Pembimbing:
dr. Riady, Sp. OG
Penyusun:
dr. Devinta Dhia Widyani
PESERTA INTERNSHIP
RS PELABUHAN TG.PRIOK, DKI JAKARTA
PERIODE 12 NOVEMBER – 11 MEI 2022
KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 29 tahun
II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
B. Keluhan Tambahan
Sesak
• Riwayat Haid :
Menarche : 14 tahun
Haid : teratur
Siklus : 28 hari
• Riwayat Obstetri :
G2P1A0
1. Lahir SC, 3100 gram tahun 2019 dibantu oleh dokter di RS Sukamulya
2. Hamil ini.
STATUS GENERALIS
Tanda Vital :
Mata : Kelopak kedua mata tidak cekung dan tidak edema, exoftalmus -/-, foto fobia
-/-. konjungtiva pucat -/-, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor, RCL +/+, RCTL +/+
Hidung :Tidak terdapat sekret, deformitas -/-, pernafasan cuping hidung (-)
Thoraks : Bentuk dan gerak dada tampak simetris saat statis dan dinamis, tidak ada,
retraksi interkostal
Jantung
Paru
• Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis
• Palpasi : Nyeri tekan -/-, fremitus taktil -/-, krepitasi (-)
• Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
• Auskultasi: Vesikuler +/+ , ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen
• Inspeksi : tampak membesar, darah melalui bekas insisi, panjang luka terbuka ±
5cm.
• Darah berwarna merah segar.
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
• Palpasi : TFU setinggi umbilicus, nyeri tekan pada seluruh lapang abdomen.
Ekstremitas
• Atas : Akral hangat, edema (-/-), turgor kulit menurun, CRT <2s
• Bawah : Akral hangat, edema (-/-), turgor kulit menurun, CRT <2s
Status Ginekologi
Darah Lengkap
MCH 28 27-31
MCHC 31 L 32-36
Hitung Jenis
Hemostasis
Kimia Klinik
VI. DIAGNOSIS
Syok Hemorrhagic ec Atonia Uteri
P2A0 aterm post sc atas indikasi bsc + letak lintang
VIII. TATALAKSANA
• Pre SC
• Post SC
16.30 S. Pasien datang dengan rencana sc, tidak ada keluhan mulas-
mulas, keluar air, flek
O. ku: tss
kes: CM
TD: 110/70
N: 82x/menit
Rr: 20x/menit
S: 36 C
Mata: CA-/-
Abdomen: BU (+) N
TFU: 29cm
DJJ: 153x/menit
P. Pro SC
- SC jam 09.00
- puasa 6 jam
- cukur
29/12/2021
10.00-11.00 Tindakan SC
29/12/2021
S. pasien mengeluh nyeri pada luka operasi, terasa sesak dan
18.22 haus
O. KU: TSS
KES: CM
TD: 40/30
N: 56X/menit
RR: 24x/menit
S: 36 C
Abdomen
A. Perdarahan post sc
- Nacl 0,9%
- Obs. TTV
- O2 NRM 10 lpm
- Cek DR
19.35
Hemoglobin: 7.1 L
Hematokrit: 23.3 L
Trombosit: 212
Leukosit: 47.08 HH
- Inform concent
- Cito laparatomi
29/12/2021
Tindakan Hysterectomy
20.00-21.30
29/12/2021
- Apneu
- post partum
P. RJP 5 siklus 30:2
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Uterus
Uterus merupakan organ berongga yang berbentuk buah Pir, berdinding otot tebal.
Pada orang dewasa muda nullipara, uterus panjangnya 8 cm, lebar 5 cm, dan tebal 2,5 cm.
Uterus dibagi menjadi beberapa bagian. Fundus, Korpus, dan Servix. Hampir seluruh bagian
uterus tertutup oleh lapisan serosa yang merupakan peritoneum viscerale. Bagian bawah
uterus yang terletak di atas muara tuba uterin. Sedangkan korpus merupakan bagian uterus
yang terletak di bawah muara tuba uterin. Korpus uteri bagian bawah sempit dan dilanjutkan
Ada beberapa lapisan yang terdapat dalam korpus uteri, antara lain endometrium,
1. Arteria Uterina
Adalah cabang utama arteria Iliaca Interna (arteria Hypogastrica) yang masuk uterus
melalui ligamentum latum lalu ke medial ke samping uterus. Pada tempat setinggi servik pars
supravaginalis, arteria Uterina terbagi menjadi dua, sebagian kecil menjadi arteria
servicovaginalis kearah bawah, yang mendarahi serviks bawah dan vagina atas. Cabang
utama berjalan sepanjang batas uterus, sedikit sebelum cabang utama arteri uterina mencapai
tuba, arteri tersebut terbagi menjadi tiga cabang terminal. Cabang ovarium arteri uterina
beranastomosis dengan cabang terminal arteri ovarika. Cabang tuba membuat jalur melalui
mesosalfing dan mendarahi bagian tuba uterina, cabang fundus mendistribusikan darah ke
2. Arteria Ovarika
Cabang langsung dari Aorta yang memasuki ligamentum latum melalui ligamentum
infundibulopelvikum. Di daerah hillus ovarii, arteria ovarica terbagi menjadi sejumlah cabang
kecil yang masuk ovarium. Cabang utama arteria ovarika selanjutnya berjalan sepanjang
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi setelah plasenta lahir yang
melewati batas fisiologis normal. Pada umumnya seorang ibu melahirkan akan mengeluarkan
darah secara fisiologis sampai jumlah 500 ml tanpa menyebabkan gangguan homeostasis.
Dengan demikian secara konvensional dikatakan bahwa perdarahan yang melebihi 500 ml
dapat dikategorikan sebagai perdarahan postpartum dan perdarahan secara kasat mata
• Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam
• Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi antara 24 jam
A. Definisi
persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek, dan tidak
mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal
dari pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas sebagian
atau seluruhnya. Atonia uteri menyebabkan terjadinya perdarahan yang cepat dan parah dan
juga shock hipovolemik. Dari semua kasus perdarahan postpartum sebesar 70% disebabkan
melahirkan. Atonia uterus terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan postpartum
pembuluh darah yang memvaskularisasikan daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi
Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan bagian yang
terpenting dalam hal kontraksi untuk menghentikan perdarahan postpartum, lapisan tengah
miometrium tersusun sebagai anyaman dan ditembus oleh pembuluh darah. Masing-masing
pembuluh darah mempunyai dua buah lengkungan sehingga setiap dua buah serabut kira-kira
membentuk angka delapan. Setelah partus, dengan adanya sususan otot seperti di atas, jika
- Bayi besar
- Hamil ganda
- hidramnion
• Induksi persalinan
• Agen halogenasi
- Anestesi yang terlalu dalam dan lama menyebabkan relaksasi miometrium yang
perdarahan postpartum
• Abnormalitas persalinan
- Persalinan cepat
- Persalinan lama
- Stimulasi persalinan
- Chorioamnionitis
• Multiparitas
- Uterus yang lemah karena banyak melahirkan anak cenderung bekerja tidak efisien
C. Manifestasi Klinis
1. Perdarahan pervaginam
4. Anemia
5. Syok
D. Diagnosis
Diagnosis ditegakan bila setelah bayi lahir dan plasenta lahir ternyata perdarahan
masih aktif dan banyak, bergumpal, dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi
pusat dengan kontraksi yang lembek. Kadang-kadang terjadi gejala syok (tekanan darah
rendah, denyut nadi kecil dan cepat, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain).
E. Penatalaksanaan
Tabel 2. HAEMOSTASIS
1. Resusitasi
resusitasi dengan oksigenasi, pemberian cairan cepat, dan monitoring tanda tanda vital.
Adapun jenis dan jumlah cairan yang harus diberikan disesuaikan dengan banyak tidaknya
volume darah yang hilang, berikut pemilihan jenis cairan dan jumlah cairan yang harus
diberikan.
Tabel 3. Derajat Syok Hemoragik (NHS Guideline)
Perkiraan darah yang hilang selama persalinan hingga nifas pada persalinan
pervaginam rata-rata berkisar 500-600 ml, sementara pada sectio caesaria atau persalinan
Total pergantian cairan yang harus dipenuhi berdasarkan total darah yang keluar
(estimated blood loss/EBL) dan total volume darah seseorang (estimated blood
volume/EBV). EBL dapat menentukan pula derajat syok hipovolemik. EBV diambil
dengan estimasi kehilangan darah 15-30%, pada derajat III dan IV pengganti cairan berupa
kristaloid dan koloid. Adapun sifat kristaloid dan koloid berdasarkan data dibawah ini :
• Kristaloid : memiliki ukuran molekul yang lebih kecil jika dibandingkan dengan koloid,
sehingga kristaloid akan mudah masuk kedalam intersisial dan intrasel. Pada pemberian
• Koloid : memeiliki ukuran molekul yang lebih besar dibandingkan kristaloid, sehingga
memiliki waktu lebih lama berada di intravaskuler, berfungsi baik untuk plasma expander.
Komplikasi yang dapat terjadi pada pemberian koloid adalah gagal ginjal akut.
intersisial yang hilang. Dimana pada tubuh manusia terdiri dari 60% cairan yang mana 40%
mengisi intrasel, 20% mengisi ekstra sel, pada ekstra sel terbagi lagi menjadi 15% intersisial
dan 5% intravaskuler. Sehingga dapan ditentukan berapa banyak cairan kristaloid yang
dibutuhkan adalah ¾ x EBL. Dan untuk cairan koloid sebanyak ¼ x EBL. Sementara
penentuan total darah yang dibutuhkan berdasarkan berapa banyak hb pasien hilang, dimana
hb target orang dewasa normal sebanyak 8 gr/dLAdapaun perkiraan hb pasien ketika terjadi
!"#
syok berdasarkan ∆ℎ𝑏 = !! !!. Adapun pemilihan jenis darah yang akan diberikan
berdasarkan pertimbangan komponen darah yang diperlukan dan tujuan pemberian transfusi.
Satu unit darah lengkap (450-540 ml) mengandung pengawet 60 ml CPDA1 atau
CP2D dengan kadar hematokrit 30-40% dan dapat meningkatkan kadar hb resipien 1 gr%.
Darah lengkap biasanya diberikan pada kondisi perdarahan akut, syok hipovolemik, dan
V dan VII. Pada plasma segar faktor V dan VII tetap aktif, dan biasnaya diberikan pada
transfusi darah masif setelah terapi warfarin dan koagulopati pada penyakit hepar.
Satu unit packed cell berisi 240-340 ml dengan hematokrit 75-80% dan hb 24 gr/dl.
Diperlukan packed cell 4 ml/kgbb atau 1 unit untuk menaikan kadar hematokrit 3-5%. Packed
cell diberikan pada perdarahan lambat, anemia, atau pada kelainan jantung.
Cryopricipitate-AHF
• Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan tangan
(dengan cara menyatukan kelima ujung jari) ke introitus dan ke dalam vagina ibu.
• Periksa Vagina dan serviks – jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri
• Letakan kepalan tangan pada forniks anterior, tekan dinding anterior uterus, sementara
telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang uterus ke arah
• Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat, kompresi uterus ini memberikan tekanan
langsung pada pembuluh darah di dalam dinding uterus dan juga merangsang miometrium
untuk berkontraksi.
• Evaluasi keberhasilan
a) Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2
menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina. Pantau kondisi
dan serviks apakah terjadi laserasi dibagian tersebut segera lakukan penjahitan jika
ditemukan laserasi.
c) Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk
langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Atonia uteri sering kali diatasi
dengan KBI, jika KBI tidak berasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan lain.
• Berikan 0,2 mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi)
alasan: ergometrin yang diberikan akan meningkatkan tekanan darah lebih tinggi dari
kondisi normal.
• Menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan 500
memungkinkan pemberian cairan IV secara cepat, dan dapat langsung digunakan jika ibu
uterus. RL akan membantu mengganti volume cairan yang hilang selama perdarahan.
• Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dengan ulangi KBI. Alasan: KBI
yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin dapat membatu uterus
berkontraksi
• Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera lakukan rujukan
berarti ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat darurat
difasilitas kesehatan yang dapat melakukan tindakan pembedahan dan transfuse darah
Gambar 3. Kompresi Bimanual1
3. Uterotonika9
uteri. Kondom diisi dengan cairan garam fisiologis sebanyak 250-500 ml sesuai kebutuhan.
Dilakukan observasi perdarahan dan pengisian kondom dihentikan ketika perdarahan sudah
berkurang.
Gambar 4. Balon Kateter1
Untuk menjaga kondom agar tetap di kavum uteri, dipasang tampon kasa gulung di
vagina. Bila perdarahan berlanjut tampon kasa akan basah dan darah akan keluar dari
introitus vagina. Kontraktilitas uterus dijaga dengan pemberian drip oksitosin paling tidak
sampai dengan 6 jam kemudian. Diberikan antibiotika tripel, Amoksisilin, metronidazol, dan
gentamisin. Kondom kateter dilepas 24-48 jam kemudian, pada kasus dengan perdarahan
5. Operatif
Metode operatif pada atonia uteri adalah ligasi arteri uterina dan metode b-Lynch
suture.
Gambar 5. Ligasi Ateri Uterina1
Gambar 6. B Lynch Suture1
6. Histerektomi Total
F. Komplikasi
Syok hipovolemik kebanyakan akibat dari kehilangan darah akut sekitar 20% dari
volume total.Tanpa darah yang cukup atau penggantian cairan, syok hipovolemik dapat
1. Cunningham F., dkk. 2014. Williams Obstetrics 24th edition. New York: McGraw-Hill
YBP – SP.
eds. Advanved Life Support in Obstetrics (ALSO) provider course manual. Kansas:
7. Kementrian Kesehatan Indonesia, 2013, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
8. Kompresi Bimanual Interna (KBI). Sumber Anderson, JM. Etches D. Prevention and
Postpartum Haemorrhage
Latief, S. A., dkk, 2001. Petunjuk Praktis Anestesiologi ed. 2. Jakarta : FKU