PENDAHULUAN
1
8. Bagaimana strategi, pendekatan, dan cara operasional program pelayanan
KB?
9. Apa dampak program KB terhadap pencegahan kelahiran?
10. Bagiamana peran tenaga kesehatan dalam program KB?
11. Apa langkah-langkah konseling KB?
12. Apa saja macam-macam KB?
13. Apa ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan?
14. Bagaimana penapisan KB?
1.3. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah keluarga berencana (KB)?
2. Untuk mengetahui perkembangan KB di Indonesia?
3. Untuk mengetahui pengertian KB?
4. Untuk mengetahui tujuan umum KB?
5. Untuk mengetahui sasaran program KB?
6. Untuk mengetahui visi dan misi program KB
7. Untuk mengetahui ruang lingkup program KB?
8. Untuk mengetahui strategi, pendekatan, dan cara operasional program
pelayanan KB?
9. Untuk mengetahui dampak program KB terhadap pencegahan kelahiran?
10. Untuk mengetahui peran tenaga kesehatan dalam program KB?
11. Untuk mengetahui langkah-langkah konseling KB?
12. Untuk mengetahui macam-macam KB?
13. Untuk mengetahui ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan?
14. Untuk mengetahui Penapisan KB?
1.4. MANFAAT
a. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dalam makalah ini adalah untuk menambah
pengalaman dan wawasan dalam penulisan makalah, serta sebagai masukan
pengetahuan tentang Keluarga berencana.
b. Manfaat Teoritis
2
Adapun manfaat teoritis dalam makalah ini adalah mengembangkan
teori tentang Keluarga berencana.
c. Metode
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode:
1. Studi pustaka dengan mencari buku – buku yang berhubungan dengan
KB dan KB sederhana
2. Pencarian data melalui internet
3. Proses penulisan makalah
4. Penyuntingan dan pengetikan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
seperti Profesor Sarwono Prawirohardjo, Dr. M. Joedono, Dr. Hanifa Wiknjosastro,
Dr. Koens.Martiono, Dr.R.Soeharto, dan Dr. Hurustiati Subandrio. Pelayanan
Keluarga Berencana dilakukan secara diam-diam di poliklinik kebidanan
FKUI/RSUP. Setelah mengadakan hubungan dengan IPPF serta mendapatkan
dukungan dari para pelopor keluarga berencana setempat, pada 20 Desember 1957
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) resmi berdiri, dengan Dr. R.
Soeharto sebagai ketua. Dalam kepengurusan PKBI, dilibatkan pola tokoh-tokoh
non medis seperti Nani Suwondo, SH., Ny. Sjamsuridjam, dan lain-lain. PKBI
memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera melalui 3 macam usaha yaitu
mengatur kehamilan atau menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan,
memberi nasehat perkawinan. Kegiatan pelayanan dan penerangan masih dilakukan
secara terbatas, hal ini mengingat masih banyaknya kesulitan dan hambatan
terutama KUHP pasal 283 yang melarang menyebarluaskan gagasan KB.
Pada Januari 1967 diadakan simposium kontrasepsi di Bandung dan dengan
demikian berita mengenai kontrasepsi diikuti oleh masyarakat luas melalui media
massa. Pada Februari 1967 diadakan konggres PKBI pertama yang antara lain agar
keluarga berencana sebagai program pemerintah segera dilaksanakan. Pernyataan
PKBI sangat tepat pada waktunya, karena pada 1967 ini Presiden Soeharto
menandatangani Deklarasi kependudukan Sedunia bersama 30 kepala negara
lainnya. Pada bulan April 1967 Gubernur DKI Jakarta, Ali Sidikin menganggap
sudah waktunya kegiatan KB dijalankan secara resmi di Jakarta dengan
menyelenggarakan proyek Keluarga Berencana DKI Jakarta.
Berdirinya LKBN pada November 1968 yang dalam menjalankan tugasnya
diawasi dan dibimbing oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat, merupakan
kristalisasi dan kesungguhan pemerintah dalam kebijakan keluarga berencana.
Selanjutnya peristiwa-peristiwa bersejarah dalam perkembangan keluarga
berencana di Indonesia adalah masuknya program KB itu ke dalam repelita I dan
berdirinya Badan Koordinasi Keluarga Berenca (BKKBN) melalui keputusan
Presiden RI nomer 8 tahun 1970, menggantikan LKBN. Struktur BKKBN yang
merupakan Badan Koordinasi dan bukan merupakan bagian dari departemen
kesehatan memberikan keuntungan tersendiri. Struktur ini memungkinkan program
melepaskan diri dari pendekatan klinis yang jangkauannya terbatas. Wadah ini
memungkinkan pula peranan para pakar non medis dalam menyukseskan program
5
KB di Indonesia melalui pendekatan kemasyarakatan. Organisasi BKKBN terus
dikembangkan dan disempurnakan melalui konggres Presiden RI no.33 tahun 1972,
no.38 tahun 1978, dan no.1983.
(Sulistyawati, 2011)
6
kelahiran kasar sebanyak 50%, yakni dari 44 pada 1971 menjadi 22 pada 2000.
Dipercepat 10 tahun menjadi 1990. Perubahan ini dilakukan pada 1980. Dalam
rangka intensifikasi program BKKBN menciptakan strategi dinamakan “Panca
Karya”.
Sejak Pelita V program KB nasional berubah menjadi gerakan KB Nasional.
Gerakan KB Nasional adalah gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak
segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan
membudayakan (NKKBS) dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia
Indonesia. Hasil sensus penduduk tahun 1990 menunjukkan bahwa Gerakan KB
Nasional telah berhasil merampungkan landasan pembentukan NKKBS. Langkah
besar yang perlu dibangun selanjutnya adalah pembangunan Keluarga Kecil
Sejahtera.
Tujuan Gerakan KB Nasional adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia
sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui
pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Sasaran Gerakan
KB Nasional ialah (1) Pasangan Usia Subur (PUS), dengan prioritas PUS muda
dengan paritas rendah, (2) Generasi muda dan purna PUS, (3) Pelaksana dan
pengelola KB, (4) Sasaran wilayah adalah wilayah dengan laju pertumbuhan
penduduk tinggi dan wilayah khusus seperti sentra industri, pemukiman padat,
daerah kumuh, daerah pantai, dan daerah terpencil.
(Sulistyawati, 2011)
3. PENGERTIAN KB
Keluarga Berencana adalah suatu evaluasi alami gaya hidup jontemporer
yang berorientasi pada upaya untuk menciptakan kesejahteraan (Bobak, 2004)
7
Keluarga Berencana menurut WHO adalah tindaksn yang memakai
individu atau pasangan suami istri untuk :
a. Mendapatkan obyek-obyek tertentu.
b. Menghindari kelahiran yang tidak di inginkan.
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
d. Mengatur interval di antara kehamilan
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.(Hanafi,2004)
Keluarga berencana adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera (BKKBN,2004)
4. TUJUAN PROGRAM KB
Tujuan umum KB adalah membentuk keluaga kecil sesuai dengan kekuatan
sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya baik secara jasmani maupun secara rohani termasuk di dalamnya pola
hidup yang sesuai dengan standar kehidupan keluarga yang layak.
Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan,
peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Hal ini sesuai dengan teori
pembangunan menurut Alex Inkeles dan David Smith yang mengatakan bahwa
pembangunan bukan sekedar perkara pemasok modal dan teknologi saja tapi juga
membutuhkan sesuatu yang mampu mengembangkan sarana yang berorientasi pada
masa sekarang dan masa depan, memiliki kesanggupan untuk merencanakan, dan
percaya bahwa manusia dapat mengubah alam, bukan sebaliknya (Sulistyawati,
2011).
8
Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu
dihayati NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera).
Tujuan Khusus
Penurunan angka kelahiran yang bermakna, guna mencapai tujuan
tersebut maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan 3 fase untuk
mencapai sasaran
5. SASARAN PROGRAM KB
Sasaran program KB tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 (Sulistyawati, 2011) sebagai berikut:
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,14% per tahun.
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan
kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need)
menjadi 6%.
4. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5%.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif dan
efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21
tahun.
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang
aktif dalam usaha ekonomi produktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
program KB Nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, maka penggarapan program
nasional keluarga berencana diarahkan pada dua bentuk sasaran yakni:
Sasaran Langsung yaitu para pasangan usia subur (PUS) agar mereka
menjadi peserta Keluarga Berencana Lestari sehingga memberikan efek langsung
pada penurunan fertilitas.
Sasaran Tidak Langsung yaitu organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga
kemasyarakatan, instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat
9
(wanita dan pemuda) yang diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap
proses pembentukan sistem nilai di kalangan masyarakat yang dapat mendukung
usaha pelembagaan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
10
kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih sayang orang
tuanya.
Ruang lingkup KB secara umum adalah sebagai berikut:
1. Keluarga berencana
2. Kesehatan reproduksi remaja
3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
5. Keserasian kebijakan kependudukan
6. Pengolahan SDM apparatus
7. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
8. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas apparatus negara
11
kontrasepsi mantap, AKDR, kontrasepsi suntik, pil KB, kondom, atau
intravagina.
3. Menyediakan sarana dan alat kontrasepsi yang bermutu dalam jumlah yang
cukup dan merata.
4. Meningkatkan mutu pelayanan kontrasepsi.
Menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kontrasepsi maupun dalam mengelola pelayanan kontrasepsi. Terdapat beberapa
sumber informasi, antar lain:
1. Media Massa
Media massa merupakan suatu sumber informasi dalam kehidupan
moderen. Media yang dimaksudkan media cetak dan media elektronik.
Menurut penelitian oleh Achmad Rois (1991), media massa seperti
radio, televisi, surat kabar secara teoritis dapat mempengaruhi keikutsertaan
dalam KB.
2. Petugas Lapangan KB
Pelaksanaan program KB Nasional di tingkat lapangan tidak terlepas
dari peranan Petugas Lapangan Keluarga Berencana atau Penyuluh Keluarga
Berencana (PLKB/PKB). PLKB atau PKB merupakan pegawai negeri sipil
atau non pegawai negeri sipil yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
melaksanakan kegiatan penyuluhan, pelayanan, evaluasi dan pengembangan
KB. Tugas dan fungsi dasar PLKB/PKB meliputi sepuluh langkah, yaitu
pendekatan tokoh formal, pendataan dan pemetaan, pendekatan tokoh
informal, pembentukan kesepakatan, penegasan kesepakatan, penerangan dan
motivasi, peneladanan atau pembentukan grup pelopor, pelayanan KB,
pembinaan peserta, pencatatan, pelaporan dan evaluasi (Zuhriyah, 2012).
3. Lingkungan
Informasi tentang KB bisa diperoleh dari lingkungan tempat tinggal.
Interaksi antar sesama ibu usia subur dalam sebuah lingkungan dapat
membantu seseorang untuk mengetahui tentang program KB.
12
Semua jajaran pembangunan diajak berperan serta dalam ikut
menangani program KB dan mengajak semua PUS yang potensial untuk
menjadi akseptor KB. Istri pegawai negeri, ABRI, dan pemimpin masyarakat
diajak menjadi pelopor yang dapat diandalkan agar masyarakat mengikuti
dengan senang hati dan penuh kebanggaan.
2. Pembinaan.
Organisasi yang sudah mulai ikut serta menangani program diajak
berperan serta mendalami lebih terperinci tentang apa yang terjadi, dan
diberikan kepercayaan untuk ikut menangani program KB dalam
lingkungannya sendiri, menjadi petugas sukarela, dan mulai dikenalkan
mengenai program-program pos KB, posyandu, pembianaan anak-anak, dan
sebagainya.
3. Pelembagaan dan pembudayaan.
Tahapan awal KB mandiri yaitu masyarakat akan mencapai suatu
tingkat kesadaran dimana melaksanakan program KB bukan karena faktor
eksternal di mana berdasarkan ajakan pihak luar melainkan atas kesadaran
dan keyakinan sendiri.
Strategi ini dilengkapi dengan pendekatan “Panca Karya” yang
mempertajam sasaran dan memperjelas target, yaitu pasangan usia muda
dengan paritas rendah, PUS dengan jumlah anak yang cukup, dan generasi
muda. Dengan penajaman pendekatan yang bersifat kemasyarakatan dan
wilayah tersebut, maka program KB tidak lagi menunggu sasarannya, tetapi
lebih bersikap aktif.
13
Sasaran utama kinerja program KB adalah sebagai berikut:
1. Menurunnya PUS yang ingin melaksanakan KB namun pelayanan KB tidak
terlayani (unmeet need) menjadi sekitar 6,5%.
2. Meningkatnya partisipasi suami dalam melaksanakan KB menjadi sekitar 8%.
3. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi 2,4% per perempuan.
Hal ini memungkinkan perempuan untuk menghindari kehamilan ketika
mereka tidak ingin hamil, merencanakan kehamilan ketika mereka melakukan dan
mendorong kesehatan mereka.
14
melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem
pencatatan dan pelaporan pelayanan KB (Syafrudin dan Hamidah, 2009).
15
5. J: Jelaskan secara lengkap kepada klien bagaimana menggunakan
kontrasepsi pilihannya. Setelah klien memilih jenis kontrasepsi, apabila
diperlukan perlihatkan alat kontrasepsinya.
6. U: Perlunya kunjungan Ulang. Diskusikan dan buat kontrak dengan klien
untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi apabila
dibutuhkan.
12. MACAM-MACAM KB
a. Metode sederhana
Metode sederhana tanpa alat ( Kontrasepsi Alamiah )
1. Metode pantang berkala
Syarat pantang berkala yaitu patrun menstruasi teratur dan kerja sama
dengan suami harus baik. Patrun menstruasi teratur merupakan syarat
penting karena dengan menstruasi teratur dapat memberikan petunjuk
masa subur (hari ke-12 sampai ke-19 menstruasi).
16
b. Menstruasi hari pertama ditambah 12 yang merupakan hari
prtama minggu subur dan akhir minggu subur adalah hari
pertama menstruasi di tambah 19.
c. Puncak minggu subur adalah hari pertama menstruasi
ditambah 14.
b) Sistem suhu basal.
Telah diketahui bahwa penurunan suhu basal sebanyak ½
sampai 1 derajat celcius pada hari ke-12 sampai ke-13 menstruasi,
dimana ovulasi terjadi pada hari ke-14. Setelah menstruasi suhu
akan naik lebih dari satu basal sehingga siklus menstruasi yang
disertai ovulasi terdapat temperatur bifasik. Kelemahannya yaitu
pengukuran merepotkan dan tidak akurat dan hanya untuk siklus
menstruasi 20-30 hari.
A. Profil
a. Metode MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian
ASI secara eksklusif, artinya hanya di berikan ASI tanpa
tambahan makanan dan minuman apa pun.
b. MAL dapat di pakai kontrasepsi jika :
1. Menyusui secara penuh
2. Belum haid
3. Umur bayi kurang dari 6 bulan
c. Efektif sampai 6 bulan
d. Harus di lanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.
17
B. Cara kerja
Penundaan atau penekanan kehamilan
C. Keuntungan kontrasepsi
a. Efektifitas tinggi
b. Segera efektif
c. Tidak mengganggu senggaama
d. Tidak ada efek samping secara sistemik
e. Tidak perlu pengawasan medis
f. Tidak perlu obat atau alat
g. Tanpa biaya
D. Keuntungan non kontrasepsi
a. Untuk bayi
1. Mendapat kekebalan pasif
2. Sumber asupan gizi terbaik untuk tumbuh kembang bayi
3. Terhindar dari paparan kontaminasi air, susu formula, atau
tempat minum yang di pakai
b. Untuk ibu
1. Mengurangi perdarahan paska persalinan
2. Mengurangi resiko persalinan
3. Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi
E. Keterbatasan
a. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui dalam 30 menit paska persalinan
b. Mungkin sulit di laksanakan karena kondisi sosial
c. Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai
dengan 6 bulan
d. Tidak melindungi terhadap IMS seperti HBV dan HIV/AIDS
F. Yang dapat menggunakan MAL
Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6
bulan dan belum mendapat haidsetelah melahirkan.
G. Yang tidak boleh pakai MAL
a. Setelah mendapat haid setelah persalinan
b. Tidak menyusui secara eksklusif
18
c. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
d. Bekerja dan terpisah dengan bayi lebih lama dari 6 jama
3. Senggama terputus
A. Profil
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradiional,
dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum pria
mencapai ejakulasi.
B. Konsep
Senggama terputus adalah mengeluarkan kemaluan menjelang
terjadinya ejakulasi. Senggama terputus merupakan metode tertua di
dunia, karena telah tertulis pada kitab tua dan di ajarkan pada
masyarakat.
C. Cara kerja
Alat kelamin di keluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma
tidak masuk ka dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara
sperma dan ovum, dan kehamilan dapat di cegah.
D. Manfaat
a. Kontrasepsi
1. Efektif bila dilakukan dengan benar.
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain.
4. Tidak ada efek samping.
5. Dapat digunakan setiap waktu.
6. Tidak membutuhkan biaya.
b. Nonkontrasepsi
1. Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
2. Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan
pengertian yang sangat dalam.
E. Keterbatasan
a. Efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk
melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka
kegagalan 4-27 kehamilan per100 perempuan per tahun).
19
b. Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak
ejakulasi masih melekat pada penis.
c. Memutuskan kenikmatan dalam hubungan seksual.
F. Dapat dipakai untuk:
a. Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana.
b. Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk
tidak memakai metode lain.
c. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera.
d. Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu
metode yang lain.
e. Pasangan yang memerlukan metode pendukung.
f. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.
G. Tidak dapat dipakai untuk
a. Suami dengan pengalaman ejakulasi dini.
b. Suami yang sulit melakukan senggama terputus.
c. Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis.
d. Istri yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama.
e. Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi.
f. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.
20
Metode sederhana dengan alat
1. Metode barrier (Kondom)
A. Profil
a. Kondom sudah di kenal sejak jaman Mesir kuno dan dibuat dari
kulit atau usus binatang.
b. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah
IMS termasuk HIV/AIDS.
c. Efektif bila di pakai dengan baik dan benar.
d. Dapat di pakai dengan kontrasepsi lain untuk mencegah IMS.
e. Kondom merupakan selubung ayau sarung karet yang dapat
terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik
(vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang di pasang pada
penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis
yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal,
yang bila di gulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti
puting susu. Berbagai bahan telah di tambahkan pada
kondombaik untuk meningkatkan efektifitasnya (misalnya
penambahan spermiside) maupun sebagai aksesoris aktivitas
seksual.
f. Standar kondom di lihat dari ketebalan, pada umumnya standar
ketebalan adalah 0,02 mm.
g. Tipe kondom terdiri dari kondom biasa, kondom berkontur
(bergerigi), kondom beraroma, kondom tidak beraroma.
h. Kondom pria dan wanita : kondom untuk pria sudah cukup di
kenal namun untuk kondom wanita walaupun sudah ada, belum
populer dengan alasan ketidaknyamanan (berisik) yaitu intra
vagina misalnya diafragma.
21
B. Konsep kerja
C. Cara kerja
a. Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang di
pasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke
dalam saluran reproduksi perempuan.
b. Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain
(khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).
D. Efektivitas
E. Manfaat
a. Kontrasepsi
1. bila di gunakan dengan benar.
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Tidak mengganggu kesehatan klien.
4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
5. Murah dan dapat dibeli secara umum.
6. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
7. Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya
harus di tunda.
b. Nonkontrasepsi
22
1. Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB.
2. Dapat mencegah penularan IMS.
3. Mencegah ejakulasi dini.
4. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks.
5. Saling berinteraksi sesama pasangan.
6. Mencegah imuno infertilitas.
F. Keterbatasan
a. Efektifitas tidak terlalu tinggi.
b. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
c. Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan
langsung)
d. Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi.
e. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
f. Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum.
g. Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah
dalam hal limbah.
G. Cara penggunaan
a. Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.
b. Agar efek kontrasepsi lebih baik, tambahkan spermisida ke dalam
kondom.
c. Jangan menggunakan gigi, benda tajam atau pisau, silet, gunting,
atau benda tajam lainnya pada saat membuka kemasan.
d. Pasangkan kondom saat penis ereksi, tempelkan ujungnya pada
glans penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung
uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser
gulungan tersebut ke arah pangkal penis. Pemasangan ini harus
dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina.
e. Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada
bagian ujungnya, maka saat memakai, longgarkan sedikit bagian
ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
23
f. Kondom dilepas sebelum penis melembek,
g. Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis
sehingga kondom tidak terlepas pada saat penis dicabut dan
lepaskan kondom di luar vagina agar tidak terjadi tumpahan
cairan sperma di sekitar vagina.
h. Gunakan kondom untuk satu kali pakai.
i. Buang kondom bekas pada tempat yang aman.
j. Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan di
simpan di tempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan
kondom menjadi rusak atau robek saat digunakan.
k. Jangan gunakan kondom jika kemasan robek atau kondom
tampak rapuh atau kusut.
l. Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas
dari bahan petrolatum karena akan segera merusak kondom.
2. Diafragma
A. Profil
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari
lateks yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup serviks.
B. Jenis
a. Flat spring (flat metal band).
b. Coil spring (coiled wire).
c. Arching spring (kombinasi metal spring).
24
C. Cara kerja
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai
saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi) dan
ebagai alat tempat spermisida.
D. Manfaat
a. Kontrasepsi
1. Efektif bila di gunakan dengan benar.
2. Tidak menggaggu produksi ASI.
3. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang
sampai 6 jam sebelumnya.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
b. Non kontrasepsi
1. Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya
bila digunakan dengan spermisida.
2. Bila digunakan saat haid akan menampung darah haid.
E. Keterbatasan
a. Efektifitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka
kegagalan 6-16 kehamilan per100 perempuan per tahun pertama).
b. Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan
mengikuti cara penggunaan.
c. Motivasi di perlukan berkesinambungan dengan
menggunakannya setiap berhubungan seksual.
d. Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan
untuk memastikan ketepatan pemasangan.
e. Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra.
f. Pada 6 jam paska hubungan seksual, alat masih harus berada di
posisinya.
F. Cara penggunaan
a. Gunakan diafragma setiap kali berhubungan seksual.
25
b. Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan.
c. Pastikan diafragma tidak berlubang (tes dengan mengisi
diafragma dengan air, atau melihat menembus cahaya).
d. Oleskan sedikit spermisida pada kap diafragma.
e. Posisi saat pemasangan diafragma:
1. Satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan toilet.
2. Sambil berbaring.
3. Sambil jongkok.
f. Lebarkan kedua bibir vagina
g. Masukkan diafragma ke vagina jauh ke belakang, dorong bagian
depan pinggiran ke atas di balik tulang pubis.
h. Masukkan jari kedalam vagina sampai menyentuh
serviks,sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi.
i. Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum hubungan
seksual. Jika hubungan seksual berlangsng di atas 6 jam setelah
pemasangan, tambahkan spermisida ke dalam vagina. Diafragma
berada di dalam vagina paling tidak 6 jam setelah
terlaksanakannya hubungan seksual. Jangan tinggalkan diafragma
di dalam vagina lebih dari 24 jam sebelum di angkat (tidak di
anjurkan mencuci vagina setiap waktu, pencucian vagina bisa di
lakukan setelah ditunda 6 jam setelah hubungan seksual)
j. Mengangkat dan mencabut diafragma dengan menggunakan jari
telunjuk dan tengah.
k. Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan kembali
di tempatnya.
26
3. Kimiawi (Spermiside)
A. Profil
B. Cara kerja
C. Pilihan
a. Busa (aerosol) efektif segera setelah insersi.
b. Busa spermisida di anjurkan apabila digunakan hanya sebagai
metode kontrasepsi.
c. Tablet vagina, suppositoria, dan film penggunaannya di sarankan
menunggu 10-15 menit sesudah di masukkan sebelum hubungan
seksual.
d. Jenis Spermiside jelly biasannya hanya digunakan dengan
diafragma.
D. Manfaat
a. Kontrasepsi
1. Efektif seketika.
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
27
5. Tidak mempunyai pengaruhsistemik.
6. Mudah digunakan
7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
8. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
b. Nonkontrasepsi
Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS termasuk HBV
dan HIV/AIDS.
E. Keterbatasan
a. Efektifitas kurang (18-29 kehamilan per100 perempuan per tahun
pertama)
b. Efektifitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan
mengikuti cara penggunaan.
c. Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan
memakai setipa melakukan hubungan seksual.
d. Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum
melakukan hubungan seksual (tablet busa vagina, suppositoria dan
film).
e. Efektifitas aplikasi hanya 1-2 jam.
F. Cara penggunaan
a. Aerosol
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi
aplikator dan insersi spermisida.
2. Tidak ada jarak tunggu setelah memasukkan busa.
3. Kocok tempat aerosol 20-30 menit sebelum di gunakan.
4. Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakkan aplikator
pada mulut kontainer, dan tekan aplikator untukmengisi busa.
5. Sambil berbaring lakukan insersi aplikator ke dalam vagina
mendekati serviks. Dorong sampai busa keluar.
6. Aplikator segera di cuci pakai sabun dan air, tiriskan, dan
keringkan. Jangan berbagi aplikator dengan orang lain.
28
7. Tablet vagina atau suppositoria atau film/tissue.
8. Cuci tangan sebelum membuka paket.
9. Lepaskan tablet dari paket.
10. Sambil berbaring masukkan tablet vagina jauh ke dalam
vagina.
11. Tunggu 10-15 menit sebelum mulai hubungan seksual.
12. Sediakan selalu ekstra pengadaan tablet vagina di tempat.
b. Krim
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi
aplikator dan insersi spermisida.
2. Insersi krim setelah dikemas ke dalam aplikator sampai penuh,
masukkan kedalam vagina sampai mendekati serviks.
3. Takan alat pendorong sampai krim keluar.
4. Aplikator harus di cuci dengan sabun dan air.
5. Sediakan selalu ekstra pengadaan krim apabila kontainer
kosong.
b. Metode modern
Kontrsepsi hormonal
1. Pil (oral)
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah
diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi wanita yang tidak
hamil dan menginginkan cara pencega kehamilan sementara yang paling
efektif bila diminum secara teratur minum pil dapat dimulai segera
sesudah terjadinya keguguran, setelah menstruasi, atau pada massa post
partumbagi para ibu yang tidak menyusuibayinya. Jika ibu ingin
menyusui maka hendaknya pengguna pil ditunda sampai 6 bulan sesudah
kelahiran anak ( atau selama masih menyusui ) dan disarankan
menggunakan cara pencegah kehamilan yag lain.
Jenis-jenis kontrasepsi pil
a. Pil gabungan atau kombinasi
Jenis-jenis pil kkombinasi
Monofasik
29
Bifasik
Trifasik
b. Pil khusus- progestin ( pil mini )
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progesis sontesis dan memiliki
sifat pencegahan kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari
leher rahim ( mengubah sekresi pada leher rahim ) sehingga
mempersulit pengangkutan sperma. Selain tu, juga mengubah
lingkungan endometrium ( lapisan jalan rahim ) sehingga menghambat
perletakan telur yang di buahi
2. Suntik (injeksi)
Definisi Kontrasepsi Suntik
Suntik kombinasi merupakan kontrasepsi suntik yang berisi
hormon sintetis esterogen dan progesteron. (Sri Handayani, 2010)
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg medrosi progesteron
asetat dan 5mg ekstradiol sopianat yang diberikan injeksi IM. (Afandi,
2011)
Suntikan progestin merupakan kontrasepsi suntikan yang
berisihormon progesteron. (Sri Handayani, 2010)
30
Suntikan Progestin
Kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang hanya mengandung
progestin dan banyak dipakai sekarang ini adalah :
1) DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) atau Depo Provera,
diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. Di suntikkan
secara intramuscular di daerah bokong
2) NET-EN (Norethindrone enanthate) atau Noristerat: diberikan dalam
dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau 8 minggu untuk 6 bulan
pertama (= 3 kali suntikan pertama), kemudian selanjutnya sekali
setiap 8 minggu
(Pinem, Sahora : 2009)
a. Profil kontrasepsi suntikan progestin:
31
c. Efektifitas suntikan progestin:
32
6) Setelah pemakaian dihentikan kesuburan terhadap kembali karena
pelepasan obat suntikan dari depannya belum habis
7) Pada penggunaan jangka panjang : terjadi perubahan lipit serum,
dapat sedikit menurunkan densitas (kepadatan ) tulang, dapat
menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, dapat
menimbulkan gangguan emosi (tetapi jarang), sakit kepala,
jerawat, nervositas. (Pinem, Sahora : 2009)
33
3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama
amenorea
4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5) Diabetes mellitus disertai komplikasi
6) Kanker pada traktus genitalia
7) Waktu mulai penggunaan kontrasepsi suntikan progestin
8) Setiap sat selama siklus haid, asal ibu tersebut diyakini tidak
hamil, mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
9) Pada ibu yang tidak haid, asalkan ibu tersebut tidak hamil,
suntikan pertama dapat diberikan setiap saat. Selama 7 hari setelah
suntikan tidak boleh bersanggama.
10) Perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan
ingin mengganti dengan kontrasepsi sebelumnya dipakai dengan
benar dan ibu tidak hamil, suntikan pertama dapat segera
diberikan. Tidak perlu menunggu haid berikutnya dating.
11) Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi lain dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi suntikan yang lain lagi,
kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal
kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
12) Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama
kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera
disuntikkan, asal saja ibu tidak hamil. Pemberiannya tidak perlu
menunggu haid berikutnya dating. Bila ibu disuntik setelah hari
ke-7 haid, maka selama tujuh hari setelah suntikan ibu tidak boleh
bersanggama.
34
berlangsung lambat, tidak bekerja segera dan efektif). Suntikan
diberikan setiap 90 hari. Jangan melakukan masase pada tempat
suntikan
2) Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat dalam dosis 200 mg
sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan
pertama (=3 kali suntikan pertama), kemudian untuk selanjutnya
sekali setiap 12 minggu.
3) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alcohol yang
telah dibasahi dengan isopropyl alhohol 60% - 90%. Tunggu dulu
sampai kulit kering, baru disuntik.
4) Kocok obat dengan baik, cegah terjadinya gelembung udara. Bila
terdapat endapan putih di dasar ampul, hilangkan dengan cara
menhangatkannya. Kontrasepsi suntikan ini tidak perlu diinginkan.
5) Semua obat harus diisap kedalam alat suntikan
(Pinem, Sahora : 2009)
i. Efek Samping
1) Meningkatkan / menurunkan berat badan
2) Gangguan haid
Amenorea :
a) Bila tidak hamil, tidak perlu dilakukan tindakan apapun, cukup
diberikan konseling. Jika klien tidak dapat menerika kelainan
tersebut, jangan lanjutkan suntikan. Anjurkan agar klien
menunggunakan metode kontrasepsi lain.
b) Bila hamil, hentikan suntikan, rujuk klien
c) Bila terjadi kehamilan ektopik, segera rujuk klien
3) Perdarahan :
a) Perdarahan ringan atau spotting, sering terjadi dan tidak
berbahaya
b) Bila spotting terus berlanjut, atau haidtelah berhenti tetapi
kemudian terjadi erdarahan, maka perlu dicari penyebab
perdarahan tersebut kemudian dilakukan penangan yang tepat
bila penyebab perdarahan tidak diketahui dengan jelas, Tanya
35
klien apakah masih ingin melanjutkan suntikan. Bila tidak ganti
dengan jenis kontrasepsi lain.
c) Bila ditemukan penyakit radang panggul atau penyakit akibat
hubungan seksual, klien perlu diberi pengobatan yang sesuai
dan suntikan dapat terus dilanjutkan
d) Bila perdarahan banyak atau lebih dari 8 hari, atau 2 kali lebih
banyak dariperdarahan dalam siklus haid yang normal, jelaskan
kepada klien bahwa hal itu biasa terjadi pada bulan pertama
suntikan.
e) Bila gangguan tersebut tersebut menetap, perlu dicari
penyebabnya dan bila ditemukan kelainan, klien perlu dirujuk.
Bila klien tidak dapat menerima keadaan tersebut, atau
perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien, suntikan
dihentikan ganti metoda kontrasepsi yang lain. Untuk mencegah
anemia pada klien, perlu diberi prerarat besi dan anjurkan agar
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi (Pinem,
Sahora : 2009)
Suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medrok –
siprogestron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi
nytamuskular sebulan sekali (Cyclo-rem), dan 50 mg Norethindron
Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan dengan injeksi
isntramuskular sebulan sekali.
36
Gb. Suntikan Kombinasi
a. Cara kerja :
1) Mengentalkan lendir serviks sehingga mengganggu penetrasi
sperma
2) Menekan sperma
3) Endometrium menjadi atrofi sehingga implantasi terganggu
4) Mengambat transportasi gamet oleh tuba
b. Keuntungan kontrasepsi
1) Mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah perdarahan,
mencegah anemia
2) Mempunyai kasiat untuk mencegah kanker ovarium dan kanker
endometrium
3) Mengurangi penyakit jinak payudara dan kista ovarium
4) Mencegah kehamilan ektopik
5) Melindungi klien dari penyakit radang panggul tertentu
6) Pada kondisi tertentu dapat diberikan kepada perempuan usia
perimenopause. (Pinem,Sahora: 2009)
c. Kerugian / keterbatasan
1) Terjadi perubahan pola haid seperti haid tidak teratur,
perdarahan bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10 hari.
2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan. Biasanya keluhan ini
akan hilang setelah suntikan atau ketiga.
3) Klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapat suntikan
37
4) Bila digunakan bersama dengan Feniton dan barbiturat (obat
epilepsi) atau rifampisin (obat untuk tuberkulosis), efektifitasnya
berkurang
5) Dapat menyebabkan efek samping serius seperti serangan
jantung , stroke, bekuan darah pada paru atau otak dan
kemungkinan timbulnya tumor hati.
6) Peningkatan berat badan
7) Tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual,
hepatitis B virus atau HIV / AIDS
8) Pemulihan kesuburan kemungkinan terlambat setelah pemakaian
pil berhenti. (Pinem, Sahora: 2009)
38
8) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau
migrant
9) Keganasan pada payudara
(Pinem, Sahora : 2009)
39
9) Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, asal saj diyakini ibu
tidak hail maka suntikan pertama dapat segera diberikan tanpa
perlu menunggu datanya haid. Bila diberika pada hari 1-7 siklus
haid, tidak diperlukan metoda kontrasepsi lain. Bila sebelumnya
menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya dengan suntikan
kombinasi, maka suntikan pertama diberikan pada hari 1-7
siklus haid dan AKDR segera dicabut.
40
kepada klien bahwa terjadinya perdarahan merupakan hal yang
biasa, tetapi bila perdarahan terus berlanjut dan membuat ibu
cemas, maka perlu diganti dengan metoda kontrasepsi lain. Bila
ibu hamil, ibu dirujuk. (Pinem, Sahora : 2009)
41
klien yang ingin menggunakan suntikan kombinasi, sebelumnya harus
mendaatkan pemeriksaan yang cermat dari dokter/ petugas pelayanan
untuk memastikan apakah terdapat kontraindikasi penggunaan suntikan
kombinasi tersebut. (Pinem, Sahora : 2009)
3. Subkutis/ implant
Implan adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk
yang terbuat dari sejenis karet silestik yang berisi hormon, dipasang pada
lengan atas. (Sri handayani, 2010)
Implan adalah metode kontasepsi hormonalyang efektif,
tidakpermanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara 3-5
tahun. (Biran Afandi, 2011)
Kontrasepsi implan ( subdermal ) atau alat kontrasepsi bawah
kulit (AKBP) adalah kontrasepsi yang di insersikan tepat di bawah kulit,
di lakukan pada bagian lengan atas atau di bawah siku melalui insisi
tunggal dalam bentuk kipas.
(Pinem, 2009:282)
Gb. Norplan
42
2. Implanon, terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira
40 mm. Diameter 2 mm, di isi dengan 68 mg 3 keto desogestrel
dengan lama kerja 3 tahun.
Gb. Implanon
3. Jadena dan Indoplant, terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg,
lenovorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. (pinem, sahora.2009.hal
282)
43
5. Tidak mengganggu kegiatan senggama dan juga tidak mengganggu
produksi ASI
6. Bebas dari pengaruh estrogen. Klien hanya perlu kembali keklinik bila
ada keluhan
7. Dapat di cabut setiap saat jika menurut kebutuhan
(pinem, sahora.2009.hal 282)
44
1. Wanita yang sedang dalam masa menyusui (setelah 6 minggu setelah
masa nifas).
2. Wanita yang mengalami efek samping yang tidak di inginkan akibat
penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung
esterogen.
3. Wanita yang mengalami kesulitan mengingat jadwal meminum pil
atau enggan melakukan manipulasi yang diperlukan pada metode
sawar.
4. Wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang (misalnya
wanita yang masa suburnya telah berakhir, tetapi tidak menginginkan
sterilisasi ).
5. Wanita yang ingin mengatur jarak kehamilanya. (Helen Varney, 2003)
Kontraindikasi Kontrasepsi Implant
a. Kontraindikasi Mutlak :
1. Kehamilan
2. Perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis
3. Alergi terhadap komponen implan
4. Adanya penyalit hati yang berat
5. Tumor yang bergantung pada progesteron
6. Porfiria akut
7. Riwayat penyakit tromboembolik masa lalu atau saat ini.
b. Kontraindikasi Relatif :
1. Penyakit sistemik kronis,misalnya diabetes
2. Faktor resiko penyakit arteri
45
3. Peningkatan profillipid
4. Kanker yang bergantung pada steroid seks
5. Penyakit hati aktif dan hasil fungsi hati abnormal dengan tingkat
keparahan sedang, penyakit batu ginjal.
6. Obesitas
7. Depresi
Efek Samping Kontrasepsi Implan
1. Amenorrhea
2. Pendarahan bercak (spotting) ringan
Sering ditemukan terutama pada tahun pertama penggunaan, bila
tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan
apapun. Namun bila klien mengeluhdapat diberikan :
a. Kontrasepsi oral kombinasi (30-50 µg EE) selama 1 siklus atau,
b. Ibu profen ( hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari)
Beri penjelasan bahwa setelah pil kombinasi habis akan terjadi
pendarahan.
Bila terjadi pendarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2
tablet pil kombinasi selama 3-7 hari dan dilanjutkan dengan 1 siklus
pil kombinasi.
3. Ekspulsi
Cabut capsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain
masih ditempat, dan apakah terjadi tanda-tanda infeksi di daerah
insesrsi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain berada pada tempatnya,
pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersiyang berbeda. Namun,
bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru
pada lengan yang lain atau ganti cara.
4. Infeksi pada daerah insersi
Bila infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air atau
antiseptic, berikan antibiotik yang sesuai untuk7 hari. Implant jangan
di lepas dan minta klien untuk kontrol 1 minggu lagi. Bila tidak
membaik, cabut implant dan pasang yang baru di lengan yang lain
atau ganti cara.
46
Bila ada abses bersihkan dengan antiseptic, insisi dan alirkan pus
keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka dan berikan antibiotik
oral selama 7 hari. (Sri Handayani, 2010)
1. Yang terbaik pada saat silus haid hari ke-2 sampai hari ke-7 atau
jangan melewati 5-7 hari setelah haid mulai. Tidak diperlukan
kontasepsi tambahan
2. Setiap saat (diluar siklus haid) asal dapat di pastikan ibu tidak hamil .
bila implan diinsersikan setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan
melakukan senggama atau menggunakan metode kontasepsi lain
selama 7 hari saja
3. Pasca persalinan antara 6 minggu sampai 6 bulan, menyusui, tidak
dibuthkan penggunaan kontrasepsi lain
4. Bila setelah 6 minggu persalinan trjadi haid kembali,insersi dapat
dilakukan setiap saat tetapi ibu jangan melkukan senggama selama 7
hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain selama 7 hari saja.
5. Bila ibu menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya
dengan implan, asal saja kontrasepsi terdahulu digunakan dangan
benar dan ibu dapat tidak hamil,maka insersi dapat dilakukan setiap
saat.
6. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah suntikan, implan dapat diberikan
setiap saat sesuai jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak di
perlukan kontrasepsi lain.
7. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal kecuali
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), implan dapat diinsersikan pada
saat siklus haid hari ke-7, atau menggunakan metode kontrasepsi lain
selama 7 hari saja.AKDR segera di cabut.
8. Pasca keguguran dapat segera diinsersikan.
(pinem, sahora.2009.hal 284-285)
47
Prosedur Pemasangan Kontrasepsi Implan
1. Persiapan klien
Terhadap calon akseptor dilakukan konseling dan KIE yang
selengkap mungkin mengenal norplant, sehingga calon akseptor
mengerti dan menerimanya sebagai cara kontrasepsi yang akan
dipakainya dan berikan informed consent untuk ditandatangani oleh
suami dan istri. (Sri Handayani, 2010)
2. Persiapan alat :
a. Sabun antiseptic
b. Kasa Steril dan plester
c. Cairan antiseptic (betadin)
d. Duk steril
e. Obat anastesi lokal
f. Spuit dan jarum suntik
g. Trokar no. 10
h. Sarung tangan steril
i. Satu set kapsul norplant
j. Scalpel/ Bisturi yang tajam
(Sri Handayani, 2010)
48
49
3. Teknik pemasangan :
a. Tenaga kesehatan mencuci tangan dengan sabun
b. Daerah tempat pemasangan lengan kiri bagian atas (bagian tubuh
yang jarang bergerak) dicuci dengan sabun sterril antiseptic.
c. Klien dibaringkan terlentang di tempat tidur dan lengan kiri
diletakan pada meja kecil disamping tempat tidur klien.
d. Gunakan han scoon steril
e. Berikan betadin pada lengan kiri klien
f. Pasang duk steril pada tempat pemasangan norplant
g. Berikan anastesi kira-kira 6-10cm diatas lipatan siku
h. Buat inisisi ± 0,5 cm
i. Trocard dimasukan melalui lubang insisi sehingga sampai pada
jaringan bawah kulit.
j. Masukan kapsul ke dalam trokard dan letakan sedemikian rupa
sehingga susunannya seperti kipas. Lalu tarik tokard pelan-pelan.
k. Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak.
l. Dekatkan luka dan beri plester kemudian dibalut dengan perban
untuk mencegah perdarahan dan agar tidak terjadi hematoma.
m. Berikan HE pada klien agar luka jangan basah, selama ±3 hari
dan datang kembali jika terjadi keluhan yang menganggu. (Sri
Handayani, 2010)
50
4. Informasi yang diberikan
a. Efek kontrasepsi timbul dalam beberapa jam setelah insersi dan
berlangsung sampai 5 tahun bagi norplant dan 3 tahun bagi
implanon dan akan berakhir sesaat setelah pengangkatan
b. Sering ditemukan efek samping berupa gangguan pola haid
utamanya pada norplant, terutama 6-12 bulan pertama, beberapa
perempuan mungkin haidnya berhenti sama sekali. Perubahan
pola haid tersebut tidak membahayakan klien, efek lain berupa
sakit kepala, penambahan berat badan, nyeri payudara. Efek
samping ini tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya.
c. Norplant di cabut setelah 5 tahun dan susuk implanon di cabut
setelah 3 tahun, tetapi dapat dicabut lebih awal bila dikehendaki.
Tetapi bila norplant dicabut sebelum 5 tahun dan susuk implanon
dicabut sebelum 3 tahun, maka kemungkinan hamil sangat besar
dan meningkatkan resikao kehamilan ektopik.
d. Implan tidak melindungi klien dari penyakit menlar seksual,
termasuk HIV/AIDS. Bila pasangan memiliki resiko, perlu
menggunakan kondom bila melakukan seggema.
e. Berikan kartu kepada klien yang ditulis nam, tanggal insersi,
tempat insersi dan nama kliinik.
(pinem, sahora.2009.hal 285-286)
51
e. Setelah luka sembuh, daerah insersi dapat disentuh dan divuci
dengan tekanan yang wajar.
f. Segera ke klinik atau hubungi dokter bila ada masalah sebagai
berikut : ada tanda tanda infeksi misalnya demam, peradangan
atau rasa sakit yang menetap selama beberapa hari, perdarahan
pervagina yang banyak, aminorea disertai nyeri pada perut bagian
bawah, rasa nyeri pada lengan, luka bekas insisi mengeluarkan
darah atau nanah, espilsi batang implan, sakit kepala hebat atau
penglihatan menjadi kabur, nyeri dada hebat, diduga hamil
sebelum menggunakan implan harus digali informasi dari klien
dan berbagai sumber untuk mendapatkan data mengenai riwayat
kesehatan, aspek sosial budaya dan agama yang dapat
mempengaruhi respon klien, serta dilakukan pemeriksaan fisik
sesuai kebutuhan untuk memastikan klien boleh/tidak boleh
menggunakan implan.
(Pinem, sahora.2009.hal 286)
52
c. Tentukan lokasi dari implant dengan jari-jari tangan dan dapat
diberita tanda.
d. Oleskan tempat yang akan dilakukan pencabutan dengan cairan
antiseptik dan pasang duk steril.
e. Suntikan anastesi lokal dibawah implan, jangan menyuntikan
anastesi di atas implan karena pembengkakan kulit dapat
menghalangi pandangan dari letak implanya.
f. Buat satu insisi 4 mm sedekat mungkin pada ujung implant, pada
daerah alas kipas.
g. Keluarkan implan pertama yang terletak paling depan ke insisi
atau terletak paling dekat ke permukaan.
h. Sampai saat ini dikenal 4 cara pencabutan implan :
1) Cara POP-OUT (Darney, Klaise dan Walker), merupakan
teknik pilihan bila memungkinkan karena tidak traumatis,
sekalipun tidak selalu mudah untuk mengerjakanya. Dorong
ujung proksimal kapsul (arah bahu) ke arah distal dengan ibu
jari sehingga mendekati lubang insisi, sementara jari telunjuk
menahan bagian tengah kapsul, sehingga ujung distal kapsul
menekan kulit.
2) Cara Satndard, jepit ujung distal kapsul dengan klem
musquito sampai kira-kira 0,5-1cm dari ujung klemnya,
masuk di bawah kulit melalui lubang inisisi. Putar pegangan
klem pada posisi 180 derajat disekitar sumbu utamanya
mengarah ke bahu akseptor. Bersihkan jaringan yang
menempel di sekeliling kapsul dengan skalpel atau kasa steril
sampai kapsul terlihat dengan jelas. Tangkap ujung kapsul
yang sudah terlihat dengan klem orile, lepaskan klem
mosquito dan keluarkan kapsul dengan klem crile.
3) Cara “U”, teknik ini dikembangkan oleh dr.Untung
Prawiroharjo dari Semarang dibuat insisi memanjang selebar
4 mm kira-kira 5 mm proksimal dari ujung distal kapsul di
antara kapsul ke 3 dan ke 4. Kapsul yang akan dicabut
difiksasi dengan meletakan jari telunjuk tangan kiri sejajar
53
disamping kapsul. Kapsul dipegang dengan klem (norplant
holding forceps) kurang lebih 5mm dari ujung distalnya.
Kemudian klem diputar ke arah pangkal lengan atas / bahu
akseptor sehingga kapsul terlihat di bawah lubang insisi dan
dapat dibersihkan dari jaringan-jaringan yang
menyelubunginya dengan memakai skalpel untuk seterusnya
untuk dicabut keluar.
4) Cara Tusuk “Ma” dikembangkan oleh dr. IBG Manuaba dari
Denpasar memakai alat bantu kawat atau jari roda sepedah,
satu ujung dilengkungan sepanjang 0,5-0,75cm dengn
sudutnya 90 derajat dan diperkecil serta diruncingkan ,
sedangkan ujung yang lain dilengkungkan dalam satu bidang
dengan lengkungan runcing tadi dan dipkai untuk pegangan
operator setelah kapsul dijepit dengan pinset atau klem arteri,
jaringan ikat dengan pisau sampai kapsul tampak putih.
Kemudian alat tusuk Ma ditusukan pada kapsul serta terus
diikat keluar. Berikan anastesi lagi biladiperlukan, untuk
mengeluarkan implan yang lain.
i. Tutup dan bungkus luka insisi seperti pada saat insersi bila
akseptor ingin dipasang implan yang lain. Upaya pencabutan ke 6
kapsul norplant dibatasi sampai waktu 45 menit. Bila waktu
tersebut tidak semua kapsul berhasil dikeluarkan, maka prosedur
pencabutan dihentikan dan upaya pencabutan kembali sisa kapsul
yang masih tertinggl diulangi kra-kira 3-4 miggu kemudian. Hal
ini untuk mengurangi terjadinya infeksi dan rasa nyeri.
Disamping itu mencabut sisa kapsul norplant akan lebih mudah
bila lengan akseptor telah sembuh dari trauma jaringan upaya
pencabutan yang lalu. Setelah selesai dengan pencabutak ke 6
kapsul norplant rendam setelah alat-alat yang sudah dipakai
kedalam cairan 0,5% untuk dekontaminasi alat-alat. (Sri
Handayani, 2010)
54
4. Intra Uteri Device (IUD/ AKDR)
c. Metode Operasi
1. Tubektomi (Metode Operasi Wanita - MOW)
2. Vasektomi (Metode Operasi Pria - MOP)
(Sulistyawati, 2011)
55
1. efektivitas rlatif dari berbagai metode kontrasepsi yang
tersedia.
2. Efek negative kehamilan yang tidak diinginkan pada kesehatan
dan resiko kesehatan potensial pada kehamilan dengan kondisi
medis tertentu
Dikutip dari WHO, 2004 (Gambar tingkat efektivitas kontrasepsi) dalam (Sri
Rahayu, 2015)
56
Pilihan kontrasepsi yang dapat digunakam, antara lain : iud, kb
suntik, pil mini, pil kb, dan implan.
57
a. Seorang perempuan telah dapat melahirkan, segera setelah ia mendapat haid
yang pertama ( menarche )
b. Kesuburan seorang perempuan akan terus berlangsung sampai berhentinya
haid ( menoupuse )
c. Kehamilan dan kelahiran terbaik, artinya resiko rendah untuk ibu dan anak
adalah 20-35 tahun.
d. Persalinan pertama dan kedua paling rendah resikonya
e. Jarak antara 2 kelahiran sebaiknya 2-4 tahun.
- Penapisan klien
Tujuan utama penaisan klien sebelum pemberian suatu kontraseps adalah
untuk menentukan apakah ada :
a. Kehamilan
b. Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus
c. Masalah ( misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi ) yang membutuhkan
pengamatan dan pengelolahan lebih lanjut.
Untuk mempermudah dalam melakukan penapisan dapat menggunakan
table dibawah ini..
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih ?
Apakah pernah nyeri hebat pda betis, paha atau dada, atau tungkai
bengkak ( edema )?
58
Apakah ada massa atau benjolan payudara?
1. Apakah klien menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan muda pil
kombinasi adalah metode pilihan akhir
2. Tidak cocok untuk pil progestin (mini pil), suntikan (DMPA atau NET-ET) atau
susuk
3. Tidak cocok untuk suntikan progestin ( DMPA atau NET-ET)
59
Pemeriksaan fisik jarang dibutuhkan, kecuali untuk menyingkirkan kehamilan
yang lebih dari 6-8 minggu.
- Laboratorium
Uji kehamilan yang biasa tidak selalu menolong, kecuali tersedia uji
kehamilan yang lebih sensitif. Jika tidak tersedia tes kehamilan yang sensitif, klien
dianjurkan memakai kontrasepsi barier sampai haid berikutnya.
60
b. Insidensi keganasan atau tumor genetalia jarang terjadi pada golongan usia
diatas
c. Kandungan hormon pada alat kontrasepsi masa kini, berkualitas baik dan efektif
pada dosis rendah sehingga jarang menimbulkan efek samping atau komplikasi
serius.
KBA, Kontap
Barier/ Hormonal (KOK,
MLA, atau (pria
Penelitian spermisi KIK, PP, KIP AKDR
koitus dan
da atau implant)
interuptus wanita)
Riwayat kes-repro Ya Ya Ya ya Ya
Riwayat Tidak Tidak Tidak tidak Tidak
ISR/PMS
Pemeriksaan fisik
Wanita :
Kondisi umum Tidak Tidak Tidak (b) Tidak Ya
(b)
Abdominal Tidak Tidak Tidak (b) ya Ya
61
Inspekulo Tidak Tidak Tidak (b,c) ya Ya
Bimanual Tidak Ya (a) Tidak (c) Ya Ya
Pria :
Lipat paha Tidak Tidak - - Ya
Penis Tidak Tidak Ya
Testis& skrotum Tidak Tidak Ya
Keterangan :
- Untuk AKDR
a. Riwayat hubungan seksual selain dengan pasangannya
b. PMS / STI lainnya pada 3 bulan kebelakang
c. Infeksi pelvik atau KET ( dalam 3 bulan terakhir )
d. Menometroragia
e. Haid berkepanjangan (> 8 hari )
f. Disminore berat ( perlu analgesik atau istirahat )
g. Metroragia atau pendarahan bercak setelah menggunakan kontrasepsi
h. Penyakit katup jantung simptomatik
Maka apabila terdapat tanda – tanda seperti di atas klien tidak dapat
menggunakan AKDR yang mengandung progestin.
Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian metode suntik danpil adalah
untuk menentukan :
62
Daftar Tilik Penapisan Klien Suntik Dan Pil
Keterangan :
(1) : Apabila klien menyusui dari 6 minggu pasca persalinan maka pil kombinasi
adalah metode pilihan terakhit
(2) : Tidak cocok untuk pil progestin (mini pil), suntikan ( DPNA atau NET-ET)
(3) : Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET-ET).
Jika semua jawaban diatas adalah ( TIDAK ) dan tidak dicurigai adanya
kehamilan dapat diteruskan dengan konseling khusus. Bila respon banyak yang (ya)
berarti klien perlu dievaluasi sebelum keputusan akhir dibuat.
63
Catatan : klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang kondisi
diatas. Namun, petugas harus mengetahui bagaimana keadaan klien sebenarnya. Bila
diperlukan petugas dapat mengulang pertanyaan dengan cara yang berbeda. Juga perlu
diperhitungkan masalah sosial, budaya, atau agama yang mungkin berpengaruh
terhadap espon klien tersebut dan pasangannya)
64
apendisitis
7 Anemia Hb 8g% Hb <8 g%
Anemia Hb 8 g% Hb < 8 g %
65
Uji kehamilan yang biasa tidak selalu menolong, kecuali tersedia uji
kehamilan yang lebih sensitif. Jika tidak tersedia tes kehamilan yang sensitif,
klien dianjurkan memakai kontrasepsi barier sampai haid berikutnya.
66
Prosedur Penapisan Klien
Metode hormonal
KBA
Metode (pil kombinasi, pil Kontap
Prosedur atau AKDR
barier progestin/ wanita
MAL
suntik/implan )
Abdomen - - Tidak ya Ya
Pemeriksaan - Ya Tidak ya Ya
dalam
1. Metode hormonal
2. Oklusi tba dan vasektomi
67
3. Bila ceklis penapisan benar semua (tidak) pemeriksaan tidak diperlukan
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Keluarga berencana adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.
Tujuan umum KB adalah membentuk keluaga kecil sesuai dengan kekuatan
sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya baik secara jasmani maupun secara rohani termasuk di dalamnya pola
hidup yang sesuai dengan standar kehidupan keluarga yang layak.
3.2 SARAN
68
69
DAFTAR PUSTAKA
Ida, Ayu Sri Kusuma, Dewi Suryasaputra Manuaba. 2011. Buku Ajar Kesehatan
Reproduksi.Jakarta EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi
2. Jakarta: YBP-SP
Rahayu, Sri. 2015. Modul Kesehatan Reproduksi & KB. Jakarta: Australian AID