DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Nurlinda (A1A221087)
Misnawati (A1A221003)
KELAS D
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia.
Ledakan penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang sangat
tinggi. Kondisi ini jelas menimbulkan dua sisi yang berbeda. Disatu sisi kondisi
tersebut bisa menjadi salah satu kekuatan yang besar untuk Indonesia. Tetapi di
satu sisi kondisi tersebut menyebabkan beban negara menjadi semakin besar.
Selain menjadi beban negara juga menimbulkan permasalahan lain. Banyaknya
jumlah penduduk yang tidak disertai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang
mampu menampung seluruh angkatan kerja bisa menimbulkan pengangguran,
kriminalitas, yang bersinggungan pula dengan rusaknya moralitas masyarakat.
Karena berhubungan dengan tinggi rendahnya beban negara untuk memberikan
penghidupan yang layak kepada setiap warga negaranya, maka pemerintah
memberikan serangkaian usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk agar
tidak terjadi ledakan penduduk yang lebih besar. Salah satu cara yang dilakukan
oleh pemerintah adalah dengan menggalakkan program KB (Keluarga Berencana).
Program KB pertama kali dilaksanakan pada masa pemerintahan Soeharto yaitu
saat Orde Baru. Melalui KB masyarakat diharuskan untuk membatasi jumlah
kelahiran anak, yaitu setiap keluarga memiliki maksimal dua anak. Tidak
tanggung-tanggung, KB diberlakukan kepada seluruh lapisan masyarakat, dari
lapisan bawah hingga lapisan atas dalam masyarakat. Oleh sebab itu makalah ini
disusun untuk mengetahui seluk beluk mengenai penyelenggaraan KB di
Indonesia, mulai dari sejarah, proses pelaksanaan, kelebihan dan kekurangan dari
KB, serta dampak positif maupun dampak negatf dari pelaksanaan KB.
ProgramKeluarga Berencana (KB) di Indonesia dirintis oleh para ahli
kandungan sejak tahun 1950-an dengan maksud untuk mencegah angka kematian
4
ibu dan bayi yang tinggi pada waktu itu. Keluarga Berencana adalah usaha untuk
mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal
tersebut, maka dibuatlah beberapa caraataualternative untuk mencegah ataupun
menunda kehamilan. Cara -cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan
kehamilan atau perencanaan keluarga. Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar
mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi sel telur wanita (fertilisasi),
atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan
berkembang didalamrahim.Kontrasepsi dapat bersifat reversibel (kembali) atau
permanen (tetap).Kontrasepsi yang reversibel adalah metode kontrasepsi yang
dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama dalam mengembalikan kesuburan atau
kemampuan untuk kembali memiliki anak.Metode kontrasepsi permanen atau
yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat
mengembalikan kesuburan karna melibatkan tindakan operasi.
B. RumusanMasalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, ialah:
C. TujuandanManfaatPenulisan
Adapun tujuan serta manfaat penulisan dari makalah ini ialah:
5
BAB II
TINJAUANPUSTAKA
6
1921 diadakan Konferensi Nasional Amerika tentang pengontrolan kehamilan
dengan Margareth agai ketuanya.
Pada tahun 1948 Margareth Sanger ikut memelopori pembentukan komite
Internasional keluarga berencana dalam Konferensi di New Delhi pada 1952
dengan meresmikan berdirinya Internasional Planned Parenhood Federation
(IPPF). Federasi ini memilih Margareth Sanger dan Rama Ran dari India sebagai
pimpinannya. Sejak itulah berdirilah perkumpulan keluarga berencana di seluruh
dunia, termasuk di Indonseia yang mendirikan Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI).
Sebelum PKBI didirikan di Indonesia, sudah banyak usaha –usaha yang
dilakukan untuk membatasi kelahiran. Di antara pelopor keluarga berencana
ituadalah Dr. Sulianti Saroso dari Yoyakarta pada tahun 1952. Beliau
menganjurkan para ibu membatasi kelahiran mengingat angka kematianbayi yang
cukup tinggi. Banyak tantangan dihadapi oleh Dr. Sulianti Saroso, antara lain
gabungan organisasi wanita Yogyakarta, bahkan juga dari pemerintah waktu itu.
Di Jakarta, perintis dimulai di bagian kebidanan dan kandungan FKUI/RSUP
(sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo) oleh tokoh –tokoh seperti
Profesor Sarwono Prawiroharjo, Dr. M. Joedono, dr. Hanifa Wiknjosastro, Dr.
Koen S. Martiono, Dr. R. Soeharto, dan Dr. Hurustiati Subandri. Pelayanan
keluarga berencana dilakukan secara diam –diam di poliklinik kebidanan
FKUI/RSUP. Setelah pengadaan hubungan dengan IPPF serta mendapatkan
dukungan dari para pelopor keluarga berencana setempat pada 23 Desember 1957
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), dilibatkan pula tokoh –tokoh
non medisseperti Nani Suwondo, SH, Ny. Sjamsurudjal dan lain –lain. PKBI
memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera melalui tiga macam usaha, yaitu
mengatur kehamilan atau menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan,
memberi nasehat perkawinan.
7
Kegiatan penerangan pelayanan masih dilakukan secara terbatas. Hal ini
mengingat masih banyaknya kesulitan dan hambatan terutama KUHP pasal 283
yang melarang menyebarluaskan gagasan keluarga berencana.
Pada Januari 1967 diadakan symposium kontrasepsi di Bandung dan dengan
demikian berita mengenai kontrasepsi diikuti oleh masyarakat luas melalui media
masa. Pada Februari 1967 diadakan kongres PKBI pertama antara lain
mengharapkan agar keluarga berencana sebagai program pemerintah segera
dilaksanakan. Pernyataan PKBI ini sangat tepat pada waktunya, karena tahun 1967
ini Presiden Soeharto menandatangani deklarasi kependudukan sedunia bersama
30 kepala negara lainnya. Pada bulan April 1967 Gubernur DKI Jakarta, Ali
Sadikin menganggap sudah waktunya kegiatan KB dijalankan secara resmi di
Jakarta dengan menyelenggarakan proyek keluarga berencana DKI Jakarta Raya.
Berdirinya Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) pada November 1968
yang dalam menjalankan tugasnya diawasi dan dibimbing oleh Menteri Negara
KesejahteraanRakyat, merupakan kristalisasi dan kesungguhan pemerintah dalam
kebijakan keluarga berencana.Selanjutnya peristiwa –peristiwa bersejarah dalam
perkembangan keluarga berencana di Indonesia adalah masuknya program KB dan
berdirinya Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melalui
keputusan Presiden RI Nomor 8 Tahun 1970, menggantikan LKBN. Struktur
BKKBN yang merupakan badan koordinasi dan bukan merupakan bagian dari
departemen kesehatan memberikan keuntungan tersendiri. Struktur ini
memungkinkan program melepaskan diri dari pendekatan klinik yang
jangkauannya terbatas. Wadah ini memungkinkan pula peranan pakar non medis
dalam menyukseskan program KB di Indonesia melalui pendekatan
kemasyarakatan. Organisasi BKKBN terus dikembangkan dan disempurnakan
melalui kongres Presiden RI No.33 Tahun 1972, No 38 Tahun 1978 dan No 64
Tahun 1983.
Perluasan dan perkembangan program keluarga berencana nasional secara
bertahap dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan. Dukungan lain
8
terhadap keberhasilan program keluarga berencana nasional adalah dengan
meningkatnya daya guna dan hasil guna dari unsur –unsur penunjang program
dengan memberikan kontribusi yang saling mengisi sesuai dengan fungsinya
masing –masing. Keberhasilan program inidapat dicapai dengan komitmen politis
yang tinggi dari pemerintah dan keuletan serta kesungguhan para unit pelaksana,
partisipasi dan institusi masyarakat serta anggota masyarakat.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan KB di Indonesia
1. Sosial Ekonomi
Tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi penduduk di
Indonesia akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di
Indonesia. Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi
masyarakat karena berkaitan erat dengan kemampuan membeli alat kontrasepsi
yang digunkan. Contoh : keluarga dengan pengahasilan cukup akan lebih
mampu mengikuti program KB dari pada keluarga yang tidak mampu, karena
bagi keluarga yang kurang mampu KB bukan merupakan kebutuhan pokok.
Dengan suksesnya program KB maka perekonomian suatu negara akan
lebih baik karena dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih
tercukupi dan kesejahteraan dapat terjamin.
2. Budaya
Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode
kontrasepsi. Faktor-faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat
mengenai berbagai metode, kepercayaan religius, serta budaya, tingkat
pendidikan persepsi mengenai resiko kehamilan dan status wanita. Penyedia
layanan harus menyadari bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi
pemilihan metode di daerah mereka dan harus memantau perubahan-perubahan
yang mungkin mempengaruhi pemilihan metode.
3. Pendidikan
Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan
keluarga berencana tetapi juga pemilihan suatu metode. Beberapa studi telah
9
memperlihatkan bahwa metode kalender lebih banyak digunakan oleh pasangan
yang lebih berpendidikan. Dihipotesiskan bahwa wanita yang berpendidikan
menginginkan keluarga berencana yang efektif, tetapi tidak rela untuk
mengambil resiko yang terkait dengna sebagai metode kontrasepsi.
4. Agama
Di berbagai daerah kepercayaan religius dapat mempengaruhi klien dalam
memilih metode. Sebagai contoh penganut katolik yang taat membatasi
pemilihan kontrasepsi mereka pada KB alami. Sebagai pemimpin islam
pengklaim bahwa sterilisasi dilarang sedangkan sebagian lainnya mengijinkan.
Walaupun agama islam tidak melarang metode kontrasepsi secara umum, para
eksepor wanita mungkin berpendapat bahwa pola perdarahan yang tidak teratur
yang disebabkan sebagian metode hormonal akan sangat menyulitkan mereka
selama haid mereka dilarang bersembahyang. Di sebagian masyarakat, wanita
hindu dilarang mempersiapkan makanan selama haid sehingga pola haid yang
tidak teratur dapat menjadi masalah.
5. Status Wanita
Status wanita dalam masyarakat mempengaruhi kemampuan merea
memperoleh dan menggunkan berbagai metode kontrasepsi. Di daerah-daerah
yang status wanitanya meningkat, sebagian wanita memiliki pemasukan yang
lebih besar untuk membayar metode-metode yang mahal serta memiliki ebuh
banyak suara dalam mengambil keputusan. Juga di daerah yang wanitanya lebih
dihargai, mungkin hanya dapat sedikit pembatasan dalam memperoleh berbagai
metode, misalnya peraturan yang mengharuskan persetujuan suami sebelum
layanan KB dapat diperoleh.
C. Organisasi-Organisasi KB di Indonesia
1. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
Pada tahun 1953, sekelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai
golongan, khususnya dari kalangan kesehatan memulai prakasa kegiatan KB.
Kegiatan kelompok ini berkembang hingga berdirilah Perkumpulan
10
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Pada tahun 1957 tepatnya pada
tanggal 23 Desember 1957 dengan DR. R Soeharto sebagai ketua PKBI
adalah pelopor gerakan keluarga berencana yang membantu masyarakat
yang memerlukan bantuan secara sukarela.
Tujuan dari PKBI adalah memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera
melalui 3 macam usaha yaitu :
a. Mengatur kehamilan
b. Mengobati kemandulan
c. Memberi nasehat perkawinan
2. BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
Ada beberapa periode sejarah BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional) di Indonesia, yaitu :
a. Periode Perintisan (1950-an – 1966)
Organisasi keluarga berencana dimulai dari pembentukan Perkumpulan
Keluarga Berencana pada tanggal 23 Desember 1957 di gedung
11