Anda di halaman 1dari 3

1.

Sejarah dari Program KB


Di luar negeri upaya keluarga berencana mula-mula timbul timbul atas prakarsa
kelompok orang-orangyang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu, yaitu pada
awal abad XIX di Inggris.Sejalan dengan ditinggalkannya cara-cara mengatur kehamilan
secara tradisional dan mulaidigunakannya alat-alat kontrasepsi yang memenuhi syarat
medis, maka dimulailah usaha-usaha keluargaberencana di abad moderen, dengan tujuan
dan sasaran yang lebih luas, tidak terbatas pada upayamewujudkan kesehatan ibu dan
anak dengan cara membatasi kehamilan/kelahiran saja.Di Inggris dikenal Marie Stopes (1880-
1950) yang menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangankeluarga buruh. Di Amerika Serikat dikenal
Margareth Sanger (1883-1966) yang dengan program âbirthcontrolâ•-nya merupakan pelopor KB
modern.Pada tahun 1952 Margareth Sanger meresmikan berdirinya International Planned
ParenthoodFederation (IPPF). Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan
keluarga berencana di seluruhdunia, termasuk di Indonesia, yang merupakan cabang-
cabang IPPF tersebut.
Secara historis, organisasi BKKBN dimulai dari suatu organisasi yang murni berstatus
swasta pada tahun1957, kemudian menjadi organisasi semi pemerintah tahun 1968. Pada tahun 1970
menjadi organisasiresmi pemerintah sebagai pelaksana dan pengelola program KB nasional
sampai dengan saat ini. Berikutini digambarkan secara ringkas perkembangan organisasi
BKKBN

Sumber : https://id.scribd.com/doc/129902547/Sejarah-Program-Keluarga-Berencana

2. Organisasi dan Program KB


Organisasi yaitu kerjasama antara dua orang atau lebih dalam suatu
w a d a h u n t u k   mencapai tujuan bersama, sedangkan program kkb merupakan
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui Pendewasaan usia
Perkawinan (PBP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Tujuan organisasi Program kb adalah mewujudkan
keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar  bagi terwujudnya masyarakat yang
sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia.

6. Stategi operasional KB

Cara Oprasional Program Pelayanan KB


a. Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
Dilakukan dg memberikan penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok
(penyuluhan) dan penerangan massa melalui media cetak, elektronik.
b. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB yang tepat dan benar dalam
mempertahankan fungsi reproduksi
c. Peran serta masyarakat dan institusi pemerintahan, PSM ditonjolkan serta kerjasama
institusi pemerintah

d. Pendidikan KB, melalui jalur pendidikan dan pelatihan, baik petugas KB,
Bidan,dokter berupa pelatihan konseling dan keterampilan

7. Tahapan konseling KB

Jenis Konseling KB

a. Konseling umum
- Dilakukan oleh PLKB
- Konseling umum meliputi penjelasan umum dari berbagai metode kontrasepsi untuk
mengenakan kaitan antara kontrasepsi, tujuan dan fungsi reproduksi keluarga

b. Konseling pra dan pasca tindakan


- Konseling ini meliputi penjelasan spesifik tentang prosedur yang akan dilaksanakan
(pra, selama dan pasca) serta penjelasan lisan/ instruksi tertulis asuhan mandiri
- Berupa informed choice & informed consent
c. Konseling spesifik
- Konseling spesifik berisi penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan ,
atternatif, keuntungan keterbatasan, akses dan fasilita layanan
- Dokter/ bidan

Sumber : https://id.scribd.com/embeds/370930452/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

8. Kualitas pelayanan KB

LANGKAH MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KB MKJP


1.TAHAP PRA PELAYANAN

Pemberian KIE / Konseling yang baik Menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan
(ABPK) untuk kejelasan pemberian KIE sehingga calon akseptor dapat memilih metode
kontrasepsi dengan sebaik baiknya

Penapisan Calon Akseptor / ScreeningMendeteksi apakah ada kehamilan, keadaan khusus
ataupun masalah kesehatan sebagai dasar untuk melakukan tindakan selanjutnya

Informed ConsentLembar persetujuan Tindakan Medis ini harus diketahui, dipahami dan
dilaksanakan sebagai perlindungan terhadap pasien / calon Akseptor
2.TAHAP SAAT PELAYANAN

Distribusi Alat Kontrasepsi (AlKon) yang lancar dan sesuai mekanisme yang berlaku

Penyediaan Sarpras Pelayanan KB yang memadai

Dukungan Sumber Daya Manusia dan Provider (Penyedia)

Penerapan Standart Operasional Prosedur (SOP) Tindakan

3.TAHAP PASCA PELAYANAN



Mengatasi Efek Samping

Optimalisasi surveilans pasca pelayanan oleh PLKB

Segera ditangani dan rujuk ke Faskes terdekat

Mengatasi Rumor Pasca Efek SampingPemberdayaan peran Toma, Toga, Todat, Kelompok
maupun Person yang telah menggunakan kontrasepsi yang efek sampingnyua dirumorkan

Optimalisasi Peran PLKB, PPKBD, Sub PPKBD, dan Kader KB

Optimalisasi Peran Tim Jaga Mutu

Sumber : https://id.scribd.com/embeds/357989207/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

Anda mungkin juga menyukai