Anda di halaman 1dari 40

EVALUASI DAN TATALAKSANA

KERATOSIS OBTURANS

Oleh:
dr. Helta Tandi Sarira
Pembimbing:
dr. Sri Wartati, Sp.T.H.T.K.L
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik
PENDAHULUAN
Keratosis Obturans

kondisi yang jarang ditemui yang Manifestasi klinis biasanya berupa


dikarakteristikkan sebagai akumulasi otalgia berat dan penurunan
atau penumpukan deskuamasi lapisan pendengaran yang diakibatkan dari
keratin epidermis pada liang telinga akumulasi deskuamasi epidermal plug
Membentuk “union skin” pada liang telinga

Al-Juboori, Ahmad Nasrat. Case Report Keratosis Obturans : A Rare Cause of Facial Nerve
Palsy. Austin Journal of Otolaryngology. Vol 2, Issue 4. 2015
Keratosis Obturans
Rentang Usia 9-81
tahun, dengan usia
pertengahan 27 tahun

4-5 pasien
Dapat menyerang 1 atau
Dari 100 ke dua telinga
kasus baru

Black and Clayton 1958 pada


anak dgn insiden 90% terjadi secara
bilateral

Al-Juboori, Ahmad Nasrat. Case Report Keratosis Obturans : A Rare Cause of Facial Nerve Palsy. Austin Journal of Otolaryngology. Vol 2, Issue 4.
2015
Kumpulan skuama pada
potongan Horisontal MAE

Keratosis Obturans vs Kolesteatoma Eksterna


Komparasi Keratosis Obturans Kolesteatoma
Eksterna

Usia Dewasa Muda Usia tua

Hubungan dengan Sinusitis, bronkiektasis Tidak ada


sistemik

Nyeri Akut, sangat nyeri Kronik, Tumpul

Penurunan Sedang, Konduktif Ringan, atau tidak ada


pendengaran

Otore Jarang Sering


Romdhoni AC. 2018. Keratosis Obturans
Lateralisasi Biasanya bilateral Biasanya Unilateral
Management. Department of Otorhinolaryngology-

Head and Neck Surgery, Faculty of Medicine

Universitas Airlangga. Biomolecular and Health

Science Journal. 2018. Vol 01 (01)


Patogenesis

01 Alberti (1964)
Migrasi abnormal epitel pada lapisan kulit liang
telinga

Paparella dan Shumrick


02 Produksi berlebihan dari sel epitel, kegagalan
migrasi epitel kulit, ketidak mampuan mekanisme
pembersihan MAE

Patogenesis bentuk 1
03 Radang kronis dalam sub epithelial jaringan
hyperplasia epithelium dan akumulasi keratin

Patogenesis bentuk 2
04 Tidak ada radang pada lapisan kulit, bilateral,
genetic/didapat, dipengaruhi oleh aktivitas
enzime
Grade Keratosis
GRADE
Grade 1
01 Nyeri ringan, ear blok dengan adanya penumpukan
keratin yang diselimuti oleh matriks yang melekat erat
(gambar 1)

Grade 2
02
Nyeri sedang-berat, tuli konduktif, akumulasi keratin
diselimuti matrix yg sangat melekat, ekspansi ke bony
kanal (gambar 2)

03 Grade 3
Grade 2 + adanya jaringan granulasi pada Osteo-
Cartilagenous Junction (gambar 3)

Grade 4
Grade 3 + paparan air cell mastoid dengan atau
04
tanpa keterlibatan nervus facialis

Chong, AW and Raman, R.Keratosis Obturans: A disease of the Tropics? Indian Journal Otolaryngology Head Neck
Surgery. 2017. p1-6
Diagnosis Terapi
Anamnesis
Penurunan pendengaran,
otalgia hebat, dan tinnitus

Pemeriksaan Fisik
Obstruksi disepanjang
membran timpani pada
MAE (keratin plug), nyeri
tekan tragus, otalgia, tes
garpu tala tuli konduktif,

Pemeriksaan penunjang
Ct Scan lesi soft tissue,
bilateral, pelebaran MAE,
ada tidaknya erosi tulang
mastoid
LAPORAN KASUS

Laki-laki 26 tahun di rujuk dari daerah


dengan keluhan massa pada meatus akustikus
eksternus sinistra.
Anamnesis:
- Pendengaran menurun sejak kecil
- Otalgia ada
- Otore tidak ada,tinnitus tidak ada vertigo
tidak ada, tidak ada riwayat bloody otore.
- Pasien sewaktu kecil, mengalami otore
berulang pada telinga kiri
- Riwayat operasi telinga pada telinga kiri
21 tahun yang lalu( jenis tindakan tidak
dapat diketahui )
LAPORAN KASUS Hasil Pemeriksaan

Otoscopy drextra : membrane timpani intak, pantulan cahaya ada.


Otoscopy sinistra:
- Terdapat massa berkeratin dan jaringan granulasi di sekitarnya
memenuhi kanalis akustikus eksternus dan terdapat celah kearah
PTA:
rongga cavum mastoid yang juga tertutup keratin dan jaringan
Dextra mild conductive hearing loss
granulasi.
(26,25 db)
- Tidak terdapat sekret atau bloody otore pada liang telinga
Sinistra moderate conductive
- Membran timpani sinistra tidak dapat dievaluasi
hearing loss (42,50db).
Tidak terdapat parese fasialis
Hidung dan tenggorok tidak didapatkan kelainan
Tes rinne Negatif pada telinga kiri.
LAPORAN KASUS

Ct-scan temporal bone


sinistra:
Otomastoiditis sinistra disertai
kolesteatoma, dimana tampak destrusi
pada cavum mastoid dengan
perselubungan pada daerah mastoid
sinistra. Tidak terdapat massa pada
cavum timpani, ossikula sudah tidak
dapat diidentifikasi, dapat terlihat
potongan membrane timpani yang
menutup daerah cavum timpani yang
memisahkan cavum timpani dengan
LAPORAN KASUS

Pasien dilakukan tindakan ekstraksi keratosis


transkanal di poli klinik THT tetapi pasien
Diagnosa: Keratosis tidak dapat menahan nyeriPasien kemudian
Obturans
direncanakan untuk dilakukan eksplorasi dan
ekstraksi keratosis transkanal dengan bantuan
endoscopy di ruang operasi
LAPORAN OPERASI

Findings:
- Tampak keratosis obturans memenuhi CAE sinistra dengan jaringan granulasi pada tepi
anteriornya terdapat celah ke arah mastoid
- Liang telinga bagian lateral menyempit
- Facial ridge tinggi
- Membran timpani intak dan suram di lapisi keratin pada bagian lateralnya
- Epitelisasi rongga masroid 100 %
- Keratin mengisi rongga mastoid
LAPORAN
1.OPERASI
Pasien berbaring terlentang di bawah pengaruh sedasi,
dengan posisi kepala miring ke kanan
2. Desinfeksi lapangan operasi dengan betadine, pasang
doek steril.
3. identifikasi CAE sinistra, tampak canalis terisi dengan
keratin plug (sesuai pada temuan di atas).
4. Dilakukan infiltrasi dengan lidocaine:efedrin (1:
(1:100.000)) pada empat kuadran meatus akustikus
eksternus.
5. Dilakukan ekstraksi keratosis dengan bantuan endoscope,
hingga pada daerah mastoid yang terisi oleh keratin.
6. Dilakukan pembersihan pada sekitar membrane timpani
Gambar: keratosis obturans
(sesuai temuan di atas)
setelah di ekstraksi
7. Rongga mastoid dan kanalis dibersihkan dengan kasa
betadine
8. Evalusi, tidak ada perdarhanan
9. Pasang tampon antibiotik, ke daerah kanalis dan mastoid
10. Operasi selesai.
PERTANYAAN KLINIS

Bagaimana diagnosis dan tindakan


dari keratosis obturans?
METOD
E
Metode menggunakan
pencarian literature
dengan kata kunci
keratosis obturans,
keratosis obturans
recurrent yang
didapatkan pada
Pubmed.
Kriteria inklusi:

- Diagnosis, tatalaksana
dan komplikasi yang
dapat terjadi pada
keratosis obturans.
- Diterbitkan dalam 10
tahun terakhir
- Tersedia full text dengan
kriteria eksklusi: artikel
review.
HASIL
1
P 64 pasien , 67 telinga dengan keratosis obturans

I Semua pasien dilakukan ekstrasi keratosis obturans.


Pasien di bawah usia 12 tahun dilakukan pembersihan dengan
membutuhkan general anastesi

C Tidak ada

Keratosis obturan terjadi pada usia 9-81 tahun, terbanyak pada dekade
ke-III dan IV.

O Rasio perempuan :laki-laki (20:1)


Gejala :Otalgi 14%,Gangguan pendengaran 79.6% 
Granulasi ditemukan pada 68,7% telinga,
Tidak ada yang mengalami perforasi membrane tympani.  
Tidak ditemukan rekurrensi pada follow up bulan ketiga,
HASIL
2
P Laporan kasus, seorang pasien perempuan 28 tahun dengan keratosis obturans
pada kanalis akustikus eksternus disertai kehilangan pengecapan akut.

I Dilakukan ekstraksi di bawah endoskop

C Tidak ada

- Pada pemeriksan fisik ditemukan serumen yang tersumbat CAE sinistra.  


- Pada pemeriksaan CT-scan terdapat lesi seperti nodul pada CAE yang berbatasan
O pada membrane tympani.
- Dilakukan ekstraksi di bawah endoskop dimana tampak corda tympani tervisualisasi
- Meskipun tidak kambuh, pasien tersebut mengalami kehilangan rasa terus-
menerus.
A. serumen obturans / plug serumen B. setelah ekstraksi keratosis obturans yang menunjukkan
pelebaran kanalis dan ekspansi ke hipotimpanum, dan tidak merusak membrane timpani C.
follow up setelah 3 bulan tampak kanalis yang melebar dan tampak korda tympani terekspose
(terbuka)
HASIL
3
P Laporan kasus, seorang perempuan 45 tahun dengan kasus kesalahan
diagnosis dan penanganan tidak tepat pada keratosis obturans

I dilakukan pembersihan serumen di bawah mikroskope dengan general anastesi

Tidak ada
C - Nyeri telinga sedang-berat dan terasa sangat penuh telinga kiri
- Riwayat operasi timpanoplasti dan FESS serta septoplasty 10 thn yang lalu

O - Penurunan pendengaran pada 1 sisi (telinga kiri), beberapa kali kegagalan ekstraksi
serumen dan mendapatkan tetes telinga alkalin
- Ditemukan keratosis obturans tersebut menyebabkan pelebaran kanalis akustikus
eksternus dan bone remodeling, anulus tampak normal dengan membrane timpani yang
masih tampak utuh.
- Pendengaran kembali normal setelah ekstraksi dan pemeriksan PA merupakan lamel
keratin.
HASIL
4
P 3.874 pasien yang berkunjung ke bagian otolaryngology mereka, menemukan
grup keratosis obturans terdapat 6 orang

I Dilakukan pembersihan keratosis, yang lainnya masih mengalami keluhan dan


dilakukan pembersihan keratin tiap 6 bulan

C 6 pasien dengan kolesteatoma eksterna

- Keratosis obturans terdiri dari 5 anak laki-laki usia 5 tahun dan dewasa 5 orang dengan 2 pria dan
O 3 wanita ,
- Berusia 21 hingga 76 tahun ,
- Otalgia dan terasa penuh pada telinga dikeluhkan hampir pada semua pasien keratosis
- Keluhan otore, gatal dan tinnitus bervariasi
- Softissue densitas pada kanalis akustikus eksternus tanpa adanya erosi tulang
- Beberapa pasien dengan penyakit DM mengalami keluhan tambahan seperti myringitis dan
akumulasi keratosis obturans kembali. 1 pasien yang tidak berhasil dengan pengobatan, dari hasil
CT-scan menunjukkan penyempitan TMJ dan mengalami osteomyelitis.
Kolesteatoma eksterna Keratosis Obturans
HASIL
5
P Laporan kasus, Laki-laki 22 tahun dengan keratosis obturan komplikasi pada parese fasialis

- Terapi antibiotik ciprofloxacin intravena dengan prednisolone tapering off


I - Polipektomiaural di bawah mikroskop denga GA setelah nampak membrane timpani yang
bulging, dilakukan miringotomi dan pemasangan grommet
- Diberikan ciprofloxacin dan prednisone oral dan tetes telinga ofloxacin sebelum rawat jalan

C Tidak ada

- Otalgia pada telinga kiri, terdapat otore dan bloody otore. Ditemukan parese Hause-Brackmann III. Pada
pemeriksaan otoscopy menunjukkan adanya massa polypoid yang menutupi seluruh saluran telinga kiri dengan
bloody otore yang fetor.
- Conductive hearing loss pada telinga kiri. 1 hari post operasi kelumpuhan saraf facialis mengalami perbaikan

O -
-
menjadi HB II. Otalgia pada telinga kiri, terdapat otore dan bloody otore
1 hari post operasi kelumpuhan saraf facialis mengalami perbaikan menjadi HB II.
Ct-Scan temporal bone didapatkan massa jaringan lunak pada kanalis akustikus eksternus sinistra, tampak
prussak’s space dan dan telinga tengah dengan erosi skutum. tidak tampak dehisen atau erosi pada nervus facialis
namun terdapat tanda-tanda peradangan superior dari segmen timpani kanalis facialis telinga kiri.
- Durante operasi ditemukan membrane timpani yang bulging,
- Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan dinding kista ditutupi epitel skuamosa bertingkat yang mengandung
lamella keratin yang menunjukkan suatu keratosis obturans.
HASIL
6 Melakukan penelitian gambaran tumor jinak pada kanalis akustikus eksternus
P (radiologi)

I Tidak Ada

Tidak Ada
C
Klasifikasikan menurut diagnosisnya yaitu eksostosis, osteoma, kolesteatoma, keratosis
obturans, hemangioma, polip aural non neoplastic, dan kista.
O Dari 26% lesi jinak liang telinga, didapatkan diantaranya 11,5% merupakan keratosis
obturans.
Gambaran radiologi keratosis obturans menunjukkan lesi jaringan lunak, biasanya bilateral,
menempati kanalis akustikus eksternus yang ekspansif dan melebarkan kanalis tanpa
mengerosi tulang di bawahnya.
Gambar: CT aksial (A) dan koronal (B): keratosis
obturans bilateral, aktif di telinga kanan (panah
putih) dan dirawat di telinga kiri (panah hitam).
DISKUSI

Angka kejadian Pada umumnya keratosis obturans terjadi pada pasien


4 dari 5 pasien usia muda dengan rentang usia 9-81 tahun dengan
diantara 100 kasus usia pertengahan 27 tahun dan dapat menyerang satu
otologi baru. atau kedua telinga.

A.W Chong et al.2017 pada usia 9-81 tahun, terbanyak pada dekade ke-III dan IV
DISKUSI

Pasien pada kasus kami di rujuk dari daerah ke bagian THTKL dengan diagnosa
massa pada meatus akustikus eksternus s/ otoscopi massa berkeratin + jaringan
granulasi di sekitarnya memenuhi kanalis akustikus eksternus. Terdapat celah kearah
rongga cavum mastoid tertutup keratin dan jaringan granulasi.

Pada penelitian A.W. chong et al.2017 menemukan keratosis obturans dari 67 telinga,
ditemukan jaringan granulasi pada 68,7% telinga

Saniasiaya J et.al 2016 pada pemeriksaan otoscopy menunjukkan adanya massa


polypoid yang menutupi seluruh saluran telinga kiri dengan bloody otore yang fetor
DISKUSI

Fisik otologi obstruksi di sepanjang MT MAE oleh gumpalan debris keratin berwarna putih
yang berisi serumen berwarna coklat pada bagian tengah.

Pengelupasan matriks perdarahan (terbentuk neovaskularisasi). Adanya jaringan granulasi biasanya


terbentuk pada sekitar jaringan tulang ataupun karilago yang terekpose, menyebabkan edema di
sekitarnya.

Keluhan penurunan pendengaran sudah ada sebelumnya 21 tahun yang lalu riw. operasi
(tidak diketahui jenis tindakan) + riw. Otore berulang pada waktu kecil
DISKUSI

A.W.chong et al. gejala Otalgi 14 dan gangguan pendengaran 79.6%,

Edward D. McCoul dan Matthew B  hampir semua pasien keratosis yang diteliti
mengalami rasa penuh di telinga dan disertai nyeri.

Hamoud Alarouj et.al.  pad laporan kasus terdapat nyeri telinga kiri yang berat
akibat kegagalan ekstraksi keratosis obturans.

Saniasiaya J. et.al. 2016 pada  pada laporan kasus keratosis obturans, ditemukan
penurunan pendengaran tipe konduktif.

Gejala yang paling umum pada keratosis obturans adalah penurunan


pendengaran, otalgia yang hebat, otorea (jarang), dimana penurunan pendengaran
dan nyeri hebat adalah keluhan sekunder yang selalu diikuti dengan akumulasi
keratin di meatus akustikus eksterna
DISKUSI

Disesuaikan kriteria Chong dan Raman derajat keratosis pada pasien ini derajad III
dimana terdapat nyeri yang cukup berat pada saat dilakukan ekstraksi dan dengan
matriks yang sangat melekat, adanya ekspansi ke bony canal dengan adanya
jaringan granulasi.
DISKUSI

A.W Chong et al.  pada seluruh pasien keratosis obturans yang


diteliti, tidak ada yang mengalami perforasi membrane timpani.

Hamoud Alarouj et.al. juga menemukan membrane timpani tampak utuh


Kuan-Wen Chen and Hsin-Chien menemukan pada ct-scan terdapat
nodul yang berbatasan pada membrane timpani dengan korda
tympani terekspose

Saniasiaya J. et.al. 2016 menemukan membrane tymapani tampak bulging


akibat adanyanya penekanan yang menyebabkan inflamasi pada telinga
tengah.

Pada pemeriksaan membrane timpani didapatkan graft membran timpani yang


terpasang post operasi sebelumnya intak
DISKUSI
Edward D. McCoul dan Matthew B. Hansonretrospektifgambaran Ct-Scan temporal
bone pada kasus keratosis obturans menunjukkan softissue densitas pada kanalis akustikus
eksternus tanpa adanya erosi tulang.
Jeyasakthy Saniasiaya et al. parese fasialis akibat dari penekanan keratosis obturans 
CT-scan hanya di temukan massa jaringan lunak pada kanalis akustikus eksternus sinistra,
tampak prussak’s space dan dan telinga tengah dengan erosi skutum. tidak tampak dehisen
atau erosi pada nervus facialis namun terdapat tanda-tanda peradangan superior dari
segmen timpani kanalis facialis telinga kiri.

Brea B, dan Roldán Fidalgo A. Ct-Scan menunjukkan lesi jaringan lunak, biasanya
bilateral, menempati kanalis akustikus eksternus yang ekspansif dan melebarkan kanalis
tanpa mengerosi tulang di bawahnya.

Pemeriksaan penunjaCt-Scan

Gambaran Ct-Scan pada kasus terdapat destrusi akibat riwayat operasi sebelumnya
DISKUSI
Jeyasakthy Saniasiaya et al. dilakukan Kuan-Wen Chen and Hsin-Chien Pada
penanganan tambahan khusus yaitu pemasangan pemeriksaan CT-scan terdapat lesi seperti nodul
pipa ventilasi karena ditemukan membrane timpani pada CAE yang berbatasan pada membrane
bulging dan terdapat inflamasi pada telinga tengah tympani. Dilakukan ekstraksi keratosis di bawah
akibat penekanan dari serumen yang menyebabkan endoskop dimana tampak corda tympani
parese nervus facialis HB III yang memberikan tervisualisasi dan meskipun tidak kambuh, pasien
perbaikan setelah operasi dan pemberian antibiotik. tersebut mengalami kehilangan rasa terus-menerus.

Tatalaksana

Dari beberapa jurnal/atau penelitian di atas, semua pasien dengan keratosis obturans, dilakukan penanganan yaitu
ekstraksi keratosis dengan menyesuaikan kondisi pasien, beberapa diantaranya membutuhkan penanganan khusus
dengan anastesi dan dengan menggunakan mikroskop atau endoskop untuk visualisasi yang lebih baik.

Jaringan granulasi terbentuk akibat adanya peradangan pada jaringan sekitarnya


terutama pada daerah osteokartilagineus junction yang meyebabkan stenosis kanalis
akustikus eksternus, jaringan granulasi pada keratosis obturans dapat mereda secara
spontan setelah keratosis obturans benar-benar telah dibersihkan
DISKUSI

A. W. Chong and R. Raman, rekurrensi (-) pada follow up bulan ketiga,


dan penyebab umum akibat penggunaan cotton bud pada pembersihan
Rekurrensi telinga.

Edward D. McCoul dan Matthew B. Hanson pada 6 pasien membaik


setelah dilakukan pembersihan keratosis, yang lainnya masih mengalami
keluhan dan dilakukan pembersihan keratin tiap 6 bulan.
DM mengalami keluhan tambahan seperti myringitis dan akumulasi
keratosis obturans kembali.
DISKUSI
Kuan-Wen Chen and Hsin-Chien  nodul pada kanalis
tervisualisasi korda timpani  kehilangan perasa

Jeyasakthy Saniasiaya et al parese fasialis HB III akibat


penekanan oleh keratosis obturans yang menyebabkan
inflamasi pada telinga tengah.
Komplikasi

Edward D. McCoul dan Matthew B. Hanson osteomyelitis


pada DM

Keratosis obturans:
- kondisi yang tidak berbahaya tetapi dapat menyebabkan komplikasi serius
- menyebabkan erosi tulang yang luas termasuk automastoidektomi, tetapi tidak ada komplikasi
intrakranial diperoleh.
- Pasien yang mengalami keratin MAE berulang selama lima tahun akan menyebabkan tekanan pada
tulang MAE posterior dinding dan dinding mastoid yang akan diresorpsi yang akan menghasilkan
automastoidectomy.
KESIMPULAN

1. Keratosis obturans adalah akumulasi atau penumpukan deskuamasi lapisan


keratin epidermis pada liang telinga, berwarna putih seperti mutiara,
sehingga membentuk gumpalan dan menimbulkan rasa penuh serta kurang
dengar. Keratosis obturans pada umumnya terjadi pada pasien usia dekade
ke-3 dan ke-4 dan dapat menyerang satu atau kedua telinga.

2. Keratosis obturans dapat menyerupai suatu massa tumor atau kolesteatoma


eksterna, dibutuhkan pengamatan yang baik dari pemeriksaan fisik untuk
menyimpulkan suatu keratosis obturans, dilengkapi dengan anamnesis dan
pemeriksaan penunjang Ct-scan ( jika diperlukan).
KESIMPULAN

3. Tatalaksana dari keratosis obturans yaitu diilakukan ekstraksi keratosis


obturans itu sendiri, disesuaikan dengan kondisi pasien, beberapa diantaranya
membutuhkan tatalaksana khusus di ruang operasi dengan menggunakan
endoscope atau mikroskop untuk mempermudah tindakan dan visualisasi yang
baik.

4. Keratosis obturans juga dapat menimbulkan komplikasi pelebaran kanalis dan


erosi tulang yang luas hingga automastoidektomi. Penekanan akibat keratosis
obturans dapat menyebabkan komplikasi berupa parese facialis dan gangguan
pengecapan akibat erosi atau penekanan pada corda tympani.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai