Anda di halaman 1dari 27

CASE REPORT

SYOK HEMORRHAGIC EC ATONIA UTERI

Pembimbing:
dr. Riady, Sp. OG

Penyusun:
dr. Devinta Dhia Widyani

PESERTA INTERNSHIP
RS PELABUHAN TG.PRIOK, DKI JAKARTA
PERIODE 12 NOVEMBER – 11 MEI 2022
KASUS
I. Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 13 Oktober 1992

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 29 tahun

Tanggal masuk : 28 Desember 2021

Tanggal periksa : 29 Desember 2021

II. Anamnesis

A. Keluhan Utama

Keluar darah melalui bekas sc

B. Keluhan Tambahan

Sesak

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Wanita usia 29 tahun hamil G2P1A0 post sc atas indikasi letak lintang dan bsc dengan
keluhan nyeri bekas sc dan terasa sesak. Setelah sc pasien mengeluhkan nyeri pada bekas
operasi, darah melalui vagina 1 pembalut. Sembilan jam post sc pasien mengeluhkan
nyeri hebat pada bekas sc, keluar darah merah segar melalui bekas operasi. Pasien juga
mengeluhkan sesak nafas dan haus.
Keluhan keluar darah deras melalui vagina disangkal, mual (-), muntah (-).

• Riwayat Haid :

Menarche : 14 tahun
Haid : teratur

Siklus : 28 hari

Lama haid : 5 hari

HPHT : 29 Maret 2021

• Riwayat Obstetri :

G2P1A0

1. Lahir SC, 3100 gram tahun 2019 dibantu oleh dokter di RS Sukamulya

2. Hamil ini.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


Pada kehamilan sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit pada keluarga hipertensi, diabetes, jantung, asma disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Tampak sakit berat

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital :

a. Tekanan darah : 40/30 mmHg

b. Frekuensi nadi : 56x/menit (teratur)

c. Frekuensi napas : 24x/menit


d. Suhu : 36.0 oC

e. Saturasi Oksigen : 80%

PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Kepala : Normocephali, tidak ada deformitas

Mata : Kelopak kedua mata tidak cekung dan tidak edema, exoftalmus -/-, foto fobia
-/-. konjungtiva pucat -/-, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor, RCL +/+, RCTL +/+

Telinga : Tidak terdapat sekret, deformitas -/-

Hidung :Tidak terdapat sekret, deformitas -/-, pernafasan cuping hidung (-)

Mulut : Mukosa bibir kering

Faring : Dinding tidak hiperemis, T1/T1

Leher :Pembesaran KGB (-), trakea ditengah, retraksi sternokleidomastoideus -/-

Thoraks : Bentuk dan gerak dada tampak simetris saat statis dan dinamis, tidak ada,
retraksi interkostal

Jantung

• Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak


• Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS IV linea midklavikularis sinistra
• Perkusi : Batas jantung atas di ICS III
Batas jantung kanan di ICS IV linea sternalis dextra
Batas jantung kiri di ICS V linea midklavikularis sinistra
• Auskultasi : Bunyi jantung I & II regular cepat, murmur (-), gallop (-)

Paru

• Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis
• Palpasi : Nyeri tekan -/-, fremitus taktil -/-, krepitasi (-)
• Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
• Auskultasi: Vesikuler +/+ , ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen

• Inspeksi : tampak membesar, darah melalui bekas insisi, panjang luka terbuka ±
5cm.
• Darah berwarna merah segar.
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
• Palpasi : TFU setinggi umbilicus, nyeri tekan pada seluruh lapang abdomen.

Ekstremitas

• Atas : Akral hangat, edema (-/-), turgor kulit menurun, CRT <2s
• Bawah : Akral hangat, edema (-/-), turgor kulit menurun, CRT <2s

Status Ginekologi

VT: Tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


HEMATOLOGI

HASIL NILAI RUJUKAN

Darah Lengkap

Leukosit 10.81 H 5.00-10.00

Eritrosit 3.84 L 4.00-5.00

Hemoglobin 10.6 L 12.00-14.00

Hematokrit 34.1 L 37.0-43.0


MCV 89 82-92

MCH 28 27-31

MCHC 31 L 32-36

Trombosit 396 150-400

RDW-SD 43.0 35-47

Hitung Jenis

Neutrofil 71.8 H 50.0-70.0

Limfosit 19.2 L 20.0-40.0

Monosit 7.9 H 2.0-6.0

Eosinofil 0.8 L 1.0-3.0

Basofil 0.3 0.0-1.0

NLR 3.74 H <3.13

Laju Endap Darah 47 H <15

Hemostasis

Waktu Perdarahan 4.00 1.00-6.00

Waktu Pembekuan 15.00 9.00-15.00

Kimia Klinik

Gula Darah Sewaktu 177 H 70-140

ANTIGEN SARS-CoV-2 Negatif Negatif


V. RESUME
Wanita usia 29 tahun hamil G2P1A0 post sc atas indikasi letak lintang dan bsc
dengan keluhan nyeri bekas sc dan terasa sesak. Setelah sc pasien mengeluhkan nyeri
pada bekas operasi, darah melalui vagina 1 pembalut. Sembilan jam post sc pasien
mengeluhkan nyeri hebat pada bekas sc, keluar rembesan darah merah segar melalui
bekas operasi. Pasien juga mengeluhkan sesak nafas. Keluhan keluar darah deras
melalui vagina disangkal, mual (-), muntah (-).
Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit seperti ini saat hamil pertama.
Pada pemeriksaan fisik. didapatkan tampak sakit berat, compos mentis, tensi
40/30 mmHg, nadi 56x/menit (teratur), laju pernafasan 24x/menit, suhu 36.7oC. Pada
pemeriksaan abdomen terdapat rembesan darah dari bekas operasi berwarna merah
segar, panjang luka 5cm, tinggi fundus uteri setinggi umbilicus, kontraksi uterus baik.
Pada pemeriksaan penunjang kimia darah didapatkan adanya peningkatan
Leukosit sebesar 10.81 10⌃3/μL, penurunan Hemoglobin sebesar 10.6 g/dL,
peningkatan gula darah sewaktu sebesar 177 mg/dL.

VI. DIAGNOSIS
Syok Hemorrhagic ec Atonia Uteri
P2A0 aterm post sc atas indikasi bsc + letak lintang

VII. SARAN PEMERIKSAAN


-

VIII. TATALAKSANA
• Pre SC

- Inj. Ceftriaxone 1gr

• Post SC

- IVFD RL:D5% 25 TPM

- Inj Ceftriaxone 1gr/12 jam

- Pronalges supp/8 jam


- Inj tramadol/8jam

- Inj. Ondansentron 8mg (ekstra)

Tanggal/jam Hasil Asesmen

28/12/2021 Pasien diperiksa oleh dokter jaga

16.30 S. Pasien datang dengan rencana sc, tidak ada keluhan mulas-
mulas, keluar air, flek

O. ku: tss

kes: CM

TD: 110/70

N: 82x/menit

Rr: 20x/menit

S: 36 C

Mata: CA-/-

Cor: BJ I II reg, G(-), M(-)

Pulmo: ves -/-, rh -/-, wh -/-

Abdomen: BU (+) N

TFU: 29cm

DJJ: 153x/menit

Letak janin: PuKi

A. G2P1A0 aterm + letak lintang + BSC

P. Pro SC

Advis dr. Riady, Sp. OG:

- SC jam 09.00
- puasa 6 jam

- inj. Ceftriaxone 1gr pre op

- cukur

29/12/2021

10.00-11.00 Tindakan SC

29/12/2021
S. pasien mengeluh nyeri pada luka operasi, terasa sesak dan
18.22 haus

O. KU: TSS

KES: CM

TD: 40/30

N: 56X/menit

RR: 24x/menit

S: 36 C

Abdomen

Inspeksi: tampak rembesan darah dari insisi luka

Palpasi: tinggi fundus uteru setinggi umbilicus, kontraksi


uterus baik

A. Perdarahan post sc

P. Lapor dr. Riyadi, Sp. OG, advis:


- Infus 2 line

- Nacl 0,9%

- Loading cairan RL 1 kolf

- Obs. TTV

- O2 NRM 10 lpm

- Inj. Vit K 1 amp

- Inj. Asam Traneksamat 500mg

- Cek DR

29/12/2021 Hasil lab keluar

19.35
Hemoglobin: 7.1 L

Hematokrit: 23.3 L

Trombosit: 212

Leukosit: 47.08 HH

Advis dr. Riyadi, Sp.OG:

- Inform concent

- Cito laparatomi

- Transfusi PRC 750cc


- ICU

29/12/2021
Tindakan Hysterectomy
20.00-21.30

29/12/2021

21.54 S. Pasien post op hysterectomy tidak sadarkan diri

O. TD: 80/60 tidak teratur

Nadi carotis tidak teraba

Ekstremitas: akral dingin

A. - Syok Hemorrhagic ec atonia uteri

- Apneu
- post partum

P. RJP 5 siklus 30:2

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam




TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI DAN FISIOLOGI

A. Anatomi Uterus

Uterus merupakan organ berongga yang berbentuk buah Pir, berdinding otot tebal.

Pada orang dewasa muda nullipara, uterus panjangnya 8 cm, lebar 5 cm, dan tebal 2,5 cm.

Uterus dibagi menjadi beberapa bagian. Fundus, Korpus, dan Servix. Hampir seluruh bagian

uterus tertutup oleh lapisan serosa yang merupakan peritoneum viscerale. Bagian bawah

peritoneum membentuk batas anterior cul-de-sac rektouterina atau kavum douglasi1.

Gambar 1. Anatomi Uterus1


Bagian atas yang berbentuk seperti kubah disebut fundus. Fundus merupakan bagian

uterus yang terletak di atas muara tuba uterin. Sedangkan korpus merupakan bagian uterus

yang terletak di bawah muara tuba uterin. Korpus uteri bagian bawah sempit dan dilanjutkan

sebagai servix. Servix terhubung dengan uterus pada os interna2.

Ada beberapa lapisan yang terdapat dalam korpus uteri, antara lain endometrium,

miometrium dan membrana basalis2.


B. Pasokan Darah Uterus

Gambar 2. Vasa Uterina1

Terutama berasal dari arteri uterina dan arteri ovarica

1. Arteria Uterina

Adalah cabang utama arteria Iliaca Interna (arteria Hypogastrica) yang masuk uterus

melalui ligamentum latum lalu ke medial ke samping uterus. Pada tempat setinggi servik pars

supravaginalis, arteria Uterina terbagi menjadi dua, sebagian kecil menjadi arteria

servicovaginalis kearah bawah, yang mendarahi serviks bawah dan vagina atas. Cabang

utama berjalan sepanjang batas uterus, sedikit sebelum cabang utama arteri uterina mencapai

tuba, arteri tersebut terbagi menjadi tiga cabang terminal. Cabang ovarium arteri uterina

beranastomosis dengan cabang terminal arteri ovarika. Cabang tuba membuat jalur melalui

mesosalfing dan mendarahi bagian tuba uterina, cabang fundus mendistribusikan darah ke

arah atas uterus1.

2. Arteria Ovarika
Cabang langsung dari Aorta yang memasuki ligamentum latum melalui ligamentum

infundibulopelvikum. Di daerah hillus ovarii, arteria ovarica terbagi menjadi sejumlah cabang

kecil yang masuk ovarium. Cabang utama arteria ovarika selanjutnya berjalan sepanjang

mesosalphynx yang beranastomosis dengan ramus ovarikus arteri uterina1.

II. PERDARAHAN POSTPARTUM

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi setelah plasenta lahir yang

melewati batas fisiologis normal. Pada umumnya seorang ibu melahirkan akan mengeluarkan

darah secara fisiologis sampai jumlah 500 ml tanpa menyebabkan gangguan homeostasis.

Dengan demikian secara konvensional dikatakan bahwa perdarahan yang melebihi 500 ml

dapat dikategorikan sebagai perdarahan postpartum dan perdarahan secara kasat mata

mencapai 1000 ml harus segera ditangani secara serius1.

Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian :

• Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam

setelah bayi lahir.

• Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi antara 24 jam

dan 6 minggu setelah bayi lahir3.

Penyebab paling umum dari perdarahan postpartum3 :

Penyebab perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi 4 T yaitu tone


(tonus; atonia uteri), tissue (jaringan; retensio plasenta dan sisa plasenta), tears
(laserasi; laserasi perineum, vagina, serviks dan uterus) dan thrombin (koagulopati;
gangguan pembekuan darah). Atonia uteri merupakan penyebab utama perdarahan
postpartum yaitu sebesar 70% dan sekaligus penyebab utama kematia maternal.
Trauma seperti laserasi, ruptura uteri dll. sebesar 20%, tisuue (jaringan) seperti
retensio plasenta, sisa plasenta sebesar 10% serta thrombin (koagulopati) atau
gangguan pembekuan darah seperti idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP),
thombotic thrombocytopenic purpura, penyakit von Willebrand dan hemofilia,
menyumbang 1% sebagai penyebab PPH.
Kriteria diagnostik perdarahan pospartum

Tabel 1. Kriteria Diagnostik4


Gejala dan tanda
Kemungkinan
NO Gejala dan tanda yang selalu ada yang kadang-
diagnosis
kadang ada
Uterus tidak berkontraksi dan Syok Atonia uteri
lembek
1 Perdarahan segera setelah anak
lahir (perdarahan pascapersalinan
primer)
Perdarahan segera Pucat Robekan jalan
Darah segar yang mengalir segera Lemah lahir
2 setelah bayi lahir Menggigil
Uterus berkontraksi baik
Placenta lengkap
Placenta belum lahir stelah 30 Tali pusat akibat Retensio
menit traksi berlebihan placenta
Perdarahan segera Inversion uteri
3
Uterus kontraksi baik akibat tarikan
c. Perdarahan
lanjutan
Placenta atau sebagian selaput Uterus Tertinggalnya
(mengandung pembuluh darah) berkontraksi sebagian
4 tidak lengkap tetapi tinggi placenta
Perdarahan segera fundus tidak
berkurang
Uterus tidak teraba Syok neurogenik Inversion uterio
Lumen vagina terisi massa Pucat dan
Tampak tali pusat (jika placenta limbung
5
belum lahir)
Perdarahan segera
Nyeri sedikit atau berat
Subinvolusi uterus Anemia Perdarahan
Nyeri tekan perut bawah Demam lambat
Perdarahan lebih dari 24 jam Endometritis
setelah persalinan, perdarahan atau sisa
6
sekunder, perdarahan bervariasi placenta
(ringan atau berat, terus menerus (terinfeksi atau
atau tidak teratur) dan ber bau tidak)
(jika disertai infeksi)
Perdarahan segera (perdarahan Syok Robekan
intraabdominal dan atau vaginum) Nyeri Tekan perut dinding uterus
7
Nyeri berat Denyut nadi ibu (rupture uteri)
cepat
III. ATONIA UTERI

A. Definisi

Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah

persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek, dan tidak

mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal

dari pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas sebagian

atau seluruhnya. Atonia uteri menyebabkan terjadinya perdarahan yang cepat dan parah dan

juga shock hipovolemik. Dari semua kasus perdarahan postpartum sebesar 70% disebabkan

oleh atonia uteri5.

B. Etiologi dan Patofisiologi

Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah

melahirkan. Atonia uterus terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan postpartum

secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi

pembuluh darah yang memvaskularisasikan daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi

apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi5.

Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan bagian yang

terpenting dalam hal kontraksi untuk menghentikan perdarahan postpartum, lapisan tengah

miometrium tersusun sebagai anyaman dan ditembus oleh pembuluh darah. Masing-masing

pembuluh darah mempunyai dua buah lengkungan sehingga setiap dua buah serabut kira-kira

membentuk angka delapan. Setelah partus, dengan adanya sususan otot seperti di atas, jika

otot berkontraksi akan menjepit pembuluh darah. Ketidakmampuan miometrium untuk

berkontraksi ini akan menyebabkan perdarahan postpartum5.

Hal-hal yang menyebabkan atonia uteri1,5:

• Overdistensi dari uterus

- Bayi besar
- Hamil ganda

- hidramnion

• Induksi persalinan

• Anestesi atau analgesia

• Agen halogenasi

- Analgesi yang menimbulkan hipotensi

- Anestesi yang terlalu dalam dan lama menyebabkan relaksasi miometrium yang

berlebihan, kegagalan kontraksi dan retraksi menyebabkan atonia uteri dan

perdarahan postpartum

• Abnormalitas persalinan

- Persalinan cepat

- Persalinan lama

- Stimulasi persalinan

- Chorioamnionitis

• Multiparitas

- Uterus yang lemah karena banyak melahirkan anak cenderung bekerja tidak efisien

dalam semua kala dalam persalinan

• Atonia uterus sebelumnya

C. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada atonia uteri6:

1. Perdarahan pervaginam

2. Uterus tidak berkontraksi dan lembek

3. Tidak ada perdarahan dari laserasi jalan lahir

4. Anemia

5. Syok
D. Diagnosis

Diagnosis ditegakan bila setelah bayi lahir dan plasenta lahir ternyata perdarahan

masih aktif dan banyak, bergumpal, dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi

pusat dengan kontraksi yang lembek. Kadang-kadang terjadi gejala syok (tekanan darah

rendah, denyut nadi kecil dan cepat, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain).

E. Penatalaksanaan
Tabel 2. HAEMOSTASIS


1. Resusitasi

Apabila terjadi perdarahan postpartum yangbanyak penanganan awal adalah

resusitasi dengan oksigenasi, pemberian cairan cepat, dan monitoring tanda tanda vital.

Adapun jenis dan jumlah cairan yang harus diberikan disesuaikan dengan banyak tidaknya

volume darah yang hilang, berikut pemilihan jenis cairan dan jumlah cairan yang harus

diberikan.
Tabel 3. Derajat Syok Hemoragik (NHS Guideline)

Tabel 4. Jumlah Cairan Pengganti7

Perkiraan darah yang hilang selama persalinan hingga nifas pada persalinan

pervaginam rata-rata berkisar 500-600 ml, sementara pada sectio caesaria atau persalinan

gemelli pervaginam sebanyak 1000 ml1.

Total pergantian cairan yang harus dipenuhi berdasarkan total darah yang keluar

(estimated blood loss/EBL) dan total volume darah seseorang (estimated blood

volume/EBV). EBL dapat menentukan pula derajat syok hipovolemik. EBV diambil

berdasarkan perhitungan = BB x 65 (untuk perempuan) atau BB x 75 (untuk laki-laki). Dalam

menentukan derajat syok hipovolemik dapat menggunakan EBL/EBV x 100%10.


Pada syok hipovolemik, penggantian cairan dapat berupa kristaloid pada derjat I-II

dengan estimasi kehilangan darah 15-30%, pada derajat III dan IV pengganti cairan berupa

kristaloid dan koloid. Adapun sifat kristaloid dan koloid berdasarkan data dibawah ini :

• Kristaloid : memiliki ukuran molekul yang lebih kecil jika dibandingkan dengan koloid,

sehingga kristaloid akan mudah masuk kedalam intersisial dan intrasel. Pada pemberian

kristaloid yang banyak dapat menimbulkan risiko edem pulmo.

• Koloid : memeiliki ukuran molekul yang lebih besar dibandingkan kristaloid, sehingga

memiliki waktu lebih lama berada di intravaskuler, berfungsi baik untuk plasma expander.

Komplikasi yang dapat terjadi pada pemberian koloid adalah gagal ginjal akut.

Penentuan jumlah cairan kristaloid berdasarkan volume cairan intravaskuler dan

intersisial yang hilang. Dimana pada tubuh manusia terdiri dari 60% cairan yang mana 40%

mengisi intrasel, 20% mengisi ekstra sel, pada ekstra sel terbagi lagi menjadi 15% intersisial

dan 5% intravaskuler. Sehingga dapan ditentukan berapa banyak cairan kristaloid yang

dibutuhkan adalah ¾ x EBL. Dan untuk cairan koloid sebanyak ¼ x EBL. Sementara

penentuan total darah yang dibutuhkan berdasarkan berapa banyak hb pasien hilang, dimana

hb target orang dewasa normal sebanyak 8 gr/dLAdapaun perkiraan hb pasien ketika terjadi
!"#
syok berdasarkan ∆ℎ𝑏 = !! !!. Adapun pemilihan jenis darah yang akan diberikan

berdasarkan pertimbangan komponen darah yang diperlukan dan tujuan pemberian transfusi.

Adapun jenis-jenis darah simpan yang tersedia10 :

a. Whole blood (darah lengkap)

Satu unit darah lengkap (450-540 ml) mengandung pengawet 60 ml CPDA1 atau

CP2D dengan kadar hematokrit 30-40% dan dapat meningkatkan kadar hb resipien 1 gr%.

Darah lengkap biasanya diberikan pada kondisi perdarahan akut, syok hipovolemik, dan

bedah mayor dengan perdarahan >1500 ml.

b. Fresh Frozen Plasma (Plasma segar dan plasma biasa)


Pada Plasma biasa berisi 200ml, dimana semua faktor pembekuan ada kecuali faktor

V dan VII. Pada plasma segar faktor V dan VII tetap aktif, dan biasnaya diberikan pada

transfusi darah masif setelah terapi warfarin dan koagulopati pada penyakit hepar.

c. Packed cell biasa dan cuci

Satu unit packed cell berisi 240-340 ml dengan hematokrit 75-80% dan hb 24 gr/dl.

Diperlukan packed cell 4 ml/kgbb atau 1 unit untuk menaikan kadar hematokrit 3-5%. Packed

cell diberikan pada perdarahan lambat, anemia, atau pada kelainan jantung.

d. Trombosit mampat (thrombocyt concentrate)

Cryopricipitate-AHF

e. Komponen lain, misal buffycoat-granulocyt concentrate

2. Masase dan kompresi bimanual8

• Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan tangan

(dengan cara menyatukan kelima ujung jari) ke introitus dan ke dalam vagina ibu.

• Periksa Vagina dan serviks – jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri

mungkin uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh

• Letakan kepalan tangan pada forniks anterior, tekan dinding anterior uterus, sementara

telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang uterus ke arah

kepalan tangan dalam

• Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat, kompresi uterus ini memberikan tekanan

langsung pada pembuluh darah di dalam dinding uterus dan juga merangsang miometrium

untuk berkontraksi.

• Evaluasi keberhasilan

a) Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2

menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina. Pantau kondisi

ibu selama kala empat.


b) Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung, periksa perineum, vagina

dan serviks apakah terjadi laserasi dibagian tersebut segera lakukan penjahitan jika

ditemukan laserasi.

c) Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk

melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE) kemudian teruskan dengan langkah-

langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Atonia uteri sering kali diatasi

dengan KBI, jika KBI tidak berasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan lain.

• Berikan 0,2 mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi)

alasan: ergometrin yang diberikan akan meningkatkan tekanan darah lebih tinggi dari

kondisi normal.

• Menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan 500

ml RL yang mengandung 20 IU oksitosin. Alasan: jarum dengan berdiameter besar,

memungkinkan pemberian cairan IV secara cepat, dan dapat langsung digunakan jika ibu

membutuhkan transfusi darah. Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontrasi

uterus. RL akan membantu mengganti volume cairan yang hilang selama perdarahan.

• Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dengan ulangi KBI. Alasan: KBI

yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin dapat membatu uterus

berkontraksi

• Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera lakukan rujukan

berarti ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan perawatan gawat darurat

difasilitas kesehatan yang dapat melakukan tindakan pembedahan dan transfuse darah

Gambar 3. Kompresi Bimanual1
3. Uterotonika9

Tabel 5. Pemberian Uterotonika

4. Uterine lavage dan uterine packing

Pemasangan balon kateter


Secara aseptic kondom yang telah diikatkan pada kateter dimasukan kedalam kavum

uteri. Kondom diisi dengan cairan garam fisiologis sebanyak 250-500 ml sesuai kebutuhan.
Dilakukan observasi perdarahan dan pengisian kondom dihentikan ketika perdarahan sudah

berkurang.


Gambar 4. Balon Kateter1
Untuk menjaga kondom agar tetap di kavum uteri, dipasang tampon kasa gulung di

vagina. Bila perdarahan berlanjut tampon kasa akan basah dan darah akan keluar dari

introitus vagina. Kontraktilitas uterus dijaga dengan pemberian drip oksitosin paling tidak

sampai dengan 6 jam kemudian. Diberikan antibiotika tripel, Amoksisilin, metronidazol, dan

gentamisin. Kondom kateter dilepas 24-48 jam kemudian, pada kasus dengan perdarahan

berat kondom dapat dipertahankan lebih lama.

5. Operatif

Metode operatif pada atonia uteri adalah ligasi arteri uterina dan metode b-Lynch

suture.

Gambar 5. Ligasi Ateri Uterina1


Gambar 6. B Lynch Suture1

6. Histerektomi Total

F. Komplikasi
Syok hipovolemik kebanyakan akibat dari kehilangan darah akut sekitar 20% dari

volume total.Tanpa darah yang cukup atau penggantian cairan, syok hipovolemik dapat

menyebabkan kerusakan irreversible para organ dan sistem.

Hipovolemik terjadi pada rangkaian keadaan dibawah ini:

1. Penurunan volume cairan intravascular


2. Pengurangan venous return, yang menyebabkan penurunan preload dan stroke volume

3. Penurunan cardiac output

4. Penurunan Mean Arterial Pressure (MAP)

5. Kerusakan Perfusi Jaringan

6. Penurunan oksigen dan pengiriman nutrisi ke sel

7. Kegagalan multi sistem organ


DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham F., dkk. 2014. Williams Obstetrics 24th edition. New York: McGraw-Hill

2. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:

YBP – SP.

3. Education Obstetri evidence base

4. World Health Organization. 2007. Managing Complications in Pregnancy and

Childbirth: A guide for midwives and doctors. China : WHO

5. Anderson J, Etches D, Smith D. Postpartum Hemorraghe. In Damos JR, Eisinger SH,

eds. Advanved Life Support in Obstetrics (ALSO) provider course manual. Kansas:

American Academy of Family Physicians, 2000:1-15

6. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetrik, Ed.2. Jakarta: EGC

7. Kementrian Kesehatan Indonesia, 2013, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas

Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kemenkes

8. Kompresi Bimanual Interna (KBI). Sumber Anderson, JM. Etches D. Prevention and

Management of Postpartum Haemorrhage. American Academy of Family Physician

(AAFP). 15 Maret 2007. 75(6): 875-882

9. Royal college of Obstetricians and gynaecologists, 2009. Prevention and Management of

Postpartum Haemorrhage

Latief, S. A., dkk, 2001. Petunjuk Praktis Anestesiologi ed. 2. Jakarta : FKU

Anda mungkin juga menyukai