Anda di halaman 1dari 3

BAB II

ANALISA KASUS

2.1 Kasus:

Diperoleh secara alloanamnesis dari ibu Os pada tanggal 23 Januari 2020

pukul 09.08 WIB Os datang diantar oleh kedua orangtua nya ke IGD

RSPBA dengan keluhan napas cepat sejak 24 hari yang lalu saat Os berusia

11 hari disertai dengan demam. Ibu os mengatakan Os memiliki riwayat

pilek (+), dan batuk (+). Lemas (+), ASI (+) normal, BAB dan BAK dalam

batas normal. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan pernapasan cuping

hidung, bibir kering dan sianosis serta pada pemeriksaan thorax pada saat

auskultasi di dapatkan suara vesikuler dan ronki. Pada pemeriksaan

laboratorium di dapatkan hasil leukosit dan trombosit yang meningkat.

Setalah dilakukan pemeriksaan rontgen thorax di dapatkan diagnosa

bronkopneumonia.

2.2 Teori:

2.2.1 Bronkopneumonia

Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru dimana proses

peradangannya ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang

berlokasi di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal.

Gejala dan tanda pada penderita bronkopneumonia dapat mengalami onset

16
demam akut atau sub akut, batuk dengan atau tanpa produksi, dan sesak

nafas.

2.2.2 Pemeriksaan Fisik

Pada penderita bronkopneumonia di dapatkan pernafasan cuping

hidung (+), sianosis sekitar hidung dan mulut,retraksi sela iga serta suara

pernafasan mengeras (vesikuler mengeras) disertai ronki basah gelembung

halus sampai sedang. Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan

dapat terjadi antara 2-3 minggu.

2.2.3 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan radiologi Rontgen Thorax

Secara umum akan ada gambaran :

 Infiltrat interstitial, ditandai dengan peningkatan corakan

bronkovaskular, peribronchial cuffing, dan hiperaerasi dan

 Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air

bronchogram.

2. Pemeriksaan laboratorium

Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri, infeksi rendah

atau normal dapat disebabkan oleh infeksi virus atau pada infeksi berat

hingga tidak terjadi respon leukosit, orang tua atau lemah.

17
2.2.4 Tatalaksana

a. Antibiotik

Pilihan empiris antibiotik untuk pasien bronkopneumonia yang tidak

memerlukan perawatan intensive biasanya berespon terhadap beta

laktam generasi ke tiga (seperti Ceftriakson atau Cefotaxim) dengan

atau tanpa Macrolid (Claritromisin atau Azitromicin dianjurkan jika

ada kecurigaan infeksi H. influenza) atau Fluoroquinolon (dengan

peningkatan kemampuan membunuh S. pneumoniae).

b. Terapi Suportif

• Terapi O2 untuk mencapai saturasi 95-96%

• Nebulizer untuk pengenceran dahak yang ketal, dapat disertai

bronchodilator bila disertai bronkospasme

• Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak

• Pemberian cairan

18

Anda mungkin juga menyukai