Oleh:
Ilmi Friyan Maulana, dr.
Pembimbing kasus:
Dono Marsetio W , dr. Sp.B
Pendamping:
Eko Priyanto, dr.
Cita Budiarti , dr.
PORTOFOLIO KASUS
Pasien laki laki berusia 55 tahun datang dengan keluhan nyeri perut
Tujuan:
Untuk mempelajari diagnosis, patofisiologis, dan tatalaksana ileus dan hernia skrotalis inkaserata
Bahan bahasan Tinjauan Riset Kasus Audit
Pustaka
Cara membahas Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos
Nyeri perut dirasakan sejak kurang lebih 1 minggu ini, sebelum 1 minggu ini
nyeri hilang timbul, namun dalam beberapa hari ini nyeri tidak kunjung berkurang.
Keluhan nyeri perut disertai terdapat benjolan pada buah zakar kirinya, benjolan
dirasakan sudah sejak lama ‘’pasien lupa sejak kapan’’. Benjolan pada nuah zakar
kiri dirasa semakin membesar jika digunakan aktifitas, dan kadang mengecil jika
digunakan istirahat. Namun sudah beberapa waktu ini benjolan tidak mengecil dan
dirasa semakin membesar. Sebelumnya pasien telah melakukan kunjungan di poli
bedah RS Petrokimia Gresik, dan diarahkan untuk ke IGD untuk dilakukan rencana
oprasi besok.
Keluhan lain, batuk [-], pilek [-], panas [-], mual [-], muntah [-], pusing [+], BAB[-]
belum BAB, BAK [+] lancer dan tidak ada hambatan.
Riwayat Kebiasaan
- Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, dan
menggunakan narkoba, pasien suka makan makanan pedas/cabe.
Riwayat Pengobatan :
- Tidak ada
Riwayat Alergi obat dan makanan
- Disangkal
2. Pemeriksaan Fisik
SpO2 : 98 %
Berat Badan : 87 kg
Kepala & leher : Tidak ditemukan Anemia, Icterus, Cyanosis, dan Dyspneu
Thorax :
Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS,
tidak melebar, tidak kuat angkat
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I – II murni, bising (-), gallop (-)
Pulmo Inspeksi : simetris statis dinamis
Palpasi : stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
Abdomen Inspeksi : datar, gambaran gerak usus (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,
defans musculer (-)
Perkusi : hipertimpani, pekak sisi (+) N, pekak alih (-),
Auskultasi : bising usus (+) meningkat, metallic sound (-)
Extremitas : Akral Hangat
Edema -/-
-/-
Genitalia Eksterna : Laki-laki, tampak benjolan dari lipat paha kiri sampai dengan
scrotum kiri
Status lokalis : Regio inguinalis s/d regio scrotalis sinistra:
Inspeksi : Terlihat benjolan dari regio ingunalis sampai pada skrotum sinistra, warna
kulit seperti kulit sekitar
Inguinal dan skrotum dextra tidak ada kelainan
Palpasi : Perabaan suhu seperti kulit sekitar, tidak ada nyeri tekan, konsistensi
kenyal, tidak ada fluktuasi, testis teraba terpisah dari benjolan. Inguinal
dan skrotum dextra tidak ditemukan kelainan
Auskultasi : Bising usus (+) skrotum sinistra
Tes valsava : Positif, terdapat suara pencernaan diregio scrotalis sinistra
3. Pemeriksaan Penunjang
Lab Nilai Normal 24/10/20
Hemoglobin 13-18 g/dL 24.6
Leukosit 4-10 ribu/mm3 7.43
Hematokrit 40-50 % 44.6
Trombosit 150-450 ribu/mm3 346
Eritrosit 4.5-5.5 juta/uL 5.67
MCV 79-99 fl 78.6
MCH 27-31 pg 25.7
MCHC 33-37 g/dL 32.7
RDW 11-16 % 14.7
MPV 7.9-11.1 % 8.2
PDW 9.0-13.0 % 16.1
Hitung Jenis
- Eosinofil 1-2 % 0
- Basofil 0.1 % 0.5
- Neutrofil 54-62 % 72.8
Radiologi :
Thorax AP, BOF, LLD
4. Diagnosa
Ileus ec Hernia Skrotalis Inkaserata
1.Subyektif
Nyeri perut kurang lebih 1 minggu ini, dan dalam beberapa hari ini nyeri tidak
kunjung berkurang. Disertai keluhan benjolan pada buah zakar kirinya, benjolan
dirasakan sudah sejak lama ‘’pasien lupa sejak kapan’’. Benjolan pada buah zakar
kiri dirasa semakin membesar jika digunakan aktifitas, dan beberapa waktu ini
benjolan tidak mengecil dan dirasa semakin membesar. Keluhan lain, pusing [+],
BAB[-] belum BAB, BAK [+] lancer dan tidak ada hambatan.
2.Obyektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis dengan GCS 456. Suhu tubuh
36.3ºC, pernapasan 20 x per menit serta nadi 82 x per menit dengan SpO2 98 %. Pemeriksaan
bising usus menurun (+). Hasil laboratorium menunjukkan Eritrosit 5.67 juta/uL, MCV
78.6 fl, MCH 25.7 pg, MCHC 32.7 g/dL, PDW 16.1%, Neutrofil 72.8%, Limfosit 18.5%,
HBsAg Reaktif dan pada hasil radiologi tampak dilatasi usus.
3. Assesment
Nyeri perut yang dirasakan pasien adalah gejala ileus yang disebabkan oleh karena hernia
scrotalis inkaserata. Hal ini didukung dari pemeriksaan fisik, bising usus meningkat dan foto
bof serta lld nampak dilatasi usus dan free fluid.
Follow Up
Tan
Keadaan Klinis Program
ggal
24 S : nyeri perut Advise dr. Dono, Sp.BU
Okt O : KU : komposmentis R/
20 TTV : TD : 134/81 mmHg - IVFDAsherin
g Futrolit 2:2
N : 82x/menit
- Inj. Texagram
RR : 20x/menit 3x1gr
- Inj. Antrain
t : 36,3°C
3x1gr
Abdomen : BU (+) ↑ - Inj.
Omeprazole 2x40mg
St.lokalis : regio inguinal s/d scrotalis sin
- Pro
I : benjolan seperti sewarna kulit = sekitar OP/Hernioraphy
Pa : nyeri tekan [-], suhu = sekitar Besok
PP :
Laboratorium (24 Okt 2020)
Hasil laboratorium menunjukkan Eritrosit
5.67 juta/uL, MCV 78.6 fl, MCH 25.7 pg,
MCHC 32.7 g/dL, PDW 16.1%, Neutrofil
72.8%, Limfosit 18.5%, HBsAg Reaktif.
Radiologi BOF dan LLD
Tampak dilatasi usus.
limfe.
2.1 Hernia
Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan
muskuloaponeurotik) yang menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang
biasa melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.
Klasifikasi
Klasifikasi
Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena
sebab yang didapat. Lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita dan
lebih sering pada sisi kanan dibanding kiri disebabkan ukuran ligamentum
rotundum dan persentase obliterasi dari processus vaginalis testis lebih kecil
dibanding obliterasi canalis nuck. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia di annulus inguinalis internus yang cukup
lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di samping itu,
diperlukan juga faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang
sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Canalis inguinalis adalah canal yang normal pada fetus. Pada masa
perkembangan embrional, testis awalnya berada di dalam rongga peritoneum.
Pada bulan ke 8 kehamilan, testis turun melalui canalis inguinalis untuk masuk
ke dalam scrotum (decensus testis), penurunan testis ini akan menarik
peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut processus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, testis turun
ke dalam scrotum, processus vaginalis akan mengalami obliterasi dan menjadi
sejenis tali fibrosa tanpa lumen sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui
canalis tersebut. Ujung distal dari processus vaginalis tetap bertahan menjadi
suatu membran yang mengelilingi testis yang disebut tunika vaginalis. Namun
dalam beberapa hal, seringkali canalis ini tidak menutup. Karena testis kiri
turun lebih dulu maka canalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila
canalis inguinalis kiri terbuka biasanya canalis inguinalis kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, canalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan. Jika ada processus vaginalis yang tetap terbuka (paten) maka akan ada
hubungan antara rongga peritoneum dan regio inguinal dan scrotum. Jika
ukuran processus vaginalis paten kecil, maka hanya cairan saja yang dapat
masuk melewatinya sehingga terbentuk hidrokel komunikantes. Jika
ukurannya cukup besar, maka usus, omentum dan isi rongga peritoneum lain
dapat masuk sehingga terbentuk hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada
orang tua, canalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus
minoris resistant maka keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdomen
meningkat akan menyebabkan canal dapa terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis akuisita.
Pada orang sehat, ada 3 mekanisme yang dapat mencegah terjadinya
hernia inguinalis antara lain canalis inguinalis yang berjalan miring, adanya
struktur m. obliquus abdominis internus yang menutup annulus inguinalis
internus ketika berkontraksi dan adanya fascia transversa yang kuat di mana
menutup trigonum Hesselbach yang umumnya hampir tidak berotot.
Gangguan pada mekanisme ini menyebabkan hernia. Faktor yang dianggap
berperan causal adalah adanya prosessus vaginalis yang terbuka, peninggian
tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia 2.
Pada neonatus kurang lebih 90% processus vaginalis tetap terbuka sedangkan
bayi umur 1 tahun sekitar 30% processus vaginalis belum tertutup. Tapi tidak
sampai 10% anak dengan processus vaginalis paten menderita hernia. Pada
lebih dari setengah populasi anak, dapat dijumpai processus vaginalis paten
kontralateral tapi insiden hernia tidak lebih dari 20%. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa adanya processus vaginalis yang paten bukan merupakan
penyebab tunggal terjadinya hernia tapi diperlukan faktor lain seperti annulus
inguinalis yang cukup besar.
Tekanan intra abdomen yang meningkat secara kronik misalnya batuk
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan ascites sering disertai hernia
inguinalis. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang
membatasi annulus internus akan ikut kendor sehingga tekanan intra abdomen
tidak tinggi dan canalis inguinalis berjalan lebih vertikal dan sebaliknya bila
otot dinding perut berkontraksi, canalis inguinalis berjalan lebih transversal
dan annulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke
dalam canalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi
akibat kerusakan n. ilioinguinalis dan n. iliofemoralis setelah appendiktomi.
Diagnosis
Untuk menegakkan suatu diagnosis diperlukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang yang cermat dan teliti.
a. Anamnesis
Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
hernia. Sebagian besar hernia asimptomatik dan kebanyakan ditemukan
pada pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi pada annulus inguinalis
superfisialis. Pada hernia reponibel, keluhan satu- satunya adalah adanya
benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau
mengejan, dan menghilang setelah berbaring. Setelah beberapa tahun,
sejumlah hernia turun ke dalam scrotum sehingga scrotum membesar.
Omentum yang terperangkap di dalam kantong hernia dapat menyebabkan
nyeri abdomen yang kronis. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada
biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus
halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau
muntah baru timbul kalau terjadi incarserata karena ileus atau strangulasi
karena nekrosis atau ganggren. Pasien sering mengeluh tidak nyaman dan
pegal pada daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan reposisi manual
kedalam cavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan
gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi.
Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak nampak,
pasien dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan
berdiri. Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah
tampak benjolan, harus diperiksa apakah benjolan dapat dimasukkan
kembali. Pasien diminta berbaring, bernapas dengan mulut untuk
mengurangi tekanan intra abdominal, lalu scrotum diangkat perlahan.
Gambaran klinis hernia
Jenis Reponible Nyeri Obstruksi Tampak Toksik
sakit
Reponible + - - - -
Irreponible - - - - -
Incarserata - + + + -
Strangulata - ++ + ++ ++
b. Pemeriksaan fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik hernia tergantung dari isi
hernia, apakah masih dapat hilang timbul atau tidak. Pasien harus
dievaluasi dalam keadaan berdiri dan berbaring serta saat batuk atau
mengedan untuk melihat benjolan yang dikeluhkan.
Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis
lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral atas ke medial bawah. Terlihat benjolan memanjang yang
mengikuti arah dan struktur dari kanalis inguinalis. Hal yang perlu
dievaluasi adalah ukuran hernia, apakah hernia terjadi di kedua sisi atau
satu sisi saja.
Pada palpasi, di titik tengah antara SIAS dan tuberculum pubicum
ditekan lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan disebelah
medial berarti hernia inguinalis medialis. Titik yang terletak di sebelah
lateral tuberculum pubicum ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika
terlihat benjolan di lateral berari hernia inguinalis lateralis. Kantong hernia
yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai
gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua
permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi
umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ,
tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum (seperti
karet), atau ovarium.
Pada perkusi akan terdengar pekak. Pada auskultasi
hiperperistaltik, biasanya pada hernia yang mengalami obstruksi usus
(hernia inkarserata).
Terdapat tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test,
thumb test dan ziemann’s test. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking
pada anak (finger test), dapat dicoba mendorong isi hernia dengan
menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan
apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Apabila hernia dapat
direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien
diminta mengedan untuk meningkatkan tekanan intraabdominal. Kalau
ujung jari menyentuh hernia, artinya hernia tersebut berada di dalam
kanalis inguinalis berarti benjolan itu adalah hernia inguinalis lateralis.
Apabila sisi jari yang menyentuh hernia berarti hernia tersebut berada
diluar kanalis kemungkinan hernia tersebut adalah hernia inguinalis
medialis.
Pemeriksaan lainnya adalah palpasi kedua ibu jari (thumbs test).
Pasien diminta berdiri kemudian pemeriksa meletakkan kedua ibu jari
pada annulus internus untuk memberikan tekanan sehingga anulus internus
tertutup. Kemudian minta pasien mengedan, apabila muncul benjolan
berarti defek tidak terjadi di anulus internus jadi kemungkinan benjolan itu
berupa hernia inguinalis medialis. Bila tidak keluar benjolan berarti hernia
inguinalis lateralis.
Selain itu dapat dilakukan three finger test (Ziemann’s test) dengan
cara meletakkan tiga jari yaitu jari kedua ketiga dan keempat masing-
masing di annulus internus, trigonum Hesselbach dan canalis femoralis,
kemudian minta pasien mengedan. Apabila benjolan terasa pada jari 2
maka benjolan itu adalah HIL, di jari 3 HIM dan di jari 4 adalah hernia
femoralis.
Pemeriksaan colok dubur dapat dilakukan apabila kita curiga ada
penyakit lain yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intraabdominal dan memicu terjadinya hernia yang berulang. Misalnya
hiperplasia prostat atau adanya massa yang menyebabkan konstipasi.
Tanda-tanda vital: temperatur meningkat, pernapasan meningkat,
nadi meningkat dan tekanan darah meningkat.
c. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium menunjukkan leukosit > 10.000-18.000/mm3
dengan shift to the left yang menandakan strangulasi dan serum elektrolit
meningkat. Tes urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari
traktus genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin
hernia. Pada pemeriksaan USG daerah inguinal, pasien dalam posisi
supine dan posisi berdiri dengan maneuver valsava dilaporkan memiliki
sensitifitas dan spesifitas diagnosis mendekati 90%.
Foto rontgen abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus atau obstruksi usus.
Kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya suatu
gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneus Reduction of
Hernia en Masse. Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara
spontan kantong hernia beserta isinya ke rongga ekstraperitoneal. Ada 4
tipe pembagian reduction of hernia en masse yaitu retropubic, intra
abdominal, pre peritoneal dan pre peritoneal locule.
d. Diagnosis Banding
1. Hidrocele
Pasien diminta mengejan bila benjolan adalah hernia maka akan
membesar, bila hidrocele benjolan tetap tidak berubah. Bila benjolan
terdapat pada skrotum, maka dilakukan pada satu sisi, sedangkan disisi
yang berlawanan diperiksa melalui diapanascopy. Bila tampak bening
berarti hidrocele (diaphanoscopy +).
2. Kriptokismus
Testis tidak turun sampai ke skrotum tetapi kemungkinannya hanya
sampai kanalis inguinalis.
3. Limfadenopati/limfadenitis inguinalis
Perhatikan infeksi pada kaki sesisi. Varises vena saphena magna
didaerah lipat paha. Pada perkusi jika isinya gas pada usus akan
terdengar bunyi timpani.
Penatalaksanaan
Penanganan di IGD
- Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20°
terhadap hernia inguinalis serta kompres dengan kantung dingin untuk
mengurangi pembengkakan dan menimbulkan proses analgesia
- Melakukan pemberian infuse untuk mencegah dehidrasi, pemasangan
NGT untuk hernia inkarserata dengan tujuan dekompresi (menurunkan
tekanan intraabdomen akibat obstruksi), serta pemasanagan kateter
untuk pemantauan balance cairan
- Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri.
Pasien harus istirahat agar tekan intra abdominal tidak meningkat.
Terapi operatif jika:
- Reduksi hernia yang tidak berhasil
- Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum yang memburuk
- Hernia inguinalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa
kontraindikasi penanganan ini teruntuk semua pasien tanpa pandang
umur untuk inkarserata dan strangulata
- Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi
kesehatan saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi
dapat dilakukan.
- Jika pasien menderita BPH, sebaiknya dilakukan penanganan untuk
BPH terlebih dulu. Mengingat tingginya resiko infeksi traktus
urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.
- Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi dan nyeri pada
hernia maka operasi cyto harus dilakukan.
- Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dimanipulasi dan tidak
ada gejala strangulasi.
- Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk
memastikan usus masih hidup, ada tanda-tanda leukositosis
- Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang
berwarna gelap.
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulasi, kecuali
pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya kearah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang
tetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkaserasi lebih sering terjadi
pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering terjadi dan
sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi dibandingkan
dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih
elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak
dengan sedatif dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini
berhasil, anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi
hernia tidak berhasil, dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi
segera.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional
hernia inguinalis. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.
Pada prinsipnya operasi terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. Pada
herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin, lalu dipotong.
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti
lebih penting dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan
herniotomi.
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat
dikelompokkan menjadi 4 kategori. Pada hernioraphy, mengembalikan isi
kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka
dengan menjahit pertemuan transverses internus dan m.obliquus internus
abdominis ke ligament inguinal.
Komplikasi
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponible di mana dapat
terjadi bila hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ
ekstraperitoneal atau hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala kecuali
benjolan. Isi hernia juga bisa tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi
hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus. Sumbatan bisa
terjadi parsial atau total. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau lebih
kaku seperti hernia femoralis dan obturatoria, lebih sering terjadi jepitan
parsial.
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia akan makin bertambah sehingga
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong
hernia berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Jika isi hernia terdiri dari
usus, dapat terjadi perforasi yang akan menyebabkan abses lokal, fistel atau
peritonitis jika berhubungan dengan rongga perut. Gambaran klinis hernia
inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus
dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Bila terjadi
strangulasi, terjadi keadaan toksik akibat ganggren dan gambaran klinis menjadi
kompleks dan sangat serius. Pasien mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia
dan nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal. Pada pemeriksaan
ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali disertai nyeri tekan
dan tergantung keadaan isi hernia, dapat ditemukan peritonitis atau abses lokal.
Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat dan perlu mendapat
pertolongan pertama.
Diagnosis banding hernia incarserata dengan obstruksi usus dan hernia
strangulata yang menyebabkan nekrosis atau gangren
Gejala / tanda Obstruksi usus pada Nekrosis/ gangren pada
hernia incarserata hernia strangulata
Nyeri Kolik usus Menetap
Suhu badan Normal Normal / meningkat
Denyut nadi Normal / meningkat Meningkat / tinggi sekali
Leukosit Normal Leukositosis
Rangsang peritoneum Tidak ada Jelas
Sakit Sedang / berat Berat sekali / toksik
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
ILEUS
Ileus Obstruktif
Menurut letak sumbatannya maka ileus obstruktif dibagi menjadi dua
Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus.
Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar.
OBSTRUKSI HALUS
Pada obstruksi sederhana yang terlibat hanya lumen usus, sedangkan pada
strangulasi, peredaran darah juga terganggu dan dapat mengakibatkan nekrosis
pada dinding usus. Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh perlekatan usus,
hernia, neoplasma, intususepsi, volvulus, benda asing, batu empedu yang masuk
ke usus melalui fistula kolesisenterik, penyakit radang usus (inflammatory bowel
disease), striktur, fibrokistik dan hematoma.
MANIFESTASI KLINIS
A. Obstruksi Sederhana
Pada obstruksi sederhana usus halus proksimal akan timbul gejala muntah
yang banyak, yang jarang muntah menjadi fekal walaupun obstruksi
berlangsung lama. Nyeri abdomen bervariasi dan sering dirasakan sebagai
perasaan tidak enak di perut bagian atas.
Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah
periumbilikal atau nyeri yang sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang
timbul dengan adanya fase bebas keluhan. Muntah akan timbul kemudian,
waktunya bervariasi tergantung letak sumbatan. Semakin distal letak
sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi selalu
terjadi terutama pada obstruksi komplit.
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut degan dehidrasi
akibat kehilangan cairan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai
demam. Distensi abdomen dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi
proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Peristaltik
usus mengalami dilatasi dapat dilihat pada pasien yang kurus. Bising usus
yang meningkat dan metallica sound dapat di dengar sesuai dengan
timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan menjadi
hemokonsentrasi, leukositosis dan gangguan elektrolit.
Pada pemeriksaan radiologis, dengan posisi tegak dan terlentang serta
lateral dekubitus menunjukkan gambaran anak tangga dari usus kecil yang
mengalami dilatasi air-fluid level. Pemberian kontras akan menunjukkan
adanya obstruksi mekanis dan letaknya.
Pada ileus obstruktif letak rendah jangan lupa untuk melakukan
pemeriksaan rektosigmoidoskopi dan kolon (degan colok dubur dan
barium in Koo) untuk mencari penyebabnya. Periksa pula kemungkinan
terjadinya hernia.
B. Obstruksi disertai Proses Strangulasi2
Kira-kira sepertiga obstruksi dengan strangulasi tidak diperkirakan
sebelum dilakukan operasi. Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi
lebih nyata dan disertai nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah
adanya skar bekas operasi atau hernia.
Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi maka perlu tindakan operasi segera
untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.
Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinu, daerah
benjolan menjadi merah dan pasien menjadi gelisah.
Differential Diagnosis
DIAGNOSA BANDING HERNIA
Hidrokel. Hidrokel mempunyai batas tegas, iluminensi positif dan tidak
dapat dimasukan kembali. Testis pada pasien hidrokel dapat diraba. Pada
hidrokel, pemeriksaan transluminasi atau diapanoskopi akan memberikan
hasil positif.
Limfadenopati inguinal. Perhatikan apakah ada infeksi pada kaki sesisi.
Testis ektopik, yaitu testis yang masih berada dalam kanalis inguinalis.
Lipoma atau herniasi lemak properitoneal melalui cincin inguinal.
Orkitis.
Penatalaksanaan
Tatalaksana yang harus dilakukan
1) Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi dan mengurangi distensil abdomen (dekompresi). Kemudian
lakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan
umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan laparotomi.
2) Operasi
Operasi dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan.
Kantong hernia tidak perlu di eksisi tetapi cukup dikembalikan ke dalam
rongga perut. Kemudian perlu dilakukan perbaikan terhadap kelemahan
atau kerusakan dinding perut. Sebelum diperbaiki, dilihat dulu keadaan
anulus inguinalis interna untuk melihat kemungkinan adanya hernia
lateralis atau hernia femoralis.
3) Pasca bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa pasien pasca bedah,
usus pasien masih dalam keadaan paralitik.
Oleh karena asupan gizi diberikan secara enteral dengan jenis nutris
elemental.