Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS II

April 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA

KISTA OVARIUM BILATERAL

Disusun oleh:

NAMA: FATMAWATI
NIM: 2017-84-003

PEMBIMBING:

dr. Zulaikha Marikar Sp.OG, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019
BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. SDK
Tanggal lahir : 06-11-1980
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Passo
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SMA
Status pernikahan : Menikah
No.RM : 14-47-77
Ruangan : Ginekologi
Jaminan kesehatan : BPJS
Tanggal MRS : 31-03-2019. Pukul 18.00 WIT
Tanggal pemeriksaan : 31-03-2019
Lama perawatan : 5 hari

B. Anamnesis
- Keluhan utama : Nyeri perut bagian bawah sejak ± 6 bulan lalu.
- Anamnesis terpimpin : pasien datang dengan keluhan nyeri
perut bagian bawah yang dialami sejak ± 6 bulan SMRS. Nyeri awalnya
dirasakan dibagian perut kanan bawah dan lama kelamaan terasa nyeri
disebelah kiri bawah dan menjalar sampai ke pinggang bagian belakang dan
nyeri lama kelaman semakin bertambah seiring waktu dan nyeri bertambah
ketika pasien berjalan. Menurut pasien selama 6 bulan ini merasakan nyeri
perut bagian bawah ketika mau haid, dan nyerinya berlangsung sampai 2
minggu selesai haid dan pasien meraskaan demam sampai mengigil. Pasien

2
juga mengaku siklus haid tidak teratur dan kadang terlambat haid, pasien haid
paling lama 2-3 hari dan kadang tidak menentu, dalam sehari pasien ganti
pembalut sebanyak 3 kali. Mual (-), muntah (-), makan-minum baik,
penurunan berat badan ± 4 kilogram sebelumnya pasien berat badannya 69
kilogram dan sekarang pasien berat badannya 65 kilogram. BAK-BAB lancar.
Sebelumnya pasien pernah periksa ke puskesmas dan mendapatkan obat dari
puskesma namun keluhan membaik ketika meminum obat dan lama kelaman
keluhan muncul lagi.
- Riwayat pengobatan:
Pasien minum obat penghilang nyeri dari puskesma pasien lupa nama obat
- Riwayat penyakit dahulu :
Keluhan yang sama sebelumnya tidak ada. Hipertensi (-), DM (-), Alergi (-),
Asma (-), Tumor (-)
- Riwayat keluarga :
Tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan seperti pasien
- Riwayat mensturasi:
Menarche : usia 11 tahun
HT : 25 Maret 2019
Siklus haid: tidak teratur, selama +5 hari
Riwayat nyeri saat haid (+), hilang dengan pengobatan
- Riwayat perkawinan: Menikah 1x, usia 20 tahun, riwayat perdarahan saat
koitus (-), nyeri saat koitus (+)
- Riwayat penggunaan alat kontrasepsi: Pil KB selama beberapa bulan, hamil
(-).

C. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda vital :
- Tekanan darah :110/70 mmHg
- Nadi :80x/m

3
- Pernafasan : 20x/m
- Suhu : 36,70C
Kepala : ukuran normal (normosefal)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
Telinga : pendengaran kesan normal, deformitas (-), nyeri tekan (-).
Hidung : sekret (-/-), deformitas (-), deviasi septum nasal (-).
Mulut : perdarahan gusi (-), gigi intak, lidah kotor (-).
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran tiroid (-)

Thoraks
a. Paru
- Inspeksi : bentuk normochest, pengembangan dada simetris (kiri-kanan),
simetris, pelebaran sela iga (-), deformitas (-), jaringan parut (-).
- Palpasi: pergeseran trakea (-), nyeri tekan (-), fremitus taktil normal.
- Perkusi : paru kiri dan kanan sonor.
- Auskultasi : bunyi pernafasan : vesikuler +/+, bunyi tambahan : ronchi -/-,
wheezing -/-
b. Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi :ictus cordis tidak teraba.
- Perkusi : pekak +/+, batas jantung normal
- Auskultasi : BJ I/I murni regular normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : (Pemeriksaan Ginekologi)


Ekstremitas : edema (-/-), akral hangat, sianosis (-/-), turgor baik, CTR < 2”.
AHMK.

Status Ginekologi
Abdomen

4
- Inspeksi : datar, tanda-tanda kehamilan (-), striae (-), jaringan parut (-),
bekas operasi (-).
- Auskultasi : peristaltik usus normal 8x/menit
- Palpasi :Lemas (tidak tegang), tidak teraba adanya massa. Nyeri
tekan pada perut bagian bawah (+) terutama kiri dan kanan
- Perkusi : Timpani

Genitalia
- Inspeksi OG luar: Vulva radang (-), OUE perdarahan aktif (-)
- Inspekulo: Ø (-), fluksus (+), flour (-), Vagina: rugae (+), erosi (-), Porsio:
ukuran normal, licin, warna kemerahan, permukaan erosi (-).
- Pemeriksaan dalam/ VT: tidak dilakukan
- Pemeriksaan bimanual: tidak dilakukan

D. Pemeriksaan penunjang
Darah rutin 01-04-2019
Eritrosit 4,59 .103/mm3
HB 11,9 g%
HCT 36,6%
MCV 74 fl
MCH 24,0 fl
MCHC 32,5 fl
Platelet 356.103/µl

Masa perdarahan -
Masa pembekuan -

Darah Kimia 01-04-2019


GDS 123 mg/dl
Ureum 21 mg/dl
Creatinin 0,9 mg/dl
SGOT 28 u/L
SGPT 14 u/L
Gol. Darah -

5
EKG : kesan normal
PP Test : Negatif
Pemeriksaan USG: Kista Ovarium

Hasil gambaran USG :


- Uterus kanan normal
- Kista ovarium kiri berukuran 8,75cm x 6,45cm
- Ovarium kanan normal
E. Resume
Seorang perempuan usia 38 tahun G3P3A0, datang dengan nyeri perut bagian
bawah yang dialami sejak ± 6 bulan SMRS. Nyeri awalnya dirasakan dibagian
perut kanan bawah dan lama kelamaan terasa nyeri disebelah kiri bawah dan
menjalar sampai ke pinggang bagian belakang dan nyeri lama kelaman semakin
bertambah seiring waktu dan nyeri bertambah ketika pasien berjalan. Menurut
pasien selama 6 bulan ini merasakan nyeri perut bagian bawah ketika mau haid,
dan nyerinya berlangsung sampai 2 minggu selesai haid dan pasien meraskaan
demam sampai mengigil. Pasien juga mengaku siklus haid tidak teratur dan
kadang terlambat haid, pasien haid paling lama 2-3 hari dan kadang tidak
menentu, dalam sehari pasien ganti pembalut sebanyak 3 kali. penurunan berat

6
badan ± 4 kilogram sebelumnya pasien berat badannya 69 kilogram dan sekarang
pasien berat badannya 65 kilogram.
Riwayat pengobatan: Pasien minum obat penghilang nyeri dari puskesma
pasien lupa nama obat, Riwayat mensturasi: Menarche: usia 11 tahun, HT: 25
Maret 2019, Siklus haid: tidak teratur, selama +5 hari, Riwayat nyeri saat haid (+),
hilang dengan pengobatan, Riwayat perkawinan: Menikah 1x, usia 20 tahun,
riwayat perdarahan saat koitus (-), nyeri saat koitus (+), Riwayat penggunaan alat
kontrasepsi: Pil KB selama beberapa bulan, hamil (-). Tanda vital: TD 110//70
mmHg, Nadi 80x/m, Pernafasan 20x/m, Suhu 36,7°C.
Pemeriksaan fisik didapatkan pada palpasi nyeri tekan pada perut bagian
bawah(+). Hct 34,8 %, USG pelvis: Kista ovarium kiri berukuran 8,75cm x
6,45cm

F. Diagnosis
Kista Ovarium Bilateral

G. Tatalaksana
- IVFD RL 20 tpm
- Memfasilitasi pasien untuk periksa darah lengkap + foto thorax
- Pro laparatomi
- Operasi dilakukan pada tanggal 01/04/2019
- Jenis Tindakan: Laparatomi : Adhesiolysis + kistektomi ovarium bilateral

H. Laporan Operasi (dilakukan operasi tanggal 01 Maret 2019)


- Diagnosis pra operasi : kista ovarium bilateral
- Diagnosis post operasi : kista cokelat ovarium bilateral + perlengketan hebat
kista dengan usus dan omentum
- Tehnik operasi
1. Pasien berbaring terlentang diatas SHB

7
2. Aseptik dan antiseptik dengan operasi dan selebihnya dilakukan
prosedur operasi.
3. Insisi peritoneal ±10cm, perluas dan perdalam secara tajam dan tumpul
sampai cavum peritoneum
4. Identifikasi disekitar abdomen tampak kista cokelat ovarium bilateral,
perlengketan omentum kulit dan usus
5. Lakukan adhesiolysis secara tajam dan tumpul
6. Lakukan kistektomi ovarium bilateral
Kista ovarium kiri ukuran 10x10cm kista ovarium kanan ukuran 6x6cm
7. Kontrol perdarahan, perdarahan (-), cuci kavuk abdomen dengan NaCL
0,9%
8. Jahit abdomen lapis demi lapis, kontrol perdarahan, perdarahan (-)
9. Operasi selesai
- Instruksi post operasi
1. IVFD RL:Futrolit: D5% = 2:1:1 28TPM
2. Drip metronidazole 0,5 gr/8 jam/iv
3. Asam traneksamat 500mg/8jam/iv
4. Injek ranitidine amp/8jam/iv
5. Injek ketorolaks amp/8jam/iv
6. Profenid supp/12 jam
7. Injek antibiotik 2 jam post operasi
8. Total urine/24 jam

I. Prognosis:
- Quo ad Functionam : Dubia Ad Bonam
- Quo ad Sanationam : Dubia Ad Bonam
- Quo ad Vitam : Dubia Ad Bonam

J. Follow-up
Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi

8
 S : nyeri luka bekas operasi, BAB (-)  IVFD RL : 20tpm
 Injek Cefotaxim 2x1 gr/iv
2/4/2019  O:  Injek ranitidine 3x1 ampiv
 KU = Baik, CM
 Injek ketolokas 3x1 amp/iv
 Mata = Ca -/-, Si -/-
 Abd = Supel, NT (+) pada luka ops,  Kalnex 3x1 amp/iv
TD: 120/80 luka ops baik, BU (+) normal  Drip metronidazole 0,5 gr/8
N : 82x/m jam/iv
P : 20x/m  A: Post laparatomi: adhesiolysis  PCT 3x1 tab
S: 36,4 ͦ C +kistektomy ovarium bilateral  Profenid supp/12 jam
 Total urin/24jam
3/4/2019 S : nyeri luka bekas operasi berkurang,  IVFD RL : 20tpm
BAB (-)  Cefadroxil 2x250mg
 O:  Drip metronidazole 3x500gr/iv
 KU = Baik, CM
TD:120/70  Mata = Ca -/-, Si -/-  Asam mefenamat 3x500mg
N : 86x/m  Abd = Supel, NT (+) pada luka ops,
P : 20x/m luka ops baik, BU (+) normal Besok pagi
S: 36 0C  Dulcolax sup 2x1/rectal
 A: Post laparatomi: adhesiolysis  Ganti verband
+kistektomy ovarium bilateral
 Jia sudah BAB boleh pulang

4/4/2019 S : tidak ada keluhan  Aff infus


 O:  Cefadroxil 500mg 2x1 tab
TD : 110/70  KU = Baik, CM  Asam mefenamat 500mg 3x1
N : 88x/m  Mata = Ca -/-, Si -/-
 Abd = Supel, NT (+) pada luka ops, tab
P : 20x/m
luka ops baik, BU (+) normal  Metronidazole 500mg 3x1 tab
S : 36, 0C
 Pasien pulang
 A: Post laparatomi: adhesiolysis
+kistektomy ovarium bilateral

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. KISTA OVARIUM
A. Definisi
Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang beisi
cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bisa berupa air, darah, nanah, atau
cairan coklat kental seperti darah menstruasi. Kista banyak terjadi pada wanita
usia subur atau usia reproduksi.1,2
Kista ovarium juga merupakan rongga berbentuk kantong berisi cairan di
dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena terbentuk
setelah sel telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista fungsional akan mengerut dan
menyusut setelah beberapa waktu (1-3 bulan), demikian pula yang terjadi bila
seseorang perempuan sudah menopause, kista fungsional tidak terbentuk karena
menurunnya aktivitas indung telur.2

B. Etiologi
Kista ovarium dapat timbul akibat stimulasi yang berlebihan terhadap
gonadotropin.2,3
a. Gestational tropoblastic neoplasma (molahidatidosa dan khoriokarsinoma)
b. Fungsi ovarium, ovulasi yang terus menerus akan menyebabkan epitel
permukaan ovarium mengalami perubahan neoplastik.
c. Zat karsinogen, zat radioaktif, asbes, virus eksogen dan hidrokarbon
polikistik

10
d. Pada pasien yang sedang diobati akibat kasus infertilitas dimana terjadi
induksiovulasi melalui manipulasi hormonal.

C. Patofisiologi Kista Ovarium


Setiap indung telur berisi ribuan telur yang masih mudah atau folikel yang
setiap bulannya akan membesar dan satu diantaranya membesar sangat cepat
sehingga menjadi telur matang. Pada peristiwa ovulasi telur yang matang ini
keluar dari indung telur dan bergerak ke rahim melalui saluran telur. Apabila sel
telur yang matang ini dibuahi, folikel akan mengecil dan menghilang dalam waktu
2-3 minggu dan akan terus berulang sesuai siklus haid pada seorang wanita.
Namun jika terjadi gangguan pada proses siklus ini bisa membentuk kista.3
Kista juga dapat terbentuk jika fungsi ovarium yang abnormal menyebabkan
penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium.
Folikel tidak mengalami ovulasi karena kadar hormon FSH rendah dan hormon
LH tinggi pada keadaan yang tetap ini menyebabkan pembentukan andorogen dan
estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal yang mengakibatkan folikel anovulasi,
folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur,
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di
dalam ovarium.4,5

D. Klasifikasi Kista Ovarium


a. Kista Ovarium Non Neoplastik4
- Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak berovulasi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel. Kista ini berdiameter 1-1cm. Kista ini
bisa menjadi sebesar jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis
terdiri atas beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di

11
dalam kista, terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista jernih
dan sering kali mengandung estrogen, oleh sebab itu kista kadang-kadang
dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lama kelamaan
mengecil dan dapat menghilang, atau bisa terjadi ruptur dan kista
menghilang.

- Kista Korpus Luteum


Korpus luteum disebut kista korpus luteum jika berukuran > 3 cm,
kadang-kadang diameter kista ini dapat sebesar 10 cm, rata-rata 4 cm
Dalam keadaan normal korpus luteum lama kelamaan mengecil dan
menjadi korpus albikans. Perdarahan yang sering terjadi di dalamnya
menyebabkan terjadinya kista, kista ini berisi cairan yang berwarna
merah coklat. Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberi
gambaran yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning,
terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel- sel teka. Kista korpus
luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amonorea diikuti
oleh pendarahan yang tidak teratur. Adanya kista dapat menyebabkan
rasa berat di perut bagian bawah. Rasa nyeri di dalam perut yang
mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan
dalam diagnosis. Penanganan kista luteum ialah menunggu sampai kista
hilang sendiri.
- Kista Teka Lutein
Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan jarang terjadi
dibandingkan kista folikel atau kista korpus luteum. Kista teka lutein
berisi cairan berwarna kekuning-kuningan. Berhubungan dengan
penyakit trofofoblastik kehamilan (misalnya mola hidatidosa,
koriokarsioma), penyakit ovarium polikistik dan pemberian zat
perangsang ovulasi. Gejala yang timbul biasanya rasa penuh atau
menekan pada pelvis. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh

12
hormon koriogononadotropin yang berlebihan, dan hilangnya mola atau
koriokarsinoma, ovarium yang mengecil secara spontan.
- Kista Inkusi Germinal
Tumor ini lebih banyak terdapat pada wanita usia lanjut, dan besarnya
jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara kebetulan
ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu
operasi. kista ini terletak di bawah permukaan ovarium, dindingnya
terdiri atas satu lapisan epitel, berisi cairan jernih.
- Kista Endometrium
Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium. Endometriosis adalah
suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi
terdapat di luar kavun uteri. Jaringan endometrium terdapat di dalam
miometrium maupun di luar uterus. Endometriosis lebih sering
ditemukan pada wanita pada umur muda, dan wanita yang tidak
mempunyai banyak anak. Gambaran mikroskopik dari endometriosis
yaitu pada ovarium tampak kista-kista biru kecil sampai kista besar
berisi darah tua menyerupai coklat (kista coklat atau endometrioma).
Gejala klinis endometriosis terjadi karena pengaruh hormonal estrogen
dan progesteron sehingga terjadi siklus menstruasi. Gejala klinis
endometriosis dalam bentuk: dismenorea (nyeri abdomen/perut sesuai
dengan waktu menstruasi), disparunia (nyeri saat hubungan seksual),
nyeri saat defekasi (pada endometriosis dinding rektosigmoid),
menoragia (perubahan menstruasi dalam bentuk polimenorea atau
hipermenorea), infertilitas (gangguan saluran tuba falopii sehingga tidak
berfungsi sebagai saluran ovum spermatozoa dan tempat konsepsi).
Endometriosis dijumpai secara kebetulan pada pasangan yang
memeriksakan diri karena kemandulan. Penaganan endometriosis terdiri
atas pencegahan, pengawasan, terapi hormonal, pembedahan, dan radiasi
- Kista Stein Leventhhal

13
Pada tahun 1955 Stein dan Leventhal meminta perhatian dengan
terhadap segolongan wanita muda dengan gejala-gejala infertilitas,
amenorea. Kista ini disebabkan oleh gangguan hormonal.

b. Kista Ovarium Neoplastik4


- Kistoma Ovarii Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan
cairan di dalam kista jernih dan berwarna kuning. Pada dinding kista
tampak lapisan epitel kubik. Berhubungan adanya tangkai dapat terjadi
torsi (putaran tangkai) dengan gejal-gejala mendadak. Terapi yang
dilakukan dengan pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan
tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik
untuk mengetahui apakah ada keganasan.
- Kistadenoma Ovarii Musinosum
Tumor musinosum merupakan 15 %- 25% dari semua neeoplasma
ovarium dan menyebabkan 6%-10% kanker ovarium. Sekitar 8%-10%
adalah bilateral. Tumor ini bisa sangat besar (>70 kg) tetapi rata-rata
berdiameter 16-17 cm saat didiagnosis dan terutama ditemukan pada dua
kelompok umur (10-30 tahun dan >40 tahun). Biasanya tidak
menimbulkan gejala selain rasa penuh akibat adanya massa dalam perut.
Tumor musinosum berdinding licin halus dan berisi cairan kental, tebal ,
kecoklatan (Benson, 2008). Bila terjadi keganasan terapi yang dilakukan
adalah melakukan pembedahan.
- Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista jenis ini tidak mencapai ukuran yang sangat besar dibandingkan
dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin dan
berwarna keabu-abuan. Ciri khas kista ini ialah potensi pertumbuhan
papiler ke dalam rongga kista sebesar 50 % dan keluar pada permukaan
kista sebesar 5 %. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat
karena campuran darah.

14
- Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding
dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel
endometrium. Kista ini ditemukan oleh Sartesson tahun 1969, kista ini
tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.
- Kista Dermoid
Tidak ada ciri-ciri khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan
putih dan keabu-abuan, dan agak tipis. Pada umumnya terdapat satu
daerah pada dinding bagian dalam yang menonjol dan padat. Kista
dermoid dapat terjadi torsi tangkai (komplikasi) dengan gejala nyeri
mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya
sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga
peritoneum. Perubahan keganasan jarang terjadi, kira-kira 1,5% dari
semua kista dermoid, dan biasanya terjadi pada wanita sesudah
menopause. Kista dermoid penaganannya dengan pengangkatan seluruh
ovarii.

E. Faktor Resiko5
Penyebab kista ovarium dan beberapa faktor resiko berkembangnya ovarium
adalah wanita yang biasanya memiliki:
 Riwayat kista ovarium terdahulu
 Siklus haid tidak teratur
 Perut buncit
 Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
 Sulit hamil
 Penderita Hipotiroid
 Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi.

F. Manifestasi klinik

15
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya
sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapun kista yang berkembang
menjadi besar dan menimbulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak
biasa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan
keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di
luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk
memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh anda untuk mengetahui
gejala mana yang serius.4,5
Gejala-gejala berikut yang muncul bila anda mempunyai kista ovarium:
 Perut terasa penuh, berat, kembung.
 Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil).
 Haid tak teratur.
 Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar
kepanggul bawah dan paha.
 Nyeri senggama.
 Mual, ingin muntah, atau pergeseran payudara mirip seperti pada saat
hamil.

G. Diagnosis
Penegakan diagnosis dapat dibantu dengan pemeriksaan yang berupa:6,7
- Anamnesis
Anamnesa lengkap merupakan bagian penting dari diagnosis tumor
adneksa. Pertanyaan tentang rasa nyeri, lokasi, dan derajat nyeri serta
kapan mulai timbulnya rasa nyeri tersebut akan memudahkan penegakan
diagnosis. Anamnesa seperti keluhan klinik kista ovarium ringan karena
besarnya tumor dan keluhan mendadak akibat komplikasi kista ovarium.
- Pemeriksaan fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada
wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal
ini adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan

16
menjadi sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik,
mobile, permukaan massa umumnya rata.
Pemeriksaan fisik antara lain :
a) Fisik umum sebagai tanda vitalnya.
b) Pemeriksaaan palpasi: teraba tumor di abdomen (bentuk
kista padat), bergerak, terasa nyeri atau tidak nyeri.
c) Pemeriksaan dalam: melihat letak tumor apakah melekat
dengan uterus.
d) Pemeriksaan spekulom: melihat servik dilakukan biopsi
atau PAP smear.
e) Pemeriksaan rektal : memberikan konfirmasi jelas tentang
keberadaan tumor

- Pemeriksaan penunjang
 USG
Merupakan alat terpenting dalam menggambarkan kista ovarium.Dengan
pemeriksaan ini dapat ditentukan letak batas tumor, apakah tumor berasal
dariuterus, atau ovarium, apakah tumor kistik atau solid dan dapat
dibedakan pulaantara cairan dalam rongga perut yang bebas dan
tidak.Dapat membantumengidentifikasi karakteristik kista ovarium.
 Foto Roentgen
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Pemeriksaan pielogram inravena dan pemasukan bubur barium pada kolon
dapat untuk menentukan apakah tumor bearasal dari ovarium atau tidak,
misalnya tumor bukan dari ovarium yang terletak di daerah pelvis seperti
tumor kolon sigmoid.
 Pengukuran serum CA-125
Tes darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-125, CA-
125diasosiasikan dengan kanker ovarium. Dengan ini diketahui apakah
massa ini jinak atau ganas.
 Laparoskopi

17
Perut diisi dengan gas dan sedikit insisi yang dibuat untuk memasukan
laparoskop.Melalui laparoskopi dapat diidentifikasi dan mengambil sedikit
contoh kista untuk pemeriksaan PA.

H. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan kista ovarium dibagi atas dua metode:7,8
1. Terapi hormonal
Pengobatan dengan pemberian pil KB (gabungan estrogen- progresteron)
boleh ditambahkan obat anti androgen progesteron cyproteron asetat yang akan
mengurangi ukuran besar kista. Untuk kemandulan dan tidak terjadinya
ovulasi, diberikan klomiphen sitrat. Juga bisa dilakukan pengobatan fisik pada
ovarium, misalnya melakukan diatermi dengan sinar laser.

2. Terapi Pembedahan /Operasi


Pengobatan dengan tindakan operasi kista ovarium perlu mempertimbangkan
beberapa kondisi antara lain, umur penderita, ukuran kista, dan keluhan.
Apabila kista kecil atau besarnya kurang dari 5 cm dan pada pemeriksaan
Ultrasonografi tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan, biasanya dilakukan
operasi dengan laparoskopi dengan cara, alat laparoskopi dimasukkan ke
dalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut.
Apabila kista ukurannya besar, biasanya dilakukan pengangkatan kista dengan
laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara
laparatomi, kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan
atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan, dilakukan operasi sekalian
mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar dan kelenjar
limpe.

I. Komplikasi9
- Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga
berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika

18
perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang
cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang mendadak.
- Torsio. Putaran tangkai dapat terjadi pada kista yang berukuran
diameter 5 cm atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan
sirkulasi meskipun gangguan ini jarang bersifat total.
- Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada
perut dan dapat menekan vesica urinaria sehingga terjadi
ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara
sempurna.
- Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopouse sehingga
besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor
inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvic menjadi penting.

J. Prognosis
Prognosis untuk kista jinak baik.Walaupun penanganan dan pengobatan
kanker ovarium telah dilakukan dengan prosedur yang benar namun hasil
pengobatannya sampai sekarang ini belum sangat menggembirakan termasuk
pengobatan yang dilakukan di pusat kanker terkemuka di dunia sekalipun. Angka
kelangsungan hidup 5 tahun (“5 Years survival rate”) penderita kanker ovarium
stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%, sedangkan sebagian besar penderita 60-
70% ditemukan dalam keadaan stadium lanjut sehingga penyakit ini disebut juga
dengan “silent killer.8,9

19
BAB III
DISKUSI

Wanita umur 38 tahun datang kepoliklinik kebidanan RSUD M.Haulussy


dengan keluhan nyeri perut bagian bawah yang dialami sejak ± 6 bulan SMRS.
Nyeri awalnya dirasakan dibagian perut kanan bawah dan lama kelamaan terasa
nyeri disebelah kiri bawah dan menjalar sampai ke pinggang bagian belakang dan
nyeri lama kelaman semakin bertambah seiring waktu dan nyeri bertambah ketika
pasien berjalan. Menurut pasien selama 6 bulan ini merasakan nyeri perut bagian
bawah ketika mau haid, dan nyerinya berlangsung sampai 2 minggu selesai haid
dan pasien meraskaan demam sampai mengigil. Pasien juga mengaku siklus haid
tidak teratur dan kadang terlambat haid, pasien haid paling lama 2-3 hari dan
kadang tidak menentu, dalam sehari pasien ganti pembalut sebanyak 3 kali.
Penurunan berat badan ± 4 kilogram sebelumnya pasien berat badannya 69
kilogram dan sekarang pasien berat badannya 65 kilogram. Riwayat menstruasi
pasien haid pertama di usia 11 tahun lama haid 5 hari siklus tidak teratur, riwayat
pengobatan yaitu Pasien minum obat penghilang nyeri dari puskesma pasien lupa
nama obat. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah :110/70mmHg,

20
Nadi : 80x/mnt, pernafasan : 20x/mnt, suhu : 36,7oC, pada pemeriksaan abdomen
didaptkan nyeri tekan pada suprapubik (+) terutama di bagian kiri dan kanan
bawah abdomen. Pada pemeriksaan genetalia eksterna dalam batas normal. Pada
pemeriksaan penunjang HB: 11,9 g/dl. Pada pemeriksaan USG kesan kista
ovarium.
Berdasarkan kepustakaan kista ovarium adalah benjolan yang membesar,
seperti balon yang beisi cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bisa
berupa air, darah, nanah, atau cairan coklat kental seperti darah menstruasi. Kista
banyak terjadi pada wanita usia subur atau usia reproduksi. Kista ovarium juga
merupakan rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan ovarium.
Kista ini disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah sel telur dilepaskan
sewaktu ovulasi. Kista fungsional akan mengerut dan menyusut setelah beberapa
waktu (1-3 bulan), demikian pula yang terjadi bila seseorang perempuan sudah
menopause, kista fungsional tidak terbentuk karena menurunnya aktivitas indung
telur. Faktor risiko kista ovarium adanya riwayat kista ovarium terdahulu, siklus
haid tidak teratur, perut buncit, menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih
mudah), sulit hamil, penderita hipotiroid, dan riwayat kanker payudara yang
pernah menjalani kemoterapi. Berdasarkan manifestasi klinik sebagian besar kista
ovarium tidak menimbulkan gejala atau hanya sedkit nyeri, tetapi adapun kista
yang berkembang menjadi l besar dan menimbunya nyeri yang tajam keluhan dari
kista ovarium berupa perut terasa penuh, berat dan kembung, tekanan pada dubur
dan kandung kemih (sulit berkemih), haid tidak teratur, nyeri panggul yang
mentap dan menyebar ke panggul bagian bawah dan paha, nyeri saat senggama,
mual. Modalitas utama untuk pemeriksaan kista ovarium dengan ultrasonografi.
Penanganan awal yang direncanakan pada pasien ini adalah tidakan
Laparatomi : Adhesiolysis dan kistektomi ovarium bilateral ketika dilakukan
prosedur operasi didapatkan, pada rongga perlvis terdapatkan disekitar abdomen
tampak kista cokelat ovarium bilateral, perlengketan omentum kulit dan usus,
kista ovarium kiri ukuran 10x10cm kista ovarium kanan ukuran 6x6cm. Pasien ini
setelah di lakukan operasi kemudian didiagnosis kista cokelat ovarium bilateral
dan perlengketan hebat kista dengan usus dan omentum.

21
Berdasarkan kepustakaan kista cokelat pada ovarium atau disebut sebagai kista
endometrium, Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium. Endometriosis
adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi
terdapat di luar kavun uteri. Jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium
atau pun di luar uterus misalnya di ovarium, usus halus, usus besar bahkan bias
tumbuh di paru-paru. Endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita pada
umur muda, dan wanita yang tidak mempunyai banyak anak. Gambaran
mikroskopik dari endometriosis yaitu pada ovarium tampak kista-kista biru kecil
sampai kista besar berisi darah tua menyerupai coklat (kista coklat atau
endometrioma).
Gejala klinis endometriosis terjadi karena pengaruh hormonal estrogen dan
progesteron sehingga terjadi siklus menstruasi. Gejala klinis endometriosis yaitu:
dismenorea (nyeri abdomen/perut sesuai dengan waktu menstruasi), disparunia
(nyeri saat hubungan seksual), nyeri saat defekasi (pada endometriosis dinding
rektosigmoid), menoragia (perubahan menstruasi dalam bentuk polimenorea atau
hipermenorea), infertilitas (gangguan saluran tuba falopii) sehingga tidak
berfungsi sebagai saluran ovum spermatozoa dan tempat konsepsi). Endometriosis
dijumpai secara kebetulan pada pasangan yang memeriksakan diri karena
kemandulan. Penaganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan,
terapi hormonal, pembedahan, dan radiasi.
Pada pemeriksaan patologi anatomi sendiri akan ditemukan adanya kelenjar dan
stroma endometrium. Namun pada pasien ini juga tidak dilakukan pemeriksaan
patologi anatomi.
Penangan akhir pada pasien ini adalah Adhesiolysis dan kistektomi
ovarium bilateral prosedur ini dilakukan berdasarkan persetujuan pasien.
Berdasarkn kepustakaan Pengobatan dengan tindakan operasi kista ovarium perlu
mempertimbangkan beberapa kondisi antara lain, umur penderita, ukuran kista,
dan keluhan. Apabila kista kecil atau besarnya kurang dari 5 cm dan pada
pemeriksaan Ultrasonografi tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan, biasanya
dilakukan operasi dengan laparoskopi dengan cara, alat laparoskopi dimasukkan
ke dalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut.

22
Apabila kista ukurannya besar, biasanya dilakukan pengangkatan kista dengan
laparatomi.
Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara laparatomi,
kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan atau tidak. Bila
sudah dalam proses keganasan, dilakukan operasi sekalian mengangkat ovarium
dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar dan kelenjar limpe.

REFERENSI

1. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Tumor


Ovarium Neoplastik Jinak. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Jakarta
:Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. p. 388-
9.
2. Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia; 2006. p.130.
3. Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri
Patologi.Edisi 2. Jakarta: EGC hal :104.
4. Wiknjosastro H. Tumor Jinak Pada Alat Genital Dalam Buku Ilmu
Kandungan Edisi2., editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina
PustakaSarwono Prawirohardjo.2005: 345-346.
5. Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2007. Ilmu Kandungan. Edisi 2.Cetakan 5.Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 346-362.
6. Anonim. (2004), Kista Ovarium yang Jarang Disadari. (majalah farmasia),
Available from: http://www.majalahfarmasia.com. (Acessed: 2012, April 15).

23
7. William Helm, C. (2005), Ovarian Cysts, (emedicine), Available from:
http://emedicine.com (Acessed: 2012, April 15).
8. Mulyana, Salim. (2007), Kistoma Ovarii, (medlinux.blogspot), Available
from: http://medlinux.blogspot.com. (Acessed: 2012, April 15).
9. Sindroma ovarium polikistik. Hadibroto, Budi R. Departemen Ostetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2005.

24

Anda mungkin juga menyukai