Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kwalitas sumberdaya


manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat mengangkat derajat
kehidupan bangsa telah di laksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi
dari keluarga berencana yang merupakan sisi masing-masing mata uang. Bila
gerakan berencana tidak dilakukan bersamaan dengan pembangunan ekonomi, di
khawatirkan hasil pembangunan tidak akan berarrti.
Pendapat Malthus-yang mengemukakan bahwa pertumbuhan dan
kemampuan mengembangkan sumberdaya alam laksana deret hitung, sedangkan
pertumbuhan dan perkembangan manusia laksana deretukur, sehingga pada satu
titik sumberdaya alam tidak mampu menampung pertumbuhan manusia telah
menjadi kenyataan. Berdasarkan pendapat demikian diharapkan setiap keluarga,
memperhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan.
Keluarga sebagai unite terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima
normal keluarga kecil bahagia dan sejahterah (NKKBS) yang berorentasi pada
“caturwarga” atau zero population growth (pertumbuhan seimbang) gerakan
keluarga berencana nasional Indonesia telah berumur panjang (sejak 1970) dan
mansyarakat dunia menganggap Indonesia berhasil menurunkan angka kelahiran
dengan bermakna. Masyarakat dapat menerima hampir semua metode medis
teknis keluarga berencana yang dicanangkan oleh pemerintah.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah keluarga berencana (KB)?
2. Bagaimana perkembangan KB di Indonesia
3. Apa pengertian KB?
4. Apa tujuan umum KB?
5. Apa sasaran program KB?
6. Apa visi dan misi program KB?
7. Bagaimana ruang lingkup program KB?

1
8. Bagaimana strategi, pendekatan, dan cara operasional program pelayanan
KB?
9. Apa dampak program KB terhadap pencegahan kelahiran?
10. Bagiamana peran tenaga kesehatan dalam program KB?
11. Apa langkah-langkah konseling KB?
12. Apa saja macam-macam KB?
13. Apa ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan?
14. Bagaimana penapisan KB?

1.3. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah keluarga berencana (KB)?
2. Untuk mengetahui perkembangan KB di Indonesia?
3. Untuk mengetahui pengertian KB?
4. Untuk mengetahui tujuan umum KB?
5. Untuk mengetahui sasaran program KB?
6. Untuk mengetahui visi dan misi program KB
7. Untuk mengetahui ruang lingkup program KB?
8. Untuk mengetahui strategi, pendekatan, dan cara operasional program
pelayanan KB?
9. Untuk mengetahui dampak program KB terhadap pencegahan kelahiran?
10. Untuk mengetahui peran tenaga kesehatan dalam program KB?
11. Untuk mengetahui langkah-langkah konseling KB?
12. Untuk mengetahui macam-macam KB?
13. Untuk mengetahui ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan?
14. Untuk mengetahui Penapisan KB?

1.4. MANFAAT
a. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dalam makalah ini adalah untuk menambah
pengalaman dan wawasan dalam penulisan makalah, serta sebagai masukan
pengetahuan tentang Keluarga berencana.
b. Manfaat Teoritis

2
Adapun manfaat teoritis dalam makalah ini adalah mengembangkan
teori tentang Keluarga berencana.
c. Metode
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode:
1. Studi pustaka dengan mencari buku – buku yang berhubungan dengan
KB dan KB sederhana
2. Pencarian data melalui internet
3. Proses penulisan makalah
4. Penyuntingan dan pengetikan

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. SEJARAH KELUARGA BERENCANA (KB)


Gerakan keluarga berecana atau KB yang kita kenal sekarang ini dipelopori
oleh beberapa tokoh, baik dalam maupun luar negeri. Pada awal abad ke 19 di
Inggris upaya KB mula-mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh
perhatian pada masalah kesehatan ibu. Maria Stopes (1880-1950) menganjurkan
pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh di Inggris. Di Amerika serikat di
kenal Margareth Sanger (1883-1996) dengan program Birth Controlnya yang
merupakan pelopor kelompok keluarga berencana modern. Pada 1917 didirikan
National Birth Control League dan pada November 1921 diadakan Konferensi
Nasional Amerika tentang pengontrolan Kehamilan dengan Margareth Sanger
sebagai ketuanya. Pada 1925 ia mengorganisasikan Konferensi Internasional di
New York yang menghasilkan pembentukan International Federation Of Birth
Control League. Selanjutnya pada 1927 Margareth Sanger menyelenggarakan
Konferensi Populasi Dunia di Janewa yang melahirkan International Woman For
Scientific Study On Population dan International Medical Group For the
Investigation Of Contraception. Pada 1948 Margareth Sanger ikut mempelopori
pembentukan Komite International Keluarga Berencana yang dalam Konferensi di
NewDelhi pada 1952 meresmikan berdirinya International Planned Parenthood
Federation (IPPF). Federasi ini memilih Margareth Sanger dan Ramaran dari India
sebagai pimpinannya. Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpuan keluarga
berencana di seluruh dunia termasuk di Indonesia yang mendirikan Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
Sebelum PKBI didirikan di Indonesia sudah banyak usaha-usaha untuk
membatasi kelahiran secara individual. Diantara pelopor Keluarga Berencana itu
adalah Dr. Sulianti Saroso dari Yogyakarta, pada 1952 beliau menganjurkan para
ibu untuk membatasi kelahiran mengingat angka kematian bayi yang cukup tinggi.
Banyak tantangan yang dihadapi oleh Dr.Sulianti Saroso antara lain gabungan
organisasi wanita Yogyakarta, bahkan juga dari pemerintah waktu itu.
Di Jakarta, perintisan dimulai di Bagian Kebidanan dan Kandungan
FKUI/RSUP (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo) oleh tokoh-tokoh

4
seperti Profesor Sarwono Prawirohardjo, Dr. M. Joedono, Dr. Hanifa Wiknjosastro,
Dr. Koens.Martiono, Dr.R.Soeharto, dan Dr. Hurustiati Subandrio. Pelayanan
Keluarga Berencana dilakukan secara diam-diam di poliklinik kebidanan
FKUI/RSUP. Setelah mengadakan hubungan dengan IPPF serta mendapatkan
dukungan dari para pelopor keluarga berencana setempat, pada 20 Desember 1957
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) resmi berdiri, dengan Dr. R.
Soeharto sebagai ketua. Dalam kepengurusan PKBI, dilibatkan pola tokoh-tokoh
non medis seperti Nani Suwondo, SH., Ny. Sjamsuridjam, dan lain-lain. PKBI
memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera melalui 3 macam usaha yaitu
mengatur kehamilan atau menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan,
memberi nasehat perkawinan. Kegiatan pelayanan dan penerangan masih dilakukan
secara terbatas, hal ini mengingat masih banyaknya kesulitan dan hambatan
terutama KUHP pasal 283 yang melarang menyebarluaskan gagasan KB.
Pada Januari 1967 diadakan simposium kontrasepsi di Bandung dan dengan
demikian berita mengenai kontrasepsi diikuti oleh masyarakat luas melalui media
massa. Pada Februari 1967 diadakan konggres PKBI pertama yang antara lain agar
keluarga berencana sebagai program pemerintah segera dilaksanakan. Pernyataan
PKBI sangat tepat pada waktunya, karena pada 1967 ini Presiden Soeharto
menandatangani Deklarasi kependudukan Sedunia bersama 30 kepala negara
lainnya. Pada bulan April 1967 Gubernur DKI Jakarta, Ali Sidikin menganggap
sudah waktunya kegiatan KB dijalankan secara resmi di Jakarta dengan
menyelenggarakan proyek Keluarga Berencana DKI Jakarta.
Berdirinya LKBN pada November 1968 yang dalam menjalankan tugasnya
diawasi dan dibimbing oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat, merupakan
kristalisasi dan kesungguhan pemerintah dalam kebijakan keluarga berencana.
Selanjutnya peristiwa-peristiwa bersejarah dalam perkembangan keluarga
berencana di Indonesia adalah masuknya program KB itu ke dalam repelita I dan
berdirinya Badan Koordinasi Keluarga Berenca (BKKBN) melalui keputusan
Presiden RI nomer 8 tahun 1970, menggantikan LKBN. Struktur BKKBN yang
merupakan Badan Koordinasi dan bukan merupakan bagian dari departemen
kesehatan memberikan keuntungan tersendiri. Struktur ini memungkinkan program
melepaskan diri dari pendekatan klinis yang jangkauannya terbatas. Wadah ini
memungkinkan pula peranan para pakar non medis dalam menyukseskan program

5
KB di Indonesia melalui pendekatan kemasyarakatan.  Organisasi BKKBN terus
dikembangkan dan disempurnakan melalui konggres Presiden RI no.33 tahun 1972,
no.38 tahun 1978, dan no.1983.
(Sulistyawati, 2011)

2. PERKEMBANGAN PROGRAM KB DI INDONESIA


Program KB mengalami perkembangan pesat, baik ditinjau dari sudut
tujuan, ruang lingkup geografis, pendekatan, cara operasional, dan dampaknya
terhadap pencegahan kelahiran. Pada zaman PKBI tahun 1950an dan 1960an,
tujuan KB yang utama adalah menjarangkan kelahiran, upaya ini dikaitkan dengan
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak; juga diusahakan agar pasangan suami
istri yang mandul mendapatkan keturunan yang diinginkan. Namun masalah
pembatasan kelahiran dan pemecahan masalah kependudukan tidak pernah
disinggung. Jumlah anak yang dianggap ideal disinggung oleh LKBN melalui logo
KB dimana dicantumkan 4 anak, 2 laki – laki dan 2 perempuan.
Pada masa ini banyak dibahas hubungan antara agama dengan KB.
Pesannya adalah, bahwa semua agama di Indonesia dapat menerima upaya KB. Di
dalam PELITA 1 (1969/70-1973/74) KB disatukan dengan kesehatan. Target
demografis juga cukup sederhana, yaitu mencapai jumlah akseptor sebanyak 3 juta
dalam 5 tahun, sehingga diharapkan tercegah 600.000 – 700.000 kelahiran.
Program ini dikhususkan untuk Pulau Jawa dan Bali yang padat penduduknya.
Dengan berdirinya BKKBN pada 1970 berarti badan itulah yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan KB sejak Pelita I. Pada Pelita II program KB
sudah berdiri sendiri. Malah pada Pelita III dan IV jangkauan dan kaitannya sedah
lebih luas lagi sehingga program tersebut di dalam buku Repelita berada di bawah
judul Kependudukan dan Keluarga Berencana.
Keberhasilan program KB pada Pelita I mendorong pemerintah untuk
meluaskan program ke 10 propinsi lainnya di luar Jawa dan Bali pada Pelita II,
yang dikenal sebagai Luar Jawa Bali I. Pada Pelita III program diperluas ke seluruh
Indonesia. Kelompok propinsi terakhir ini dinamakan Luar Jawa Bali II.
Awalnya BKKBN mencanangkan cukup tiga anak atau Pancawarga, maka
kemudian digunakan “cukup dua anak” atau Caturwarga. Sejak Pelita III dampak
demografis dari program KB sangat memprihatinkan. Target penurunan tingkat

6
kelahiran kasar sebanyak 50%, yakni dari 44 pada 1971 menjadi 22 pada 2000.
Dipercepat 10 tahun menjadi 1990. Perubahan ini dilakukan pada 1980. Dalam
rangka intensifikasi program BKKBN menciptakan strategi dinamakan “Panca
Karya”.
Sejak Pelita V program KB nasional berubah menjadi gerakan KB Nasional.
Gerakan KB Nasional adalah gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak
segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan
membudayakan (NKKBS) dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia
Indonesia. Hasil sensus penduduk tahun 1990 menunjukkan bahwa Gerakan KB
Nasional telah berhasil merampungkan landasan pembentukan NKKBS. Langkah
besar yang perlu dibangun selanjutnya adalah pembangunan Keluarga Kecil
Sejahtera.
Tujuan Gerakan KB Nasional adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia
sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui
pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Sasaran Gerakan
KB Nasional ialah (1) Pasangan Usia Subur (PUS), dengan prioritas PUS muda
dengan paritas rendah, (2) Generasi muda dan purna PUS, (3) Pelaksana dan
pengelola KB, (4) Sasaran wilayah adalah wilayah dengan laju pertumbuhan
penduduk tinggi dan wilayah khusus seperti sentra industri, pemukiman padat,
daerah kumuh, daerah pantai, dan daerah terpencil.
(Sulistyawati, 2011)

3. PENGERTIAN KB
Keluarga Berencana adalah suatu evaluasi alami gaya hidup jontemporer
yang berorientasi pada upaya untuk menciptakan kesejahteraan (Bobak, 2004)

7
Keluarga Berencana menurut WHO adalah tindaksn yang memakai
individu atau pasangan suami istri untuk :
a. Mendapatkan obyek-obyek tertentu.
b. Menghindari kelahiran yang tidak di inginkan.
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
d. Mengatur interval di antara kehamilan
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.(Hanafi,2004)
Keluarga berencana adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera (BKKBN,2004)

4. TUJUAN PROGRAM KB
Tujuan umum KB adalah membentuk keluaga kecil sesuai dengan kekuatan
sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya baik secara jasmani maupun secara rohani termasuk di dalamnya pola
hidup yang sesuai dengan standar kehidupan keluarga yang layak.
Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan,
peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Hal ini sesuai dengan teori
pembangunan menurut Alex Inkeles dan David Smith yang mengatakan bahwa
pembangunan bukan sekedar perkara pemasok modal dan teknologi saja tapi juga
membutuhkan sesuatu yang mampu mengembangkan sarana yang berorientasi pada
masa sekarang dan masa depan, memiliki kesanggupan untuk merencanakan, dan
percaya bahwa manusia dapat mengubah alam, bukan sebaliknya (Sulistyawati,
2011).

Menurut Hartanto, 2004:30-31 tujuan program KB yaitu:


 Tujuan Umum

8
Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu
dihayati NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera).
 Tujuan Khusus
Penurunan angka kelahiran yang bermakna, guna mencapai tujuan
tersebut maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan 3 fase untuk
mencapai sasaran

5. SASARAN PROGRAM KB
Sasaran program KB tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 (Sulistyawati, 2011) sebagai berikut:
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,14% per tahun.
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan
kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need)
menjadi 6%.
4. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5%.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif dan
efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21
tahun.
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang
aktif dalam usaha ekonomi produktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
program KB Nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, maka penggarapan program
nasional keluarga berencana diarahkan pada dua bentuk sasaran yakni:
Sasaran Langsung yaitu para pasangan usia subur (PUS) agar mereka
menjadi peserta Keluarga Berencana Lestari sehingga memberikan efek langsung
pada penurunan fertilitas.
Sasaran Tidak Langsung yaitu organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga
kemasyarakatan, instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat

9
(wanita dan pemuda) yang diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap
proses pembentukan sistem nilai di kalangan masyarakat yang dapat mendukung
usaha pelembagaan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

6. VISI DAN MISI KELUARGA BERENCANA(KB)


a. Visi
"Penduduk Tumbuh Seimbang, Terwujudnya Keluarga BErkualitas melalui,
Pemberdayaan Masyarakat dan Kesetaraan Gender."
b. Misi
1. Mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang.
2. Meningkatkan pengembangan kelembagaan dan partisipasi masyarakat.
3. Meningkatkan perandan kontribusi perempuan dalam aspek pembangunan

7. RUANG LINGKUP PROGRAM KB


Menurut Sulistyawati (2011) Ruang lingkup program KB mencakup sebagai
berikut:
1. Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun manfaat
yang diperoleh oleh ibu adalah sebagai berikut.
a. Tercegahnya kehamilan berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu
pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara terutama kesehatan
organ reproduksinya.
b. Meningkatkan kesejahteraan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh
adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat
yang cukup karena kehadiran akan anak tersebut memang diinginkan.
2. Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal
berikut:
a. Memperbaiki kesehatan fisik.
b. Mengurangi beban ekonomi yang ditanggungnya.
3. Seluruh keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik,
mental dan sosial setiap anggota keluarga, dan bagi anak dapat memperoleh

10
kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih sayang orang
tuanya.
Ruang lingkup KB secara umum adalah sebagai berikut:
1. Keluarga berencana
2. Kesehatan reproduksi remaja
3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
5. Keserasian kebijakan kependudukan
6. Pengolahan SDM apparatus
7. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
8. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas apparatus negara

8. STRATEGI, PENDEKATAN, DAN CARA OPERASIONAL


PROGRAM PELAYANAN KB
Menurut Sulistyawati (2011) dalam hal pelayanan kontrasepsi, diambil
kebijakan sebagai berikut:
1. Perluasan jangkauan pelayanan kontrasepsi dengan cara menyediakan sarana
yang bermutu dalam jumlah yang mencukupi dan merata.
2. Pembinaan mutu pelayanan kontrasepsi dan pengayoman medis.
3. Pelembagaan pelayanan kontrasepsi mandiri oleh masyarakat dan
pelembagaan keluarga kecil sejahtera.

Dalam hal strategi pelayanan kontrasepsi dibantu pokok-pokok sebagai


berikut:
1. Menggunakan pola pelayanan kontrasepsi rasional sebagai pola pelayanan
kontrasepsi kepada masyarakat, berdasarkan kurun reproduksi sehat.
2. Pada usia dibawah 20 tahun dianjurkan menunda kehamilan dengan
menggunakan pil KB, AKDR, kontrasepsi suntik, susuk kondom, atau
intravagina. Pada usia 20-30 tahun dianjurkan untuk menjarangkan
kehamilan. Cara kontrasepsi yang dianjurkan adalah AKDR, implant,
kontrasepsi suntik, pil mini, pil KB, kondom atau intravagina. Sesudah usia
30 tahun atau pada fase pengakhiran kesuburan, dianjurkan memakai

11
kontrasepsi mantap, AKDR, kontrasepsi suntik, pil KB, kondom, atau
intravagina.
3. Menyediakan sarana dan alat kontrasepsi yang bermutu dalam jumlah yang
cukup dan merata.
4. Meningkatkan mutu pelayanan kontrasepsi.
Menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kontrasepsi maupun dalam mengelola pelayanan kontrasepsi. Terdapat beberapa
sumber informasi, antar lain:
1. Media Massa
Media massa merupakan suatu sumber informasi dalam kehidupan
moderen. Media yang dimaksudkan media cetak dan media elektronik.
Menurut penelitian oleh Achmad Rois (1991), media massa seperti
radio, televisi, surat kabar secara teoritis dapat mempengaruhi keikutsertaan
dalam KB.
2. Petugas Lapangan KB
Pelaksanaan program KB Nasional di tingkat lapangan tidak terlepas
dari peranan Petugas Lapangan Keluarga Berencana atau Penyuluh Keluarga
Berencana (PLKB/PKB). PLKB atau PKB merupakan pegawai negeri sipil
atau non pegawai negeri sipil yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
melaksanakan kegiatan penyuluhan, pelayanan, evaluasi dan pengembangan
KB. Tugas dan fungsi dasar PLKB/PKB meliputi sepuluh langkah, yaitu
pendekatan tokoh formal, pendataan dan pemetaan, pendekatan tokoh
informal, pembentukan kesepakatan, penegasan kesepakatan, penerangan dan
motivasi, peneladanan atau pembentukan grup pelopor, pelayanan KB,
pembinaan peserta, pencatatan, pelaporan dan evaluasi (Zuhriyah, 2012).
3. Lingkungan
Informasi tentang KB bisa diperoleh dari lingkungan tempat tinggal.
Interaksi antar sesama ibu usia subur dalam sebuah lingkungan dapat
membantu seseorang untuk mengetahui tentang program KB.

Menurut Sulistyawati (2011), untuk mencapai sukses yang diharapkan,


maka ditempuh strategi 3 dimensi, yaitu sebagai berikut:
1. Perluasan jangkauan.

12
Semua jajaran pembangunan diajak berperan serta dalam ikut
menangani program KB dan mengajak semua PUS yang potensial untuk
menjadi akseptor KB. Istri pegawai negeri, ABRI, dan pemimpin masyarakat
diajak menjadi pelopor yang dapat diandalkan agar masyarakat mengikuti
dengan senang hati dan penuh kebanggaan.
2. Pembinaan.
Organisasi yang sudah mulai ikut serta menangani program diajak
berperan serta mendalami lebih terperinci tentang apa yang terjadi, dan
diberikan kepercayaan untuk ikut menangani program KB dalam
lingkungannya sendiri, menjadi petugas sukarela, dan mulai dikenalkan
mengenai program-program pos KB, posyandu, pembianaan anak-anak, dan
sebagainya.
3. Pelembagaan dan pembudayaan.
Tahapan awal KB mandiri yaitu masyarakat akan mencapai suatu
tingkat kesadaran dimana melaksanakan program KB bukan karena faktor
eksternal di mana berdasarkan ajakan pihak luar melainkan atas kesadaran
dan keyakinan sendiri.
Strategi ini dilengkapi dengan pendekatan “Panca Karya” yang
mempertajam sasaran dan memperjelas target, yaitu pasangan usia muda
dengan paritas rendah, PUS dengan jumlah anak yang cukup, dan generasi
muda. Dengan penajaman pendekatan yang bersifat kemasyarakatan dan
wilayah tersebut, maka program KB tidak lagi menunggu sasarannya, tetapi
lebih bersikap aktif.

9. DAMPAK PROGRAM KB TERHADAP PENCEGAHAN


KELAHIRAN
Menurut Sulistyawati (2011) Program KB bertujuan untuk memenuhi
permintaan pelayanan KB dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi
yang berkualitas, serta mengendalikan angka kelahiran yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan keluarga-keluarga kecil
berkualitas.

13
Sasaran utama kinerja program KB adalah sebagai berikut:
1. Menurunnya PUS yang ingin melaksanakan KB namun pelayanan KB tidak
terlayani (unmeet need) menjadi sekitar 6,5%.
2. Meningkatnya partisipasi suami dalam melaksanakan KB menjadi sekitar 8%.
3. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi 2,4% per perempuan.
Hal ini memungkinkan perempuan untuk menghindari kehamilan ketika
mereka tidak ingin hamil, merencanakan kehamilan ketika mereka melakukan dan
mendorong kesehatan mereka.

10. PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM PROGRAM KB


Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan KB kepada
masyarakat adalah: dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
Kegiatan KB merupakan salah satu komponen dari pelayanan kesehatan
reproduksi esensial (PKRE) yang dapat dilaksanakan di tiap tingkat pelayanan
sesuai dengan kewenangannya. Pelayanan di tingkat puskesmas adalah
konseling KB, pelayanan KB sesuai kemampuan, pertolongan pertama
komplikasi dan kegagalan KB serta penanganan efek samping KB, rujukan
pelayanan KB dan pembinaan pelayanan KB di tingkat desa. Pelayanan KB
berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak
individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat
berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu dan menurunkan tingkat
fertilitas (kesuburan) bagi wanita usia subur yang telah cukup memiliki anak (2
anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin
mempunyai anak. Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan)
kehamilan. Program KB perlu memfokuskan sasaran pada kategori wanita usia
subur dengan “4 terlalu” yaitu terlalu muda, tua, sering dan banyak (Uliyah,
2010).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu
diupayakan pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek
kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB. Dari aspek kualitas perlu
diterapkan pelayanan yang sesuai standard dan variasi pilihan metode KB,
sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-klinis secara
berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program KB perlu

14
melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan sistem
pencatatan dan pelaporan pelayanan KB (Syafrudin dan Hamidah, 2009).

11. LANGKAH-LANGKAH KONSELING KB


Menurut Prawirohardjo (2011), dalam memberikan konseling,
khususnya bagi calon KB yang baru, hendaknya dapat diterapkan enam langkah
yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU
tersebut tidak perlu dilakukan secara berurutan karena petugas harus
menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien.
Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut:
1. SA: Sapa dan Salam kepada kliensecara terbuka dan sopan.
Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang
nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa
percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan
pelayanan apa yang dapat dipeolehnya.
2. T: Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman KB dan KR, tujuan, kepentingan, harapan,
serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi
yang diinginkan oleh klien. Berikan perhatian kepada klien apa yang
disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya. Coba
tempatkan diri kita di dalam hati klien. Perlihatkan bahwa kita memahami.
Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat
membantunya.
3. U: Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa kontrasepsi.
Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini, serta jelaskan
pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Juga jelaskan alternatif
kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien. Uraikan juga mengenai
risiko penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.
4. TU: BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir
mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.

15
5. J: Jelaskan secara lengkap kepada klien bagaimana menggunakan
kontrasepsi pilihannya. Setelah klien memilih jenis kontrasepsi, apabila
diperlukan perlihatkan alat kontrasepsinya.
6. U: Perlunya kunjungan Ulang. Diskusikan dan buat kontrak dengan klien
untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi apabila
dibutuhkan.

12. MACAM-MACAM KB
a. Metode sederhana
Metode sederhana tanpa alat ( Kontrasepsi Alamiah )
1. Metode pantang berkala
Syarat pantang berkala yaitu patrun menstruasi teratur dan kerja sama
dengan suami harus baik. Patrun menstruasi teratur merupakan syarat
penting karena dengan menstruasi teratur dapat memberikan petunjuk
masa subur (hari ke-12 sampai ke-19 menstruasi).

A. Pada dasarnya metode pantang berkala sama dengan sistem kalender


dan sistem suhu basal.
a) Sistem kalender
Ovulasi terjadi sekitar 12-16 hari sebelum menstruasi.
Kelemahannya yaitu sulit menilai menstruasi yang akan datang.
Metode ini memerlukan menstruasi yang teratur sehingga dapat
memperhitungkan masa subur untuk menghindari kehamilan
dengan cara :
a. Menstruasi wanita teratur antara 26-30 hari.

16
b. Menstruasi hari pertama ditambah 12 yang merupakan hari
prtama minggu subur dan akhir minggu subur adalah hari
pertama menstruasi di tambah 19.
c. Puncak minggu subur adalah hari pertama menstruasi
ditambah 14.
b) Sistem suhu basal.
Telah diketahui bahwa penurunan suhu basal sebanyak ½
sampai 1 derajat celcius pada hari ke-12 sampai ke-13 menstruasi,
dimana ovulasi terjadi pada hari ke-14. Setelah menstruasi suhu
akan naik lebih dari satu basal sehingga siklus menstruasi yang
disertai ovulasi terdapat temperatur bifasik. Kelemahannya yaitu
pengukuran merepotkan dan tidak akurat dan hanya untuk siklus
menstruasi 20-30 hari.

2. Metode Amenore Laktasi (MAL)

A. Profil
a. Metode MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian
ASI secara eksklusif, artinya hanya di berikan ASI tanpa
tambahan makanan dan minuman apa pun.
b. MAL dapat di pakai kontrasepsi jika :
1. Menyusui secara penuh
2. Belum haid
3. Umur bayi kurang dari 6 bulan
c. Efektif sampai 6 bulan
d. Harus di lanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.

17
B. Cara kerja
Penundaan atau penekanan kehamilan
C. Keuntungan kontrasepsi
a. Efektifitas tinggi
b. Segera efektif
c. Tidak mengganggu senggaama
d. Tidak ada efek samping secara sistemik
e. Tidak perlu pengawasan medis
f. Tidak perlu obat atau alat
g. Tanpa biaya
D. Keuntungan non kontrasepsi
a. Untuk bayi
1. Mendapat kekebalan pasif
2. Sumber asupan gizi terbaik untuk tumbuh kembang bayi
3. Terhindar dari paparan kontaminasi air, susu formula, atau
tempat minum yang di pakai
b. Untuk ibu
1. Mengurangi perdarahan paska persalinan
2. Mengurangi resiko persalinan
3. Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi
E. Keterbatasan
a. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui dalam 30 menit paska persalinan
b. Mungkin sulit di laksanakan karena kondisi sosial
c. Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai
dengan 6 bulan
d. Tidak melindungi terhadap IMS seperti HBV dan HIV/AIDS
F. Yang dapat menggunakan MAL
Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6
bulan dan belum mendapat haidsetelah melahirkan.
G. Yang tidak boleh pakai MAL
a. Setelah mendapat haid setelah persalinan
b. Tidak menyusui secara eksklusif

18
c. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
d. Bekerja dan terpisah dengan bayi lebih lama dari 6 jama
3. Senggama terputus
A. Profil
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradiional,
dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum pria
mencapai ejakulasi.
B. Konsep
Senggama terputus adalah mengeluarkan kemaluan menjelang
terjadinya ejakulasi. Senggama terputus merupakan metode tertua di
dunia, karena telah tertulis pada kitab tua dan di ajarkan pada
masyarakat.
C. Cara kerja
Alat kelamin di keluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma
tidak masuk ka dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara
sperma dan ovum, dan kehamilan dapat di cegah.
D. Manfaat
a. Kontrasepsi
1. Efektif bila dilakukan dengan benar.
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain.
4. Tidak ada efek samping.
5. Dapat digunakan setiap waktu.
6. Tidak membutuhkan biaya.

b. Nonkontrasepsi
1. Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
2. Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan
pengertian yang sangat dalam.
E. Keterbatasan
a. Efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk
melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka
kegagalan 4-27 kehamilan per100 perempuan per tahun).

19
b. Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak
ejakulasi masih melekat pada penis.
c. Memutuskan kenikmatan dalam hubungan seksual.
F. Dapat dipakai untuk:
a. Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana.
b. Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk
tidak memakai metode lain.
c. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera.
d. Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu
metode yang lain.
e. Pasangan yang memerlukan metode pendukung.
f. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.
G. Tidak dapat dipakai untuk
a. Suami dengan pengalaman ejakulasi dini.
b. Suami yang sulit melakukan senggama terputus.
c. Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis.
d. Istri yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama.
e. Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi.
f. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.

20
Metode sederhana dengan alat
1. Metode barrier (Kondom)

A. Profil
a. Kondom sudah di kenal sejak jaman Mesir kuno dan dibuat dari
kulit atau usus binatang.
b. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah
IMS termasuk HIV/AIDS.
c. Efektif bila di pakai dengan baik dan benar.
d. Dapat di pakai dengan kontrasepsi lain untuk mencegah IMS.
e. Kondom merupakan selubung ayau sarung karet yang dapat
terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik
(vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang di pasang pada
penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis
yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal,
yang bila di gulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti
puting susu. Berbagai bahan telah di tambahkan pada
kondombaik untuk meningkatkan efektifitasnya (misalnya
penambahan spermiside) maupun sebagai aksesoris aktivitas
seksual.
f. Standar kondom di lihat dari ketebalan, pada umumnya standar
ketebalan adalah 0,02 mm.
g. Tipe kondom terdiri dari kondom biasa, kondom berkontur
(bergerigi), kondom beraroma, kondom tidak beraroma.
h. Kondom pria dan wanita : kondom untuk pria sudah cukup di
kenal namun untuk kondom wanita walaupun sudah ada, belum
populer dengan alasan ketidaknyamanan (berisik) yaitu intra
vagina misalnya diafragma.

21
B. Konsep kerja

Menghalangi tertumpahnya sperma kedalam vagina sehingga


spermatozoa tidak mungkin masuk ke dalam rahim dan seterusnya.
Kegagalan kondom terjadi bila karet kondom bocor atau robek, dan
menarik penis etelah lemah sehingga sebagian sperma dapat masuk
vagina.

C. Cara kerja
a. Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang di
pasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke
dalam saluran reproduksi perempuan.
b. Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain
(khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).
D. Efektivitas

Kondom cukup efektif bila di pakai secara benar pada setiap


kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian
kondom tidak efektif karena tidak di pakai secara konsisten. Secara
ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12
kehamilan per100 perempuan per tahun.

E. Manfaat
a. Kontrasepsi
1. bila di gunakan dengan benar.
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Tidak mengganggu kesehatan klien.
4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
5. Murah dan dapat dibeli secara umum.
6. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
7. Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya
harus di tunda.
b. Nonkontrasepsi

22
1. Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB.
2. Dapat mencegah penularan IMS.
3. Mencegah ejakulasi dini.
4. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks.
5. Saling berinteraksi sesama pasangan.
6. Mencegah imuno infertilitas.

F. Keterbatasan
a. Efektifitas tidak terlalu tinggi.
b. Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
c. Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan
langsung)
d. Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi.
e. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
f. Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum.
g. Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah
dalam hal limbah.

G. Cara penggunaan
a. Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.
b. Agar efek kontrasepsi lebih baik, tambahkan spermisida ke dalam
kondom.
c. Jangan menggunakan gigi, benda tajam atau pisau, silet, gunting,
atau benda tajam lainnya pada saat membuka kemasan.
d. Pasangkan kondom saat penis ereksi, tempelkan ujungnya pada
glans penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung
uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser
gulungan tersebut ke arah pangkal penis. Pemasangan ini harus
dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina.
e. Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada
bagian ujungnya, maka saat memakai, longgarkan sedikit bagian
ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.

23
f. Kondom dilepas sebelum penis melembek,
g. Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis
sehingga kondom tidak terlepas pada saat penis dicabut dan
lepaskan kondom di luar vagina agar tidak terjadi tumpahan
cairan sperma di sekitar vagina.
h. Gunakan kondom untuk satu kali pakai.
i. Buang kondom bekas pada tempat yang aman.
j. Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan di
simpan di tempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan
kondom menjadi rusak atau robek saat digunakan.
k. Jangan gunakan kondom jika kemasan robek atau kondom
tampak rapuh atau kusut.
l. Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas
dari bahan petrolatum karena akan segera merusak kondom.

2. Diafragma

A. Profil
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari
lateks yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup serviks.
B. Jenis
a. Flat spring (flat metal band).
b. Coil spring (coiled wire).
c. Arching spring (kombinasi metal spring).

24
C. Cara kerja
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai
saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi) dan
ebagai alat tempat spermisida.

D. Manfaat
a. Kontrasepsi
1. Efektif bila di gunakan dengan benar.
2. Tidak menggaggu produksi ASI.
3. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang
sampai 6 jam sebelumnya.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
b. Non kontrasepsi
1. Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya
bila digunakan dengan spermisida.
2. Bila digunakan saat haid akan menampung darah haid.

E. Keterbatasan
a. Efektifitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka
kegagalan 6-16 kehamilan per100 perempuan per tahun pertama).
b. Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan
mengikuti cara penggunaan.
c. Motivasi di perlukan berkesinambungan dengan
menggunakannya setiap berhubungan seksual.
d. Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan
untuk memastikan ketepatan pemasangan.
e. Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra.
f. Pada 6 jam paska hubungan seksual, alat masih harus berada di
posisinya.

F. Cara penggunaan
a. Gunakan diafragma setiap kali berhubungan seksual.

25
b. Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan.
c. Pastikan diafragma tidak berlubang (tes dengan mengisi
diafragma dengan air, atau melihat menembus cahaya).
d. Oleskan sedikit spermisida pada kap diafragma.
e. Posisi saat pemasangan diafragma:
1. Satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan toilet.
2. Sambil berbaring.
3. Sambil jongkok.
f. Lebarkan kedua bibir vagina
g. Masukkan diafragma ke vagina jauh ke belakang, dorong bagian
depan pinggiran ke atas di balik tulang pubis.
h. Masukkan jari kedalam vagina sampai menyentuh
serviks,sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi.
i. Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum hubungan
seksual. Jika hubungan seksual berlangsng di atas 6 jam setelah
pemasangan, tambahkan spermisida ke dalam vagina. Diafragma
berada di dalam vagina paling tidak 6 jam setelah
terlaksanakannya hubungan seksual. Jangan tinggalkan diafragma
di dalam vagina lebih dari 24 jam sebelum di angkat (tidak di
anjurkan mencuci vagina setiap waktu, pencucian vagina bisa di
lakukan setelah ditunda 6 jam setelah hubungan seksual)
j. Mengangkat dan mencabut diafragma dengan menggunakan jari
telunjuk dan tengah.
k. Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan kembali
di tempatnya.

26
3. Kimiawi (Spermiside)

A. Profil

Spermiside adalah bahan kimia yang di gunakan untuk


menonaktifkan atau membunuh sperma. Di kemas dalam bentuk
aerosol, tablet vaginal,suppositoria, atau dissolvable film,dan krim

B. Cara kerja

Menyebabkan sel membran sperma terpacah, memperlambat


pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel
telur.

C. Pilihan
a. Busa (aerosol) efektif segera setelah insersi.
b. Busa spermisida di anjurkan apabila digunakan hanya sebagai
metode kontrasepsi.
c. Tablet vagina, suppositoria, dan film penggunaannya di sarankan
menunggu 10-15 menit sesudah di masukkan sebelum hubungan
seksual.
d. Jenis Spermiside jelly biasannya hanya digunakan dengan
diafragma.
D. Manfaat
a. Kontrasepsi
1. Efektif seketika.
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.

27
5. Tidak mempunyai pengaruhsistemik.
6. Mudah digunakan
7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
8. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.

b. Nonkontrasepsi
Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS termasuk HBV
dan HIV/AIDS.

E. Keterbatasan
a. Efektifitas kurang (18-29 kehamilan per100 perempuan per tahun
pertama)
b. Efektifitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan
mengikuti cara penggunaan.
c. Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan
memakai setipa melakukan hubungan seksual.
d. Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum
melakukan hubungan seksual (tablet busa vagina, suppositoria dan
film).
e. Efektifitas aplikasi hanya 1-2 jam.

F. Cara penggunaan
a. Aerosol
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi
aplikator dan insersi spermisida.
2. Tidak ada jarak tunggu setelah memasukkan busa.
3. Kocok tempat aerosol 20-30 menit sebelum di gunakan.
4. Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakkan aplikator
pada mulut kontainer, dan tekan aplikator untukmengisi busa.
5. Sambil berbaring lakukan insersi aplikator ke dalam vagina
mendekati serviks. Dorong sampai busa keluar.
6. Aplikator segera di cuci pakai sabun dan air, tiriskan, dan
keringkan. Jangan berbagi aplikator dengan orang lain.

28
7. Tablet vagina atau suppositoria atau film/tissue.
8. Cuci tangan sebelum membuka paket.
9. Lepaskan tablet dari paket.
10. Sambil berbaring masukkan tablet vagina jauh ke dalam
vagina.
11. Tunggu 10-15 menit sebelum mulai hubungan seksual.
12. Sediakan selalu ekstra pengadaan tablet vagina di tempat.
b. Krim
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi
aplikator dan insersi spermisida.
2. Insersi krim setelah dikemas ke dalam aplikator sampai penuh,
masukkan kedalam vagina sampai mendekati serviks.
3. Takan alat pendorong sampai krim keluar.
4. Aplikator harus di cuci dengan sabun dan air.
5. Sediakan selalu ekstra pengadaan krim apabila kontainer
kosong.

b. Metode modern
Kontrsepsi hormonal
1. Pil (oral)
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah
diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi wanita yang tidak
hamil dan menginginkan cara pencega kehamilan sementara yang paling
efektif bila diminum secara teratur minum pil dapat dimulai segera
sesudah terjadinya keguguran, setelah menstruasi, atau pada massa post
partumbagi para ibu yang tidak menyusuibayinya. Jika ibu ingin
menyusui maka hendaknya pengguna pil ditunda sampai 6 bulan sesudah
kelahiran anak ( atau selama masih menyusui ) dan disarankan
menggunakan cara pencegah kehamilan yag lain.
Jenis-jenis kontrasepsi pil
a. Pil gabungan atau kombinasi
Jenis-jenis pil kkombinasi
 Monofasik

29
 Bifasik
 Trifasik
b. Pil khusus- progestin ( pil mini )
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progesis sontesis dan memiliki
sifat pencegahan kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari
leher rahim ( mengubah sekresi pada leher rahim ) sehingga
mempersulit pengangkutan sperma. Selain tu, juga mengubah
lingkungan endometrium ( lapisan jalan rahim ) sehingga menghambat
perletakan telur yang di buahi

Kontra indikasi pemakaian pil

Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada wanita yang menderita


hepatitis, radang pembuluh darah, kanker payudarah atau kanker
kandungan, hipertensi, gangguan jantung, varises, perdarahan abnormal
melalui vagina, kencing manis, pembesaran kelenjar gondok ( struma ),
penderita sesak nafas, eksim, dan migraine ( penyakit kepala yang berat
pada sebelah kepala ),

Efek samping pemakaian pil

Pemakaian pil dapat menimbulkan efek samping berupa


perdarahan di luar haid, rasa mual bercak hitam dipipi
( hiperpigmentasi ), jerawat, penyakit jamur pada liang vagina
( candidiasis ), nyeri kepala, dan penambahan berat badan.

2. Suntik (injeksi)
Definisi Kontrasepsi Suntik
Suntik kombinasi merupakan kontrasepsi suntik yang berisi
hormon sintetis esterogen dan progesteron. (Sri Handayani, 2010)
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg medrosi progesteron
asetat dan 5mg ekstradiol sopianat yang diberikan injeksi IM. (Afandi,
2011)
Suntikan progestin merupakan kontrasepsi suntikan yang
berisihormon progesteron. (Sri Handayani, 2010)

30
Suntikan Progestin
Kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang hanya mengandung
progestin dan banyak dipakai sekarang ini adalah :
1) DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) atau Depo Provera,
diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. Di suntikkan
secara intramuscular di daerah bokong
2) NET-EN (Norethindrone enanthate) atau Noristerat: diberikan dalam
dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau 8 minggu untuk 6 bulan
pertama (= 3 kali suntikan pertama), kemudian selanjutnya sekali
setiap 8 minggu
(Pinem, Sahora : 2009)
a. Profil kontrasepsi suntikan progestin:

Sangat efektif, aman, dapat dipakai oleh semua perempuan dalam


usia reproduksi, kembalinya kesuburan lebih lambat, kira-kira 4 bulan,
tidak menekan produksi ASI sehingga cocok untuk masa laktasi. (Pinem,
Sahora : 2009)

Gb. Suntikan Progestin

b. Mekanisme kerja suntikan progestin :

Mencegah ovulasi lendir serviks menjadi kental dan sedikit


sehingga menurunkan kemampuan penetrasi spermatozoa, membuat
endometrium tipis dan atrofi sehingga kurang baik untuk implantasi
ovum yang telah dibuahi, mempengaruhi kecepatan traspor ovum oleh
tuba fallopi (Pinem, Sahora : 2009)

31
c. Efektifitas suntikan progestin:

Baik DMPA maupun NET EN memiliki efektivitas yang tinggi


dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun asal penyuntikan
dilakukan secara benar sesuai jadwal yang telah ditentukan (Pinem,
Sahora : 2009)

d. Keuntungan suntikan progestin:


1) Sangat efektif, dan mempunyai efek pencegahan kehamilan jangka
panjang
2) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri
3) Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah
4) Tidak mempengaruhi ASI
5) Efek samping sedikit
6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
7) Dapat digunakan oleh perempuan yang berusia diatas 35 tahun
sampai perimenoupause
8) Mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
9) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
10) Mencegah beberapapenyakit radang panggul
11) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
(Pinem, Sahora : 2009)

e. Keterbatasan suntikan progestin


1) Sering, ditemukan gangguan haid. Pola haid yang normal dapat
berubah menjadi amenorea perdarahan tidak teratur, bisa jadi tidak
haid sama sekali
2) Pada waktu tertentu harus kembali untuk mendapat suntikan
3) Tidak dapat dihentika sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
4) Meningkatkan berat badan
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual,
infeksi HIV, hepatitis B virus

32
6) Setelah pemakaian dihentikan kesuburan terhadap kembali karena
pelepasan obat suntikan dari depannya belum habis
7) Pada penggunaan jangka panjang : terjadi perubahan lipit serum,
dapat sedikit menurunkan densitas (kepadatan ) tulang, dapat
menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, dapat
menimbulkan gangguan emosi (tetapi jarang), sakit kepala,
jerawat, nervositas. (Pinem, Sahora : 2009)

f. Yang boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin


1) Usia reproduksi nulipara, dan yang telah memiliki anak
2) Menghendaki kanker servik jangka panjang dan memiliki
efektifitas tinggi
3) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
4) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
5) Setelah abortus
6) Telah mempunyai banyak anak tetapi belum menginginkan
tubektomi
7) Perokok
8) Tekanan darah, 180/110 mmHg, masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit
9) Menggunakan obat untuk apilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau
obat untuk tuberculosis (rifampisin)
10) Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung
esterogen
11) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
12) Mendekati usia menopause dan tidak mau atau tidak
13) Anemia deferensiasi besi (Pinem, Sahora : 2009)

g. Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin:


1) Hamil atau dicurigai hamil karena resiko cacat pada janin 7 peer
100.000 kelahiran
2) Perdarahan pervagianal yang belum jelas penyebabnya

33
3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama
amenorea
4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5) Diabetes mellitus disertai komplikasi
6) Kanker pada traktus genitalia
7) Waktu mulai penggunaan kontrasepsi suntikan progestin
8) Setiap sat selama siklus haid, asal ibu tersebut diyakini tidak
hamil, mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
9) Pada ibu yang tidak haid, asalkan ibu tersebut tidak hamil,
suntikan pertama dapat diberikan setiap saat. Selama 7 hari setelah
suntikan tidak boleh bersanggama.
10) Perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan
ingin mengganti dengan kontrasepsi sebelumnya dipakai dengan
benar dan ibu tidak hamil, suntikan pertama dapat segera
diberikan. Tidak perlu menunggu haid berikutnya dating.
11) Bila ibu sedang menggunakan kontrasepsi lain dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi suntikan yang lain lagi,
kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal
kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
12) Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama
kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera
disuntikkan, asal saja ibu tidak hamil. Pemberiannya tidak perlu
menunggu haid berikutnya dating. Bila ibu disuntik setelah hari
ke-7 haid, maka selama tujuh hari setelah suntikan ibu tidak boleh
bersanggama.

(Pinem, Sahora : 2009)

h. Cara penyutikan kontrasepsi suntikan


1) Kontrasepsi suntikan DMPA, setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg
secara intramuscular dalam-dalam di daerah pantat (bila suntikan
terlalu dangkal, maka penyerapan kontrasepsi suntikan

34
berlangsung lambat, tidak bekerja segera dan efektif). Suntikan
diberikan setiap 90 hari. Jangan melakukan masase pada tempat
suntikan
2) Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat dalam dosis 200 mg
sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan
pertama (=3 kali suntikan pertama), kemudian untuk selanjutnya
sekali setiap 12 minggu.
3) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alcohol yang
telah dibasahi dengan isopropyl alhohol 60% - 90%. Tunggu dulu
sampai kulit kering, baru disuntik.
4) Kocok obat dengan baik, cegah terjadinya gelembung udara. Bila
terdapat endapan putih di dasar ampul, hilangkan dengan cara
menhangatkannya. Kontrasepsi suntikan ini tidak perlu diinginkan.
5) Semua obat harus diisap kedalam alat suntikan
(Pinem, Sahora : 2009)

i. Efek Samping
1) Meningkatkan / menurunkan berat badan
2) Gangguan haid
Amenorea :
a) Bila tidak hamil, tidak perlu dilakukan tindakan apapun, cukup
diberikan konseling. Jika klien tidak dapat menerika kelainan
tersebut, jangan lanjutkan suntikan. Anjurkan agar klien
menunggunakan metode kontrasepsi lain.
b) Bila hamil, hentikan suntikan, rujuk klien
c) Bila terjadi kehamilan ektopik, segera rujuk klien
3) Perdarahan :
a) Perdarahan ringan atau spotting, sering terjadi dan tidak
berbahaya
b) Bila spotting terus berlanjut, atau haidtelah berhenti tetapi
kemudian terjadi erdarahan, maka perlu dicari penyebab
perdarahan tersebut kemudian dilakukan penangan yang tepat
bila penyebab perdarahan tidak diketahui dengan jelas, Tanya

35
klien apakah masih ingin melanjutkan suntikan. Bila tidak ganti
dengan jenis kontrasepsi lain.
c) Bila ditemukan penyakit radang panggul atau penyakit akibat
hubungan seksual, klien perlu diberi pengobatan yang sesuai
dan suntikan dapat terus dilanjutkan
d) Bila perdarahan banyak atau lebih dari 8 hari, atau 2 kali lebih
banyak dariperdarahan dalam siklus haid yang normal, jelaskan
kepada klien bahwa hal itu biasa terjadi pada bulan pertama
suntikan.
e) Bila gangguan tersebut tersebut menetap, perlu dicari
penyebabnya dan bila ditemukan kelainan, klien perlu dirujuk.
Bila klien tidak dapat menerima keadaan tersebut, atau
perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien, suntikan
dihentikan ganti metoda kontrasepsi yang lain. Untuk mencegah
anemia pada klien, perlu diberi prerarat besi dan anjurkan agar
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi (Pinem,
Sahora : 2009)

j. Instruksi yang perlu disampaikan kepada klien.


Klien harus kembali ke klinik untuk mendapatkan suntikan
kembali, setiap 12 minggu untuk DMPA, dan setiap 8 minggu untuk
Noristerat.

Suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medrok –
siprogestron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi
nytamuskular sebulan sekali (Cyclo-rem), dan 50 mg Norethindron
Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan dengan injeksi
isntramuskular sebulan sekali.

36
Gb. Suntikan Kombinasi
a. Cara kerja :
1) Mengentalkan lendir serviks sehingga mengganggu penetrasi
sperma
2) Menekan sperma
3) Endometrium menjadi atrofi sehingga implantasi terganggu
4) Mengambat transportasi gamet oleh tuba

b. Keuntungan kontrasepsi
1) Mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah perdarahan,
mencegah anemia
2) Mempunyai kasiat untuk mencegah kanker ovarium dan kanker
endometrium
3) Mengurangi penyakit jinak payudara dan kista ovarium
4) Mencegah kehamilan ektopik
5) Melindungi klien dari penyakit radang panggul tertentu
6) Pada kondisi tertentu dapat diberikan kepada perempuan usia
perimenopause. (Pinem,Sahora: 2009)

c. Kerugian / keterbatasan
1) Terjadi perubahan pola haid seperti haid tidak teratur,
perdarahan bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10 hari.
2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan. Biasanya keluhan ini
akan hilang setelah suntikan atau ketiga.
3) Klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapat suntikan

37
4) Bila digunakan bersama dengan Feniton dan barbiturat (obat
epilepsi) atau rifampisin (obat untuk tuberkulosis), efektifitasnya
berkurang
5) Dapat menyebabkan efek samping serius seperti serangan
jantung , stroke, bekuan darah pada paru atau otak dan
kemungkinan timbulnya tumor hati.
6) Peningkatan berat badan
7) Tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual,
hepatitis B virus atau HIV / AIDS
8) Pemulihan kesuburan kemungkinan terlambat setelah pemakaian
pil berhenti. (Pinem, Sahora: 2009)

d. Yang boleh menggunakan suntikan kombinasi


1) Usia reproduksi, telah memiliki anak maupun belum
2) Ingin menggunakan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi
3) Memberikan ASI pasca persalinan > 6 bulan
4) Pasca persalinan tetapi tidak menyusui
5) Anemia
6) Nyeri haid hebat, haid teratur
7) Riwayat kehamilan ektopik
8) Sering lupa minum pil
(Pinem,Sahora : 2009)

e. Yang tidak boleh menggunakan suntika kombinasi


1) Hamil atau diduga hamil
2) Menyusui, kurang dari 6 minggu pasca persalinan
3) Perdarahan pervagianam yang belum jenis penyebabnya
4) Penyakit hati akut (virus hepatitis)
5) Usia > 35 tahun dan merokok
6) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah
tinggi (> 180/110 mmHg)
7) Riwayat kelainan tromboemboli, riwayat kencing manis > 20
tahun

38
8) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau
migrant
9) Keganasan pada payudara
(Pinem, Sahora : 2009)

f. Waktu mulai menggunakan suntikan kombinasi


1) Suntikan pertama dapat diberikan dalam 7 hari siklus haid, dan
tidak diperlukan kontrasepsi tambahan. Bila suntikan pertama
diberikan setelah hari ke-7 siklus haid, klien tidak boleh
bersanggama selam 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain
selama 7 hari
2) Bila klien tidak haid dan dapat dipastikan ibu tidak hamil,
suntikan pertama dapat diberikan setiap saat. Klien tidak boleh
bersanggama untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metoda
kontrasepsi lain selama 7 hari
3) Bila klien dalam pasca persalinan 6 bulan, menyusui dan belum
mendapat haid, suntikan pertama dapat diberikan asal ibu
dipastikan tidak hamil
4) Bila asca persalinan > 6 bulan, menyusui dan telah mendapat
haid, maka suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1
dan 7
5) Bila pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui, tidak boleh diberi
suntikkan kombinasi
6) Bila pasca persalinan 3 minggu, serta tidak menyusui, suntikan
kombinasi dapat diberikan
7) Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan
atau dalam waktu 7 hari
8) Bila ibu sedang menggunakan metoda kontrasepsi hormonal,
dan ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, asal saja
ibi tersebit menggunakan kontrasepsi sebelumnya dengan benar,
maka suntikkan kombinasi dapat diberikan sesuai jadwal
kontrasepsi sebelumnya dan tidak diperlukan kontrasepsi
lainnya

39
9) Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi, asal saj diyakini ibu
tidak hail maka suntikan pertama dapat segera diberikan tanpa
perlu menunggu datanya haid. Bila diberika pada hari 1-7 siklus
haid, tidak diperlukan metoda kontrasepsi lain. Bila sebelumnya
menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya dengan suntikan
kombinasi, maka suntikan pertama diberikan pada hari 1-7
siklus haid dan AKDR segera dicabut.

(Pinem, Sahora : 2009)

g. Cara penggunaan suntikan kombinasi


Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan
intramuscular dalam. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih
awal dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan, tetapi dapat
juga diberikan setiap 7 hari jadwal yang telah ditentukan, asal saja
dapat dipastikan ibu tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan
senggama selama 7 hari atau menggunakan metoda kontrasepsi lain
untuk 7 hari saja. (Pinem, Sahora : 2009)

h. Efek samping yang paling sering dan penanganannya.


1) Amenore; penanganannya bila tidak terjadi kehamilan, tidak
perlu diberikan pengobatan khusus. Bila tidak datangnya haid
masih dianggap sebagai masalah, anjurkan klien untuk datang
lagi ke klinik. Bila terjadi kehamilan, rujuk klien dan hentikan
suntikan. Jelaskan kepada klien bahwa hormone progestin dan
estrogen sedikit sekali pengaruhnya terhadap janin.
2) Mual / pusing / muntah .Penangannya: bila tidak hamil, jelaskan
bahwa keadaan ini adalah hal yang biasa dan akan hilang
dengan sendirinya dalam waktu dekat. Bila ibu hamil, ibu perlu
dirujuk.
3) Pertahankan / perdarahan bercak (spotting). Penangannnya; bila
ibu tidak hamil, cari penyebab perdarahan yang lain. Jelaskan

40
kepada klien bahwa terjadinya perdarahan merupakan hal yang
biasa, tetapi bila perdarahan terus berlanjut dan membuat ibu
cemas, maka perlu diganti dengan metoda kontrasepsi lain. Bila
ibu hamil, ibu dirujuk. (Pinem, Sahora : 2009)

i. Intruksi Untuk Klien:


1) Ibu harus datang kembali ke klinik / dokter setiap 4 minggu
untuk mendapatkan suntian
2) Bila tidak mendapat haid lebih dari 2 bulan, klien harus kembali
ke klinik / dokter untuk memastikan apakah ibu hamil atau
tidak.
3) Jelaskan efek samping yang paling sering terjadi pada suntikan
kombinasi dan apa yang harus dilakukan klien bila hal tersebut.
Keluhan mual, sakit kepala, atau nyeri payudara, serta
perdarahan (sering ditemukan) biasanya akan hilang pada
suntikan ke-2/ ke-3.
4) Jelaskan bahwa bila ibu sedang menggunakan obat epilepsy atau
obat tuberculosis, obat-obat tersebut dapat mengganggu
efektifitas suntikan kombinasi yang sedang digunakan. (Pinem,
Sahora : 2009)

j. Tanda – tanda yang harus diwaspadai pengguna suntikan


kombinasi;
1) Nyeri dada hebat atau nafas pendek, kemungkinan adanya darah
di paru, atau serangan jantung
2) Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan, kemungkinan
terjadi stroke, atau migraine
3) Nyeri tungkai hebat, kemungkinan telah terjadi sumbatan
pembuluh darah pada tungkai
4) Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum
suntikan berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan.
Bila keluhan-keluhan seperti tersebut diatas timbul, maka klien harus
segera di rujuk ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat. Bagi

41
klien yang ingin menggunakan suntikan kombinasi, sebelumnya harus
mendaatkan pemeriksaan yang cermat dari dokter/ petugas pelayanan
untuk memastikan apakah terdapat kontraindikasi penggunaan suntikan
kombinasi tersebut. (Pinem, Sahora : 2009)

3. Subkutis/ implant

Definisi Kontrasepsi Implant

Implan adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk
yang terbuat dari sejenis karet silestik yang berisi hormon, dipasang pada
lengan atas. (Sri handayani, 2010)
Implan adalah metode kontasepsi hormonalyang efektif,
tidakpermanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara 3-5
tahun. (Biran Afandi, 2011)
Kontrasepsi implan ( subdermal ) atau alat kontrasepsi bawah
kulit (AKBP) adalah kontrasepsi yang di insersikan tepat di bawah kulit,
di lakukan pada bagian lengan atas atau di bawah siku melalui insisi
tunggal dalam bentuk kipas.

(Pinem, 2009:282)

Macam-macam Kontrasepsi Implant

1. Norplan,terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang


3,4 cm, diameter 2,4 mm, yang di isi dengan 36 mg levonolgestrel
dengan lama kerja 5 tahun.

Gb. Norplan

42
2. Implanon, terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira
40 mm. Diameter 2 mm, di isi dengan 68 mg 3 keto desogestrel
dengan lama kerja 3 tahun.

Gb. Implanon
3. Jadena dan Indoplant, terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg,
lenovorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. (pinem, sahora.2009.hal
282)

Gb. Jadena atau Indoplant

Cara Kerja Kontrasepsi Implant


1. Mengentalkan lendir selviks sehingga menghambat pergerakan
spermatozoa
2. Mencegah ovulasi
3. Menghambat perkembangan siklis dari endometrium
(pinem, sahora.2009.hal 282)

Keuntungan Kontrasepsi Implant


1. Daya guna tinggi ( kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan ).
2. Memberi perlindungan jangka panjang ( 5tahun)
3. Tingkat kesuburan cepat kembali setelah implant di cabut.
4. Tidak perlu di lakukan periksa dalam

43
5. Tidak mengganggu kegiatan senggama dan juga tidak mengganggu
produksi ASI
6. Bebas dari pengaruh estrogen. Klien hanya perlu kembali keklinik bila
ada keluhan
7. Dapat di cabut setiap saat jika menurut kebutuhan
(pinem, sahora.2009.hal 282)

Kerugian Kontrasepsi Implant

Konje dkk. (1992) melaporkan bahwa setelah pemakaian 6 bulan, kadar


glukosa dan insulin mengalami perubahan bahkan pada wanita
nondiabetik. Mereka bmenyatkan bahwa perubahan ini tidak bermakna
pada wanita normal, tetapi mungkin mengkhawatirkan pada orang yang
berpotensi untuk diabetes.

Karena memerlukan tindakan bedah ringan, terdapat juga masalah


yang berkaitan dengan infeksi lokal.apabila kapsul tidak dimasukkan
sesuai petunjuk , pengeluaran akan menjadi lebih sulit. Akhirnya, perlu di
ingat bahwa barbiturat, karbamazepin, femitoin, rifampin mengurangi
efektifitas kontraseptif norplan. (cuningham, f, gary.dkk.2005)

Menurut Sri Handayani 2010, kekurangan dari implant antara lain :

a. Susuk KB atau implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas


kesehatan yang terlatih.
b. Lebih mahal
c. Sering timbul perubahan pola haid
d. Akseptor tidak dapat meghentikan implant sekehendaknya sendiri.
e. Beberapa orang wanita mungkin segang untuk menggunakanya
karena kurang mengenalnya.

Indikasi Kontrasepsi Implant

Norplan merupakan pilihan kontrasepsi yang tepat bagi wanita dengan


kondisi di bawah ini :

44
1. Wanita yang sedang dalam masa menyusui (setelah 6 minggu setelah
masa nifas).
2. Wanita yang mengalami efek samping yang tidak di inginkan akibat
penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung
esterogen.
3. Wanita yang mengalami kesulitan mengingat jadwal meminum pil
atau enggan melakukan manipulasi yang diperlukan pada metode
sawar.
4. Wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang (misalnya
wanita yang masa suburnya telah berakhir, tetapi tidak menginginkan
sterilisasi ).
5. Wanita yang ingin mengatur jarak kehamilanya. (Helen Varney, 2003)
Kontraindikasi Kontrasepsi Implant

Kontraindikasi Mutlak meurut Helen 2003 adalah :

1. Kehamilan ( diketahui atau dicurigai)


2. Perdarahan genetalia abnormal yang tidak diketahui penyebabnya
3. Tromboflebitis aktif atau gangguan tromboembolisme
4. Penyakit hati akut, tumor hati benigna atau maligna
5. Kanker payudara yang diketahui atau dicurigai

Sedangkan kontraindikasi menurut Everret 2007, dibagi menjadi 2, yaitu

a. Kontraindikasi Mutlak :
1. Kehamilan
2. Perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis
3. Alergi terhadap komponen implan
4. Adanya penyalit hati yang berat
5. Tumor yang bergantung pada progesteron
6. Porfiria akut
7. Riwayat penyakit tromboembolik masa lalu atau saat ini.
b. Kontraindikasi Relatif :
1. Penyakit sistemik kronis,misalnya diabetes
2. Faktor resiko penyakit arteri

45
3. Peningkatan profillipid
4. Kanker yang bergantung pada steroid seks
5. Penyakit hati aktif dan hasil fungsi hati abnormal dengan tingkat
keparahan sedang, penyakit batu ginjal.
6. Obesitas
7. Depresi
Efek Samping Kontrasepsi Implan
1. Amenorrhea
2. Pendarahan bercak (spotting) ringan
Sering ditemukan terutama pada tahun pertama penggunaan, bila
tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan
apapun. Namun bila klien mengeluhdapat diberikan :
a. Kontrasepsi oral kombinasi (30-50 µg EE) selama 1 siklus atau,
b. Ibu profen ( hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari)
Beri penjelasan bahwa setelah pil kombinasi habis akan terjadi
pendarahan.
Bila terjadi pendarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2
tablet pil kombinasi selama 3-7 hari dan dilanjutkan dengan 1 siklus
pil kombinasi.
3. Ekspulsi
Cabut capsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain
masih ditempat, dan apakah terjadi tanda-tanda infeksi di daerah
insesrsi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain berada pada tempatnya,
pasang kapsul baru 1 buah pada tempat insersiyang berbeda. Namun,
bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru
pada lengan yang lain atau ganti cara.
4. Infeksi pada daerah insersi
Bila infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air atau
antiseptic, berikan antibiotik yang sesuai untuk7 hari. Implant jangan
di lepas dan minta klien untuk kontrol 1 minggu lagi. Bila tidak
membaik, cabut implant dan pasang yang baru di lengan yang lain
atau ganti cara.

46
Bila ada abses bersihkan dengan antiseptic, insisi dan alirkan pus
keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka dan berikan antibiotik
oral selama 7 hari. (Sri Handayani, 2010)

Waktu Pemasangan Kontrasepsi Implan

1. Yang terbaik pada saat silus haid hari ke-2 sampai hari ke-7 atau
jangan melewati 5-7 hari setelah haid mulai. Tidak diperlukan
kontasepsi tambahan
2. Setiap saat (diluar siklus haid) asal dapat di pastikan ibu tidak hamil .
bila implan diinsersikan setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan
melakukan senggama atau menggunakan metode kontasepsi lain
selama 7 hari saja
3. Pasca persalinan antara 6 minggu sampai 6 bulan, menyusui, tidak
dibuthkan penggunaan kontrasepsi lain
4. Bila setelah 6 minggu persalinan trjadi haid kembali,insersi dapat
dilakukan setiap saat tetapi ibu jangan melkukan senggama selama 7
hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain selama 7 hari saja.
5. Bila ibu menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya
dengan implan, asal saja kontrasepsi terdahulu digunakan dangan
benar dan ibu dapat tidak hamil,maka insersi dapat dilakukan setiap
saat.
6. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah suntikan, implan dapat diberikan
setiap saat sesuai jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak di
perlukan kontrasepsi lain.
7. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal kecuali
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), implan dapat diinsersikan pada
saat siklus haid hari ke-7, atau menggunakan metode kontrasepsi lain
selama 7 hari saja.AKDR segera di cabut.
8. Pasca keguguran dapat segera diinsersikan.
(pinem, sahora.2009.hal 284-285)

47
Prosedur Pemasangan Kontrasepsi Implan
1. Persiapan klien
Terhadap calon akseptor dilakukan konseling dan KIE yang
selengkap mungkin mengenal norplant, sehingga calon akseptor
mengerti dan menerimanya sebagai cara kontrasepsi yang akan
dipakainya dan berikan informed consent untuk ditandatangani oleh
suami dan istri. (Sri Handayani, 2010)
2. Persiapan alat :
a. Sabun antiseptic
b. Kasa Steril dan plester
c. Cairan antiseptic (betadin)
d. Duk steril
e. Obat anastesi lokal
f. Spuit dan jarum suntik
g. Trokar no. 10
h. Sarung tangan steril
i. Satu set kapsul norplant
j. Scalpel/ Bisturi yang tajam
(Sri Handayani, 2010)

Trokar dan Kapsul


Impaln

48
49
3. Teknik pemasangan :
a. Tenaga kesehatan mencuci tangan dengan sabun
b. Daerah tempat pemasangan lengan kiri bagian atas (bagian tubuh
yang jarang bergerak) dicuci dengan sabun sterril antiseptic.
c. Klien dibaringkan terlentang di tempat tidur dan lengan kiri
diletakan pada meja kecil disamping tempat tidur klien.
d. Gunakan han scoon steril
e. Berikan betadin pada lengan kiri klien
f. Pasang duk steril pada tempat pemasangan norplant
g. Berikan anastesi kira-kira 6-10cm diatas lipatan siku
h. Buat inisisi ± 0,5 cm
i. Trocard dimasukan melalui lubang insisi sehingga sampai pada
jaringan bawah kulit.
j. Masukan kapsul ke dalam trokard dan letakan sedemikian rupa
sehingga susunannya seperti kipas. Lalu tarik tokard pelan-pelan.
k. Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak.
l. Dekatkan luka dan beri plester kemudian dibalut dengan perban
untuk mencegah perdarahan dan agar tidak terjadi hematoma.
m. Berikan HE pada klien agar luka jangan basah, selama ±3 hari
dan datang kembali jika terjadi keluhan yang menganggu. (Sri
Handayani, 2010)

50
4. Informasi yang diberikan
a. Efek kontrasepsi timbul dalam beberapa jam setelah insersi dan
berlangsung sampai 5 tahun bagi norplant dan 3 tahun bagi
implanon dan akan berakhir sesaat setelah pengangkatan
b. Sering ditemukan efek samping berupa gangguan pola haid
utamanya pada norplant, terutama 6-12 bulan pertama, beberapa
perempuan mungkin haidnya berhenti sama sekali. Perubahan
pola haid tersebut tidak membahayakan klien, efek lain berupa
sakit kepala, penambahan berat badan, nyeri payudara. Efek
samping ini tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya.
c. Norplant di cabut setelah 5 tahun dan susuk implanon di cabut
setelah 3 tahun, tetapi dapat dicabut lebih awal bila dikehendaki.
Tetapi bila norplant dicabut sebelum 5 tahun dan susuk implanon
dicabut sebelum 3 tahun, maka kemungkinan hamil sangat besar
dan meningkatkan resikao kehamilan ektopik.
d. Implan tidak melindungi klien dari penyakit menlar seksual,
termasuk HIV/AIDS. Bila pasangan memiliki resiko, perlu
menggunakan kondom bila melakukan seggema.
e. Berikan kartu kepada klien yang ditulis nam, tanggal insersi,
tempat insersi dan nama kliinik.
(pinem, sahora.2009.hal 285-286)

5. Instuksi kepada klien


a. Daerah insersi harus tetap kering dan bersih selama 48 jam
pertama pasca insersi. Tujuannya untuk mencegah infeksi pada
luka insersi.
b. Perlu disampaikan bahwa kemungkinan ada rasa nyeri,
pembengkakan, atau lebam di daerah insisi. Keadaan ini tidak
berbahaya dan tidak perlu dikhawatirkan
c. Pekerjaan rutin harian tetap dilakuakan, tetapi hindari benturan,
gesekan atau penekanan pada daerah insersi.
d. Selama 48 jam balutan penekanan jangan dibuka dan plaster
dipertahankan sampai luka sembuh ( biasanya5 hari )

51
e. Setelah luka sembuh, daerah insersi dapat disentuh dan divuci
dengan tekanan yang wajar.
f. Segera ke klinik atau hubungi dokter bila ada masalah sebagai
berikut : ada tanda tanda infeksi misalnya demam, peradangan
atau rasa sakit yang menetap selama beberapa hari, perdarahan
pervagina yang banyak, aminorea disertai nyeri pada perut bagian
bawah, rasa nyeri pada lengan, luka bekas insisi mengeluarkan
darah atau nanah, espilsi batang implan, sakit kepala hebat atau
penglihatan menjadi kabur, nyeri dada hebat, diduga hamil
sebelum menggunakan implan harus digali informasi dari klien
dan berbagai sumber untuk mendapatkan data mengenai riwayat
kesehatan, aspek sosial budaya dan agama yang dapat
mempengaruhi respon klien, serta dilakukan pemeriksaan fisik
sesuai kebutuhan untuk memastikan klien boleh/tidak boleh
menggunakan implan.
(Pinem, sahora.2009.hal 286)

Prosedur Pelepasan Kontrasepsi Implan


1. Indikasi :
a. Atas permintaan klien ( apabila menginginkan hamil lagi)
b. Timbulnya efeksamping yang sangat mengganggu dan tidakfapat
di atasidengan pengobatan biasa.
c. Sudah habis masa pakainya
d. Terjadi kehamilan
2. Teknik pencabutan implan :
Mengeluarkan implant umumnya lebih sulit daripada insersi
persoalan dapat timbulnya implan dipasang terlalu dalam atau bila
timbul jaringan fibraos disekeliling implant.
Adapun cara untuk mengeluarkan implan yang sudah terpasang pada
kulit adalah :
a. Informed concent
b. Bidan dan akseptor melakukan cuci tangan dengan
memperhatikan aseptik dan antiseptik.

52
c. Tentukan lokasi dari implant dengan jari-jari tangan dan dapat
diberita tanda.
d. Oleskan tempat yang akan dilakukan pencabutan dengan cairan
antiseptik dan pasang duk steril.
e. Suntikan anastesi lokal dibawah implan, jangan menyuntikan
anastesi di atas implan karena pembengkakan kulit dapat
menghalangi pandangan dari letak implanya.
f. Buat satu insisi 4 mm sedekat mungkin pada ujung implant, pada
daerah alas kipas.
g. Keluarkan implan pertama yang terletak paling depan ke insisi
atau terletak paling dekat ke permukaan.
h. Sampai saat ini dikenal 4 cara pencabutan implan :
1) Cara POP-OUT (Darney, Klaise dan Walker), merupakan
teknik pilihan bila memungkinkan karena tidak traumatis,
sekalipun tidak selalu mudah untuk mengerjakanya. Dorong
ujung proksimal kapsul (arah bahu) ke arah distal dengan ibu
jari sehingga mendekati lubang insisi, sementara jari telunjuk
menahan bagian tengah kapsul, sehingga ujung distal kapsul
menekan kulit.
2) Cara Satndard, jepit ujung distal kapsul dengan klem
musquito sampai kira-kira 0,5-1cm dari ujung klemnya,
masuk di bawah kulit melalui lubang inisisi. Putar pegangan
klem pada posisi 180 derajat disekitar sumbu utamanya
mengarah ke bahu akseptor. Bersihkan jaringan yang
menempel di sekeliling kapsul dengan skalpel atau kasa steril
sampai kapsul terlihat dengan jelas. Tangkap ujung kapsul
yang sudah terlihat dengan klem orile, lepaskan klem
mosquito dan keluarkan kapsul dengan klem crile.
3) Cara “U”, teknik ini dikembangkan oleh dr.Untung
Prawiroharjo dari Semarang dibuat insisi memanjang selebar
4 mm kira-kira 5 mm proksimal dari ujung distal kapsul di
antara kapsul ke 3 dan ke 4. Kapsul yang akan dicabut
difiksasi dengan meletakan jari telunjuk tangan kiri sejajar

53
disamping kapsul. Kapsul dipegang dengan klem (norplant
holding forceps) kurang lebih 5mm dari ujung distalnya.
Kemudian klem diputar ke arah pangkal lengan atas / bahu
akseptor sehingga kapsul terlihat di bawah lubang insisi dan
dapat dibersihkan dari jaringan-jaringan yang
menyelubunginya dengan memakai skalpel untuk seterusnya
untuk dicabut keluar.
4) Cara Tusuk “Ma” dikembangkan oleh dr. IBG Manuaba dari
Denpasar memakai alat bantu kawat atau jari roda sepedah,
satu ujung dilengkungan sepanjang 0,5-0,75cm dengn
sudutnya 90 derajat dan diperkecil serta diruncingkan ,
sedangkan ujung yang lain dilengkungkan dalam satu bidang
dengan lengkungan runcing tadi dan dipkai untuk pegangan
operator setelah kapsul dijepit dengan pinset atau klem arteri,
jaringan ikat dengan pisau sampai kapsul tampak putih.
Kemudian alat tusuk Ma ditusukan pada kapsul serta terus
diikat keluar. Berikan anastesi lagi biladiperlukan, untuk
mengeluarkan implan yang lain.
i. Tutup dan bungkus luka insisi seperti pada saat insersi bila
akseptor ingin dipasang implan yang lain. Upaya pencabutan ke 6
kapsul norplant dibatasi sampai waktu 45 menit. Bila waktu
tersebut tidak semua kapsul berhasil dikeluarkan, maka prosedur
pencabutan dihentikan dan upaya pencabutan kembali sisa kapsul
yang masih tertinggl diulangi kra-kira 3-4 miggu kemudian. Hal
ini untuk mengurangi terjadinya infeksi dan rasa nyeri.
Disamping itu mencabut sisa kapsul norplant akan lebih mudah
bila lengan akseptor telah sembuh dari trauma jaringan upaya
pencabutan yang lalu. Setelah selesai dengan pencabutak ke 6
kapsul norplant rendam setelah alat-alat yang sudah dipakai
kedalam cairan 0,5% untuk dekontaminasi alat-alat. (Sri
Handayani, 2010)

54
4. Intra Uteri Device (IUD/ AKDR)

c. Metode Operasi
1. Tubektomi (Metode Operasi Wanita - MOW)
2. Vasektomi (Metode Operasi Pria - MOP)
(Sulistyawati, 2011)

13. CIRI- CIRI KONTRASEPSI YANG DIPERLUKAN


Untuk dapat mewujudkan pelaksanaan pola pelaksanaan keluarga tersebut
diatas dengan baik maka diperlukan penggunaan kontrasepsi yang rasional
( menurut ilmu kesehatan ) yang sifat-sifatnya sesuai dengan ciri-ciri setiap masa (
periode ) perencanaan keluarga tersebut.
Ciri-ciri kontrasepsi, yaitu :
1. MENUNDA KEHAMILAN
Fase untuk menunda kehamilan :
a) Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan
saat istrinya belum mencapai usia 20 tahun
b) Pada fase ini, kontrasepsi yang diperlukan adalah kontrasepsi dengan
pulihnya kesuburan tinggi, yaitu kembalinya kesuburan hingga 100%.
Hal ini penting karena pada fase ini, pasangan belum mempunyai anak.
c) Dibutuhkan efektifitas yang tinggi, contoh : PIL KB, IUD, IMPLAN,
SUNTIKAN, dan cara sederhana seperti KONDOM, KOITUS
INTERUPTUS, KB ALAMI, DIAFRAGMA, KONTRASEPSI
KIMIAWI
2. MENGATUR / MENJARANGKAN KEHAMILAN
Fasa mengatut / menjarangkan kehamilan : pada usia 20-35 tahun:
a) Kriteria kontrasepsi yang diperlukan :
 Efektivitas tinggi
Efektivitas jenis kontrasepsi sangat penting dipelajari untuk
membantu klien dalam menentukan pilihan sesuai kondisi dirinya.
Dalam hubungan pilihan kontrasepsi, klien perlu diberi informasi:

55
1. efektivitas rlatif dari berbagai metode kontrasepsi yang
tersedia.
2. Efek negative kehamilan yang tidak diinginkan pada kesehatan
dan resiko kesehatan potensial pada kehamilan dengan kondisi
medis tertentu

Tingkat efektivitas metode kontrasepsi sesuai dengan jenisnya.

Tingkat Efektivitas Metode Kontrasepsi


Sangat efektif Implan,Vasektomi, Suntikan Kombinasi,
Suntikan DMPA/NET-EN, Tubektomi,
AKDR Cut-380A, Pil Progesteron (Laktasi)
Efektivitas dalam pemakaian biasa Metode amenore laktasi
sangat efektif nbila dipakai secara tepat Pil kontrasepsi kombinasi
dan konsisten Pil progesterone (bukan masa laktasi)
Efektif bila dipakai secara tepat dan Kondom pria
konsisten/ terus menerus Senggama terputus
Diafragma + spermisida
KB alamiah
Kondom perempuan
Spermisida
Tidak efektif Tanpa KB

Dikutip dari WHO, 2004 (Gambar tingkat efektivitas kontrasepsi) dalam (Sri
Rahayu, 2015)

 Reversible tinggi karena pasangan masih mengharapkan anak


kembali.
 Dapat digunakan 3-4 tahun sesuai jarak yang direncanakan
 Tidak menghambat produksi asi untuk anak sebelumnya.

56
 Pilihan kontrasepsi yang dapat digunakam, antara lain : iud, kb
suntik, pil mini, pil kb, dan implan.

3. MENGHENTIKAN / MENGAKHIRI KEHAMILAN


Fase menghentikan masa kesuburan : pada usia > 35 tahun
a) Sebaiknya keluarga minimal sudah memiliki 2 anak dan usia istri > 30
tahun, yang secara medis lebih baik untuk tidak mngalami kehamilan
kembali.
b) Diharuskan kesepakatan yang bulat antara pasangan suami dan istri
sebelum menentukan pilihan terhadap keputusan akan tindakan
kontrasepsi yang akan digunakan. Sebaiknya seluruh tindakanyang
diputuskan hrus sudah diketahui resikonya secara menyeluruh oleh sang
pasien.
c) Tindakan yang dapat dilakukan : STERILISASI ( vasektomi atau
tubektomi ), IUD, IMPLAN, SUNTIK KB, dan PIL KB.

14. PENAPISAN KB ( Sri Rahayu, 2015 )


Upaya untuk melakukan telaah dan kajian tentang kondisi kesehatan klien
dengan kesesuaian penggunaan metode kontrasepsi yang diinginkan.
- Tujuan sesi
a. Mengetahui mekanisme kerja alat kontrasepsi dan pengaruhnya terhadap
fungsi normal tubuh
b. Menyelaraskan metode yang diinginkan dengan kondisi kesehatan klien.
c. Menentuka kondisi kesehatan klien yang paling memungkinkan untuk satu
metode terpilih atau berbagai alternatif yang ada
- Tujuan penapisan klien
a. Apakah ada masalah medik, kondisi biologik sebagai penyulit teknis, tidak
terpenuhinya syarat teknis- medik yng dapat menghalangi penggunaan
metode KB tertentu.
b. Apakah perlu dilakukan penilaian/pengelolahan lanjut terhadap masalah
medik yang ditemukan agar penggunaan kontrasepsi memungkinkan.
- Perencanaan keluarga dan penapisan klien

57
a. Seorang perempuan telah dapat melahirkan, segera setelah ia mendapat haid
yang pertama ( menarche )
b. Kesuburan seorang perempuan akan terus berlangsung sampai berhentinya
haid ( menoupuse )
c. Kehamilan dan kelahiran terbaik, artinya resiko rendah untuk ibu dan anak
adalah 20-35 tahun.
d. Persalinan pertama dan kedua paling rendah resikonya
e. Jarak antara 2 kelahiran sebaiknya 2-4 tahun.

- Penapisan klien
Tujuan utama penaisan klien sebelum pemberian suatu kontraseps adalah
untuk menentukan apakah ada :
a. Kehamilan
b. Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus
c. Masalah ( misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi ) yang membutuhkan
pengamatan dan pengelolahan lebih lanjut.
Untuk mempermudah dalam melakukan penapisan dapat menggunakan
table dibawah ini..

Tabel: Daftar Tilik Penapisan Klien, Metode Nonoperatif

Metode hormonal (pil kombinasi, pil progestin, suntikan dan


Ya Tidak
susuk

Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih ?

Apakah menyusui dan < 6 minggu pasca persalinan (1,2)

Apakah mengalami perdarahan pervaginan bercak antara haid


setelah senggama

Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata ?

Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual?

Apakah pernah nyeri hebat pda betis, paha atau dada, atau tungkai
bengkak ( edema )?

Apakah pernah mengalami tekanan darah > 160 mmhg ( sistolik ),


90 mmhg ( diastolik )?

58
Apakah ada massa atau benjolan payudara?

Apakah klien sedang mengkonsumsi obat-obatan anti


kejang/epilepsi (3)

AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin )

Apakah klien (pasangan) mempunyai pasangan lain?

Apakah pernah mengalami IMS ?

Apakah pernah mengalami kehamilan ektopik atau radang panggul ?

Apakah pernah mengalami haid banyak ( >1-2 pembalut setiap 4


jam)?

Apakah pernah mengalami haid lama ( > 8 hari )?

Apakah pernah mengalami disminorea berat yang membutuhkan


analgetikadan atau istirahat baring ?

Apakah pernah mengalami perdarahan/ perdarahan berck antara


haid atau setelah senggama ?

Apakah pernah mengalami penyakit jantung vaskular atau kongital

1. Apakah klien menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan muda pil
kombinasi adalah metode pilihan akhir
2. Tidak cocok untuk pil progestin (mini pil), suntikan (DMPA atau NET-ET) atau
susuk
3. Tidak cocok untuk suntikan progestin ( DMPA atau NET-ET)

- Bagaimana meyakini klien tidak dalam keadaan hamil, yaitu apabila :


a) Tidak senggama sejak haid terakhir
b) Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar
c) Sekarang didalam 7 hari pertama haid terakhir
d) Didalam 4 minggu pasca persalinan
e) Dalam 7 pasca keguguran
f) Menyusui dan tidak haid ( MAL )

59
Pemeriksaan fisik jarang dibutuhkan, kecuali untuk menyingkirkan kehamilan
yang lebih dari 6-8 minggu.

- Laboratorium
Uji kehamilan yang biasa tidak selalu menolong, kecuali tersedia uji
kehamilan yang lebih sensitif. Jika tidak tersedia tes kehamilan yang sensitif, klien
dianjurkan memakai kontrasepsi barier sampai haid berikutnya.

Selain itu, dahulu tenaga kesehatan cenderung menggunakan syarat pemakaian


metode kontrasepsi secara berlebihan secara berlebihan sehingga mempengaruhi
pemilihan metode kontrasepsi dari klien. Akibatnya, banyak prmintaan
pemeriksaan laboratorium yang sebenarnya tidak diperlukan ( misalnya
pemeriksaan kolerterol, fungsi hati, glukosa atau pap smear ).
Walaupun permintaan menjadi klien keluarga berencana meningkat,
kemampuan pelayanan terbatas karena tidak tersedianya laboratorium untuk
pemeriksaan yang diminta. Keadaan ini merupakan hambatan terhadap pemilihan
kontrasepsi dan pelaksanaan pelayanan. Karena itu agar klien dapat memperoleh
cara kontrasepsi yang terbaik sesuai dengan pemilihan, penilaian calon klien harus
dibatasi padaprosedur yang diperlukan untuk semua klien pada setiap tautan.
Jika semua keadaan diatas adalah ( tidak / negatif ) dn tidak dicurigai adanya
kehamilan, maka dapat diteruskan dengan konseling metode khusus. Bila respon
banyak yank ( ya / positif ), berarti klien perlu dievaluasi sebelum keputusan akhir
dibuat.
Catatan :
Klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang kondisi diatas.
Namun, petugas kesehatan harus mengetahui bagaimana keadaan klien sebenarnya.
Bila diperlukam, petugas dapat mengulangi pertanyaan dengan cara yang berbeda.
Juga perlu diperhatikan masalah sosial, budaya atau agama yang mungkin
berpengaruh terhadap respon klien tersebut (dan pasangannya )

Alasan untuk tidak melakukan pemeriksaan dalam atau (laboratorium)


kecuali untuk AKDR dan konrasepsi mantap, pada umumnya tidak diperlukan
pemeriksaan dalam atau laboratorium karena:
a. Sebagai besar klien berusia diantara 16-35 tahun dan sehat

60
b. Insidensi keganasan atau tumor genetalia jarang terjadi pada golongan usia
diatas
c. Kandungan hormon pada alat kontrasepsi masa kini, berkualitas baik dan efektif
pada dosis rendah sehingga jarang menimbulkan efek samping atau komplikasi
serius.

- Klien tidak hamil apabila :


a. Tidak senggama sejak haid terakhir
b. Sedang menggunakan alat kontrasepsi efektif secara baik dan benar
c. Dalam 7 hari pertama haid terakhir
d. Dalam 4 minggu pasca persalinan
e. Dalam 7 hari pasca keguguran.
f. Memberi ASI eksklusif dan belum haid

- Bagaimana bila klien mungkin hamil :


a. Pemeriksaan bimanual hanya dapat mendeteksi kehamilan diatas 6 minggu
b. Uji kehamilan tidak selalu memberikan kepastian kecuali bila menggunakan
jenis yang sangat sensitif
c. Jika tersedia uji kehamilan, anjurkan memakai kondom hingga haid berikut
atau observasi kepastian hamil.

Penapisan Untuk Semua Metode

KBA, Kontap
Barier/ Hormonal (KOK,
MLA, atau (pria
Penelitian spermisi KIK, PP, KIP AKDR
koitus dan
da atau implant)
interuptus wanita)
Riwayat kes-repro Ya Ya Ya ya Ya
Riwayat Tidak Tidak Tidak tidak Tidak
ISR/PMS
Pemeriksaan fisik
Wanita :
Kondisi umum Tidak Tidak Tidak (b) Tidak Ya
(b)
Abdominal Tidak Tidak Tidak (b) ya Ya

61
Inspekulo Tidak Tidak Tidak (b,c) ya Ya
Bimanual Tidak Ya (a) Tidak (c) Ya Ya
Pria :
Lipat paha Tidak Tidak - - Ya
Penis Tidak Tidak Ya
Testis& skrotum Tidak Tidak Ya

Keterangan :

(a) : Perlu pertimbangkan diafragma


(b) : Bila hasil tilik semua negatif, tidak perlu pemeriksaan lanjut
(c) : Hanya perlu bila ada dugaan hamil dan uji kehamilan tak tersedia

- Untuk AKDR
a. Riwayat hubungan seksual selain dengan pasangannya
b. PMS / STI lainnya pada 3 bulan kebelakang
c. Infeksi pelvik atau KET ( dalam 3 bulan terakhir )
d. Menometroragia
e. Haid berkepanjangan (> 8 hari )
f. Disminore berat ( perlu analgesik atau istirahat )
g. Metroragia atau pendarahan bercak setelah menggunakan kontrasepsi
h. Penyakit katup jantung simptomatik

Maka apabila terdapat tanda – tanda seperti di atas klien tidak dapat
menggunakan AKDR yang mengandung progestin.

- Penapisan klien KB suntik dan Pil

Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian metode suntik danpil adalah
untuk menentukan :

1. Adanya keadaan yang membutuhkan perhatian khusus


2. Danya masalah yang membutuhkan perhatian khusus

62
Daftar Tilik Penapisan Klien Suntik Dan Pil

No Keadaan klien Ya Tidak


1. Hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih
2. Menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca persalinan
(1,2)
3. Perdarahan/ perdarahan bercak antara haid setelah
senggama
4. Ikterus pada kulit atau mata
5. Nyeri kepala hebat / gangguan visual
6. Nyeri hebat pada betis, paha, dada, atau tungkak
bengkak ( edema )
7. Tekanan darah diatas 150 mmHg (sistol) atau 90 mmHg
(dastolik)
8. Massa atau benjolan pada payudara
9. Sedang minum ( mengkonsumsi ) obat-obatan anti
kejang / epilepsi (3)

Keterangan :
(1) : Apabila klien menyusui dari 6 minggu pasca persalinan maka pil kombinasi
adalah metode pilihan terakhit
(2) : Tidak cocok untuk pil progestin (mini pil), suntikan ( DPNA atau NET-ET)
(3) : Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET-ET).

Jika semua jawaban diatas adalah ( TIDAK ) dan tidak dicurigai adanya
kehamilan dapat diteruskan dengan konseling khusus. Bila respon banyak yang (ya)
berarti klien perlu dievaluasi sebelum keputusan akhir dibuat.

63
Catatan : klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang kondisi
diatas. Namun, petugas harus mengetahui bagaimana keadaan klien sebenarnya. Bila
diperlukan petugas dapat mengulang pertanyaan dengan cara yang berbeda. Juga perlu
diperhitungkan masalah sosial, budaya, atau agama yang mungkin berpengaruh
terhadap espon klien tersebut dan pasangannya)

Bagaimana meyakini klien tidak dalam keadaan hamil, yaitu apabila :


a) Tidak senggama sejak haid terakhir
b) Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar
c) Sekarang didalam 7 hari pertama haid terakhir
d) Didalam 4 minggu pasca persalinan
e) Dalam 7 pasca keguguran
f) Menyusui dan tidak haid ( MAL )

Daftar Penapisan Klien Metode Operasi ( Tubektomi )

No Keadaan klien Dapat dilakukan pada Dilakukan difasilitas


fasilitas rawat jalan rujukan
1 Keadaan umum Keadaan umum baik,tidak ada Diabetes tidak terkontrol
(anamnesa dan tanda-tanda penyakit riwayat gangguan
pemeriksaan jantung,paru atau ginjal pembekuan darah, ada
fisik) tanda-tanda penyakit
jantung, paru atau ginjal
2 Keadaan Tenang Cemas, takut
emosional
3 Tekanan darah < 160/100 mmHg 160/100 mmHg
4 Berat badan 35-85 kg > 85 kg ; > 35 kg
5 Riwayat operasi Bekas secsio sesarea ( tanpa Operasi abdomen
abdomen/ pelekatan ) lainnya, perlekatan atau
panggul terdapat kelainan pada
pemeriksaan panggul
6 Riwayat radang Pemeriksaan dalam normal Pemeriksaan dalam ada
panggul, hamil kelainan
ektopik,

64
apendisitis
7 Anemia Hb 8g% Hb <8 g%

Daftar Tilik Penapisan Klien, Metode Operasi ( Vasektomi )

Keadaan klien Dapat dilakukan pada Dilakukan di fasilitas


fasilitas rawat jalan rujukan

Keadaan umum Keadaan umum baik, tidak Diabetes tidak terkontrol,


( anamnesis dan ada tanda-tanda penyakit riwayat gangguan
pemeriksaan fisik ) jantung, paru, atau ginjal pembekuan darah, ada
tanda-tanda penyakit
jantung, patu atau ginjal

Keadaan emosional Tenang Cemas, takut

Tekanan darah <160/100 mmHg 160/100 mmHg

Infeksi atau kelainan Normal Tanda-tanda infeksi atau


skrotum/inguinal ada kelainan

Anemia Hb 8 g% Hb < 8 g %

- Bagaimana meyakini bahwa klien tidak hamil


Klien tidak hamil apabila :
1. Tidak senggama sejak haid terakhir
2. Sedang memakai metode efektif secara baik dan benar
3. Sekarang didalam 7 hari pertama haid terakhir
4. Dalam 7 hari pasca persalinan
5. Dalam 7 hari psca keguguran
6. Menyusui dan tidak haid ( lihat bawah )
Pemeriksaan fisik jarang dibutuhkan, kecuali untuk menyingkirkan
kehamilan yang lebih dari 6-8 minggu.
- Laboratorium

65
Uji kehamilan yang biasa tidak selalu menolong, kecuali tersedia uji
kehamilan yang lebih sensitif. Jika tidak tersedia tes kehamilan yang sensitif,
klien dianjurkan memakai kontrasepsi barier sampai haid berikutnya.

- Amenorea laktasi sebagai andalan cara kontrasepsi


Metode amenorea laktasi ( MAL ) sangat efektif mencegah kehamilan
( pencegahan 98% jika dilaksanakan secara benar pada 6 bulan pertama
pascapersalinan; ekslusif ASI ( lebih dari 8x sehari ) ; pencegahan 93% jika
dilaksanakan sampai 12 bulan pascapersalinan ).
Pada perpanjangan masa menyusui petugas kesehatan dapat meyakinkan
bahwa wanita tersebut tidak akan hamil bila sampai 6 bulan pascapersalinan
melaksanakan MAL dengan baik.
Untuk klien yang akan memakai kontrasepsi jangka panjang (suntikan,
orpkant atau AKDR) dan sudah lebih 6 bulan pascapersalinan disarankan untuk
dilakukan pemeriksaan dalam guna menyingkirkan kehamilan.

66
Prosedur Penapisan Klien

Metode hormonal
KBA
Metode (pil kombinasi, pil Kontap
Prosedur atau AKDR
barier progestin/ wanita
MAL
suntik/implan )

Penapisan tidak Tidak Ya (lihat daftar) Ya (lihat Ya


reproduksi *1 daftar) (lihat
daftar)
*2

Seleksi ISR/IMS tidak Tidak Tidak Ya Ya


resiko tinggi

Pemeriksaan tidak Tidak Tidak *3 Ya -

Wanita umum - - Tidak - Ya

Abdomen - - Tidak ya Ya

Pemeriksaan - Tidak Tidak ya Ya


spekulum

Pemeriksaan - Ya Tidak ya Ya
dalam

Pria (lipat paha, - Tidak - - Ya


penis, testis
skrotum)

1. Metode hormonal
2. Oklusi tba dan vasektomi

67
3. Bila ceklis penapisan benar semua (tidak) pemeriksaan tidak diperlukan

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Keluarga berencana adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran
serta masyarakat melalui pendewasaan perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.
Tujuan umum KB adalah membentuk keluaga kecil sesuai dengan kekuatan
sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya baik secara jasmani maupun secara rohani termasuk di dalamnya pola
hidup yang sesuai dengan standar kehidupan keluarga yang layak.

Sasaran utama kinerja program KB adalah sebagai berikut:


4. Menurunnya PUS yang ingin melaksanakan KB namun pelayanan KB tidak
terlayani (unmeet need) menjadi sekitar 6,5%.
5. Meningkatnya partisipasi suami dalam melaksanakan KB menjadi sekitar 8%.
6. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi 2,4% per perempuan.

3.2 SARAN

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.


Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah
ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

68
69
DAFTAR PUSTAKA

Arum, Dyah Novianti Setya, Sujiayantini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB


Terkini. Yogyakarta: Nuha Medika

Bobak, J. 2004. Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC

Ida, Ayu Sri Kusuma, Dewi Suryasaputra Manuaba. 2011. Buku Ajar Kesehatan
Reproduksi.Jakarta EGC

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi
2. Jakarta: YBP-SP

Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Salemba


Medika

Suratun, dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencan dan Pelayanan Kontraspsi.


Jakarta: Trans Info Media

Rahayu, Sri. 2015. Modul Kesehatan Reproduksi & KB. Jakarta: Australian AID

Anda mungkin juga menyukai