S
IGD
Biodata
•Identitas Pasien:
•Nama Pasien : Tn. S
•Jenis kelamin : Laki laki
•Umur : th
•Jaminan : BPJS Kesehatan
•Masuk RS : 14/06/22
ANAMNESIS
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas menjalar ke pinggang
kanan dikeluhkan sejak kemarin malam, keluhan dirasakan tiba tiba.
Mual muntah tidak ada, BAB dan BAK tidak ada keluhan saat ini, namun pasien
mengaku BAK terkadang keruh.
Demam tidak ada. Pasien mengaku tadi malam tidak bisa kentut.
Saat observasi di IGD PHBU, pasien demam dan kentut.
Pemeriksaan Fisik
Laboratorium :
Pemeriksaan cbc, diff count :
Hb : 16,4 Leu : 12970 Ht : 47,9 Trombosit : 250.000
Netrofil : 86.9 Limfosit : 8.6
Pemeriksaan urinalisa :
Kejernihan urine : agak keruh
Leukositerase : positif 1
Keton Urine : positif 1
Bilirubin urine : positif 1
Leukosit : 18
Bakteri : positif
Penatalaksanaan di IGD
Inj ketorolac 30 mg iv
Inj omeprazole 40 mg iv
Drip sanmol 1 gr iv
OBSERVASI DI IGD
Tgl 14-06-2022 S: nyeri perut kanan atas menjalar ke Pasien pindah ke ruangan
Dinas malam pinggang masih dirasakan, mual ada, KRISAN, mengeluhkan masih
muntah tidak ada nyeri pinggang -> Inj. Ketorolac 1
amp (extra)
O: KU: sedang, Kesadaran: compos
mentis,
TD: 120/80 mmHg, N: 89x/menit, R: 20
x/menit, S: 37,1 C, SpO2: 98% room air
Abdomen: tampak datar, supel, bising
usus normal, nyeri tekan ar lumbal dextra
+, nyeri ketok CVA tidak ada
A: kolik ec hn kanan ec stenosis ureter
kanan
P: Th/ dr Urologi
th/ ivfd RL 20 tpm
inj ciprofloxacin 2x400mg iv (H1)
inj ketorolac 3x1 amp
drip paracetamol 3x1 gr iv k/p demam
inj omeprazole 2x1
Waktu Catatan Terintegrasi Keterangan
P:
Th/ dr Regi, Sp.U :
th/ ivfd RL 20 tpm
inj ciprofloxacin 2x400mg iv (H1)
inj ketorolac 3x1 amp
drip paracetamol 3x1 gr iv k/p demam
inj omeprazole 2x1
CT scan urologi-->Terlapor
Cek ur cr, ct/bt-->Terlapor
Waktu Catatan Terintegrasi Keterangan
Tgl 15-06- S: nyeri perut kanan atas menjalar ke pinggang Melaporkan pasien rencana
2022 belakang dikeluhkan sejak 2 hari yll Tindakan ->> dr. Andy SpAn
17.00 wib riw pasien sebelumnya BAK anyang-anyangan acc Tindakan
dan BAK keruh warna kuning kecoklatan 1 bulan
Hasil BT CT HbsAg terlampir
yll, saat ini tidak, keluhan lain di sangkal
P: dr. Urologi
Ivfd RL 20 tpm
inj ciprofloxacin 2x400mg iv (H1)
inj ketorolac 3x1 amp
drip paracetamol 3x1 gr iv k/p demam
inj omeprazole 2x1
P/ saran urs ureterotomy kanan besok 16/06/22
jam 7.30 --> fu acc
puasa 6 jam pre op
POST OPERASI
URS
Waktu Catatan Terintegrasi Keterangan
DC semu merah
P:
1. tidak puasa
2. iv rl 20tpm
3. th/ceftriaxone infus 2x1gr, ranitidin
2x1, ketorolac IV 2x1
4. besok rencanan aff dc
5. rontgen kontrol bno di ruangan
6. konsul bedah
7. cek DR
Waktu Catatan Terintegrasi Keterangan
Tgl 16-06- S-
2022
09.04 wib O: TD: 106/78 HR102 RR18 T36,4
Anestesi
A : Post Ureteral meatotomi
A:
post ureteral meatotomy kanan
Ileus obstruktif
kolik renal kanan ec hn ec stenosis ureter kanan dd/
kolik abdomen + ISK + BPH
P:
dr. Regi Sp.U
1. tidak puasa
2. iv rl 20tpm
3. th/ceftriaxone infus 2x1gr, ranitidin 2x1, ketorolac IV
2x1
4. besok rencanan aff dc
5. rontgen kontrol bno dan USG abdomen di ruangan
--> Sudah
6. konsul dr ndaru spb --> Sudah
7. cek DR
Tgl 16-06-2022 S: nyeri post op minimal, perut terasa begah dan Pasien masih dalam masa observasi
16.30 wib kembung. Pasien belum bisa flatus dan bab, nyeri
perut tidak ada, demam tidak ada, mual muntah
tidak ada
Tgl 16-06-2022 S: nyeri post op minimal, pasien sudah bisa BAB kondisi pasien dilaporkan ke dr Bedah
18.59 wib banyak dan flatus, perut kembung terasa jauh
berkurang. Nyeri perut tidak ada, demam tidak ada,
mual muntah tidak ada
P:
Dr. Bedah :
- Cek elektrolit
- Boleh minum dan diet lunak bubur
29
Waktu Catatan Terintegrasi Keterangan
A:
post ureteral meatotomy kanan
Ileus obstruktif
kolik renal kanan ec hn ec stenosis ureter kanan dd/
kolik abdomen + ISK + BPH
P:
dr. Regi Sp.U
iv rl 20tpm
inj ciprofloxacin 2x400mg iv
ranitidin 2x1
ketorolac IV 2x1
tidak puasa
konsul dr ndaru spb (+)
Minum 3liter
rencana bila jernih aff DC
Fu dr ndaru aja sm konfirm hasil elektrolit
Kesan :
Temuan diatas mengarah pada gambaran ileus obstruktif letak tinggi
Penyempitan lumen bowel yang terproyeksi setinggi ileocaecal junction dengan diameter
tersempit +/- 0,4 cm curiga adanya adhesi
Free fluid di cavum abdomen (perihepatic)
Efusi pleura bilateral
Pembesaran prostat volume +/- 40 cc
Spondylosis thoracolumbalis
Saat ini Hepar/GB/Pancreas/Spleen/Ginjal Kiri/Buli
Terpasang DJ stent bentuk pig tail dengan tip proximal tampak terproyeksi di pelvis renalis
kanan dan tip distal di buli
33
Waktu Catatan Terintegrasi Keterangan
A:
Ileus obstruktif
Kolik renal kanan ec hn ec stenosis ureter kanan
dd/ kolik abdomen + ISK + BPH
DJ stent insitu kanan pasca URS Ureteral
meatotomy kanan POD 3
• Kejadian peritonitis akut sering dikaitkan dengan perforasi viskus (secondary peritonitis).
Apabila tidak ditemukan sumber infeksi pada intraabdominal, peritonitis dikategorikan
sebagai primary peritonitis2
1. Sjamsuhidajat, Wim de jong ,Buku ajar ilmu bedah ,edisi 2, Jakarta, EGC, 2004 ,hal 347-248
2. Gearhart SL, Silen W. Acute appendisitis and peritonitis. Dalam: Fauci A, Braunwald E, Kasper D, Hauser S, Longo D, Jameson J, et al, editor (penyunting). Harrison’s
principal of internal medicine. Edisi ke-17 Volume II. USA: McGrawHill; 2008. hlm. 1916-7.
klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya :
1. Primer : disebabkan oleh penyebaran infeksi melalui darah dan kelenjar getah bening di
peritoneum dan sering dikaitkan dengan penyakit sirosis hepatis
2. Sekunder : sekunder disebabkan oleh infeksi pada peritoneum yang berasal dari traktus
gastrointestinal yang merupakan jenis peritonitis yang paling sering terjadi
3. Tersier : yang disebabkan oleh iritan langsung yang sering terjadi pada pasien
immunocompromised dan orang-orang dengan kondisi komorbid 3
Ridad MA. Infeksi. Dalam: R. Sjamsuhidajat, editor (penyunting). Buku ajar ilmu bedah Sjamsuhidajatde jong. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2007. hlm.52.
klasifikasi
Berdasarkan luasnya4 :
4. Ross JT, Matthay MA, Harris HW. Secondary peritonitis: Principles of diagnosis and intervention. BMJ. 2018;361:k1407
PERITONITIS SEKUNDER
ETIOLOGI
• Peritonitis sekunder umum yang bersifat akut disebabkan OLEH :
• Infeksi traktus gastrointestinal
• infeksi traktus urinarius
• benda asing seperti yang berasal dari perforasi apendiks, asam lambung dari perforasi
lambung, cairan empedu dari perforasi kandung empedu serta laserasi hepar akibat
trauma3
• Penyebab peritonitis sekunder yang bersifat akut tersering pada anak-anak adalah perforasi
apendiks, sedangkan pada orang tua akibat perforasi ulkus peptikum 5
3. Ridad MA. Infeksi. Dalam: R. Sjamsuhidajat, editor (penyunting). Buku ajar ilmu bedah Sjamsuhidajatde jong. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2007. hlm.52.
5. Samuel JC, Qureshi JS, Mulima G, Shores CG, Cairns BA, Charles AG. An observational study of the etiology, clinical presentation, and outcomes associated with peritonitis in
lilongwe, malawi. World Journal of Emergency Surgery. 2011: 6-38.
6. SK Doklestić, D Bajec, RV Djukić, Secondary peritonitis -evaluation of 204 cases and literature review J Med Life. 2014 Jun 15; 7(2): 132–138. Published online 2014 Jun 25.
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Nyeri perut (dapat terlokalisir atau menyebar), sifat konsisten, tajam, dan menusuk,
biasanya memberat dengan Gerakan sehingga kebanyakan pasien akan berbaring diam
dengan posisi menekuk lutut untuk mengurangi rasa sakit dan ketegangan pada dinding
perut
• Demam
• Perut terasa melilit, kembung
• Malaise, menggigil
• Mual muntah
• Susah / tidak bisa BAB 7,8
7. Kumar R, Gupta R, Sharma A, Chaudhary R. Clinical presentation and findings in secondary generalised peritonitis among the patients admitted in a tertiary care hospital in
Northern Part of India. 2020;10:316-20.
8. Mahyoub A, Alamri AM, Al-Saleh AN, Alessa HA, Alsaedi WH, Alshammari MA, et al. Cronicon EC MICROBIOLOGY presentation and management of acute peritonitis.
2019;11:172-8
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
• Mimik pasien tampak menderita
• Tampak tanda2 dehidrasi
• Perut membesar
Palpasi :
• Takikardi
• Rigiditas/ perut seperti papan, muscular defense positif
• Nyeri tekan dan nyeri lepas abdomen
• Rectal Touche: nyeri di semua arah, tonus sfingter ani menurun, ampula recti berisi udara
Auskultasi
• Bising usus menurun atau tidak ada
Perkusi :
• Hipertimpani 7
9. Taylor S, Watt M. Emergency department assessment of abdominal pain: Clinical indicator tests for detecting peritonism. Eur J Emerg Med. 2005;12(6):275-7
Pemeriksaan Penunjang
Laboratory findings :
• Leukositosis9, namun, leukopenia juga dapat ditemukan pada keadaan sepsis berat yang
memiliki prognosis lebih buruk (ross)
• Elektrolit menurun akibat dehidrasi
• Tes fungsi hati dan serum amilase dengan hasil konsentrasi yang tinggi, menandakan
pankreatitis akut sebagai penyebab peritonitis sekunder
• CRP meningkat 🡪 komplikasi sepsis
• Dapat ditemukan asidosis metabolic 4,9,10
9. Taylor S, Watt M. Emergency department assessment of abdominal pain: Clinical indicator tests for detecting peritonism. Eur J Emerg Med. 2005;12(6):275-7
4. Ross JT, Matthay MA, Harris HW. Secondary peritonitis: Principles of diagnosis and intervention. BMJ. 2018;361:k1407
10. Skipworth R, Fearon K. Emergency Surgery Acute abdomen: peritonitis pathophysiology. 2007;1-4. Available from: http://www.1spbgmu.ru/images/home/u
niversitet/Struktura/Kafedry/Gospitalno y_hirurgii_2/literatura_eng/Acute_abdo men_peritonitis.pdf
Foto thorax : pneumoperitoneum
Foto polos abdomen :
Bayangan peritoneal fat kabur
Penebalan dinding usus akibat edema
Gambaran udara bebas
Ada eksudasi cairan ke rongga peritoneum
bisa ditemukan gambaran ileus obstruktif : herring bone, distended colon
Barry James and Barry Kelly. The Abdominal Radiograph. Ulster Med J. 2013 Sep; 82(3): 179–187.
USG :
Berguna untuk evaluasi daerah kuadran kanan atas (abses perihepatik,
kolesistis, biloma, pankreatitis, psudokista pankreatik), kuadaran kanan
bawah, dan patologi pelvik (apenditis, abses tubo-ovarian, abses cavum
Douglas),
Dapat mendeteksi adanya asites dan aspirasi cairan dengan panduan USG
Kelebihan : cepat dan praktis, mudah dibawa dan tanpa paparan radiasi
sehingga tidak akan membahayakan pasien
Kekurangan : sensitivitas dan akurasi diagnostik dibawah CT Scan
Barry James and Barry Kelly. The Abdominal Radiograph. Ulster Med J. 2013 Sep; 82(3): 179–187.
Barry James and Barry Kelly. The Abdominal Radiograph. Ulster Med J. 2013 Sep; 82(3): 179–187.
Binit Sureka,1 Kalpana Bansal,1 and Ankur Arora1. Pneumoperitoneum: What to look for in a radiograph?. J Family Med Prim Care. 2015 Jul-Sep; 4(3): 477–478.
CT SCAN
• Adanya free fluid and air/ cairan bebas dan udara di rongga peritoneum.
Antonella F, Roberta C, Andrea DP, et al. CT findings in acute peritonitis: a pattern-based approach. Diagn Interv Radiol. 2015 Nov-Dec; 21(6): 435–440.
Published online 2015 Aug 31. doi: 10.5152/dir.2015.15066
Antonella F, Roberta C, Andrea DP, et al. CT findings in acute peritonitis: a pattern-based approach. Diagn Interv Radiol. 2015 Nov-Dec; 21(6): 435–440.
Published online 2015 Aug 31. doi: 10.5152/dir.2015.15066
Pada appendicitis perforasi biasa ditemukan :
1. adanya penebalan dinding dan terbentuk abses
2. Appendix bengkak disertai dengan peri-appendiceal infiltration ,
asites, abses, dan appendicolith, if present,
JP Singh,1 MJ Steward,1 TC Booth,1 H Mukhtar,2 and D Murray1. Evolution of imaging for abdominal perforation. Ann R Coll Surg Engl. 2010 Apr; 92(3): 182–188.
JP Singh,1 MJ Steward,1 TC Booth,1 H Mukhtar,2 and D Murray1. Evolution of imaging for abdominal perforation. Ann R Coll Surg Engl. 2010 Apr; 92(3): 182–188.
Tatalaksana
Prinsip Tatalaksana
- Mengontrol sumber infeksi
- Mengeliminasi bakteri dan toksin
- Mempertahankan fungsi system organ
- Mengontrol proses inflamasi
Ross JT, Matthay MA, Harris HW. Secondary peritonitis: Principles of diagnosis and intervention. BMJ. 2018;361:k1407
Terapi Non Farmakologik
1.Pasang NGT, kateter urine
2.Sering terjadi disfungsi saluran cerna (ileus)
3.Nutrisi enteral lebih baik dibanding parenteral
4.Jika nutrisi enteral dikontraindikasikan atau tidak dapat ditoleransi
pasien, dapat diberikan nutrisi paranteral
TERAPI ANTIBIOTIK
• Pada Spontaneus Bacterial Peritonitis, AB utama adalah Sefalosporin gen 3 kemudian
diberikan AB sesuai hasil kultur
• Pasien yang menjalani rawat inap di ruang intensif dapat diberikan imipenem,
meropenem, atau kombinasi obat seperti ampicillin dengan metronidazole dan
ciprofloxacin.
Barshak MB, Kasper DL. Intraabdominal Infections and Abscesses. In: Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. McGraw-Hill; 2017. Available from:
http://accessmedicine.mhmedical.com/content.aspx?aid=1154243510
INTERVENSI
INTERVENSI NON OPERATIF (drainase percutaneous)
Dilakukan dengan kateter yang dipandu USG atau CT scan
90% efektif pada pasien dengan abses uniocular tunggal tanpa fisula
enterik
Bila dilakukan dengan efektif, dapat menunda atau mencegah tindakan
operatif
Pada pasien kritis, dapat mengontrol sepsis danmeningkatkan
hemodinamik sebelum perawatan bedah definitif
Pasien dengan abses multiple, kompleks, disertai dengan jaringan yang
nekrosis lebih baik dilakukan open drainage
Mark AM, Tazo I. Peritonitis – the Western experience. World J Emerg Surg. 2006; 1: 25. Published online 2006 Sep 5. doi: 10.1186/1749-7922-1-25
Kelly KJ. Management of Appendix Cancer. Clin Colon Rectal Surg. 2015 Dec; 28(4): 247–255. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4655112/
TINDAKAN OPERATIF
Pada beberapa kasus infeksi intraabdominal, tindakan operatif dasar
yang dilakukan adalah laparotomi sesuai dengan kondisi pasie
Selama operasi, sumber infeksi ditutup/dijahit, atau direseksi, atau
dieskteriorisasi dan irigasi
Holzheimer RG, Mannick JA, editors., Surgical Treatment: Evidence-Based and Problem-Oriented - Management of secondary
peritonitis. Munich: Zuckschwerdt; 2001.
Holzheimer RG, Mannick JA, editors., Surgical Treatment: Evidence-Based and Problem-Oriented - Management of secondary
peritonitis. Munich: Zuckschwerdt; 2001.
Komplikasi
Danesh Kumar,1 Ishan Garg,2 Atif Hussain Sarwar. Causes of Acute Peritonitis and Its Complication. Cureus. 2021 May; 13(5): e15301.
Published online 2021 May 28. doi: 10.7759/cureus.15301
KESIMPULAN
Peritonitis adalah kegawatdaruratan bedah yang dapat terjadi secara
lokalisata maupun generalisata
Peritonitis dibagi menjadi primer, sekunder, dan tersier
Penyebab peritonitis sekunder yang bersifat akut tersering pada anak-
anak adalah perforasi apendiks, sedangkan pada orang tua akibat
perforasi ulkus peptikum
Anamnesis dan pemeriksaan fisik perlu dilakukan dengan teliti sehingga
dapat segera memberikan tatalaksana yang tepat sesuai dengan
temuan klinis dan penunjang
Daftar Pustaka
1. Sjamsuhidajat, Wim de jong ,Buku ajar ilmu bedah ,edisi 2, Jakarta, EGC, 2004 ,hal 347-248
2. Gearhart SL, Silen W. Acute appendisitis and peritonitis. Dalam: Fauci A, Braunwald E, Kasper D, Hauser
S, Longo D, Jameson J, et al, editor (penyunting). Harrison’s principal of internal medicine. Edisi ke-17
Volume II. USA: McGrawHill; 2008. hlm. 1916-7.
3. Ridad MA. Infeksi. Dalam: R. Sjamsuhidajat, editor (penyunting). Buku ajar ilmu bedah Sjamsuhidajatde
jong. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2007. hlm.52.
4. Ross JT, Matthay MA, Harris HW. Secondary peritonitis: Principles of diagnosis and intervention. BMJ.
2018;361:k1407
5. Samuel JC, Qureshi JS, Mulima G, Shores CG, Cairns BA, Charles AG. An observational study of the
etiology, clinical presentation, and outcomes associated with peritonitis in lilongwe, malawi. World
Journal of Emergency Surgery. 2011: 6-38
6. SK Doklestić, D Bajec, RV Djukić, Secondary peritonitis -evaluation of 204 cases and literature review
J Med Life. 2014 Jun 15; 7(2): 132–138. Published online 2014 Jun 25.
7. Kumar R, Gupta R, Sharma A, Chaudhary R. Clinical presentation and findings in secondary generalised
peritonitis among the patients admitted in a tertiary care hospital in Northern Part of India.
2020;10:316-20.
8. Mahyoub A, Alamri AM, Al-Saleh AN, Alessa HA, Alsaedi WH, Alshammari MA, et al. Cronicon EC
MICROBIOLOGY presentation and management of acute peritonitis. 2019;11:172-8
9. Taylor S, Watt M. Emergency department assessment of abdominal pain: Clinical indicator tests for
detecting peritonism. Eur J Emerg Med. 2005;12(6):275-7
10. Skipworth R, Fearon K. Emergency Surgery Acute abdomen: peritonitis pathophysiology. 2007;1-4.
Available from:
http://www.1spbgmu.ru/images/home/u niversitet/Struktura/Kafedry/Gospitalno y_hirurgii_2/literatur
a_eng/Acute_abdo men_peritonitis.pdf
11. Barry James and Barry Kelly. The Abdominal Radiograph. Ulster Med J. 2013 Sep; 82(3): 179–187.
Daftar Pustaka
11. Binit Sureka,1 Kalpana Bansal,1 and Ankur Arora1. Pneumoperitoneum: What to look for in a
radiograph?. J Family Med Prim Care. 2015 Jul-Sep; 4(3): 477–478.
12. Antonella F, Roberta C, Andrea DP, et al. CT findings in acute peritonitis: a pattern-based approach.
Diagn Interv Radiol. 2015 Nov-Dec; 21(6): 435–440. Published online 2015 Aug 31. doi:
10.5152/dir.2015.15066
13. JP Singh,1 MJ Steward,1 TC Booth,1 H Mukhtar,2 and D Murray1. Evolution of imaging for abdominal
perforation. Ann R Coll Surg Engl. 2010 Apr; 92(3): 182–188.
14. Barshak MB, Kasper DL. Intraabdominal Infections and Abscesses. In: Harrison’s Principles of Internal
Medicine. 16th ed. McGraw-Hill; 2017. Available from:
http://accessmedicine.mhmedical.com/content.aspx?aid=1154243510
15. Mark AM, Tazo I. Peritonitis – the Western experience. World J Emerg Surg. 2006; 1: 25. Published online
2006 Sep 5. doi: 10.1186/1749-7922-1-25
16. Kelly KJ. Management of Appendix Cancer. Clin Colon Rectal Surg. 2015 Dec; 28(4): 247–255. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4655112/
17. Holzheimer RG, Mannick JA, editors., Surgical Treatment: Evidence-Based and Problem-Oriented -
Management of secondary peritonitis. Munich: Zuckschwerdt; 2001.
18. Danesh Kumar,1 Ishan Garg,2 Atif Hussain Sarwar. Causes of Acute Peritonitis and Its Complication.
Cureus. 2021 May; 13(5): e15301. Published online 2021 May 28. doi: 10.7759/cureus.15301
Terima Kasih