Anda di halaman 1dari 29

BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. I

Umur : 49 th

Alamat : Desa Amolengo

Pendidikan terakhir : SD

Agama : Islam

Suku : Tolaki

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

No. RM : 52 55 45

Tanggal perawatan : 3 mei 2019

B. ANAMNESIS

Autoanamnesa dan aloanamnesa pada tanggal 3 Mei 2019

Keluhan utama : Keluar darah dari jalan lahir

Anamnesis terpimpin :

Pasien masuk dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 3

minggu sebelum masuk RS, darah berwarna merah kehitaman, banyak dan

seperti bergumpal-gumpal. Darah aktif keluar terus menerus sampai pasien

mengganti 3-4 kali pembalut dalam sehari. Disertai sakit perut bagian

bawah sejak akhir bulan lalu. Sakitnya hilang timbul dan memberat sejak

1
minggu lalu. Keluhan lain seperti, sakit kepala (-), mual (-), muntah (-),

nyeri ulu hati (-). Buang air besar dan buang air kecil dalam batas normal.

Riwayat penyakit dahulu :

Hipertensi (-), diabetes melitus (-), asma (-), alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit paru, hati, gula dalam keluarga kurang diketahui.

Riwayat obstetri :

Pasien pertama kali haid (menarche) usia 13 tahun. Siklus haid yang

teratur 28 hari. Sehari biasanya ganti 3-4 pembalut. 1 tahun terakhir siklus

haid pasien sudah tidak teratur dan sehari biasa ganti 4-5 pembalut. Riwayat

persalinan pertama tahun 1995 ditolong oleh dukun di rumah (cukup bulan,

jenis kelamin perempuan, berat badan lahir tidak diketahui). Persalinan kedua

tahun 1997 ditolong oleh bidan di rumah (cukup bulan, jenis kelamin laki-

laki, berat badan lahir tidak diketahui). Persalinan ketiga tahun 1999 ditolong

oleh bidan di rumah (cukup bulan, jenis kelamin perempuan, berat badan lahir

tidak diketahui).

Riwayat KB :

KB implan

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalisata

Keadaan umum : sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

2
2. Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : 130/70 mmHg Pernapasan : 22x/menit

Nadi : 96x/menit Suhu : 36,7 oC

3. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Normocephal

Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

Leher : Pembesaran kelenjar (-/-), JVP dalam batas normal

Thoraks : Inspeksi : simetris kanan=kiri, deformitas (-)

Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)

Perkusi : sonor kanan=kiri

Auskultasi : bunyi nafas vesikuler (+/+)

bunyi tambahan ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung : Bunyi jantung I dan II murni reguler, murmur (-)

Abdomen : Inspeksi : datar, ikut gerak napas

Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal

Palpasi : nyeri tekan (+) massa (+) di regio hipogastrium

Perkusi : timpani (+)

Ekstremitas : Dalam batas normal

D. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

1. Genitalia Externa : Vulva, vagina dalam batas normal

2. Genitalia Interna : ( Pemeriksaan dalam vagina )

3
Teraba massa bulat bertangkai (pedunculated) keluar dari serviks

uteri, berbentuk sebesar telur ayam dengan ukuran ±8 cm, perabaan

kenyal, permukaan rata dan licin, mudah digerakkan, pelepasan darah (+),

lendir (-).

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium (3 mei 2019)

Hematologi
Indikator Hasil Nilai Rujukan
WBC 5,61 Pr : 4,00-10,00 x 103/µL
RBC 4,11 Pr : 4,00-5,00 x 106/µL
HGB 6,5 Pr : 12,0-16,0 g/dl
PLT 285 Pr : 150-450 x 103/µL
Fungsi Hati
SGOT 15 Pr : < 31 U/L
SGPT 35 Pr : < 34 U/L
Fungsi Ginjal
Ureum 36 18-50 mg/dl
Kreatinin 0,8 Pr : 0,5-0,9 mg/dl
Glukosa Darah
GDS 202 < 140 mg/dl
Hepatitis Marker
HbsAg kualitatif Non Reaktif Non Reaktif

4
2. USG RS Bahteramas (4 Mei 2019)

Gambar 1. USG pasien dengan mioma geburt

Kesan : Massa Hipoechoic daerah cervix uteri suspek

Mioma Geburt

4. RESUME

Pasien 49 tahun masuk dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak

3 minggu sebelum masuk RS, darah berwarna merah kehitaman, banyak dan

seperti bergumpal-gumpal. Darah aktif keluar terus menerus sampai pasien

mengganti 3-4 kali pembalut dalam sehari. Disertai sakit perut bagian bawah

sejak akhir bulan lalu. Sakitnya hilang timbul dan memberat sejak minggu

lalu. Keluhan lain seperti, sakit kepala (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati

(-). Buang air besar dan buang air kecil dalam batas normal. Riwayat penyakit

Hipertensi (-), diabetes melitus (-), asma (-), alergi (-). Riwayat penyakit

keluarga penyakit jantung, paru, ginjal, hati, gula dalam keluarga kurang

diketahui.

5
Pasien pertama kali haid (menarche) usia 13 tahun. Siklus haid yang

teratur 28 hari.sehari biasanya ganti 2-3 pembalut. 1 tahun terakhir siklus haid

pasien sudah tidak teratur.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien sadar, sakit sedang, tekanan

darah 130/70 mmHg, nadi 96x/menit, pernapasan 22x/menit, suhu 36,7oC.

Pemeriksaan ginekologi eksterna didapatkan vulva dan vagina dalam batas

normal. Pemeriksaan ginekologi interna didapatkan Teraba massa bulat

bertangkai (pedunculated) keluar dari serviks uteri, berbentuk sebesar telur

ayam dengan ukuran ±8 cm, perabaan kenyal, permukaan rata dan licin,

mudah digerakkan, pelepasan darah (+), lendir (-).

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantaranya adalah pemeriksaan

laboratorium (3 mei 2019), hematologi : WBC 5,61 x 103/µL, RBC 4,11 x

106/µL, HGB 6,5 g/dl, PLT 285 x 103/µL. Fungsi hati : SGOT 15 U/L, SGPT

35 U/L. Fungsi ginjal : ureum 36 mg/dl, kreatinin 0,8 mg/dl. Glukosa darah :

GDS 202 mg/dl. Hepatitis marker : HbsAg kualitatif (non reaktif).

Pemeriksaan USG (4 mei 2019), kesan : massa hipoechoic daerah cervix uteri

suspek mioma geburt.

5. DIAGNOSA KERJA

Mioma Geburt

6. RENCANA TERAPI

1) Drips adona 28 tpm

2) inj. Asam traneksamat per 8 jam/ IV

6
3) Rencana operasi elektif jika HB sudah bagus

4) Siapkan Transfusi PRC 5 zack

7. LAPORAN PEMBEDAHAN

Nama ahli bedah : dr. Mono Valentino Yohanis, M.Kes., Sp.OG

Nama ahli anastesi : dr. Andi Hasnah, Sp.An

Diagnosa Pre Operatif : Mioma geburt

Diagnosa Post Operatif : Mioma uteri submukosa

Nama janis operasi : Histerektomi total + salfingooforektomi bilateral

Jenis anastesi : Spinal anastesi

Tanggal operasi : 7 Mei 2019

Jam operasi dimulai : 12.45 wita

Jam operasi selesai : 14.30 wita

Uraian pembedahan :

1. Pasien di spinal anastesi

2. Asepsis antisepsis

3. Insisi kulit ±10 cm

4. Buka peritonium, tampak uterus

5. Lakukan histerektomi total

6. Lakukan salfingooforektomi bilateral

7. Kontrol perdarahan

8. Pancung puncak vagina, jahit

9. Jahit dinding abdomen

7
10. Operasi selesai

8. DOKUMENTASI OPERASI

Gambar 2. Dokumentasi operasi mioma geburt

9. PERKEMBANGAN PASIEN
Hari /
Perjalanan Penyakit Rencana Terapi
Tanggal
Jumat S : keluar darah dari jalan lahir  IVFD RL + adona drips
3 Mei 2019 dan Nyeri perut bagian bawah 28 tpm
O : TD : 130/70 mmHg  Inj. As. Traneksamat
N : 96x/menit  Rencana operasi elektif
P : 22x/menit jika HB bagus
S : 36,7 oC  Transfusin PRC 5 zak
Pem. Lab : secara bertahap
HB 6,5
Abdomen :
I : datar, ikut gerak napas
A : peristaltik (+) kesan normal
P : nyeri tekan (+) dan teraba

8
massa (+) di regio hipogastrium
P : timpani (+)
PDV
Pem. genitalia eksterna : vulva
vagina dalam batas normal
Pem. Genitalia interna : Teraba
massa bulat bertangkai keluar dari
serviks uteri, bentuk sebesar telur
ayam dengan ukuran ±7 cm,
perabaan kenyal, permukaan rata
dan licin, mudah digerakkan,
pelepasan darah (+), lendir (-).
A : Mioma geburt
Sabtu S : keluar darah dari jalan lahir  IVFD RL + adona
04 mei 2019 berkurang dan Nyeri perut bagian drips 28 tpm
 Inj. As. Traneksamat
06.00 bawah
 Sudah masuk 2 zak
O : TD : 120/80 mmHg kantong darah, lanjut
N : 74x/menit transfusi secara
P : 20x/menit bertahap, sisa 3 zak
S : 36,5 oC darah
Abdomen :
I : datar, ikut gerak napas
A : peristaltik (+) kesan normal
P : nyeri tekan (+) dan teraba
massa (+) di regio hipogastrium
P : timpani (+)
A : PH 1 + Mioma geburt

Minggu S : darah yang keluar semakin  IVFD RL + adona


05 mei 2019 berkurang, nyeri perut bawah (-) drips 28 tpm
 Inj. As.
06.00 O : TD : 120/90 mmHg
Traneksamat
N : 80x/menit
 Sudah masuk 4
P : 20x/menit
zak kantong darah,
S : 36,5 oC lanjut transfusi
Abdomen : secara bertahap,
I : datar, ikut gerak napas sisa 1 zak darah
A : peristaltik (+) kesan normal  Periksa lab post
P : nyeri tekan (-) dan teraba transfusi

9
massa (+) di regio hipogastrium
P : timpani (+)
A : PH 1 + Mioma geburt

Senin S :-  IVFD RL + adona


6 Mei 2019 O : TD : 150/80 mmHg drips 28 tpm
N : 80x/menit  Inj. As.
06.00
P : 21x/menit Traneksamat
S : 36,8 oC  Transfusi prc 5 zak
Lab 5 mei 2019 sudah masuk
Wbc 12,5 semua
RBC : 6,0  Rencana operasi
PLT : 532 besok tanggal 7
HB : 11 mei 2019
RBC : 4,37  Siapkan darah 2
WBC 14,38 zak
Post transfusi PRC 4 zak
A : PH3 + Mioma geburt +
Anemia

Selasa S :-  Operasi
7 mei 2019 O : TD : 130/70 mmHg  Awasi TTV
 Ranitidin 1 amp/12
N : 76x/menit
jam
P : 18x/menit
 Ketorolac 1 amp/ 8
S : 36,5 oC jam
A : PH 2 + POH0 Mioma geburt  Metronidazone 500
mg/ 8 jam
 Ceftriaxon 1 gr/ 8 jam
Rabu S : Nyeri bekas operasi  Ranitidin 1 amp/12
jam
8 Mei 2019 O : TD : 150/90 mmHg
 Ketorolac 1 amp/ 8
06.00 N : 74x/menit
jam
P : 20x/menit  Metronidazone 500
S : 36,5 oC mg/ 8 jam
Verban : kering Ceftriaxon 1 gr/ 8 jam
BAB : belum
BAK : dbn
A : PH 3 + POH1 Mioma geburt

10
Kamis S : nyeri bekas op berkurang  Aff kateter
9 mei 2019 O : TD : 140/70 mmHg  Aff infus
 As. Mefenamat 3x1
N : 80x/menit
 Sf 2x1
P : 20x/menit
S : 36,6 oC
Verban : kering
BAB : belum
BAK : dbn
A : PH 3 + POH2 Mioma geburt
Kamis S : nyeri bekas op berkurang  As. Mefenamat 3x1
10 mei 2019 O : TD : 140/80 mmHg  Sf 2x1
 bpl
N : 78x/menit
P : 18x/menit
S : 36,5 oC
Verban : kering
BAB : dbn
BAK : dbn
A : PH 4 + POH3 Mioma geburt

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-

sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri

dikenal juga dengan sebutan leiomyoma uteri atau fibromioma uteri. Adapun

mioma geburt merupakan salah satu bentuk mioma submukosa yang tumbuh

ke arah cavum uteri, bertangkai dan dapat keluar melalui serviks.1,6

B. KLASIFIKASI

Mioma uteri diklasifikasikan berdasarkan letak pertumbuhannya pada

lapisan uterus yaitu mioma subserosa, mioma intramural dan mioma

submukosa.2,3,6

1. Mioma subserosa adalah mioma yang tumbuh di bawah lapisan serosa

uterus dan dapat bertumbuh ke arah luar dan bertangkai. Mioma uteri

subserosa yang yang melekat pada struktur pelvis lain dan mendapat

vaskularisasi dari struktur yang dilekatinya disebut mioma parasitik. Jika

berada pada ligamentum latum disebut mioma intraligamen.

2. Mioma intramural atau interstisiel adalah mioma yang tumbuh dan

berkembang di lapisan miometrium atau di tengah dinding uterus.

3. Mioma submukosa adalah mioma yang tumbuh di lapisan di lapisan

endometrium dan tumbuh ke arah cavum uteri. Bila mioma tumbuh

12
bertangkai dan dapat keluar masuk ke dalam vagina maka disebut sebagai

mioma geburt. Pengaruhnya pada vaskularisasi dan luas permukaan

endometrium menyebabkan terjadinya perdarahan ireguler.

Gambar 3. Klasifikasi Mioma Uteri Berdasarkan Letak Pertumbuhannya

C. EPIDEMIOLOGI

Mioma uteri adalah salah satu tumor jinak yang paling umum pada

sistem reproduksi wanita. Jumlah kejadian penyakit ini di Indonesia

menempati urutan kedua setelah kanker serviks. Insidensi mioma uteri sekitar

50-60% dan sering terjadi pada usia reproduksi yaitu antara usia 35-50 tahun,

bervariasi berdasarkan usia dan ras. Tingginya kejadian mioma uteri pada

usia reproduksi menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan

esterogen pada usia reproduksi. Pada usia sebelum menarche kadar esterogen

rendah, dan meningkat pada usia reproduksi serta akan meurun pada usia

menopause. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum usia

pubertas dan sekitar 10% mioma uteri ditemukan setelah menopause.5,7,8

13
Mioma uteri ditemukan pada 2,39%-11,7% pada semua penderita

ginekologi yang dirawat.2 Mioma uteri dapat menimbulkan keganasan

(sarcoma) walaupun kasusnya jarang ditemukan pada 1,7 per 100.000 wanita

usia lebih dari 20 tahun. Penelitian Leung (2009) di Belfolt Hospital Prancis

melaporkan 3 pasien leiomyosarcoma dari 1.297 pasien yang melakukan

histerektomi (proporsi 0,23%). Penelitian Yilmaz (2009) di Women Health

and Research Hospital, Ankara, Turki melaporkan 14 pasien leiomyosarcoma

dari 2.382 pasien umur 20-71 tahun yang melakukan histerektomi akibat

mioma uteri.6

D. ETIOLOGI

Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri sampai saat ini belum

diketahui. Stimulasi esterogen diduga sangat berperan untuk terjadinya

mioma uteri. Hipotesis ini didukung oleh adanya mioma uteri yang banyak

ditemukan pada usia reproduksi dan kejadiannya rendah pada usia

menopause. Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi

terjadinya mioma uteri yaitu :3

1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,

ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor

ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun atau saat

sedang dalam usia reproduksi

2. Paritas : mioma uteri lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita

yang relative infertile, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah

infertile menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang

14
menyebabkan infertile, atau apakah kedua keadaan ini saling

mempengaruhi

3. Ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, umumnya wanita berkulit

hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi karena ras kulit hitam memiliki

lebih banyak hormon esterogen. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor

ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga yang menderita mioma.

4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormone estrogen

dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah

menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah

menopause.

E. PATOFISIOLOGI
Pukka dan kawan-kawan melaporkan bahwa jaringan mioma uteri lebih

banyak mengandung reseptor esterogen jika dibandingkan dengan

miometrium normal. Pertumbuhan mioma uteri bervariasi pada setiap

individu bahkan diantara nodul mioma pada uterus yang sama. Perbedaan ini

berkaitan dengan jumlah reseptor esterogen dan reseptor progesteron. Meyer

dan De Sno mengemukaan patogenesis mioma uteri dengan teori cell nest

atau genitoblas. Pendapat ini lebih lanjut diperkuat oleh hasil penelitian

Miller dan Lipschutz yang mengatakan bahwa terjadionya mioma uteri

bergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang

selanjutnya dapat dirangsang terus-menerus oleh esterogen.3

Hormon-hormon yang diduga berpengaruh dalam pertumbuhan dan

perkembangan mioma yaitu :

15
 Esterogen

Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat

pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen

eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan

pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan

anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Selama fase sekretorik,

siklus menstruasi dan kehamilan, jumlah reseptor estrogen di miometrium

normal berkurang. Pada mioma reseptor estrogen dapat ditemukan

sepanjang siklus menstruasi, tetapi ekskresi reseptor tersebut tertekan

selama kehamilan.

 Progesteron

Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang

siklus menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis

natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan mioma

dengan dua cara yaitu: Mengaktifkan 17-Beta hidroxydesidrogenase dan

menurunkan jumlah reseptor estrogen pada mioma.

 Hormon Pertumbuhan

Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi

hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, terlihat

pada periode ini memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari

mioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik

antara hormon pertumbuhan dan estrogen.

16
F. MANIFESTASI KLINIS

Sekitar dua per tiga kasus mioma uteri asimptomatik dan ditemukan

secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologi. Diperkirakan hanya 20-50%

mioma saja yang menimbulkan gejala klinik. Hampir sebagian besar

penderita tidak mengetahui bahwa terdapat kelinan dalam uterusnya, terutama

sekali pada penderita dengan obesitas. Keluhan penderita sangat tergantung

pula dari lokasi atau jenis mioma yang diderita. Berbagai keluhan penderita

dapat berupa :2,5

 Perdarahan Abnormal Uterus

Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini

terjadi pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi

anemia defisiensi besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang

besar maka sulit untuk dikoreksi dengan suplementasi zat besi. Perdarahan

pada mioma submukosa seringkali diakibatkan oleh hambatan pasokan

darah endometrium, tekanan dan bendungan pembuluh darah di area

mioma (terutama vena) atau ulserasi endometrium di atas tumor atau

mioma. Mioma bertangkai seringkali menyebabkan trombosis vena dan

nekrosis endometrium akibat tarikan dan infeksi (vagina dan cavum uteri

terhubung oleh tangkai yang keluar dari ostium serviks). Dismenorea

dapat disebabkan oleh efek tekanan, kompresi, termasuk hipoksia lokal

miometrium.

17
 Nyeri

Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila

kemudian terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan

proses degenerasi akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai

mioma atau kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma

subserosa dari cavum uteri. Gejala abdomen akut dapat terjadi bila torsi

berlanjut dengan terjadinya infark atau degenerasi merah yang mengiritasi

selaput peritoneum (seperti peritonitis). Mioma yang besar dapat menekan

rektum sehingga menimbulkan sensasi untuk mengedan. Nyeri pinggang

dapat terjadi pada penderita mioma yang menekan persyarafan yang

berjalan di atas permukaan tulang pelvis.

 Efek Penekanan

Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan, tetapi

tidaklah mudah untuk menghubungkan adanya penekanan organ dengan

mioma. Mioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan terhadap

organ sekitar. Parasittik mioma dapat menyebabkan obstruksi saluran

cerna perlekatannya dengan omentum menyebabkan strangulasi usus.

Mioma serviks dapat menyebabkan sekret serosanguinea vaginal,

perdarahan, dispareunia dan infertilitas. Bila ukuran tumor lebih besar

lagi, akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih dan rektum. Semua

efek penekanan ini dapat dikenali melalui pemeriksaan IVP, kontras

saluran cerna, rontgen dan MRI. Abortus spontan dapat disebabkan oleh

efek penekanan langsung mioma terhadap cavum uteri.

18
G. DIAGNOSA

1. Anamnesis

Pada anamnesis, biasanya pasien mengeluhkan adanya perdarahan yang

diakibatkan oleh hambaran pasokan darah endometrium, tekanan dan

bendungan pembuluh darah di sekitar tumor. Gejala lain berupa

pembesaran abdomen progresif sehingga terasa penuh dan tekanan di

perut bawah.

2. Pemeriksaan Fisik

Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan bimanual

rutin uterus. Diagnosa mioma uteri menjadi jelas bila dilakukan

pemeriksaan inspekulo sehingga terlihat massa yang keluar dari kanalis

servikalis berwarna pucat. Pada pemeriksaan ginekologi atau

pemeriksaan dalam vagina dapat teraba massa yang keluar dari kanalis

servikalis dengan konsistensi lunak, mudah digerakkan, bertangkai dan

mudah berdarah.

3. Pemeriksaan Penunjang

a) Laboratorium

Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma ditandai

dengan hemoglobin dibawah nilai normal. Hal ini disebabkan

perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi.

Kadang-kadang mioma menghasilkan eritropoetin yang pada

beberapa kasus menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara

polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma

19
terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter

dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoietin ginjal.

b) Imaging

 Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan dengan USG transabdominal dan transvaginal

bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri.

Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang

kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi

melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas

mendapatkan variasi hipoechoic hingga hiperechoic berdasarkan

rasiootot polos dan jaringan ikat. Color flow doppler dapat

membedakan mioma dengan adanya vaskuler yang meningkat.

 MRI (Magnetic resonance Imaging)

MRI dapat dilakukan jika pencitraan lain sulit. MRI aman

digunakan karena tidak memakai radiasi ionisasi dan juga sangat

akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma

tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa

gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium

normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat

dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma.

20
H. DIAGNOSA BANDING

Mioma geburt dapat didiagnosis banding dengan polip serviks. Polip

serviks merupakan suatu adenoma ataupun adenofibroma yang berasal dari

mukosa endoserviks. Tangkainya dapat panjang hingga keluar OUE. Epitel

yang melapisi biasanya adalah epitel endoserviks yang dapat juga mengalami

metaplasia menjadi semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami

nekrosis sehingga mudah berdarah. Hal inilah yang membedakan dengan

mioma geburt dimana bagian yang berdarah bukan merupakan ujung mioma

tapi merupakan endometrium yang mengalami hiperplasia akibat pengaruh

ovarium. Selain itu tarjadi juga atrofi endometrium di atas mioma submukosa.

I. PENATALAKSANAAN

Terapi pada mioma harus memperhatikan usia, paritas, kehmilan,

konservasi fungsi reproduksi, keadaan umum dan gejala yang ditimbulkan

karena sangat mempengaruhi pemilihan terapi yang akan diberikan kepada

pasien. Bila kondisi pasien sangat buruk, lakukan upaya perbaikan yang

diperlukan termasuk nutrisi, suplementasi zat esensial ataupun transfusi.1,2

Tatalaksana mioma uteri dapat berupa konservatif atau operatif.4,6

1. Konservatif

Penderita dengan mioma uteri kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan

pengobatan tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Cara

penanganan konservatif adalah sebagai berikut :

 Observasi dengan pemeriksaan pelvik secara periodik setiap 3-6 bulan

21
 Bila anemia (Hb <8 g/dl) lakukan transfusi PRC

 Pemberian zat besi

2. Operatif

Cara operatif digunakan bila terapi medika mentosa tidak dapat

mengatasi keluhan. Pembedahan dapat berupa histerektomi, miomektomi.

a. Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa

pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada tipe

mioma submukosa yaitu mioma geburt dengan cara ekstirpasi lewat

vagina. Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin

mempertahankan fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan

histerektomi. Sampai sekarang, tindakan ini lebih aman, efektif dan

masih menjadi pilihan terbaik untuk kasus mioma submukosa.

b. Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya tindakan

terpilih. Indikasi histerektomi menurut American College of

Obstetricians and Gynecologist (ACOG) adalah salah satu dari kriteria

berikut :

1) Mioma asimptomatik yang dapat teraba dari dinding perut dan

dikeluhkan oleh pasien

2) Perdarahan uterus berlebihan, yang ditandai atau diikuti oleh

perdarahan banyak dan menggumpal atau berulang selama >8 hari

serta anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis

3) Rasa tidak nyaman di pelvik yang :

 Akut dan hebat

22
 Rasa tertekan bagian perut bawah atau pinggang atau

 Penekanan vesika urinaria yang meningkatkan frekuensi miksi

bukan disebabkan oleh infeksi saluran kemih.

3. Embolisasi Arteri Uterina (Uterine Artery Embolization/UAE)

Adalah tindakan pengobatan mioma dengan invasif minimal untuk

menghambat arteri yang menyuplai darah ke mioma. injeksi arteri uterina

dengan butiran polyvinyl alcohol melalui kateter yang nantinya akan

menghambat aliran darah ke mioma sehingga menyebabkan degenerasi

dan nekrosis. Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada setelah

pembedahan mioma dan pada UAE tidak dilakukan insisi serta waktu

penyembuhannya yang cepat.

4. Medikamentosa

Terapi medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi

pengganti sementara dari operatif. Meskipun terapi ini tidak memberikan

kesembuhan permanen, namun terapi dengan obat-obatan seperti analog

GnRH, NSAID, progestin biasanya tetap diberikan. Analog GnRH

menyebabkan keadaan hipogonadotropik-hipogonadal. Artinya, obat-

obatan ini menghasikan menopause kimiawi yang temporer dan reversibel

yang dapat mengecilkan volume mioma hingga 50% dengan cara

menurunkan konsentrasi esterogen yang beredar dalam darah dengan hasil

maksimal setelah tiga bulan terapi.

23
J. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum adalah :

1. Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-

0,6% dari seluruh mioma serta merupakan 50-75% dari semua sarcoma

uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan

histopatologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan

uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi

pembesaran sarang mioma dalam menopause.

2. Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat menjadi torsi, timbul gangguan

sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi

sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut

tidak terjadi. Pada mioma geburt dapat terjadi nekrosis dan infeksi karena

gangguan sirkulasi serta terjadi perdarahan misalnya metroragia atau

menoragiadan gangguan yang disebabkan oleh uterus sendiri.

K. PROGNOSIS
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif.

Myomectomi yang extensif dan secara signifikan melibatkan miometrium

atau menembus endometrium, maka diharuskan SC (section secaria) pada

persalinan berikutnya. Myoma yang kambuh kembali (rekurens) setelah

myomektomi terjadi pada 15-40% pasien dan dua per tiga nya

memerlukan tindakan lebih lanjut.

24
BAB III

ANALISA KASUS

No Kasus Tinjauan Pustaka


1. Perempuan 49 tahun Tumor ini sering terjadi pada usia
reproduksi yaitu antara usia 35-50
tahun (50-60%), belum pernah
dilaporkan terjadi sebelum usia
pubertas dan sekitar 10% ditemukan
setelah menopause. Prevalensi
meningkat jika ada riwayat keluarga,
ras, kegemukan dan nullipara.
2. Pasien masuk dengan keluhan Perdarahan menjadi manifestasi
keluar darah dari jalan lahir sejak 3 klinik utama pada mioma dan hal ini
minggu sebelum masuk RS, darah terjadi pada 30% penderita. Bila
berwarna merah kehitaman, banyak terjadi secara kronis maka dapat
dan seperti bergumpal-gumpal. terjadi anemia defisiensi besi dan bila
Darah aktif keluar terus menerus berlangsung lama dan dalam jumlah
sampai pasien mengganti 3-4 kali yang besar maka sulit untuk dikoreksi
pembalut dalam sehari. Disertai dengan suplementasi zat besi.
sakit perut bagian bawah sejak Nyeri lebih banyak terkait dengan
akhir bulan lalu proses degenerasi akibat oklusi
pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai
mioma atau kontraksi uterus sebagai
upaya untuk mengeluarkan mioma
subserosa dari cavum uteri.
Mioma serviks dapat menyebabkan
sekret serosanguinea vaginal,
perdarahan, dispareunia dan
infertilitas. Bila ukuran tumor lebih

25
besar lagi, akan terjadi penekanan
ureter, kandung kemih dan rektum.

3. Pemeriksaan ginekologi eksterna Mioma uteri mudah ditemukan


didapatkan vulva dan vagina dalam melalui pemeriksaan bimanual rutin
batas normal. Pemeriksaan uterus. Diagnosa mioma uteri menjadi
ginekologi interna didapatkan jelas bila dilakukan pemeriksaan
Teraba massa bulat bertangkai inspekulo sehingga terlihat massa
(pedunculated) keluar dari serviks yang keluar dari kanalis servikalis
uteri, berbentuk sebesar telur ayam berwarna pucat. Pada pemeriksaan
dengan ukuran ±7 cm, perabaan ginekologi teraba massa yang keluar
kenyal, permukaan rata dan licin, dari kanalis servikalis dengan
mudah digerakkan, pelepasan darah konsistensi lunak, mudah digerakkan,
(-), lendir (-). bertangkai dan mudah berdarah.
4 Pada pemeriksaan penunjang yang Anemia merupakan akibat paling
dilakukan, temuan bermakna yang sering dari mioma ditandai dengan
didapatkan pada pemeriksaan hemoglobin dibawah nilai normal.
laboratorium darah rutin, Hb 7,5 Bila terjadi secara kronis maka dapat
g/dl (anemia) Pemeriksaan USG terjadi anemia defisiensi besi dan bila
didapatkan kesan : Massa berlangsung lama dan dalam jumlah
Hipoechoic daerah cervix uteri yang besar maka sulit untuk dikoreksi
suspek Mioma Geburt dengan suplementasi zat besi.
Perdarahan pada mioma submukosa
seringkali diakibatkan oleh hambatan
pasokan darah endometrium, tekanan
dan bendungan pembuluh darah di
area mioma (terutama vena) atau
ulserasi endometrium di atas tumor
atau mioma.
Pemeriksaan dengan USG

26
transabdominal dan transvaginal
bermanfaat dalam menetapkan adanya
mioma uteri. Ultrasonografi
transvaginal terutama bermanfaat
pada uterus yang kecil. Uterus atau
massa yang paling besar baik
diobservasi melalui ultrasonografi
transabdominal. Mioma uteri secara
khas mendapatkan variasi hipoechoic
hingga hiperechoic berdasarkan
rasiootot polos dan jaringan ikat.
Color flow doppler dapat
membedakan mioma dengan adanya
vaskuler yang meningkat
5 Pada pasien ditatalaksana dengan Terapi pada mioma harus
metode operatif yaitu histerektomi memperhatikan usia, paritas,
total dan salfingooforektomi kehamilan, konservasi fungsi
bilateral reproduksi, keadaan umum dan gejala
yang ditimbulkan karena sangat
mempengaruhi pemilihan terapi yang
akan diberikan kepada pasien.
Tatalaksana pada mioma geburt ini
meliputi konservatif, operatif,
medikamentosa dan embolisasi arteri
uterina.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Bandaso E.R.N., Saranga D., Kaput J.A. 2019. Mioma Geburt dengan
Anemia. Jurnal Medical Profession (MedProf) 1(1):39-42
2. Prawiroharjo S., Wiknjosastro H. 2011. Tumor Jinak Endometrium dalam
Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
3. Prawiroharjo S., Wiknjosastro H. 2011. Penyakit Neoplasma dalam Ilmu
Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
4. Wallach E.E., Vhallos N.F. 2004. Clinical Gynecologic Series : An Expert’s
View. Uterine Myomas : An Overview of Development, Clinical Features
and Management. American college of Obstetricians and Gynecologists.
Lippincott Williams and Wilkins 104 (2):393-406
5. Pasinggi S., Wagey F., Rarung M. 2015. Prevalensi Mioma Uteri
Berdasarkan Umur di RSUP Prof. DR. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic
(eCI) 3(1):71-76
6. Surya E., Muzakkar M. 2017. Laporan Kasus Mioma Servikal. Cermin Dunia
Kedokteran-249 44(2):118-120
7. Liang B., Xie Y.G., Xu X.P., Hu C.H. 2018. Diagnosis and Treatment of
Submucous Myoma of the Uterus With Interventional Ultrasound. Oncology
Letters 15:6189-6194
8. Pratiwi L., Suparman E., Wagey F. 2013. Hubungan Usia Reproduksi dengan
Kejadian Mioma Uteri di RSUP. Prof. DR. D. Kandou Manado. Jurnal e-
Clinic (eCI) 1(1):26-30

28
9. Lilyani D.I., Sudiat M., Basuki R. 2012. Hubungan Faktor Risiko dan
Kejadian Mioma Uteri di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
Jurnal Kedokteran Muhammadiyah 1(1):14-19

29

Anda mungkin juga menyukai