Anda di halaman 1dari 22

Bell’s Palsy

Definisi

 Bell’s palsy adalah kelumpuhan nervus fasialis (N.VII) tipe perifer, deng
an onset terjadinya akut dan penyebabnya masih tidak diketahui (idiopati)
 Umumnya bersifat unilateral , namun dapat bilateral dengan selang wa
ktu kurang lebih satu minggu.
Epidemiologi
 Insidens: ditemukan 20-30 kasus per 100.000 penduduk/
tahun, 60-70% unilateral.
 Lakilaki = perempuan
 Biasanya menyerang pada usia pertengahan 40 tahun,
namun dapat terjadi pada semua usia.
Terendah pada anak <10 tahun
Meningkat di usia >10-29 tahun
Stabil pada usia 30-69 tahun
Etiologi
 Skemik vaskular
 Virus
 Bakteri
Herediter
Imunologi
Patofisiologi

Infeksi HSV > Berjalan retrograd melalui axon dari saraf


sensoris > Menetap laten pada ganglion Geniculatum >
Terjadi stresor yang menimbulkan inflamasi serta jepitan
dengan struktur anatomis tulang > Menggangu konduksi
dari saraf
Gejala Klinis

Merasakan ada kelainan di mulut pada saat


o Bangun tidur
o Berbicara
o Menggosok gigi atau berkumur
o Minum
Gejala Klinis Berdasar Tinggi Lokasi
Lesi
1.Lesi di luar foramen Stilomastoideus :
o Mulut tertarik ke arah sisi mulut yang sehat, makanan terkumpul diantara pipi
dan gusi.
o Lipatan kulit dahi menghilang.
o Apabila mata yang terkena tidak tertutup atau tidak dilindungi maka air mata
akan keluar terus menerus.
o Mulut tampak mencong terlebih pada saat meringis.
o Penderita tak dapat bersiul atau meniup.
o Apabila berkumur atau minum maka air keluar melalui sisi mulut yang lumpuh.
o Kelopak mata tidak dapat dipejamkan (lagoftalmos).
o Waktu penderita disuruh menutup kelopak matanya maka tampak bola mata
berputar ke atas (tanda Bell).
2. Lesi di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani)

o Gejala dan tanda klinik seperti pada lesi diluar foramen stilomas
toideus ditambah dengan hilangnya rasa pengecapan lidah (du
a pertiga bagian depan)
o Hilangnya daya pengecapan pada lidah menunjukkan terlibatny
a nervus intermedius, sekaligus menunjukkan lesi di daerah ant
ara pons dan titik dimana korda timpani bergabung dengan ner
vus fasialis di kanalis fasialis.
o Salivasi di sisi yang terkena berkurang.
3. Lesi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi (melibatkan muskulus stapedius)

o Gejala dan tanda klinik seperti pada lesi diluar foramen stilomastoideus dan lesi
di kanalis fasialis
o Ditambah dengan adanya hiperakusis.
4. Lesi di tempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion
genikulatum)
o Gejala dan tanda klinik seperti pada lesi diluar foramen stiloma
stoideus, lesi di kanalis fasialis, dan lesi di kanalis fasialis
melibatkan muskulus stapedius disertai dengan nyeri di
belakang dan di dalam liang telinga.
o Kasus seperti ini dapat terjadi pascaherpes di membrana
timpani dan konka.
o Sindrom Ramsay Hunt
 Adalah paralis perifer yang berhubungan dengan herpes zoster di
ganglion genikulatum.
 Lesi herpetik terlihat di membrana timpani, kanalis auditorius
eksterna.
5. Lesi di meatus akustikus internus :

o Gejala dan tanda klinik seperti diatas ditambah dengan tuli sebagai akibat dari
terlibatnya nervus akustikus

6. Lesi di tempat keluarnya nervus fasialis dari pons :

o Gejala dan tanda klinik sama dengan di atas, disertai gejala dan tanda
terlibatnya nervus trigeminus, nervus akustikus, dan kadang-kadang juga nervus
abdusens, nervus aksesorius, dan nervus hipoglosus.
Sindrom air mata buaya (crocodile tears syndrome)

o Merupakan gejala sisa paralisis Bell, beberapa


bulan pasca awitan, dengan manifestasi klinik:
 air mata bercucuran dari mata yang terkena
pada saat penderita makan
 Nervus fasialis menginervasi glandula lakrimalis
dan glandula salivarius submandibularis
 Diperkirakan terjadi regenerasi saraf
salivatorius tetapi dalam perkembangannya
terjadi “salah jurusan” menuju ke glandula
lakrimalis.
Penegakan Diagnosa

Anamnesis yang lengkap mengenai onset, durasi, dan perjalanan penyakit, ada
tidaknya nyeri, dan gejala lain yang menyertai penting ditanyakan untuk
membedakannya dengan penyakit lain yang menyerupai. Pada Bell’s palsy
kelumpuhan yang terjadi sering unilateral pada satu sisi wajah dengan onset
mendadak (akut) dalam 1-2 hari dan dengan perjalanan penyakit yang progresif,
dan mencapai paralisis maksimal dalam 3 minggu atau kurang
Penegakan Diagnosa
Bila dijumpai indikasi tertentu, pemeriksaan lanjutan berikut dapat dianjurkan, sep
erti:
1. Imaging: Computed tomography (CT) atau Magnetic Resonance lmaging (MRI)
diindikasikan jika tanda fisiknya tidak khas, tidak ada perbaikan paralisis fasial set
elah 1 bulan, adanya kehilangan perdengaran, defisit saraf kranial multipel dan ta
nda- tanda paralisis anggota gerak atau gangguan sensorik. Adanya riwayat suat
u kedutan pada wajah atau spasme yang mendahului kelumpuhan wajah diduga k
arena iritasi tumor harus dilakukan juga imaging.
2. Tes pendengaran: jika diduga adanya kehilangan pendengaran, tes audiologi d
apat dilakukan untuk menyingkirkan neuroma akustikus.
3. Tes laboratorium perlu jika pasien memiliki tanda- tanda keterlibatan sistemik ta
npa perbaikan lebih dari empat minggu (Garg dkk, 2012 Ronthal dkk, 2012).
Penegakan Diagnosa
Paralisis fasialis didiagnosis dengan pemeriksaan fisik yang lengkap untuk
menyingkirkan kelainan sepanjang perjalanan saraf dan kemungkinan penyebab
lain. Adapun pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan gerakan dan
ekspresi wajah. Pemeriksaan ini akan menemukan kelemahan pada seluruh
wajah sisi yang terkena. Kemudian, pasien diminta menutup mata dan mata
pasien pada sisi yang terkena memutar ke atas. Bila terdapat hiperakusis, saat
stetoskop diletakkan pada telinga pasien maka suara akan terdengar lebih jelas
pada sisi cabang muskulus stapedius yang paralisis.
pemeriksaan saraf kranialis lain, motorik dan sensorik ekstremitas dalam batas
normal, dan pasien tidak mampu mengangkat alis dan dahi pada sisi yang
lumpuh.
Penegakan Diagnosa
Pengobatan
oKortikosteroid (prednison) :
 Diberikan pada onset < 10 hari prednison oral 1 mg/kgBB/hari selama 7
hari
 Hati-hati pada penderita diabetes, ulkus peptik, gangguan fungsi hati d
an ginjal, dan hipertensi berat
 Efek Samping: Sakit Perut, mual, infeksi jamur, berat badan bertambah
o Anti viral :
 Valcyclovir 1g/hr, 2 kali sehari, selama 1 minggu
Efek Samping: Sakit kepala, penurunan fungsi hati, mual, nyeri perut
• Acyclovir (tersedia 200 mg dan 400 mg) 800 mg, 5 kali sehari
Efek Samping: Diare, Sakit perut, demam, ruam gatal, mengantuk,
nyeri pinggang
Prognosis

 80-90% pasien dengan Bell’s palsy sembuh total dalam 6


bulan
 50-60% kasus membaik dalam 3 minggu
10% mengalami asimetri muskulus fasialis persisten
 5% mengalami sekuele yang berat
 8% kasus dapat rekuren
Komplikasi

 Regenerasi motor inkomplit


 Regenerasi sensorik inkomplit
 Reinervasi yang salah dari saraf fasialis
Edukasi
•Kompres air hangat setiap pagi dan sore hari selama 10-15 menit

•Tidak tidur dilantai, saat tidur menggunakan penutup mata dan jangan menggunakan kipas
angin secara langsung menerpa wajah

•Melindungi mata dari terpaan debu dan angin secara langsung untuk menghindari terjadinya
iritasi dan tidak lupa menggunakan tetes mata setiap harinya

•Pasien diajarkan untuk melatih gerakan-gerakan di depan kaca (mirror exercise) seperti:
mengangkat alis dan mengkerutkan dahi ke atas, menutup mata, tersenyum, bersiul, menutup
mulut dengan rapat, mengangkat sudut bibir ke atas dan memperlihatkan gigi-gigi,
mengembang kempiskan cuping hidung, mengucapkan kata-kata labial L,M,N,O dengan
dilakukan sesering mungkin .

•Saat keluar malam menggunakan helm full face dengan kaca tertutup serta memakai selayer
atau masker.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai