Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS

FIXED DRUG ERUPTION

Oleh :
Verta Vera Syaulatia
19360156

Pembimbing :
dr. Arief Effendi, Sp.KK

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin


Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
RS. Pertamina Bintang Amin
Bandar Lampung
2020
BAB I
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. K
Usia : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Antasari
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Kamis, 11 Maret

2020 pukul 20.50 WIB di tempat praktek dr.Arief Effendi, Sp.KK dilakukan

secara Autoanamnesis

1. Keluhan Utama

Kemerahan di daerah kemaluan.

2. Keluhan Tambahan

Lesi dirasakan gatal.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Tn. K 56 tahun datang ke tempat praktek dr.Arief Effendi,Sp.KK pada


hari Rabu, 11 Maret 2020 pukul 20.50 dengan keluhan sejak 4 hari muncul
kemerahan di daerah kemaluan. Kadang – kadang Os mengeluh gatal di
daerah tersebut.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


- Tidak ada
5. Riwayat Alergi Obat
- Tidak Ada

6. Riwayat Pengobatan
- Minum obat herbal tidak di sangkal yaitu Habatus Sauda ± 3 minggu yang
lalu

7. Riwayat Penyakit Keluarga


- Tidak ada

III. STATUS GENERALIS


• Keadaan umum : Baik
• Kesadaran : Composmentis
• Tanda vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 80 kali / menit
- Suhu : 36,7c
- Pernapasan : 24 kali /menit
• Thoraks : Dalam batas normal
• Abdomen : Dalam batas normal
• KGB : Dalam batas normal
4. Kepala/leher : Dalam batas normal
5. Thoraks :
 Jantung : Dalam batas normal
 Paru-paru : Dalam batas normal
6. Abdomen : Dalam batas normal
7. Ekstremitas : Akral hangat -/-
8. Genitalia : Dalam batas normal
IV. STATUS DERMATOLOGIS

Regio : Regio glandula penis

Distribusi : Regional

Efloresensi Primer : Makula

Warna : Eritematous

Ukuran : Plakat

Efloresensi Sekunder : Erosi

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan

VI. RESUME
Tn. K 56 tahun datang ke tempat praktek dr.Arief Effendi,Sp.KK pada
hari Rabu, 11 Maret 2020 pukul 20.50 dengan keluhan sejak 4 hari muncul
kemerahan di daerah kemaluan. Kadang – kadang Os mengeluh gatal di
daerah tersebut. Riwayat Os minum obat herbal tidak di sangkal yaitu
Habatus Sauda ± 3 minggu yang lalu.
VII. DIAGNOSA BANDING
- Fixed drug eruption
- Herpes genitalia
- Dermatitis kontak alergi
- Mastositosis

VIII. DIAGNOSIS KERJA


- Fixed drug eruption

IX. PENATALAKSANAAN
A. Non Medikamentosa
- Hentikan penggunaan obat yang diduga sebagai penyebab
- Menjaga kebersihan
- Cukup istirahat
- Minum obat dan kontrol secara teratur
B. Medikamentosa
Oral : - Merilprednisolon 3 x 4 mg
- Cetirizine tab 1 x 1 malam
Topikal : - Desonide krim 2 x 1

X. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad fungtionam : bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Quo ad kosmeticam : dubia ad bonam


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Fixed drug eruption (FDE) adalah reaksi alergi pada kulit atau daerah

mukokutan yang terjadi akibat pemberian atau pemakaian jenis obat-obatan

tertentu yang biasanya dikarakteristik dengan timbulnya lesi berulang pada tempat

yang sama dan tiap pemakaian obat akan menambah jumlah dari lokasi lesi.

2.2 EPIDEMIOLOGI

Beberapa penelitian tentang morfologi dan agen pencetus pada pasien-

pasien dengan erupsi obat dirumah sakit atau bagian kulit dan kelamin pada

tahun 1986-1990 dilaporkan pada 135 kasus didapatkan perubahan morfologik

akibat erupsi obat yang paling sering adalah eksantematous (39%),

urtikaria/angioedema (27%), FDE (16%), eritema multiform (5,4%) dan reaksi

kulit lainnya (18%). Sejak tahun 1956 proporsi dari reaksi erupsi obat berupa

urtikaria menurun dan terjadi peningkatan angka kejadian FDE.

2.3 ETIOLOGI

Obat-obatan yang paling sering menyebabkan FDE adalah kontrasepsi

oral, barbiturat, fenolftalein, fenasetin, salisilat, naproksen, nistatin, minosiklin,

sulfonamide, tetrasiklin, metronidazol, doriden, sulindac, tolmetin, maolate,


bleomysin, busulfan, zidovudine, klorpromasin, hidantoin, cyclofosfamid,

klofasimin, antimalaria, prokarbasin, doksorubisin.

2.4 PATOFISIOLOGI

Reaksi kulit terhadap obat dapat terjadi melalui mekanisme imunologik

atau non imunologik. Yang dimaksud dengan erupsi obat adalah alergi terhadap

obat yang terjadi melalui mekanisme imunologik. Hal ini terjadi pada pemberian

obat kepada pasien yang sudah mempunyai hipersesitivitas terhadap obat

tersebut.disebabkan oleh berat molekulnya yang rendah, biasanya obat itu

berperan pada mulanya sebagai antigen yang tidak lengkap atau hapten. Obat

atau metaboliknya yang berupa hapten, harus berkombinasi terlebih dahulu

dengan protein, misalnya jaringan, serum atau protein dari membran sel untuk

membentuk kompleks antigen yaitu kompleks hapten protein. Kekecualiannya

ialah obat-obat dengan berat molekul yang tinggi yang dapat berfungsi langsung

sebagai antigen yang lengkap.

2.5 GEJALA KLINIS

FDE dapat timbul dalam waktu 30 menit sampai 8 jam setelah ingesti

obat secara oral. Lesi berupa makula oval atau bulat, berwarna merah atau

keunguan, berbatas tegas, seiring dengan waktu lesi bisa menjadi bula,

mengalami deskuamasi atau menjadi krusta. Ukuran lesi bervariasi mulai dari

lentikuler sampai plakat. Lesi awal biasanya soliter, tapi jika penderita

meminum obat yang sama maka lesi yang lama akan timbul kembali disertai

dengan lesi yang baru. Namun jumlah lesi biasanya sedikit. Timbulnya kembali
lesi ditempat yang sama menjelaskan arti kata “fixed” pada nama penyakit

tersebut.

Lesi dapat dijumpai dikulit dan membran mukosa yaitu di bibir, badan,

tungkai, tangan dan genital. Tempat paling sering adalah bibir dan genital. Lesi

FDE pada penis sering disangka sebagai penyakit kelamin.

Gejala lokal meliputi gatal dan rasa terbakar, jarang dijumpai gejala

sistemik. Tidak dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional. Lesi pada

FDE jika menyembuh akan meninggalkan bercak hiperpigmentasi post inflamasi

yang menetap dalam jangka waktu lama.

2.6 DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari fixed drug eruption, antara lain:

1. Mastositosis  biasanya timbul urtikaria disertai tanda Darier.

2. Herpes labialis atau herpes genitalis  biasanya berlangsung lebih cepat

dan tidak meninggalkan bercak hiperpigmentasi.

3. Dermatitis kontak alergi  adanya riwayat kontak.

2.7 PENATALAKSANAAN

1. Terapi medikamentosa:

a. pengobatan sistemik

- kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid sangat penting pada alergi obat sistemik.

Dosis standar untuk fixed drug eruption pada orang dewasa ialah 3 x

10 mg prednisone sehari.

- antihistamin

Antihistamin yang bersifat sedatif dapat juga diberikan, jika terdapat

rasa gatal. Kecuali pada urtikaria, efeknya kurang bila dibandingkan

dengan kortikosteroid

b. pengobatan topikal

Pengobatan topikal bergantung pada keadaan kelainan kulit,

apakah kering atau basah. Pada FDE, jika kelainan membasah dapat

diberi kompres dan jika kering dapat diberi krim kortikosteroid, misalnya

krim hidrokortison 1% atau 2 ½ %.

2. Terapi non-medikamentosa:

Dilaksanakan dengan menghindari obat tersangka (apabila obat tersangka

telah dapat dipastikan). Dianjurkan pula untuk menghindari obat yang

mempunyai struktur kimia mirip dengan obat tersangka (satu golongan).

2.8 PROGNOSIS

Pada dasarnya FDE akan menyembuh bila penyebabnya dapat

diketahui dan segera disingkirkan. Akan tetapi beberapa bentuk, misalnya

eritroderma dan kelainan-kelainan berupa sindrom Lyell dan sindrom Steven

Johnson, prognosis dapat menjadi buruk bergantung pada luas kulit yang

terkena.
DAFTAR PUSTAKA

DermNet Editorial Board. Fixed Drug Eruption. Available from URL:

www.dermnetnz.org/reaction/fixed-drug-eruption.html. Last updated :

September 30, 2004.

Freedberg Irwin, Eisen Arthur, Wolff Klaus et al. Dermatology in General Medicine,

5th edition Vol. 1. McGrow Hill Companies, Inc. United States of

America,1999:1633-41

Habif TP. Clinical Dermatology. 3rd ed. St Louis. Mosby Year Book. 1996: 439-40

Hamzah M. Erupsi Obat Alergik. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Boediardja SA,

eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 2001:

139-42

Hurwitz S. Eczematous Eruptions in Childhood. In: Clinical Pediatric Dermatology.

2nd ed. Philadelphia. WB Saunders Company. 1993: 355-67

Noegrohowati T. Alergi obat pada bayi dan anak. Dalam: Boediardja SA, Widaty S,

Rihatmaja R, eds. Alergi kulit pada bayi dan anak. Masalah dan Penanganan.

Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 2002: 19-28

Prof. DR. Adhi Djuanda, Dr. Mochtar Hamzah, Dr. Siti Aisah. Ilmu Penyakit Kulit

dan Kelamin, edisi ketiga. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1999:139-

142
Scahner LA, Hansen RC. Vascular Reactions. In: Pediatric Dermatology. 2nd ed. Vol

II. New York. Churchill Livingstone. 1995: 929

Seobaryo R, Suherman S. Erupsi Obat Alergik. Dalam: Sularsito Sri,dkk. Erupsi

Obat Alergik. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI.1995:3-7,63-4

Shear NH, Landau M, Shapiro Le. Hypersensitivity reactions to drug. In: Harper J,

Oranje A, Prose N, eds. London Blackwell Scientific Publication. 2000:

1743-63

Soebaryo RW, Effendi EHF, Suyoto EK. Eksantema Fikstum. Dalam: Sularsito SA

dkk eds. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Erupsi Obat Alergik. Balai

Penerbit FKUI, Jakarta. 1995: 63-5

Thiers B. Disorders of Hyperpigmentation. In: Dermatologics Clinics. W.B Saunders

Company.2000:95-7Koning, R.S.A. Mohammedamin, J.C. van der Wouden,

L.W.A. van Suijlekom-Smit, F.G. Schellevis, S. Thomas Impetigo: incidence

and treatment in Dutch general practice in 1987 and 2001: results from two

national surveys. British Journal of Dermatology: jrg. 154, 2006, p. 239-243

Anda mungkin juga menyukai