
Beberapa hanya mengetahui pendidikan sebagai sarana belajar, terutama
sarana belajar dalam bidang akademis. Sehingga kita masih membutuhkan
banyak sistem, teori, dan berbagai banyak macam sarana penting lainya
dalam menuntaskan makna pendidikan dalan kehidupan, dalam berbagai
pendidikan yang ada pastilah mempunyai kurikulum tersendiri untuk bisa
mengetahui rancangan seperti apa pendidikan yang akan di ajarkan dalam
pendidikan itu, dan untuk mempermudah rancangan itu maka di
perlukannya sebuah alat atau media agar nantinya tidak hanya tinggal teori
dalam menjalankan berbagai keinginan dalam dunia pendidikan.
Maka dari itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan untuk
memberikan sedikit penjelasan tentang pengertian pendidikan menurut
epistimologi, aksiologi, dan ontologi yang menyangkut kosa kata Ta‟lim,
Tarbiyah, dan Ta‟dib serta hubungannya dengan kognitif, afektif, dan
psikomotor.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu pengertian pendidikan menurut epistimologi, aksiologi, dan


ontologi?
2. Apa itu pengertian kosa kata Ta‟lim, Tarbiyah, dan Ta‟dib menurut
epistimologi, aksiologi, dan antologi?

1
3. Apa hubungan kosa kata Ta‟lim, Tarbiyah dan Ta‟dib dengan kognitif,
affektif dan psikomotor?

C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian pendidikan menurut
epistimologi, aksiologi, dan ontology.
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian kosa kata Ta‟lim, Tarbiyah,
dan Ta‟dib menurut epistimologi, aksiologi, dan antologi?
3. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan kosa kata Ta‟lim, Tarbiyah
dan Ta‟dib dengan kognitif, affektif dan psikomotor

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Menurut Epistimologi, Aksiologi, dan Ontologi yang


menyangkut kosa kata Ta‟lim, Tarbiyah, dan Ta‟dib

Dalam arti sederhana, pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia


untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi
manusia, aspek rohaniah dan jasmaniah, juga harus berlangsung secara bertahap.
Oleh karena itu, suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi
perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui
proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya.1Di
dalam Undang-Undang Nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal
1 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau pelatihan bagi peranannya
di masa yang akan datang2. Bahkan pengertian pendidikan lebih luas cakupannya
sebagai aktivitas3 dan fenomena4.
Definisi pendidikan berdasarkan :
a. Epistimologi
epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang pokok. Epistemologi
berasal dari bahasa Yunani dari kata “epistem” yang berari pengetahuan atau ilmu
pengetahuan. Sedangkan “logos” yang juga berarti pengetahuan. 5Epistemologi
adalah cabang filsafat yang membahas mengenai ilmu pengetahuan yang meliputi
berbagai ruang lingkup meliputi sumber-sumber, watak dan kebenaran

1
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 12
2
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 37
3
Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau
sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup (bagaimana orang akan menjalani dan
memanfaatkan hidup dan kehidupannya), sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual
(petunjuk praktis) maupun mental dan sosial.
4
Pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya
ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup atau keterampilan hidup pada salah satu atau
beberapa pihak.
5
Toto, Filsafat Pendidikan, h.30

3
manusia.6Jadi definisi pendidikan secara epistimologi yaitu Teori pengetahuan
yang membahas bagaimana kita memperoleh pengetahuan dan
mengklasifikasikannya.
Sumber-sumber pengetahuan
1. Panca indra
Empirisme adalah paham yang menganggap pengetahuan dicapai melalui indra:
bahwa orang-orang membangun gambaran tentang dunia di sekeliling mereka
dengan melihat, mendengar, membau, meraba dan mengecap. Pengetahuan
empiris lekat menyatu dalam hakikat pengalaman manusia itu sendiri. Seseorang
mungkin akan keluar rumah di musin semi dan melihat-lihat keindahan
pemandangan, mendengrakan kicauan burung dan merasakan hangatnya matahari.
Dia mengetahui bahwa musimnya adalah musim semi karena pesan-pesan yang
diterimanya melalui panca indra. Pengetahuan ini tersusun dari gagasan-gagasan
yang terbentuk sejalan dengan data yang teramati. Pengetahuan indrawi bagi
manusia adalah dekat dan universal dannnn dalam banyak hal ini merupakan dasar
bagi banyak pengetahuan kita.
2. Otoritas
Otoritas sebagai sebuah sumber pengetahuan mempunyai nilai positif dan negatif.
Peradaban tentu akan berada dalam kemandekan keterputusan) seandaikany tiap-
tiap individu tidak mau menerima pendapat apa pun jika ia tidak membuktikannya
lewat pengalaman langsung, yaitu pengalaman langsung. Penerimaan pengetahuan
otoritatif umumnya menghemat waktu dan meningkatkan kemajuan sosial dan
keilmuan. Di sisi lain bentuk pengetahuan ini hanyalah senilai dengan sahnya
asumsi-asumsi yang mendasarinya. Jika pengetahuannya otoritatif didasarkan
pada pondasi asumsi-asumsi yang keliru maka pengetahuannya tersebut nicaya
menjadi meleset.
3. Akal pikir
Pandangan bahwa penalaran, pemikiran dan logika merupakan faktor sentral
dalam pengetahuan disebut dengan rasionalisme. Menurut kaum rasionalisme
berpendapat bahwa akal merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan. Akal

6
Kaelan, Filsafat Bahasa: Realitas bahasa, Logika Bahasa Hemeneutika dan Postmodernisme (Yogyakarta:
Paradigma, 2002), h.12

4
manusia memiliki kemampuan untuk mengetahui kebenaran alam semesta yang
tidak mungkin diketahui melalui observasi.
4. Wahyu
Wahyu adalah komunikasi dengan Tuhan yang berisi tentang kemauan Tuhan.
Orang-orang yang percaya akan wahyu berpendapat bahwa bentuk pengetahuan
ini mempunyai kelebihan yang berbeda karena berasal dari sumber informasi yang
maha tahu yang tak dapat dicapai lewat cara-cara epistemologis lain. Kebenaran
yang diperoleh melalui sumber wahyu ini dipercaya absolut dan tak tercampuri
(murni).7

b. Aksiologi

Aksiologi berasal dari istilah Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau
wajar. Sedangkan logos berari ilmu, akan tetapi aksiologi juga dapat disebut juga
dengan teori nilai. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan
tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri dan adalah hakikat dan manfaat yang
terdapat dalam suatu pengetahuan. Jadi aksiologi di sini adalah menyangkut
masalah nilai kegunaan ilmu. Dewasa ini, istilah axios = nilai dan logos = teori
istilah ini sebenarnya lebih akrab dipakai dalam istilah filosofi. 8bagaimana
manusia menggunakan ilmu tersebut. Dalam hal ini yang ingin dicapai oleh
aksiologi Adapun aksiologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aksiologi
adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia; atau kajian tentang
nilai, khususnya etika.9
Lebih lanjut aksiologi meliputi nilai-nilai parameter bagi apa yang disebut
dengan kebenaran atau kenyataan. Sebagaimana kehidupan yang kita jalani
berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan fisik materi dan kawasan
simbolik yang masing-masing menunjukkan aspeknya sendiri. Lebih dari itu,
aksiologi juga menunjukkan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di
dalam menjalankan ilmu praktis. Dalam pendekatan aksiologis ini ilmu harus

7
George R. Khight, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Gama Media, 2007), h. 44-45
8
Tim Penyusun, Pengantar Filsafat (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011), h.92-93
9
KBBI-Kamus Besar Bahasa Indonesia-digital.

5
dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia dengan cara melihat berbagai aspek
kehidupan yang melingkupinya.10

c. Ontologi

Secara etimologi kata ontologi berasal dari bahasa Yunani sebagaimana


sebagaimana Adib, dalam konteks ini dapat kita pahami bahwa ontologi berasal
dari kata ontos dan logos. Ontos memiliki makna suatu wujud sedangkan makna
logos berarti ilmu.11 Sedangkan dalam Sosanto dengan akar kata “on‟ sama
dengan being, dan “logos‟ sama dengan logic. Yang memiliki makna teori
12
tentang “keberadaan tentang keberadaan.” Sedangkan secara terminologi
ontologi adalah “cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat hidup.”13
Sedangkan objek kajian ontologi meliputi, ada individu, ada umum, ada
terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak-Tuhan Yang Maha Esa.
Istilah ontologi ini lebih banyak digunakan ketika membahas yang ada dalam
konteks filsafat. Dari apa yang telah dipaparkan di atas dapat dipahami bahwa
ontologi adalah hakikat tentang keberadaan yang meliputi keberadaan segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.14 Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ontologi merupakan cabang filsafat yang membahas masalah tentang
kenyataan, tentang realitas, tentang yang nyata dari sesuatu.

Tiga kata kunci tentang pendidikan Islam yaitu :


1. Ta’lim, kata ini telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan
Islam. Mengacu pada pengetahuan, berupa pengenalan dan pemahaman
terhadap segenap nama-nama atau benda ciptaan Allah. Rasyid Ridha,
mengartikan ta‟lim sebagai proses transmisi berbagai Ilmu pengetahuan
pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.

10
Endang Komara, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian (Bandung: Refika Aditama, 2011),hal 14-15.
11
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 69.
12
A. Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologi, Epistemologis, dan Aksiologis (Jakarta:
Bumi Aksara, 2011), h.91
13
KBBI-Kamus Besar Bahasa Indonesia-digital
14
Susanto, Filsafat Ilmu. h. 91.

6
Pengertian Ta‟lim secara epistimologi, aasiologi, dan antologi
Epistemologi : Metode pendidikan Islam ialah cara yang paling tepat dilakukan
oleh pendidik untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada
anak didik. Metode di sini mengemukakan bagaiman mengolah, menyusun dan
menyajikan materi pendidikan Islam agar materi pendidikan islam tersebut dapat
dnegan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik
Aksiologi : Tercapainya anak didik yang cerdas. Ciri-cirinya adalah memiliki
tingkat kecerdasan intelektualitas yang tinggi sehingga mampu menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh dirinya sendiri maupun membantu menyelesaikan
masalah orang lain yang membutuhkannya
Ontologi : Ta’lim, kata ini telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan
pendidikan Islam. Mengacu pada pengetahuan, berupa pengenalan dan
pemahaman terhadap segenap nama-nama atau benda ciptaan Allah. Rasyid
Ridha, mengartikan ta‟lim sebagai proses transmisi berbagai Ilmu pengetahuan
pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu

2. Tarbiyah, kata ini berasal dari kata Rabb, mengandung arti memelihara,
membesarkan dan mendidik yang kedalamannya sudah termasuk makna
mengajar.[4]

Pengertian Tarbiyah secara epistimologi, aasiologi, dan antologi


Epistemologi : tindakan atau perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh pendidik
sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didik. Atau dengan istilah yang lain
yaitu, sikap atau tindakan menuntun, membimbing, memberikan pertolongan dari
seseorang pendidik kepada anak didik untuk menuju ke tujuan pendidikan Islam.
Aksiologi : Tarbiyah hendaknya berproses, jelas cakupannya, memiliki tujuan
yang di spesifik, dengan mengacu pada hal-hal yang bersifat mendidik, mengajar,
membimbing, dan mengembangkan potensi anak didik agar kelak bisa hidup
mandiri dan berguna bagi lingkungan sekitarnya.

7
Ontologi : Tarbiyah, kata ini berasal dari kata Rabb, mengandung arti
memelihara, membesarkan dan mendidik yang kedalamannya sudah termasuk
makna mengajar 15

3. Ta’dib, Syeh Muhammad Naquib al-Attas mengungkapkan istilah yang


paling tepat untuk menunjukan pendidikan Islam adalah al-Ta‟dib, kata ini
berarti pengenalalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat
yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan.

Pengertian Ta‟dib secara epistimologi, aasiologi, dan antologi


Epistemologi : perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan atau dilakukan
hanyalah untuk membawa anak didik kea rah tujuan pendidikan islam yang kita
cita-citakan
Aksiologi : Tercapainya anak didik yang memiliki kesalehan spiritual, yaitu
menjalankan perintah Allah dan Rasulullah SAW. Dengan melaksanakan rukun
Islam yang lima dan mengejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ontologi : Ta’dib, Syed Muhammad Naquib al-Attas mengungkapkan
istilah yang paling tepat untuk menunjukan pendidikan Islam adalah al-Ta’dib,
kata ini berarti pengenalalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang
tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan.16

15
Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h.124.

16
Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam , h. 126.

8
B. Kosa kata Ta‟lim, Tarbiyah dan Ta‟dib dan hubungannya dengan kognitif,
affektif dan Psikomotor

Hubungan kosa kata Tarbiyah dengan kognitif, yaitu:


Berorientasi pada kemampuan berfikir dan mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana yaitu mengingat sampai pada kemampuan
memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan
menggabungkan beberapa ide, gagasan, metose atau prosedur yang dipelajari
untuk memecahkan masalah tersebut.
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk
dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir,
termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif
itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah
sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang
dimaksud adalah:

a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau
mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa
mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan
adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat
menghafal surat al-„Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan
benar, sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru
Pendidikan Agama Islam di sekolah.
b. Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah
mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang
peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan

9
penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan
berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini
misalnya: Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat
menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-„Ashar
secara lancar dan jelas.

c. Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-
ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-
teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah
merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik
mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam
dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat.
d. Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan
atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami
hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-
faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang
aplikasi.
Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang
wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam
kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran
Islam.
e. Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir
analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau
unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang

10
berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat
lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang
sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya
kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.

f. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif
dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan
seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide,
misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu
memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria
yang ada. Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta
didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh
seseorang yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-
akibat negatif yang akan menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak
disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa
kwdisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang waji dilaksanakan dalam
sehari-hari.17

Hubungan kata Ta‟dib dengan afektif, yaitu:

Serangkaian sendi akhlak dan keutamaan tingkah laku dan naluri yang wajib
dilakukan oleh anak, diusahakan dan dibiasakan sejak ia mumayyiz dan mampu
berpikir sehingga menjadi mukallaf, berangsur memasuki usia pemuda dan siap
menyongsong kehidupan.
Ranah afeksi adalah materi yang berdasarkan segala sesuatu yang berkaitan
dengan emosi seperti penghargaan, nilai, perasaan, semangat, minat, dan sikap
terhadap sesuatu hal. Pada ranah afeksi, Bloom menyusun pembagian kategorinya
dengan David Krathwol yaitu:

17
Melda, Ranah penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik, diakses dari
http://meldasyahputri.blogspot.com/2015/11/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan.html

11
a. Penerimaan ( Receiving/Attending), Mengacu kepada kemampuan untuk
memperhatikan dan merespon stimulasi yang tepat, juga kemampuan untuk
menunjukkan atensi atau penghargaan terhadap orang lain. Dalam domain
atau ranah afektif, penerimaan merupakan hasil belajar yang paling rendah.
Contohnya, mendengarkan pendapat orang lain.
b. Responsif (Responsive), Domain ini berada satu tingkat di atas penerimaan,
dan ini akan terlihat ketika siswa menjadi terlibat dan tertarik terhadap suatu
materi. Anak memiliki kemampuan berpartisipasi aktif dalam suatu
pembelajaran dan selalu memiliki motivasi untuk bereaksi dan mengambil
tindakan. Contoh, ikut berpartisipasi dalam diskusi kelas mengenai suatu
pelajaran.
c. Penilaian (Value), Domain ini mengacu pada pentingnya nilai atau
keterikatan diri terhadap sesuatu, seperti penerimaan, penolakan atau tidak
menyatakan pendapat. Juga kemampuan untuk menyatakan mana hal yang
baik dan yang kurang baik dari suatu kegiatan atau kejadian dan
mengekspresikannya ke dalam perilaku. Contoh, mengusulkan kegiatan
kelompok untuk suatu materi pelajaran.
d. Organisasi (Organization), Tujuan dari ranah organisasi adalah penyatuan
nilai, sikap yang berbeda yang membuat anak lebih konsisten dan
membentuk sistem nilai internalnya sendiri, dan menyelesaikan konflik
yang timbul diantaranya. Juga mengharmonisasikan berbagai perbedaan
nilai yang ada dan menyelaraskan berbagai perbedaan.
e. Karakterisasi (Characterization), Acuan domain ini adalah karakter
seseorang dan daya hidupnya. Kesemua hal ini akan tercermin dalam sebuah
tingkah laku yang ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial, dan
emosi. Nilai – nilai telah berkembang sehingga tingkah laku lebih mudah
untuk diperkirakan.
Hubungan kata Ta‟lim dengan psikomotor,yaitu :
Hasil belajar Psikomotor dengan Ta‟lim sebenarnya merupakan kelanjutan
dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru
tampak dalam bentuk kecendrungan berperilaku). Ranah psikomotor adalah ranah
yang berhubungan dengan aktifitas fisik dan keterampilan.

12
Psikomotorik adalah domain yang meliputi perilaku gerakan dan koordinasi
jasmani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik seseorang. Keterampilan
yang akan berkembang jika sering dipraktekkan ini dapat diukur berdasarkan
jarak, kecepatan, kecepatan, teknik dan cara pelaksanaan. Dalam aspek
psikomotorik terdapat tujuh kategori mulai dari yang terendah hingga tertinggi:
a. Peniruan
Kategori ini terjadi ketika anak bisa mengartikan rangsangan atau sensor menjadi
suatu gerakan motorik. Anak dapat mengamati suatu gerakan kemudian mulai
melakukan respons dengan yang diamati berupa gerakan meniru, bentuk peniruan
belum spesifik dan tidak sempurna.
b. Kesiapan
Kesiapan anak untuk bergerak meliputi aspek mental, fisik, dan emosional. Pada
tingkatan ini, anak menampilkan sesuatu hal menurut petunjuk yang diberikan,
dan tidak hanya meniru. Anak juga menampilkan gerakan pilihan yang
dikuasainya melalui proses latihan dan menentukan responsnya terhadap situasi
tertentu.
c. Respon Terpimpin
Merupakan tahap awal dalam proses pembelajaran gerakan kompleks yang
meliputi imitasi, juga proses gerakan percobaan. Keberhasilan dalam penampilan
dicapai melalui latihan yang terus menerus.
d. Mekanisme
Merupakan tahap menengah dalam mempelajari suatu kemampuan yang
kompleks. Pada tahap ini respon yang dipelajari sudah menjadi suatu kebiasaan
dan gerakan bisa dilakukan dengan keyakinan serta ketepatan tertentu.
e. Respon Tampak Kompleks
Ini tahap gerakan motorik yang terampil yang melibatkan pola gerakan kompleks.
Kecakapan gerakan diindikasikan dari penampilan yang akurat dan terkoordinasi
tinggi, namun dengan tenaga yang minimal. Penilaian termasuk gerakan yang
mantap tanpa keraguan dan otomatis.
f. Adaptasi

13
Pada tahap ini, penguasaan motorik sudah memasuki bagian dimana anak dapat
memodifikasi dan menyesuaikan keterampilannya hingga dapat berkembang
dalam berbagai situasi berbeda.
g. Penciptaan
Yaitu menciptakan berbagai modifikasi dan pola gerakan baru untuk
menyesuaikan dengan tuntutan suatu situasi. Proses belajar menghasilkan hal atau
gerakan baru dengan menekankan pada kreativitas berdasarkan kemampuan yang
telah berkembang pesat.18

18
Devita Retno, Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Menurut Perkembangan dan Peranan, diakses dari
https://dosenpsikologi.com/kognitif-afektif-dan-psikomotorik

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a) Ontologi dalam pendidikan Islam terdiri dari dua suku kata,
yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud
dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau
teori tentang wujud hakikat yang ada meliputi substansi dan pola
organisasi pendidikan Islam.
b) Epistimologi dalam pendidikan Islam Epistemologi berasal dari
kataepisteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Jadi
epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara
memperolehnya. Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu cabang
filsafat yang menyoroti atau membahas tentang tata cara, teknik, atau
prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan dalam pendidikan Islam.
c) Aksiologi dalam Pendidikan Islam sebagai suatu pemikiran tentang
masalah nilai- nilai termasuk nilai tinggi dari Tuhan, misalnya nilai
moral, nilai agama, dan nilai keindahan (estetika).
d) Ta’lim, kata ini telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan
pendidikan Islam. Mengacu pada pengetahuan, berupa pengenalan dan
pemahaman terhadap segenap nama-nama atau benda ciptaan Allah.
Rasyid Ridha, mengartikan ta‟lim sebagai proses transmisi berbagai Ilmu
pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan
tertentu.
e) Tarbiyah, kata ini berasal dari kata Rabb, mengandung arti memelihara,
membesarkan dan mendidik yang kedalamannya sudah termasuk makna
mengajar.
f) Ta’dib, Syeh Muhammad Naquib al-Attas mengungkapkan istilah yang
paling tepat untuk menunjukan pendidikan Islam adalah al-Ta‟dib, kata
ini berarti pengenalalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat
yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan.

15
B. Saran
Dengan adanya makalah kami ini, mudah-mudahan dapat digunakan
sebaik-baiknya dan menjadi salah satu sumber ilmu pengetahuan kita
semua. Kami sadar bahwa makalah kami ini masih memiliki kekurangan
disana-sini. Oleh karena itu, kami selaku pemakalah sangat menginginkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Mahfud, (2018). mengenal ontologi, epistemologi, aksiologi dalam pendidikan


islam. Jurnal studi keislaman, 4, 88-94.
Khobir, Abdul. 2008. Filsafat Pendidikan Islam Landasan Teoritis dan
Praktis.Yogyakarta: Gama Media Offset.
Arifin, Muzayyin. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara)
Adib, Mohammad. 2011. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epitemologi, Aksiologi, dan
Logika Ilmu Pengetahuan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar).
Dosen psikologi.2017. Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Menurut
Perkembangan dan Peranan. https://dosenpsikologi.com/kognitif-afektif-dan-
psikomotorik. 12 Maret 2019.

17

Anda mungkin juga menyukai