Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana atau KB awalnya dipelopori oleh individu yang menaruh
perhatian serta kepedulian pada masalah kesehatan ibu dan anak. Pada awal abad
XIX di Inggris dan Amerika dipelopori oleh Marie Stpoes dan Margareth Sanger.
Sedangkan di Indonesia sebenarnya sudah banyak dilakukan untuk membatasi
kelahiran secara tradisional. Seperti di Irian Jaya telah lama dikenal ramuan dari
daun-daunan yang khasiatnya mencegah kehamilan. Di dalam tradisi masyarakat
Hindu Bali sejak dulu nama anak hanya ada untuk empat orang saja, disangka ini
adalah suatu cara untuk menganjurkan pasangan suami istri mengatur kelahiran
anaknya sampai empat saja.
Pada zaman modern di Indonesia keluarga berencana mulai dikembangkan
dan dikenal sekitar tahun 1952. Pada tahun tersebut di Indonesia terdapat pelopor
keluarga berencana yaitu dr. Sulianti Suroso yang menganjurkan para ibu di
Yogyakarta untuk membatasi kelahiran. Lalu pada tanggal 23 Desember 1957
didirikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Perkumpulan ini
bergerak secara silent operation yang membantu warga memerlukan secara
sukarela. Pada tahun 1967 ditandatangani Deklarasi Kependudukan PBB oleh
kepala Negara Indonesi, untuk itu dibentuklah suatu lembaga program keluarga
berencana dan dimasukan ke program pemerintah.
Sejak pelita I berdasarkan intruksi Presiden nomor 26 tahun 1968
dibentuklah Lembaga Keluarga Nasional (LKBN) sebagai lembaga semi pemerintah.
Pada tahun 1970 diubah dan ditingkatkan menjadi Badan Koordinasi Keluarga
Nasional (BKKBN) yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Keluarlah
Keppres No.33 tahun 1972 dan dilakukanlah penyempurnaan struktur organisasi,
tugas pokok, dan tata kerja BKKBN. Keluar pula Keppres No.38 tahun 1978
organisasi serta struktur BKKBN disempurnakan lagi, dimana fungsinya diperluas
tidak hanya masalah yang berhubungan dengan KB tetapi juga kegiatan lain yang
mendukung kegiatan KB.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Keluarga Berencana dan Kontrasepsi dalam Pandangan Medis?

1
2. Bagaimana Pandangan Agama-Agama di Indonesia tentang Keluarga
Berencana?
3. Bagaimana Keluarga Berencana dan Kontrasepsi dalam Hukum di
Indonesia?
C. Tujuan
1. a. Mengetahui definisi, tujuan dan manfaat dari Keluarga Berencana
b. Mengenal, mengetahui sejarah dan metode-metode dari Kontrasepsi
2. Mengetahui Pandangan dari Agama-agama di Indonesia seperti (Islam
Kristen Katolik & Protestan, Hindu, Budha, Konghuchu) tentang Keluarga
Berencana
3. Mengetahui Keluarga Berencana dan Kontrasepsi dalam Hukum di
Indonesia?
D. Narasumber
1. Islam
a. Muhamadiyah
Narasumber : Bapak Suhada
Tempat tanggal lahir : Bandung,2 Januari 1960
Alamat : Jl. Cihanjuang, Komplek Bumi Hanjuang. Blok K No.4
Jabatan : Ketua PCM Sukajadi
b. Persatuan Indonesia
Narasumber: Bapak Uus Muhammad Ruhiyat
Jabatan : Humas Kantor Persis
2. Kristen Protestan
Narasumber: Bapak Togi Ronald Tobing, S.IP,MM.
Jabatan: Wakil Ketua Majelis Gereja Kristen Protestan Indonesia
3. Kristen Katolik
Narasumber : Bapak Pastur Mastur
Jabatan : Pastur Gereja Katolik Jl. Pandu
4. Hindu
Narasumber: I Ketut Nunas Arjana
Alamat: Jl. Jati Hegar Blok B no 8 Perum Margaasih
Tempat tanggal lahir: Bali 17 April 1961
Jabatan: Ketua Pengurus Pura Agung Wira Loka Natha Cimahi
Riwayat pendidikan: S1 Universitas Udayana, Bali

2
5. Budha
Narasumber : Sa Emah Sani
Tempat tanggal lahir : Pontianak,13 September 1958
Jabatan : Pengurus umum vihara Budha
6. Konghuchu
Narasumber : J.S Maria Angeline Santoso, M.Ag
Jabatan : Pengembang Konghuchu
7. BKKBN
Narasumber : dr. Harriet Qie,MSc
Jabatan : Kasubbid Bina Kesertaan KB Jalur Pemerintah dan Swasta
(BKKBN)

3
BAB II

PANDANGAN AGAMA-AGAMA DI INDONESIA

TENTANG KELUARGA BERENCANA

A. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi dalam Pandangan Medis


1. Definisi Keluarga Berencana
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk : (1) mengindari
kelahiran yang tidak diinginkan, (2) mendapatkan kelahiran yang diinginkan, (3)
mengatur interval diantara kelahiran, (4) mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami dan istri, (5) menetukan jumlah anak dalam keluarga
(Hartanto, 2004).
Menurut Handayani (2010) bahwa Pengertian keluarga berencana menurut
UU no 10 th 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia
dan sejahtera (Tidak tercantumkan, 2008). Keluarga Berencana (KB) adalah suatu
usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
memakai kontrasepsi. Kontrasepsi atau anti kontrasepsi (Conception Control) adalah
cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan menggunakan alat atau obat-
obatan
Menurut Juliantoro (2000) bahwa , keluarga berencana adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagian dan sejahtera
(Tidak tercantumkan: 2008).
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS).
Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun
swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat
bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter
praktek swasta, bidan praktek swasta dan bidan desa.
Jenis alat/obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB, AKDR,
implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis kondom dapat

4
diperoleh langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader desa.
Pelayanan kontrasepsi suntik KB sering dilakukan oleh bidan dan dokter sedangkan
pelayanan AKDR, implant dan vasektomi/tubektomi harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan terlatih dan berkompeten.

2. Tujuan dan Manfaat Keluarga Berencana


Kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat kelahiran. Kebijakan KB
ini bersama-sama dengan usaha-usaha pembangunan yang lain selanjutnya akan
meningkatkan kesejahteraan keluarga. Upaya menurunkan tingkat kelahiran
dilakukan dengan mengajak pasangan usia subur (PUS) untuk berkeluarga
berencana. Sementara itu penduduk yang belum memasuki usia subur (Pra-PUS)
diberikan pemahaman dan pengertian mengenai keluarga berencana.
Secara umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka
mewujudkan visi dan misi program KB adalah membangun kembali dan
melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB nasional yang kuat
dimasa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas2015dapat
tercapai. Secara filosofis tujuan program KB adalah:
a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang
bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Untuk menunjang dan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan
dalam bidang KB telah ditetapkan beberapa kebijakan, yaitu perluasan jangkauan,
pembinaan terhadap peserta KB agar secara terus menerus memakai alat
kontrasepsi, pelembagaan dan pembudayaan NKKBS serta peningkatan
keterpaduan pelaksanaan keluarga berencana. Selanjutnya untuk mendukung
pelaksanaan kebijakan tersebut terus dimantapkan usaha-usaha operasional dalam
bentuk upaya pemerataan pelayanan KB, peningkatan kualitas baik tenaga, maupun
sarana pelayanan KB, penggalangan kemandirian, peningkatan peran serta
generasi muda, dan pemantapan pelaksanaan program di lapangan.

5
3. Mengenal Kontrasepsi
Menurut Prawirdjoharjo (2006) bahwa kontrasepsi adalah upaya untuk
mencegah terjadinya kemahilan upaya itu dapat bersifat sementara,dapat pula
bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variable yang
mempengaruhi fertilitas.(Asniyat,2012)
Menurut Mochtar (1998) bahwa kontrasepsi adalah cara untuk mencegah
terjadinya konsepsi dengam menggunakan alata atau obat obatan. Keluarga
berncana adalah usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak
kehamilan dengan memakai kontrasepsi.(Asniyat,2012)
Kontrasepsi adalah menghindari/mecegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan sel yang matang dengan sel sperma.(BKKBN,1999)
Tujuan dari kontrasepsi itu sendiri adalah:
a. Untuk menunda kehamilan
b. Untuk mejarangkan kehamilan
c. Untuk menghentikan kehamilan
Adapun beberapa jenis alat kontrasepsi, antara lain :
1) Cara kontrasepsi sederhana
a) Tanpa alat atau obat,yang disebut cara tradisional:
Azal/senggama terputus/Coitus Interuptus
Azal adalah cara yang paling sederhana dan paling tua untuk
menghindari kehamilan. Caranya ialah dengan menarik penis dari
vagina sesaat sebelum terjadi pemancaran sperma
(ejakulasi),sehingga dapat mencegah sperma masuk ke dalam
rahim. Cara ini bisa efektif,apabila suami dapat secara sempurna
menghindarkan sperma masuk ke dalam vagina. Sebab apabila
masih ada sperma yang bisa masuk ke vagina meskipun
sedikit,masih ada kemungkinanadanya pembuahan.
Pada abad ke 17 metode ini telah dipraktekkan di Perancis
kemudian di sebagian besar negara-negara di Eropa. Pernacis
Place (1771-1854) di Inggris dan Robert Dale Owen dari Amerika
adalah dua pelopor Birth Control yang menganjurkan
menggunakan metode ini. Di kalangan sarjan ada perbedaan
pendapat mengenai metode ini,ada yang berpendapat metoda azal

6
ini bisa menimbulkan gangguan fisik dan physics yang serius
kepada suami istri.
Sebaliknya ada juga yang berpendapat bahwa tidak
menimbulkan side effect yang serius. Yang jelas metoda ini tidak
memberikan puncak kepuasan kepada suami-istri.
Pantang berkala
Metode ini telah dirintis sejak abad ke-19 oleh Dr.George
Drysdale pelopor gerakan Kb di Amerika. Dia mengatakan bahwa
masa tidak subur terjadi antara 2-3 hari sebelum haid sampai 8 hari
sesudah haid.Jadi untuk mencegah terjadinya kehamilan maka
sanggama dilakukan pada masa tidak subur ini.
Pada tahun 1930 dua orang sarjana,Dr.Kysaku dari Jepang
dan Dr. Herman Knauss dari Austria. Dr. Ogino menyatakan bahwa
ovulasi terjadi antara 12-16 hari sebelum haid,sedangkan menurut
Knauss ovulasi terjadi pada 15 hari sbelum haid. Masa subur itu
berlangsung relatif singkat/pendek yakni hanya berlangsung lebih
kurang 3 hari atau 2 hari sebelum ovulasi dan 1 hari sesudah
ovulasi. Hal ini disebabkan karena sperma sesudah terjadi
ejakulasi hanya bisa hidup lebih kurang selama 48 jam,sedangkan
ovum memerlukan waktu satu hari untuk melalui Tuba Palofi. Ovum
hanya bisa dibuahi selama ada di Tuba Palofi ini.Atas dasar tteori
Ogino Knauss ini lahirlah cara kontrasepsi pantang berkala atau
sistem kalender.
b) Memakai alat atau obat
Kondom
Menurut sejarah,kondom telah dikenal sejak zaman Romawi
kuno pada abad ke-19,bahnnya terbuat dari kantung empedu
hewan. Pada waktu itu dibagi-bagikan kepada prajurit yang hendak
bertugas untuk mencegah mereka dari penyakit kelamin (veneral
disease).
Sekarang berupa kantung karet yang berfungsi menutupi
penis pada waktu senggama,sehingga menghalangi sperma
bertemu dengan ovum. Adapun perkataan kondom ada yang

7
mengatakn berasal dari nam seorang dokter,dr.Condom Dokter
pribadi Raja Charles II dari Prancis.
Diafragma atau cap
Alat ini biasanya terbuat dari karet yang tipis halus (Soft
Rubber) dengan Pinggiran yang kuat tapi fleksibel,dimasukkan ke
lubang vagina sampai menutup lobang rahim (Cervix). Alat ini
dapat mencegah sperma masuk ke dalam rahim sehingga tidak
terjadi pembuahan.
Kadang-kadang penggunaan diafragma ini disertai dengan
pemakaian bahan kimia yang dapat membunuh sperma seperti
Jelly atau cream,sehingga lebih efektif. Yang dianggap pertama kali
menemukan alat ini adalah dr.Mansinga dari Flensbrug. Alat ini
disebut juga Dustch Cap (Topi Belanda) karena bentuknya seperti
topi Belanda.
Cream,Jelly atau cairan berbusa
Alat alat ini disebut juga spermicide (Spermatisida),adalah
bahan kimia yang berfungsi menghentikan gerak atau
melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina,sehingga tidak bisa
membuahi ovum. Alat alat ini dimasukan biasanya dengan
menggunakan aflicatior 5 10 menit sebelum coitus.
Tablet berbusa/vaginal tablet
Vaginal tablet adalah tablet yang diamsukkan ke dalam
vagina selama mungkin 5 10 menit sebelum coitus. Cara
memasukkannya tidak memerlukan alat (aflicator),tapi cukup
dengan 2 jari,dan sebelum dimasukkan tablet ini direndam dulu
sebentar dalam air.
Vaginal tablet mengandung bahan bahan kimia yang dapat
membunuh sel sperma dan dapat menutup lobang rahim,sehingga
mengurangi kemungkinan sperma dapat menerobos ke dalam
rahim.

8
2) Cara kontrasepsi dengan metode efektif:
a) Tidak Permanen
Pil
Oral pill adalah tablet yang berfungsi mencegah masaknya sel telur
(ovum) dari ovarium,berarti mencegah ovulasi,sehingga tidak ada
sel telur yang dapat dibuahi.
Pil ini terdiri dari campuran progesteron dan estrogen buatan.
Wanita yang meminum pil ini dalam darahnya termasuki
progesteron dan estrogen tersebut,sehingga pada dirinya terjadi
gejala gejala yang hampir sama dengan wanita yang sedang
hamil (muntah muntah,mual,pusing dan sebagainya).
Disamping menghambat timbulnya ovulasi,pil ini juga
menyebabkan lendir cervix menjadi kental sehingga sulit ditembus
oleh spermatozoa,serta menyebabkan perubahan fisiologis
(menipisnya) endometrium,sehingga tidak siap menerima
kehamilan. Tidak semua cocok dengan pil ini,wanita wanita yang
mempunyai penyakit tertentu, seperti kanker, ginjal, hati, hipertensi,
jantung, varices, diabetes, epilepsi, depresi mental, asma, dan sakit
kepala yang berat (migraine) tidak boleh minum pil ini. Wanita yang
sedang menyusui sebaiknya tidak minum pil ini,karena bisa
mengurangi air susu.
Suntikan
Suntikan merupakan suatu cara kontrasepsi dengan jalan
menyuntikan hormon pencegah kehamilan kepada wanita yang
masih subur. Obat ini berisi hanya hormon progesteron.
Cara kerjanya adalh menghambat sekresi (pengeluaran) hormon
terutama LH sehingga mencegah ovulasi,kemudian juga
mernamabah kepekatan lendir cervix sehingga menghalangi
masuknya spermatozoa ke dalam rahim. Selain itu juga berfungsi
mengubah kecepatan transportasi ovum melalui tuba ke uterus.
Progesteron ini mempunyai gaya lama (long acting) dapat diberikan
dengan suntikan intra muskuler sekali tiao tiga bulan atau enam
bulan.

9
IUD
IUD adalah kontrasepsi yang dipasang dalam rahim wanita untuk
mencegah kehamilan. Yang pertama menciptakan alat ini adalah
Richter dari Polandia tahun 1909,kemudian Grafenberg dari
Jerman tahun 1929. Bentuknya seperti cincin terbuat dari metal
dan dikelilingi benang sutra. Karena banyak terjadi infeksi maka
metode ini kemudian ditinggalkan.
Sekarang metode ini dikembangkan dan disempurnakan karena
dinilai IUD ini merupakan cara yang sangat efektif. Bentuk dan
macam IUD pun sekarang banyak sekali,seperti yang dipakai di
Indonesia,diantaranya Copper T, Multi Lood, Cooper 7 dan Lipes
Loop (LL). Tapi efektifitas dari IUD ini masih menimbulkan
keraguan,karena adanya perbedaan pendapat di kalangan ahli
kedokteran sendiri tentang fungsi dan mekanisme IUD ini.
Di satu pihak mengatakan bahwa IUD bersifat menggurkan sperma
yang telah bertemu dengan ovum (sel telur) jadi bersifat abortif. Di
pihak lain mengatakan bahwa IUD berfungsi mencegah pertemuan
antara sperma dengan sel telur,jadi bersifat kontraseptif.
AKBK
AKBK adalah alat kontrasespi berupa kapsul kecil yang
terbuat dari karet silikon,berisi levonorgestrel. Saat ini digunakan
AKBK yang terdiri atas enam kapsul kecil dengan panjang 3 (tiga)
cm dan besarnya sebatang korek api. AKBK dipasang dibawah
kulit lengan atas wanita.
Hormon Levonorgestrel yang terkandung dalam kapsul
tersebut berfungsi mencegah pematangan sel telur sehingga tidak
terjadi ovulasi.
AKBK ini dianggap sangat efektif karena dapat dipakai
selama 5 tahun,tidak mempengaruhi ASI karena tidak mengandung
estrogen,tidak memerlukan perawatan lanjutan,dan mudah
diangkat jika diperlukan.
b) Permanen
Tubektomi (sterilisasi untuk wanita)
Vasektomi (sterilisasi untuk pria)

10
Vasektomi adalah sterilisasi pada lelaki yang caranya ialah
memotong saluran mani (vas deverence) kemudian kedua
ujungnya diikat,sehingga sel sprema tidak dapat mengalir keluar
uretra.
c) Cara lain : Abortus dan Menstrual regulation
4. Sejarah Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma dan upaya untuk membatasi jarak
kelahiran anak. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.
Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi
fertilitas.
Sejarah perkembangan kontrasepsi hormonal dimulai pada awal abad ke-20
dengan melakukan transplantasi ovarium binatang percobaan yang sedang hamil
kepada binatang lain dari spesies sama yang dilakukan oleh Haberlandt pada tahun
1921. Ia menemukan kemandulan sementara pada binatang yang menerima
transplantasi. Pada tahun 1930 Allen melakukan isolasi progesteron, dan pada
tahun-tahun berikutnya Bickenbach dan von Massenbach menemukan bahwa
progesteron, testosteron, dan estrogen dapat menghambat ovulasi. Walaupun
demikian, sampai tahun 1950 hormon steroid ini belum mendapat tempat sebagai
antifertilitas, tetapi banyak menghasilkan kortison. Barulah pada tahun 1950-an
setelah Pincus, Chang, dan Rock menemukan bahwa pemberian hormon
progesteron pada hari ke 5 sampai ke 25 siklus haid dapat menghambat ovulasi,
hormon steroid ini dipakai untuk keperluan kontrasepsi. Percobaan pertama
pemakaian kontrasepsi oral dengan noretindrel dan mestranol di Puerto Rico pada
tahun 1956 membuktikan daya guna yang sangat tinggi sebagai kontrasepsi.
Perkembangan kontrasepsi hormonal berlangsung terus, tahun 1960 pil kombinasi
estrogen-progesteron mulai digunakan dan sampai sekarang banyak diadakan
penyesuaian dosis atau penggunaan progesteron saja, sehingga muncul minipil.
Tujuannya agar didapatkan suatu kontrasepsi hormonal yang mempunyai daya guna
tinggi, efek samping minimal, dan keluhan pasien yang sekecil-kecilnya.
Bagi wanita usia subur yang aktif secara seksual serta tidak menggunakan
kontrasepsi, angka kehamilan mendekati 90% dalam 1 tahun. Bagi wanita yang tidak
menginginkan kehamilan, pengaturan kesuburan dapat dilakukan saat ini, dengan
berbagai metode kontrasepsi yang efektif. World Health Organization (WHO) telah

11
menyusun empat petunjuk tentang keluarga berencana yang berbasis pada bukti,
yang mencakup topik tentang pemilihan kontrasepsi, konseling pasien,
5. Metode-Metode Kontrasepsi
a. Metode sederhana
1) Tanpa Alat
KB alamiah
Yaitu metode kalender (ogino-knaus),metode suhu basal
(termal),metode lendir serviks,metode simpto-termal
Coitus intereptust
2) Dengan alat
Mekanis (barierr)
Yaitu kondom pria,barier intra-vaginal (seperti diafragma),kap
serviks,spon,kondom wanita.
Kimiawi
Yaitu spermisid(seperti vaginal cream,vaginal busa,vaginal jelly,vaginal
supposutoria,vaginal foam,vaginal soluble film)
b. Metode modern
1) Kontrasepsi hormonal
2) Intra uterine device (IUD/AKDR)
3) Kontrasepsi mantap (MOP,MOW)
B. Pandangan Agama-Agama di Indonesia tentang Keluarga Berencana
1. Pandangan Islam
a. Muhamadiyah
Pada pandangan Muhamadiyah terhadap program keluarga
berencana,berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suhada dan salah
satu narasumber dari BKKBN keluarga berencana dilandasi oleh prinsip
prinsip perkawinan,yaitu :
1) Melanjutkan keturunan,
2) Kemaslahatan keluarga
3) Kesejahteraan kekuturunan
Menurut para ulama dari majelis tajrih Muhamadiyah,program KB
merupakan ikhtiar (upaya) manusia untuk mengatur kelahiran diseimbangi
dengan kemampuan dan kesanggupannya,bukan karena adanya rasa
enggan mempunyai anak.

12
Atas dasar pengertian tersebut,Majelis Tajrih Muhamadiyah
berpendapat bahwa upaya memperkecil jumlah keturunan,lebih lebih tidak
mempunyai keturunan sama sekali,dalam keadaaan biasa (tidak ada
kekhawatiran apapun atas dirinya maupun anak anaknya) adalah tidak
sejalan tuntutan naluri manusia,karena itu tidak dibenarkan menurut ajaran
Islam.
Keluarga Berencana, menurut pandangan Muhamadiyah, sebagai
upaya jalan keluar dalam keadaan yang mendesak (darurat). Keadaan yang
dipandang mendesak oleh para Ulama Muhamdiyah berkaitan dengan tiga
hal yaitu :
1) Adanya kekhawatiran keselamatan jiwa atau kesehatan ibu bila
hamil atau melahrikan,berdasarkan keterangan dokter yang
dapat dipercaya atau atas dasar pengalamannya sendiri
sebelumnya. Dalam keadaan seperti itu,Muhamadiyah
berpendapat,Islam membenarkan seseorang untuk menghindari
terjadinya kehamilan yang didasarkan pada pesan Al Quran
surat Al Baqarah ayat 195 dan surat Annisa ayat 29.
2) Dengan banyaknya tanggungan anak dikhawatirkan
keselamatan agamanya, sebagai akibat dari kesempitan
penghidupan. Sebab dengan sempitnya kehidupan seseorang
akan memudahkannya trseret kepada pelanggaran larangan
larangan agama karena didorong tuntutan kepentingan keluarga
dan anak anaknya,seperti mnecuri,merampok dan sebagainya.
3) Bila terjadi kekhawatiran keselamatan jiwa,kesehatan dan
pendidikan anak,bila jarak kelahiran terlalu rapat. Alasan yang
diberikan untuk keadaan ini yaitu Hadits Nabi SAW yang
diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah dari Abbas r.a.
Hindarkanlah yang membahayakan diri dan membahayakan diri
dan membahayakan orang lain (termasuk kepada anak sendiri).
Majelis Tarjih Muhamadiyah juga memberikan perhatian khusus
pada masalah tehnis metoda atau segi pelaksanaan program KB. Atas dasar
ajaran Hadits Rasulullah Saw,yang melarang orang membahayakan diri
sendiri dan membahayakan orang lain,keluarga berencana harus
dilaksanakan dengan cara cara yang benar dan disetujui oleh kedua belah

13
pihak dan tidak berakibat membahayakan yang bersangkutan,baik rohani
maupun jasamani. Muhamadiyah berpendapat bahwa penggunaan setiap
metoda kontrasepsi dalam KB haruslah berdasarkan prinsip prinsip
tersebut.
b. Persatuan Islam Indonesia
Menurut pandangan Islam Persis Keluarga Berencana berdasarkan
hasil wawancara dengan Bapak Uus Muhammad Ruhiyat,dengan
memperhatikan salah satu ayat Al-Quran,antara lain sebagai berikut ;

Artinya :
Dan hendaklah orang orang merasa khawatir kalau mereka meninggalkan
dibelakang mereka keturunan yang lemah,yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan mereka). Oleh karena itu hendaklah mereka bertaqwa
kepada Allah dan hendaknya mereka mengucapkan perkataan yang benar.
(Qs. An-Nisa : 9)
Ayat ayat dan hadits hadits tersebut kiranya mengandung
beberapa ibrah antara lain:
1) Allah menghendaki kita tidak meninggalkan keturunan yang lemah (baik
rohani maupun jasmani).
2) Diperlukan perencanaan keluarga atas dasar mencapai keseimbangan
antara mendapatkan keturunan dengan :
3) Seorang ayah wajib bertanggung jawab atas kesejahteraan hidup istri
dan anaknya.
4) Seorang ibu tidak dibenarkan menderita karena anaknya demikian pula
ayahnya.
5) Dengan tuntunan menyusui dua tahun,yang menurut kesehatan selama
si ibu menyusui ia bisa tidak menstruasi,yang berarti selama dua tahun
seorang ibu bisa tidak hamil,merupakan indikasi bahwa hendaknya ibu
bisa mengatur jarak antara dua tahun kehamilan.

14
6) Faktor kemampuan suami istri hendaknya dijadikan pertimbangan oleh
mereka yang ingin menambah jumlah anak.
7) Islam lebih menghargai manusia itu dari segi kualitasnya daripada
kammiyahnya.
8) Di zaman Nabi saw sudah ada sistem azal (senggama terputus) dan
ternyata di benarkan.
Maka Persis berkesimpulan bahwa program Keluarga Berencana
dalam terminologi Tanzhimun Nasli (Pengaturan jarak antara satu kelahiran
dengan kelahiran berikutnya) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
keluarga baik material maupun spiritual yang menjadi landasan
kesejahteraan umat,dan bukan dalam terminologi Tahdidun Nasli (dalam
arti pembatasan kelahiran dalam segala situasi dan kondisi keluarga tanpa
kecuali),bisa dibenarkan oleh syariat Islam.
2. Pandangan Kristen Protestan
Menurut pandangan agama Kristen Protestan berdasarkan hasil wawancara
dengan Bapak Togi Ronald Tobing, S.IP,MM. yaitu Sebenarnya dalam agama itu
tidak diperbolehkan karena jika melakukan KB itu dapat diartikan menghalangi niat
Tuhan. Namun dilihat dari segi kesejahteraan manusia melakukan KB itu sah-sah
saja untuk tujuan agar tidak menelantarkan anak manusia yang lahir. Untuk hukum
penggunaan alat-alat kontrasepsi itu tidak tertulis di Agama Kristen Protestan, tapi
jika sudah dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah juga sebagai anak
perpanjangan Tuhan, yang penting tujuannya mencapai kesejahteraan hidup
manusia yang lebih makmur dan sejahtera. Apabila masyarakat akan menggunakan
alat-alat kontrasepsi itu sah-sah saja, karena sudah melalui tahap uji coba oleh
pemerintah dalam penggunaan alat-alat kontrasepsi tersebut.
3. Pandangan Kristen Katolik
Pandangan dari sisi agama Kristen Katolik terhadap program KB berdasarkan
hasil wawncara dengan bapak Pastur Markus bahwa agama Katolik sangat
mendukung bahkan kepada setiap umatnya selalu diterapkan dalam siraman rohani
kristen bahwa program KB ini baik untuk kehidupan manusia. Tetapi untuk
melaksanakan program KB tersebut agam Kristen Katolik tidak memperkenankan
umatnya menggunakan alat kontrasepsi yang sudah disahkan oleh pemerintah
seperti contohnya alat kontrasepsi suntik, pil, IUD, implan, vasektomi, tubektomi, jelly
dan alat kontrasepsi lainnya yang menggunakan alat. Mereka hanya

15
memperbolehkan umatnya menggunakan alat kontrasepsi alami seperti sistem
kalender dan senggama terputus. Menurut pandangan agama Kristen Katolik
penggunaan alat kontrasepsi yang non alami merupakan suatu tindakan yang
membunuh serta menghalangi proses terjadinya kehidupan baru yang sudah
dianugerahkan oleh Tuhan. Selain itu mereka menganggap menggunakan alat
tersebut adalah sebuah pelanggaran dalam agamanya. Menggunakan alat
kontrasepsi alamiah adalah tindakan yang tepat untuk program KB,karena dengan
alat kontrasepsi tersebut juga dapat melatih diri manusia untuk menahan nafsu.
4. Pandangan Hindu
Menurut pandangan dari agama hindu sendiri Pak Ketut Nunas Arjana
mengatakan bahwa KB sangat baik bagi masyarakat . Beliau mengatakan bahwa
salah satu program pemerintah keluarga berencana ini sangat berguna di
masyarakat apalagi jika kita melihat keadaaan di jaman sekarang. Di hindu tidak
mengenal adanya istilah banyak anak banyak rezeki. Pada agama hindu mengenal
bahwa program keluarga berencana yang membatasi anak atau keluarga yang
mengikuti keluarga berencana itu tidak membunuh janin karna menurut mereka pada
proses KB tidak ada pertemuan antara sel sperma dan sel ovum sehingga mereka
beranggapan bahwa ini bukan peristiwa yang membunuh calon bayi.
Pandangan mereka mengatakan bahwa jika memang kb menghalangi
bertemunya sel sperma dengan sel ovum dan jika istilah Kb membunuh sel sperma
atau kehidupan itu adalah salah karna seorang laki laki dapat mengeluarkan jutaan
sel sperma dan sel sperma itu di buang begitu saja lalu menurut mereka apa
bedanya dengan itu.
Selain itu dukungan mereka yang begitu besar pada program KB ini
dikarnakan mereka beranggapan bahwa Indonesia maupun setiap keluarga
membutuhkan manusia yang berkualitas salah satu pemikiran tentang KB yang
memiliki program terencana untuk sebuah keluarga maupun program program lain
yang mempelajari bagaimana cara membentuk tatanan keluarga yang baik juga
membuat mereka mengatakan bahwa jikalau sebuah keluarga memiliki banyak anak
tentu saja banyak pertimbangan yang harus di pikirkan baik bagi anak itu sendiri
maupun kehidupan masa depannya. Di era ini sangat sulit ditemui sebuah keluarga
dengan jumlah anak banyak namun kesejahterannya maju dalam hal apapun. Orang
tua bahkan lebih dituntut lagi terlebih lagi banyak masalah ekonomi yang di hadapi
itu lebih menyulitkan.

16
5. Pandangan Budha
Pandangan dari sisi agama Buddha berdasarkan hasil wawancara dengan ibu
Sa Emah Sani terhadap program KB yaitu memperbolehkan saja. Serta agama
Buddha pun mendukung program KB yang diadakan pemerintah. Menurut agama
Buddha, asalkan program KB itu tidak merugikan orang lain maka hukumnya
diperbolehkan. Dengan adanya KB juga, setiap orang tidak menelantarkan anak-
anaknya. Dengan maksud lain, bahwa dengan adanya program KB ini semua orang
dapat berpikir dengan akibat yang terjadi bila mempunyai banyak anak. Serta
akhirnya, setiap orang tua itu tidak merugikan anak-anaknya. Program KB ini juga
dipandang oleh agama Buddha sebagai program yang dapat mengurangi
kemiskinan. Sehingga para orang tua akan lebih terfokus pada dua anak, dan akan
menjadikan anak-anaknya sebagai anak yang sukses.
6. Pandangan Konghuchu
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu J.S Maria Angeline Santoso, M.Ag
bahwa dari sisi agama orang chinise banyak anak banyak rezeki hanya saja bila
mengikuti perkembangan zaman sekarang semakin banyak anak itu menjadi sangat
banyak yang dibutuhkan, mulai dari keuangan untuk kesejahteraan, jadi untuk
pembatasan anak itu sendiri harus ada kesepakatan dari keluarga terutama suami
dan istrinya maunya seperti apa. KB menurut agama konghuchu di perbolehkan
karena KB dapat membatasi jumlah anak dengan tujuan agar sejahtera. Pemakaian
alat kontrasepsi dari segi agama konghuchu boleh saja tapi harus disesuaikan mau
dengan cara natural sesuai dengan jangka-jangka haid nya maupun memakai alat-
alat kontrasepsi.
C. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi dalam Hukum di Indonesia
1. Rancangan Peraturan Keluarga Sejahtera

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : .

TENTANG

PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

17
MENIMBANG: a. bahwa sesuai dengan laju pembangunan nasional,
penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera perlu
dimantapkan;

b. bahwa sebagai pelaksanaan Undang-Undang No. 10/tahun


1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera perlu diatur penyelenggaraan pembangunan
keluarga sejahtera;

c. bahwa dipandang perlu meningkatkan mutu pelayanan


keluarga berencana dengan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara efisien dan efektif dengan
mengikuti norma-norma yang hidup dan berlaku dalam masyarakat

d. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka


perlu diadakan pengaturan lebih lanjut tentang penyelenggaraan
pembangunan keluarga sejahtera;

MENGINGAT: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945

2. undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang


Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera;

3. Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok


Pemerintahan Daerah

4. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1987 tentang


Penyerahan sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang
Kesehatan kepada Daerah;

BAB I : KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Pengaturan Pemerintah ini yang dimaksudkan dengan :

1. Tenaga Kesehatan adalah .


2. Kontrasepsi adalah

18
3. Insentif adalah .
4. dst.

BAB II : AZAS, ARAH, DAN TUJUAN

Pasal 2

Pembangunan keluarga sejahtera berazaskan keseimbangan, manfaat dan


perikemanusiaan yang berdasarkan keTuhanan yang Maha Esa dengan
mengutamakan kepentingan masyarakat.

Pasal 3

Pembangunan keluarga sejahtera diarahkan pada peningkatan kualitas keluarga


melalui upaya keluarga berencana.

Pasal 4

Penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera ditujukan agar :

o masyarakat mampu mandiri


o mampu membentuk keluarga sejahtera sesuai dengan NKKBS
o bertindak sebagai sumber daya manusia dalam pembangunan berkelanjutan
o bertindak sebagai dan pemelihara lingkungan

Pasal 5

Penyelenggaraan keluarga berencana ditujukan agar :

o NKKBS dilembagakan
o Pelayanan keluarga berencana dapat diperoleh secara merata dan berkualitas
o Menimbulkan rasa aman bagi akseptor keluarga berencana

BAB III : PENINGKATAN KUALITAS KELUARGA

Pasal 6

Peningkatan kualitas keluarga dilakukan melalui upaya :

o Penyuluhan, bimbingan, dan pembinaan keluarga


o Pelayanan pengaturan kelahiran

19
o Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan pengaturan kehamilan
o Peredaran alat dan obat pengaturan kehamilan

Pasal 7

(1) Penyuluhan dan bimbingan dan pembinaan keluarga diselenggarakan oleh


pemerintah dan masyarakat yang meliputi lembaga swadaya masyarakat, swasta,
dan perorangan.
(2) Penyuluhan dan bimbingan dan pembinaan keluarga ditujukan terutama bagi
keluarga yang berasal dari masyarakat rentan.

Pasal 8

Penyuluhan dan bimbingan dan pembinaan keluarga meliputi :

o Penentuan usia perkawinan yang ideal


o Penentuan usia melahirkan yang ideal
o Alat, obat, dan cara pengaturan kehamilan
o Jarak antara 2 kelahiran

Pasal 9

Penyuluhan menegnai alat, obat, dan cara pengaturan kehamilan dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat oleh tenaga yang berwenang untuk itu dengan cara dan pada
tempat yang layak.

Pasal 10

Pemerintah melakukan pengaturan tentang tenaga yang berwenang melakukan


penyuluhan melalui alat, obat, dan cara pengaturan kehamilan dengan pengaturan
perundang-undangan.

Pasal 11

Pemerintah melakuakn pengaturan tentang tempat penyuluhan mengenai alat, obat, dan
cara pengaturan kehamilan dengan mempertimbangkan suasana lingkungan dan norma-
norma yang dianut masyarakat disekitar tempat penyuluhan tersebut dilakukan.

Pasal 12

20
Pemerintah melakukan bimbingan dan pengaturan tentang cara melakukan penyuluhan
mengenai alat, obat, dan cara pengaturan kehamilan dengan mempertimbangkan
kedewasaan, tingkat pendidikan, dan norma-norma yang dianut oleh peserta penyuluhan.

Pasal 13

Pemerintah melakuakn pengaturan tentang materi penyuluhan mengenai alat, obat, dan
cara pengaturan kehamilan yang dilakukan melalui media massa baik vetak maupun
elektronik dengan mempertimbangkan dampak yang dapat timbul pada berbagai
golongan masyarakat.

Pasal 14

(1) Pelayanan pengaturan kehamilan hanya ditujukan bagi pasangan suami-isteri


(2) Pelayanan pengaturan kehamilan dilakukan sesuai dengan standar profesi
kesehatan.

Pasal 15

Setiap tindakan pelayanan keluarga berencana harus diperoleh persetujuan dari akseptor
dan suami/isteri yang bersangkutan

Pasal 16

Sebelum tindakan pelayanan keluarga berencana dilakukan, calon akseptor harus


diberikan informasi mengenai:

o Manfaat alat, obat, dan cara kontrasepsi


o Resiko alat, obat, dan cara kontrasepsi
o Cara penanggulangan resiko yang timbul

Pasal 17

Pemerintah menetapkan jenis-jenis alat, obat, dan cara kontrasepsi tertentu yang dapat
menimbulkan resiko terhadap kesehatan berdasarkan atas pertimbangan batas
keamanannya, kondisi akseptor, dan cara penggunaan kontrasepsi.

Pasal 18

21
Pemerintah menetapkan tenaga kesehatan tertentu yang berwenang menangani alat,
obat, dan cara kontrasepsi tertentu tersebut diatas sesuai dengan kemampuan dan
keterampilannya.

Pasal 19

(1) Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan pengaturan kehamilan


diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat
(2) Sarana dan prasarana pelayanan pengaturan kehamilan yang diselenggarakan oleh
masyarakat diawasi dan diatur oleh pemerintah.

Pasal 20

(1) Pemerintah dan masyarakat menyelenggarakan sarana dan prasarana


penanggulangan resiko akibat menggunakan alat, obat, dan cara kontrasepsi.
(2) Persyaratan sarana dan prasarana penanggulangan resiko akibat penggunaan alat,
obat, dan cara kontrasepsi diatur oleh Pemerintah dengan berdasarkan
pertimbangan kesehatan.

Pasal 21

Pemerintah mengatur tenaga kesehatan yang berwenang menyelenggarakan pelayanan


penanggulangan resiko akibat pengguanaan alat, obat, dan cara kontrasepsi

Pasal 22

Pemerintah menyelenggarakan upaya pelindungan hukum bagi tenaga kesehatan yang


melaksanakan pelayanan pengaturan kehamilan.

Pasal 23

Pemerintah mengatur dan mengawasi peredaran alat, obat, dan cara kontrasepsi
dengan memperhatikan segi keamanannya dan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat serta dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

BAB IV : USIA PERKAWINAN

Pasal 24

22
(1) Pemerintah dan masyarakat menyelenggarakan bimbingan perihal usia perkawinann
yang ideal bagi anggota masyarakat yang belum berkeluarga dan para
penyelenggara pendidikan.
(2) Penyelenggaraan bimbingan perihal usia perkawinan yang ideal meliputi masalah :
o Tujuan dalam membentuk keluarga
o Manfaat menikah dalam usia perkawinan yang ideal
o Resiko perkawinan usia muda

Pasal 25

Batas usia perkawinan yang idela ditetapkan oleh Pimpinan Lembaga/Badan yang
bertanggungjawab dibidang keluarga berencana dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, keadaan perkembangan penduduk, norma-norma
yang hidup dalam masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan.

BAB V : PERANSERTA MASYARAKAT

Pasal 26

(1) Masyarakat berperanserta dalam meningkatkan kualitas keluarga melalui


perorangan, lembaga swadaya, swasta, dan organisasi masyarakat sesuai dengan
bidang kegiatannya
(2) Peranserta masyarakat tersebut dilakukan dibawah koordinasi Lembaga/Badan yang
bertanggungjawab untuk itu.

Pasal 27

Peranserta masyarakat dapat berbentuk penyuluhan, penyediaan alat, obat, dan cara
kontrasepsi, pelayanan pengaturan kehamilan, serta pelayanan penanggulangan resiko
akibat penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi.

BAB VI : PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Pasal 28

Pemerintah dan atau masyarakat menyelenggarakan penelitian dan pengembangan


untuk meningkatkan kualitas keluarga

Pasal 29

23
Penelitian dan pengembangan kualitas keluarga tersebut meliputi bidang medis,
kesehatan, hokum, sosial, demografi, dan bidang lain yang berkaitan dengan
peningkatan kualitas keluarga.

Pasal 30

Penelitian dan pengembangan teknologi alat, obat, dan cara kontrasepsi dilaksanakan
sesuai dengan etika, nilai-nilai kemanusiaan dan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.

BAB VII : PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pasal 31

(1) Pemerintah dan masyarakat menyelenggarakan pencatatan dan pelaporan tentang


kegiatannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi bidang tehnis
medis dan menejerial.

BAB VIII : PENGHARGAAN

Pasal 32

Pemerintah memberikan penghargaan bagi setiap anggota masyarakat atau lembaga


yang melaksanakan kegiatan peningkatan kualitas keluarga dengan memperhatikan hasil
dan kualitas kegiatan yang dilakukan.

Pasal 33

(1) Pemerintah dapat memberikan insentif bagi masyarakat yang berupa :


o Keringanan pajak
o Kemudahan kredit
o Kemudahan-kemudahan lain
(2) Ketentuan tentang pemberian insentif diatur dengan peraturan perundang-undangan.

BAB IX : PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 34

24
Pemerintah menyelenggarakan pembinaan, pendidikan, dan latihan dalam rangka
peningkatan kualitas keluarga bagi tenaga kesehatana dan tenaga non-kesehatan.

Pasal 35

Pemerintah memberikan kewenangan di bidang pelayanan pengaturan kehamilan


berdasarkan kualifikasi yang dimiliki tenaga kesehatan.

Pasal 36

Pemerintah melakukan pengawasan atas pelayanan pengaturan kehamilan yang


dilakukan oleh tenaga kesehatan.

BAB XII : KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 37

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, Peraturan Pemerintah yang ada dan
peraturan pelaksanaan lainnya masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan pemerintah ini.

Pasal 38

Peraturan Pemerintah dan peraturan pelaksanaan lainnya disesuaikan dengan


Peraturan Pemerintah ini dalam waktu 2 tahun sejak tanggal diitetapkannya Peraturan
Pemerintah ini.

BAB XIII : KETENTUAN PENUTUP

Pasal 39

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di : JAKARTA

Pada tanggal :

25
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Ttd.

SOEHARTO

2. Program Keluarga Berencana pada saat ini

Menurut BKKBN,program KB pada saat ini sudah hampir mencapai


kesuksesan karena masyarakat Indonesia juga sudah menyadari apa fungsi dari KB
itu sendiri dan dari berbagai pihak juga sudah ikut mendukung program Kbseperti
contohnya agama. Program kerja pada saat ini yang dilakukan oleh BKKBN adalah
melakukan program KIE, pelatihan bidan, kerjasama dengan universitas dan
pengelolaan kependudukan. Sasaran dari program kerja BKKBN itu sendiri
diantaranya:

1) Ibu yang sudah melahirkan


2) Remaja
3) Keluarga
4) Seseorang yang sudah terlalu banyak anak
5) Lansia,dan
6) Balita.

Tugas BKKBN pada saat ini selain tetap menjalankan program KB juga
mengatur kependudukan di masyarakat,karena masalah untuk saat ini selain masih
ada yang belum mengikuti program KB ada juga masalah yang baru yaitu kurangnya
lahan untuk menunjang kehidupan masyarakat. Kependudukan yang terjadi di
Indonesia juga masih belum merata sehingga penduduk Indonesia menjadi
bertumpuk pada salah satu wilayah saja. Sehingga tujuan dari BKKBN untuk saat ini
tidak hanya menyukseskan program KB saja tetapi juga ditambah dengan
kependudukan dengan kriteria penduduk tumbuh seimbang dengan alam dan
ekonomi yang seimbang pula yang dapat membuat sumber daya manusia di
Indonesia juga menjadi bagus. Untuk masalah alat kontrasepsi memang masih ada
alat yang masih belum bisa diterima oleh masyarakat,karena ketakutan dan aturan
yang diajarkan oleh agama tersebut.

26
Saat ini program KB tidak hanya menyangkut mengenai pembatasan
kelahiran tetapi program KB untuk saat ini ditambah dengan konseling yang
diadakan untuk menamabah kualitas hidup masyarakat agara menjadi
sejahtera,yang menjadi sasarannya adalah remaja,dewasa,dan pasangan subur.
Selain itu juga ada program penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka
Kematian Bayi) melalui pelatihan pelatihan yang diadakan dengan sasarannya
adalah tenaga medis seperti bidan dokter. Kerjasama dengan beberapa universitas
untuk memberikan penyuluhan juga dilakukan oleh BKKBN. Selain itu juga terus
menegakan program 4T ( Terlalu banyak, Terlalu tua ,Terlalu rapat, terlalu muda).

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Program keluarga berencana ini sangat erat kaitannya dengan agama etika
dan hukum. Aspek tersebut yang harus diperhatikan oleh pasangan suami istri yang
ingin melakukan KB. Penggunaan keluarga berencana pada dasarnya sudah selaras
dan diperbolehkan oleh aspek etika, hukum, dan agama. Hanya saja pada aspek
agama khususnya gama Islam,ada hal-hal yang harus diperhatikan seperti tujuannya
yang bukan untuk membatasi keturunan akan tetapi untuk menciptakan umat yang
berkualitas dan umat yang kuat.Serta pemilihan alat kontrasepsi yang diperbolehkan
oleh agama khususnya agama Islam.
Penggunaan program keluarga berencana ini harus dengan persetujuan
pasangan suami istri tidak hanya satu pihak saja. Produk keluarga berencana bisa
dipilih oleh pasangan suami istri sesuai dengan yang diinginkan. Penggunaan produk
ini pula harus dilihat dari aspek kenyamanan dan kecocokan pada pemakai atau
pada ibu kerena tidak semua produk keluarga berecana ini sesuai dengan seluruh
badan ibu.
B. Saran
Diharapkan produk alat kontrasepsi ini digunakan masyarakat dengan
bijaksana. Lebih gencarnya sosialisasi program ini pada masyarakat yang tinggal di
daerah tertinggal dan pedalaman agar program pemerintah ini berjalan secara
menyeluruh di Indonesia. Selain sosialisasi program pada daerah terpencil, tetapi
juga pengadaan tenaga kesehatan perlu diperhatikan karna hal tersebut pula akan
mendukung kesuksesan program ini.

28

Anda mungkin juga menyukai