Anda di halaman 1dari 6

Contoh Kasus Kegawatdaruratan

Pada tanggal 24 oktober 2020 jam 20.00 WIB telah terjadi kecelakaan lalu lintas di jalan raya
Baypass Mojokerto diketahui seorang pengendara sepedah montor laki-laki kira-kira berusia 40 tahun
saat sebelum mengalami kecelakaan, pengendara tersebut berusaha menyalip truk tronton. Namun
kendaraan tersebut hilang kendali kemudian menabrak trotoar jalan dan terjatuh dengan posisi
tengkurap ke kanan.  Kemudian tungkainya yang sebelah kanan terkena aspal jalan sebab itu sebagai
tumpuan tungkai kananya dan kepalanya terbentur aspal saat jatuh korban tidak sadarkan diri. 5
menit kemudian datang ambulance beserta tim dari rumah sakit datang. Diketahui si korban bernama
Tn.A mengalami patah tulang pada tungkai kanan dan cidera di tulang servikal.

Saat dilakukan pengkajian terdapat TD : 130/80 N: 120x/menit S: 37,8 °C RR: 24x/menit


cidera pada servikal dan adanya Fraktur tibia 1/3 proksimal dextra. Perawat melakukan tindakan
pemasangan bidai dan memasang collar brace.

Masalah keperawatan yang muncul :

1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakan neuromuskuler dan


musculoskeletal

Intervensi keperawatan :

 Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan masalah
hambatan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a. Kemampuan mobilitas pasien meningkat.
b. Pasien menjadi tidak takut untuk bergerak.
c. Pasien mampu beraktivitas secara bertahap.
d. Pasien mampu menggunakan alat bantu gerak.
e. Pertahankan tirah baring dan melatih tangan serta ekstremitas sakit dengan lembut.
f. Atur posisi elevasi tungkai.
 Intervensi :
a. Latih dan bantu ROM(Range Of Motion) pasif dan aktif.
b. Bantu dan dorong pasien untuk melakukan aktivitas perawatan secara bertahap.
c. Beri bantuan dalam menggunakan alat gerak.
d. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk melatih pasien.
e. Meminimalkan nyeri dan mencegah salah posisi.
 Rasional :

a. Posisi elevasi mengurangi edema.

b. Meningkatkan kekuatan otot.

c. Meningkatkan kekuatan otot.

d. Mobilisasi menurunkan komplikasi.

e. Melatih otot dan sendi-sendi agar tidak mengalami kontraktur dan komplikasi.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN BIDAI

 Pengertian Pemasangan Bidai


 Pemasangan bidai adalah memasang alat untuk immobilisasi yang berfungsi untuk
mempertahankan kedudukan tulang.

 Tujuan Pemasangan Bidai


 Mencegah pergerakan tulang yang patah.
 Mencegah bertambahnya perlukaan pada patah tulang.
 Mengurangi rasa sakit.
 Mengistirahatkan daerah patah tulang.

 Indikasi Pemasangan Bidai


 Patah tulang terbuka atau open fraktur.
 Patah tulang tertutup atau close fraktur.

 Persiapan
-Alat
a.Alat pelindung diri
1.Masker.
2.Handscoen.
3.Bidai dengan ukuran sesuai kebutuhan.
4.Verband atau mitella.

-Pasien
1.Diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
2.Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan.

-Lingkungan.
-Petugas
1.Lebih dari satu orang.

 Cara Kerja atau Pelaksanaan Pemasangan Bidai


Memberitahukan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
Petugas menggunakan masker dan handscoen sebagai alat pelindung diri.
Jumlah dan ukuran bidai yanng dipakai disesuaikan dengan lokasi patah tulang.
Jika terjadi perdarahan, hentikan dulu perdarahan dengan menekan dan mengikat bagian
yang luka dengan kain bersih.
Posisikan tubuh pasien yang akan dipasang spalk pada posisi anatomi.
Ukur bidai pada 2 sendi.
Pasang penyanggah tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin parah baik
menggunakan spalk/bidai, tongkat, kayu, dll yang ringan dan kuat dibalut tapi tidak
membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah atau terluka.
Jangan membalut terlalu kuat atau terlalu longgar.
Mencatat dalam catatan perawat.

 Hal-hal yang perlu Diperhatikan pada Pemasangan Bidai


 Respons atau keluhan pasien.
 Observasi tekanan darah, nadi dan pernafasan.
 Pengikatan tidak boleh terlalu kencang atau terlalu longgar.
 Observasi vaskularisasi darah distal.
SOP Pemasangan Neck Collar

 Pemasangan Neck Collar

a.Pengertian

Adalah memasang alat neck collar untuk immobilisasi leher (mempertahankan tulang servikal)

b .Tujuan

1.      Mencegah pergerakan tulang serviks yang patah

2.      Mencegah bertambahnya kerusakan tulang serviks dan spinal cord

3.      Mengurangi rasa sakit

c.       Indikasi

1.      Pasien cedera kepala disertai dengan penurunan kesadaran

2.      Adanya jejas daerah klavikula ke arah cranial

3.      Biomekanika trauma yang mendukung

4.      Patah tulang leher

d.      Persiapan

-          Alat

1.      Neck collar sesuai ukuran

2.      Handscoen

-          Pasien

1.      Informed consent

2.      Berikan penjelasan tentagn tindakan yang akan dilakukan

3.      Posisi pasien terlentang dengan posisi leher segaris / anatomi

-          Petugas

2 orang
e.       Pelaksanaan

1.      Petugas menggunakan masker, handscoen

2.      Pegang kepala dengan cara satu tangan memegang bagian kanan kepala mulai dari
mandibula ke arah temporal, demikian juga bagian sebelah kiri dengan tangan yang lain dan cara
yang sama

3.      Petugas lainnya memasukkan neck collar secara perlahan ke bagian belakang leher dengan
sedikit melewati leher

4.      Letakkan bagian Neck collar yang berlekuk tepat pada dagu

5.      Rekatkan 2 sisi neck collar satu sama lain

f.       Hal-hal yang perlu diperhatikan

1.      Catat seluruh tindakan yang dilakukan dan respons pasien

2.      Pemasangan jangan terlalu kuat atau terlalu longgar

Anda mungkin juga menyukai