Anda di halaman 1dari 6

NAMA : INTAN PUSPITA SARI

NIM : 201015401009
PRODI : DIII KEBIDANAN
MATA KULIAH : Kesehatan Reproduksi dan keluarga berencana
TINGKAT : 1 ( Satu )

Gerakan Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal sekarang ini dipelopori oleh

beberapa tokoh, baik dalam maupun luar negeri.Pada awal abad ke 19 di Inggris upaya KB

mula-mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh perhatian pada masalah

kesehatan ibu.Maria Stopes (1880-1950) menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan

kaum buruh Inggris. Di Amerika Serikat dikenal Margareth sanger (1883-1996) dengan

program Birth Control-nya yang merupakan pelopor kelompok Keluarga Berencana modern.

Pada 1917 didirikan National Birth Control League dan pada November 1921 diadakan

konferensi nasional Amerika tentang pengontrolan kehamilan dengan Margareth sanger

sebagai ketuanya. Pada 1925 ia mengorganisasikan konferensi internasional di New York

yang menghasilkan pembentukan International Federation of Birth Control League.

Selanjutnya pada 1927 Margareth sanger menyelenggarakan konferensi populasi dunia di

Jenewa yang melahirkan International Women for Scientific Study on Population dan

International Medical Group for the Investigationa of Contraception. Pada 1948 Margareth

Sanger ikut melopori pembentukan komite international keluarga berencana yang dalam

konferensi di New Delhi pada 1952 meresmikan berdirinya International Planned Parenthood

Federation (IPPF). Federasi ini memilih Margareth Sanger dan Rama Ran dari India sebagai

pimpinannya.Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan Keluarga Berencana di


seluruh dunia termasuk di Indonesia yang mendirikan perkumpulan Keluarga

Indonesia (PKBI).

Tujuan ideal gerakan KB tidak lain adalah menciptakan keluarga yang bahagia dan
sejahtera. Tujuan ini hendak dicapai melalui sosialisasi dan institusionalisasi norma-norma
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS). Rumusan rinci tentang keluarga yang
bahagia dan sejahtera telah tertuang dengan baik dalam UU no. 10/1992, yang menyatakan
bahwa “keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota
dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya” (BKON, 1994:7).
Oleh karenanya, pelaksanaan program KB di Indonesia diawali dengan melibatkan
berbagai tokoh agama. Karena mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam, maka
otomatis proses itu juga melibatkan individu atau tokoh yang beragama Islam. Bahkan,
sebagian besar perintis gerakan KB sendiri adalah orang-orang yang beragama Islam. Dan
pada awal tahun I970-an adalah Dr. KH. Idham Chalid, tokoh NU yang ketika itu adalah
Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat, dan KH. SM Nazaruddin Latief yang menjadi
pendukung utama program Keluarga Berencana (BKKBN, 1993:45-46).
Meskipun telah melibatkan sejumlah tokoh Islam, sebagaimana telah diungkapkan di
atas, kendala-kendala yang bersifat keagamaan masih tetap ada. Dalam kaitannya dengan hal
tersebut, periu diketahui bahwa pada dasarnya pelibatan tokoh-tokoh tersebut di atas memang
bukan untuk meredam adanya resistensi sosial-keagamaan, tetapi- seperti dalam hal Ny.
Syamsuridjal, Ny. Moch. Roem dan Dr. Idham Chalid – lebih bersifat struktural-fungsional.
Dengan kata lain, mereka semata-mata adalah sebagai pemikir, aktivis, atau pendukung
gerakan KB.
Mengingat “keluarga” merupakan kata kunci bagi kesuksesan pelaksanaan KB di
Indonesia, maka beberapa ormas besar memiliki berbagai program terkait dengan KB ini.
Seperti pernyataan Masruchah, bahwa NU memiliki Program “Keluarga Maslahah” yang
dijalankan oleh badan-badan otonomnya seperti LKPSM, Yayasan Kesejahteraan Fatayat
(YKF), dan Muhammadiyah memiliki program “Keluarga Sakinah” yang dilaksanakan oleh
Aisyiah. Konsep KB di sini sebenarnya lebih menekankan pada “merencanakan keluarga”
dibandingkan “kontrol kelahiran” semata-mata.
Oleh karena itu, seyogyanya pelaksanaan KB bukan sekedar berhenti pada persoalan
memperkenalkan alat-alat kontrasepsi dan mengejar target jumlah akseptor. Namun, jauh
lebih penting dari itu adalah menekankan pada pemenuhan hak-hak reproduksi lelaki maupun
perempuan; suami maupun istri. Mengingat, sebagaimana pengertian di atas  yang terpenting
adalah merencanakan keluarga secara bersama-sama.
Untuk mengelola program KB, pada tahun 1968, pemerintah membentuk Lembaga
Keluarga Berencana Nasional (LKBN). Lembaga ini tidak berlangsung lama, hingga
pemerintah kemudian membentuk sebuah institusi Badan Koordinasi Keluarga  Berencana
Nasional (BKKBN) pada 1970, sebagai institusi pemerintah non departemen yang bertugas
mengoordinasikan program KB secara nasional. Sejak itu, KB di Indonesia mulai dirancang
sebagai salah satu program pemerintah. Dari sinilah pemerintah mulai mencurahkan
perhatian pada persoalan kependudukan.
Awalnya, tujuan utama program KB memang untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk; sehingga memang program ini terkesan ‘target oriented’. Tentu tanpa
mengesampingkan penyampaian informasi mengenai pentingnya ber-KB serta manfaatnya
memiliki keluarga kecil. Beberapa capaian yang bisa dilihat dari kesuskesan program KB ini 
di antaranya adalah jumlah akseptor (pada tahun 1997) sebanyak 23 juta orang; dimana 98%-
nya  adalah kaum perempuan. Selain itu angka kesuburan total (total fertility rate) menurun
cukup drastis dari lebih dari 5 pada sebelum tahun 1970 menjadi kurang dari 3 pada tahun
1990-an.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang tubuhnya sering menjadi
sasaran alat kontrasepsi  acapkali kurang didengar hak-haknya sebagai  akseptor KB. 
Sebagai contoh,  selama ini akseptor KB sebagai konsumen kurang memperoleh informasi
yang lebih lengkap mengenai  kelebihan dan kekurangan dari alat-alat KB seperti  spiral,
cooper-T,  suntikan, norplant,  implant,  kondom, tablet (pil), dan lain sebagainya. Di
samping itu  mereka juga tidak mendapatkan kejelasan yang lebih lengkap mengenai
bagaimana karakteristik alat kontrasepsi tersebut,  apa resiko, dan efek sampingnya.  Belum
lagi ketika berhadapan dengan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang
melakukan praktik tertentu untuk memperoleh angka kredit sehingga mengabaikan pilihan
konsumen. Sebagai contoh:  a) pengharusan penggunaan kontrasepsi tertentu di wilayah
kekuasaannya atau b) pengarahan secara massal kaum perempuan untuk mendapatkan
kontrasepsi tertentu tanpa suatu pemeriksaan awal yang memadai untuk mengetahui apakah
mereka cocok untuk mengikuti kontrasepsi tersebut, atau apakah  mereka tepat mengikuti KB
saat itu.
Padahal seharusnya akseptor sebagai konsumen pelayanan KB perlu diberi penjelasan 
mengenai hak-haknya. Seperti :
1)    Hak atas keamanan dan keselamatan.
2)    Hak memperoleh informasi.
3)    Hak didengar.
4)    Hak memilih.
5)    Hak memperoleh ganti rugi
6)    Hak untuk kerahasiaan pribadi.
Nampaknya, berbagai fenomena tersebut memang merupakan praktik yang jamak
terjadi sehingga menjadi keprihatinan bersama. Oleh karenanya, International Conference on
Population and Development (ICPD) atau Konferensi Internasional Kependudukan dan
Pembangunan tahun 1994 di Cairo telah mengubah paradigma pengelolaan masalah
kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian pertambahan penduduk dan
penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi dan hak
reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi seperti yang disepakati dalam ICPD tersebut
didefinisikan sebagai “keadaan kesehatan fisik, mental dan sosial yang menyeluruh dan tidak
semata karena tidak adanya penyakit atau keadaan yang lemah”. Definisi ini menyebutkan
bahwa kesehatan bukan cuma menyangkut fisik, tetapi juga mental dan sosial.

ORGANISASI KELUARGA BERENCANA ( KB0 YANG ADA DIINDONESIA)

1.         Organisasi non pemerintah yaitu PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)

          Pada tahun 1953, sekelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan,

khususnya dari kalangan kesehatan memulai prakasa kegiatan KB. Kegiatan kelompok ini

berkembang hingga berdirilah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Pada

tahun 1957 tepatnya pada tanggal 23 Desember 1957 dengan Dr.R Soeharto sebagai Ketua

PKBI adalah pelopor pergerakan  keluarga berencana yang membantu masyarakat yang

memerlukan bantuan secara sukarela.

          Tujuan dari PKBI adalah memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera melalui 3

macam usaha yaitu:


a.         Mengatur kehamilan

b.        Mengobati kemandulan

c.         Memberi nasehat perkawinan

Pada tahun 1970 LKBN dibubarkan oleh pemerintah dan kemudian dibentuk Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

2   Organisasi pemerintah yaitu BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)

Keputusan Presiden RI Nomor 8 tahun 1970 tentang BKKBN yaitu Depkes sebagai

unit pelaksana programKB. BKKBN yaitu badan resmi pemerintah yang bertanggungjawab

penuh mengenai pelaksanaan programKB di Indonesia. Keuntungan dari BKKBN adalah:

a.  Memungkinkan program-program melepaskan diri pendekatan klinis yang

jangkauannya terbatas.

b. Memungkinkan besarnya peranan pakar-pakar non medis dalam mensukseskan program

keluarga berencana di Indonesia melalui pendekatan ke masyarakat.

Sedangkan fungsi BKKBN adalah pengkoordinasi, perencana, perumus kebijaksanaan,

pengawas pelaksanaan dan evaluasi. Pada waktu itu tujuan program Keluarga Berencana

adalah :

a.         Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu,anak keluarga dan bangsa.

b.        Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa

Dalam perkembangan selanjutnya BKKBN mengembangkan lagi kegiatannya menjadi

Program Nasional Kependudukan  dan  KB (KKB) yang pada waktu ini mempunyai  2

tujuan:

a.         Tujuan demografis, yaitu mengendalikan tingkat pertumbuhan penduduk berupa

penurunan angka fertilitas dari 44 permil pada tahun 1979 menjadi 22 permil pada

tahun 1990 atau 50 % dari keadaan pada tahun 1971.


b.        Tujuan normatif, yaitu  dapat dihayati Norma Keluarga Kecil bahagia dan Sejahtera

(NKKBS) yang pada satu waktu akan menjadi falsafah hidup masyarakat dan bangsa

Indonesia/

Anda mungkin juga menyukai