Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

INSTALASI GAWAT DARURAT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH INDRAMAYU

BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA

OLEH :
dr. Boegi Anisa Kinanti

PENDAMPING :
dr. Widiyana

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN INDRAMAYU

2018
Status Present
A. SUBJEJTIF
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. Kasmad
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki- laki
Status : Menikah
Alamat : Juntinyuat
Tgl masuk : 16 Juni 2018
Jam masuk : 10.30 WIB
b. Keluhan utama :
Tidak bisa BAK sejak 1 bulan yang lalu
c. Keluhan tambahan :
Perut bagian bawah terasa penuh dan nyeri.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan tidak bisa BAK sejak 1 hari yang
lalu. Pasien mengeluh sulit BAK, BAK hanya menetes sedikit-
sedikit. Penderita juga mengeluh BAK tidak lampias, mengedan,
dan apabila ingin BAK tidak bisa ditahan.
Sebelumnya sekitar 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien
mulai mengeluh sering mengejan saat BAK, BAK kurang deras,
dan pancaran nya lemah sehingga penderita lebih lama di kamar
mandi. Bila siang hari bisa lebih dari 5 kali BAK dan pada malam
hari penderita sering terbangun untuk BAK (bisa 3-4 kali
semalam). Penderita juga sering merasa nyeri saat BAK.
e. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat sakit DM dan hipertensi.
f. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada yang mengeluh keluhan serupa.
g. Riwayat pengobatan
Sebelumnya pasien sudah berobat ke dokter, oleh dokter diberi
obat dan dipasang kateter.
B. OBJEKTIF
Status umum
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis (e4v5m6)

Tanda – tanda vital


Tekanan Darah: 130/80mmhg
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6 C

KEPALA DAN MUKA


Bentuk dan ukuran : normocephali
Simetri wajah : simetris
Pertumbuhan rambut : pertumbuhan rambut baik
Deformitas : tidak terdapat deformitas
MATA
Bentuk : normal, kedudukan bola mata simetris
Konjungtiva : normal
Refleks cahaya : langsung dan tidak langsung (+/+)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : bulat, isokhor +/ Ø3mm
TELINGA
Bentuk : normal
Nyeri tarik auricular : (-/-)
Liang telinga : lapang
nyeri tekan tragus : (-/-) Serumen : (-/-)
HIDUNG
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas
Septum : terletak ditengah dan simetris
Mukosa hidung : tidak hiperemis
Cavum nasi : perdarahan (-/-), sekret (-/-)
MULUT DAN TENGGOROKAN
Bibir : normal, tidak pucat, tidak sianosis
Gigi geligi : baik, karies gigi (-), perdarahan gusi (-)
Mukosa mulut: normal, tidak hiperemis.
Lidah : normal, tidak kotor
Tonsil : tonsil normal, tidak hiperemis
Faring : mukosa tidak hiperemis, uvula baik
KELENJAR GETAH BENING
Leher : pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)
Aksila : pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)
Inguinal : pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)
KELENJAR TIROID :
Inspeksi : Pembesaran (-/-),
Palpasi : Nyeri tekan (-),pembesaran (-).
Auskultasi : Bruit (-)
DADA (Thoraks : paru dan jantung)
Bentuk dan gerak simetris
Paru VBS ki=ka, ronchi -/-, wheezing -/-
Cardio BJ Murni, regular, murmur (-)
ABDOMEN
BU (+), supel.
Nyeri tekan daerah simpisis pubis dan teraba kencang.
EKSTREMITAS
Superior : simetris, kekuatan otot 5/5, gerakan bebas, tremor (-)
Inferior : kaki kanan dan kiri DBN, kekuatan otot 5/5, edema (-)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium (16 Juni 2018)


Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Leukosit 5,800 4.400-11.300 /ul
Eritrosit 3.0 4,4-5,9 10ul
Hemoglobin 10.6 13.2-17.3 g/dl
Hematokrit 21.7 40-52 %
Trombosit 503.000 150.000-400.000 ul
MCV 71.0 80-100 fll
MCH 34.8 28-33 pg
MCHC 48.8 33-36 g/dl
Glukosa sewaktu 98 74-180 mg/dl
Ureum 19 13-43 mg/dl
Kreatinin 0.95 0.8-1.3 mg/dl
SGOT 13 <38 u/l
SGPT 11 <40 u/l

USG
Kesan USG :

- Pembesaran prostat ugestif suatu Benign Prostat Hipertrophy. Ukuran

membesar lk 3,8 x 4,5 x 3,8 cm (volume lk 34, 7 ml), tekstur parenkim

inhomogen, kalsifikasi (+).

- USG hepar, kandung empedu, spleen, pankreas, ginjal kanan/kiri,

vesica urinaria, saat ini tak tampak kelainan

D. DIAGNOSIS KERJA

Retensio urin e.c BPH

E. RENCANA TERAPI

- Dilakukan dilatasi OUE menggunakan klem

- Pasang DC

- IVFD RL 20 tpm makro

- Inf. Levofloxacin 1x500 mg

- Inj. Dexketoprofen 3x50 mg


- Harnall 1x1 tab

- Diet Biasa

- Rencana operasi tgl 19 juni 2018 pukul 09.00 WIB

- Konsul spesialis anestesi.

F. LAPORAN OPERASI

Tanggal Operasi : 19 Juni 2018

Dokter Bedah : dr.SpB

Dokter Anestesi : dr. SpAn

Jenis Anestesi : spinal

Diagnosa Pra-Bedah : Retensio urin e.c BPH

Diagnosa Pasca Bedah : Sesuai

Jenis Operasi : Open Prostactomy Suprapubik

Lama operasi : 10.00 - 11.00

Temuan operasi :

G. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam


H. FOLLOW UP PASIEN

17/juni/2018 18/juni/2018 19/juni/2018 20/juni/2018


S: nyeri saat S: nyeri saat BAK, S: nyeri luka post S: nyeri luka post
BAK, operasi
kateter masih operasi
terpasang
kateter. terpasang.

O : kes: O : kes: O : kes: O : kes: composmentis


composmentis composmentis composmentis TD : 130/80 mmhg, N:
TD : 130/80 TD : 120/80 TD : 130/90 89x/m, R: 20x/m, S:
mmhg, N: mmhg, N: 88x/m, mmhg, N: 90x/m, 36,5c
80x/m, R: R: 20x/m, S: 36c. R: 20x/m, S: DC irigasi terpasang,
20x/m, S: 36c. 36,5c drain (+)
DC irigasi
terpasang, drain
(+)
A : Retensio A : Retensio urin A: post op A: POD-1
urin e.c BPH e.c BPH Open Prostactomy Open Prostactomy
suprapubik + suprapubik + retensio
retensio urin e.c urin e.c BPH
BPH

P: P: P: P:
-IVFD RL 20 -pro op selasa jam -diet biasa -diet biasa
tpm makro 09. 00 -irigasi jalankan -irigasi jalankan
-Inf. -RL 20 tpm makro -RL 20 tpm -RL 20 tpm makro
Levofloxacin -inj cefotaxime makro -inj cefotaxime 1x2 gr
1x500 mg 1x2 gr -inj cefotaxime -inj ketorolac 3x30 mg
-Inj. -inj asam 1x2 gr
Dexketoprofen traneksamat -inj ketorolac
3x50 mg 3x500 mg 3x30 mg
-Harnall 1x1 -inj vitamin K 3x1
tab amp
-Diet Biasa -puasa
21/juni/2018 22/juni/2018

S: nyeri luka post S: nyeri luka post


operasi operasi

O: kesadaran O:kesadaran
composmentis, TD: composmentis, TD:
120/90 mmhg. N: 130/90 mmhg. N:
88x/m, R: 20x/m, 97x/m, R: 20x/m,
S: 36c S: 36c

A: POD-2 A: POD-3
Open prostactomy Open prostactomy
suprapubik + suprapubik +
retensio urin e.c retensio urin e.c
BPH BPH

P: P:
-diet biasa -diet biasa
-irigasi jalankan -irigasi jalankan
-RL 20 tpm makro -RL 20 tpm makro
-inj cefotaxime 1x2 -inj cefotaxime 1x2
gr gr
-inj ketorolac 3x30 -inj ketorolac 3x30
mg mg
-aff kateter
-aff drain
TINJAUAN PUSTAKA

BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA (BPH)

1. ANATOMI PROSTAT

Gambar 1. LetakAnatomis Kelenjar Prostat

Prostat adalah suatu organ kelenjar yang fibromuskular, yang terletak

persis di bawah kandung kemih. Kelenjar ini terdiri atas jaringan kelenjar dinding

uretra yang mulai menonjol pada masa pubertas. Prostat pada orang dewasa

normal kira-kira 20 gram, di dalamnya terdapat uretra posterior dengan

panjangnya 2,5 – 3 cm. Pada bagian anterior disokong oleh ligamentum pubo-

prostatika yang melekatkan prostat pada simpisis pubis. Pada bagian posterior

prostat terdapat vesikula seminalis, vas deferen, fasia denonvilliers dan rectum.

Fasia denonvilliers berasal dari fusi tonjolan dua lapisan peritoneum, fasia ini

cukup keras dan biasanya dapat menahan invasi karsinoma prostat ke rectum

sampai suatu stadium lanjut.


Pada bagian posterior ini, prostat dimasuki oleh ductus ejakulatorius yang

berjalan secara oblique dan bermuara pada veromentanum didasar uretra

prostatika persis dibagian proksimal spingter eksterna. Pada permukaan superior,

prostat melekat pada bladder outlet dan spingter interna sedangkan dibagian

inferiornya terdapat diafragama urogenitalis yang dibentuk oleh lapisan kuat fasia

pelvis, dan perineal membungkus otot levator ani yang tebal. Diafragma

urogenital ini pada wanita lebih lemah oleh karena ototnya lebih sedikit dan fasia

lebih sedikit.

2. HISTOLOGI PROSTAT

Menurut klasifikasi Lowsley; prostat terdiri dari lima lobus: anterior,

posterior, medial, lateral kanan dan lateral kiri. Sedangkan menurut Mc Neal,

prostat dibagi atas : zona perifer, zona sentral, zona transisional, segmen anterior

dan zona spingter preprostat. Secara histopatologik, kelenjar prostat terdiri atas

komponen kelenjar dan stroma. Komponen stroma ini terdiri atas otot polos,

fibroblast, pembuluh darah, saraf, dan jaringan penyangga lain. Prostat normal

terdiri dari 50 lobulus kelenjar. Duktus kelenjar-kelenjar prostat ini lebih kurang

20 buah, secara terpisah bermuara pada uretra prostatika, dibagian lateral

verumontanum, kelenjar-kelenjar ini dilapisi oleh selapis epitel torak dan bagian

basal terdapat sel-sel kuboid

.
3. FISIOLOGI PROSTAT

Fungsi kelenjar prostat antara lain:

1. Mengeluarkan cairan alkalis yang menetralkan sekresi vagina yang asam,

suatu fungsi penting karena sperma lebih dapat bertahan hidup dalam

lingkungan yang sedikit basa. Kelenjar prostat dikelilingi oleh otot polos

yang berkontraksi selama ejakulasi, mengeluarkan lebih kurang 0,5 ml

cairan prostat.

2. Menghasilkan enzim - enzim pembekuan dan fibrinolisin. Enzim - enzim

pembekuan prostat bekerja pada fibrinogen dari vesikula seminalis untuk

menghasilkan fibrin, yang ”membekukan” semen sehingga sperma yang

diejakulasikan tetap tertahan di saluran reprodksi wanita saat penis ditarik

keluar. Segera setelah itu, bekuan seminal diuraikan oleh fibrinolisin, suatu

enzim pengurai fibrin dari prostat, sehingga sperma motil yang

dikeluarkan dapat bebas bergerak dalam saluran reproduksi wanita.

4. DEFINISI

BPH (Benign Prostate Hyperplasia) BPH (Benign Prostate Hyperplasia)

adalah pembesaran jinak dari kelenjar prostat. Penyebab dari BPH tidak diketahui

secara jelas, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat

kaitannya dengan peningkatan kadar Dihydrotestoteron (DHT) dan proses aging

(penuaan). Prostat terletak mengelilingi urethra posterior, pembesaran dari prostat

mengakibatkan urethra pars prostatika menyempit dan menekan dasar dari


kandung kemih. Penyempitan ini dapat menghambat keluarnya urine. Keadaan ini

menyebabkan peningkatan tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin,

kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu.

Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomi kandung

kemih, dimana perubahan struktur ini oleh penderita dirasakan sebagai

keluhan/gejala LUTS. LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) adalah istilah

umum untuk menjelaskan berbagai gejala berkemih yang dikaitkan dengan BPH.

Keluhan pasien BPH berupa LUTS terdiri atas gejala obstruksi (voiding

symptoms) maupun iritasi (storage symptoms).

5. ETIOLOGI

1. Teori dihidrotestosteron

Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon testosteron.

Dimana pada kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi metabolit aktif

dihidrotestosteron (DHT) dengan ban tuan enzim 5 α– reduktase. DHT inilah yang

secara langsung memicu m-RNA didalam sel-sel kelenjar prostat untuk

mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat.

Pada berbagai penelitian, aktivitas enzim 5 α– reduktase dan jumlah

reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat

menjadi lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi

dibandingkan dengan prostat normal.


2. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron.

Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun, sedangkan

kadar estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan estrogen : testosteron relative

meningkat. Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel

kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap

rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen dan

menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Akibatnya, dengan

testosteron yang menurun merangsang terbentuknya sel-sel baru, tetapi sel-sel

prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa

prostat menjadi lebih besar.

3. Interaksi stroma-epitel

Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel

epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu

mediator (growth factor). Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan

estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya

mempengaruhi sel stroma itu sendiri, yang menyebabkan terjadinya proliferasi

sel-sel epitel maupun stroma.

4. Berkurangnya kematian sel prostat

Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis

kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju

proliferasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang

apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel p rostat secara keseluruhan makin


meningkat sehingga mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga hormon

androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel karena setelah

dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.

5. Teori sel stem

Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk

sel-sel baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang

mempunyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini

bergantung pada hormon androgen, dimana jika kadarnya menurun (misalnya

pada kastrasi), menyebabkan terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya proliferasi

sel-sel pada BPH diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi

produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.

6. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi Hiperplasia Prostat Pembesaran prostat menyebabkan

terjadinya penyempitan lumen uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin

sehingga menyebabkan tingginya tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan

urin, buli buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan, menyebabkan

terjadinya perubahan anatomik buli-buli, yakni: hipertropi otot destrusor,

trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan

struktur pada buli-buli tersebut dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih

bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS).


Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli

tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini

menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya refluks vesiko-

ureter. Jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis

bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal.

7. GAMBARAN KLINIS

Manifestasi klinis timbul akibat peningkatan intra uretra yang pada

akhirnya dapat menyebabkan sumbatan aliran urin secara bertahap. Meskipun

manifestasi dan beratnya penyakit bervariasi, tetapi ada beberapa hal yang

menyebabkan penderita datang berobat, yakni adanya LUTS. Keluhan LUTS

terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif. Gejala obstruksi antara lain:

hesitansi, pancaran miksi melemah, intermitensi, miksi tidak puas, menetes

setelah miksi. Sedangkan gejala iritatif terdiri dari: frekuensi, nokturia, urgensi

dan disuri. Untuk menilai tingkat keparahan dari LUTS, bebeapa ahli/organisasi

urologi membuat skoring yang secara subjektif dapat diisi dan dihitung sendiri

oleh pasien. Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah international

Prostatic Symptom Score (IPSS). Sistem skoring IPSS terdiri atas 7 pertanyaan

yang berhubungan
Derajat berat hiperplasia prostat berdasarkan gambaran klinis :

Derajat Colok dubur Sisa volume urin


I Penonjolan prostat, batas <50 ml
atas mudah diraba
II Penonjolan prostat jelas, 50-100 ml
batas atas dapat dicapai
III Batas atas tidak dapat >100 ml
diraba
IV Batas atas tidak dapat Retensi urin total
diraba

8. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosisi banding obstruksi saluran kemih karena hiperplasia prostat :

 Kelemahan detrusor kandung kemih:

 Gangguan neurologik

 Kelainan medula spinalis

 Neuropati DM

 Pasca bedah radikal di pelvis

 Farmakologik ( obat penenang, penghambat alfa, parasimpatolitik)

 Kekakuan leher kandung kemih:

 Fibrosis

 Resistensi urin

 Hiperplasia prostat ganas atau jinak

 Kelainan yang menyumbat uretra

 Uretralitiasis

 Uretritis akut atau kronik


9. PEMERIKSAAN

Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang penuh dan

teraba massa kistik si daerah supra simpisis akibat retensi urin.

1. Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Examination (DRE)

Merupakan pemeriksaan fisik yang penting pada BPH, karena dapat

menilai tonus sfingter ani, pembesaran atau ukuran prostat dan kecurigaan adanya

keganasan seperti nodul atau perabaan yang keras. Pada pemeriksaan ini dinilai

besarnya prostat, konsistensi, cekungan tengah, simetri, indurasi, krepitasi dan ada

tidaknya nodul. Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal,

seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan

nodul. Sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba

nodul, dan mungkin antara lobus prostat tidak simetri.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi

atau inflamasi pada saluran kemih. Obstruksi uretra menyebabkan bendungan

saluran kemih sehingga menganggu faal ginjal karena adanya penyulit seperti

hidronefrosis menyebabkan infeksi dan urolithiasis. Pemeriksaan kultur urin

berguna untuk mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus

menentukan sensitivitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.

Pemeriksaan sitologi urin digunakan untuk pemeriksaan sitopatologi sel-sel

urotelium yang terlepas dan terikut urin.


Pemeriksaan gula darah untuk mendeteksi adanya diabetes mellitus yang

dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli. Jika dicurigai adanya

keganasan prostat perlu diperiksa penanda tumor prostat (PSA).

3.Pencitraan

Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran

kemih, batu/kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh

terisi urin, yang merupakan tanda retensi urin. Pemeriksaan IVP dapat

menerangkan adanya :

- kelainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidronefrosis),

- memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan indentasi

prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter bagian distal

yang berbentuk seperti mata kail (hooked fish)

- penyulit yang terjadi pada buli-buli, yakni: trabekulasi, divertikel, atau sakulasi

buli-buli

Pemeriksaan IVP tidak lagi direkomendasikan pada BPH. Pemeriksaan

USG secara Trans Rectal Ultra Sound (TRUS), digunakan untuk mengetahui

besar dan volume prostat , adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna

sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan jumlah

residual urin dan mencari kelainan lain pada buli-buli. Pemeriksaan Trans

Abdominal Ultra Sound (TAUS) dapat mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun

kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang lama.


Pemeriksaan lain :

Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan mengukur:

- residual urin, diukur dengan kateterisasi setelah miksi atau dengan pemeriksaan

ultrasonografi setelah miksi

- pancaran urin (flow rate), dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan

lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan uroflowmetri.

Nilai normal bervariasi tergantung pada usia dan jenis kelamin. Pada pria, aliran

urin menurun seiring dengan usia. Perempuan memiliki lebih sedikit perubahan

dengan usia:

 Usia 4 - 7

o Rata-rata flow rate untuk laki-laki dan perempuan adalah 10

mL/det.

 Usia 8 - 13

o Rata-rata flow rate untuk laki-laki adalah 12 mL/det.

o Rata-rata flow rate untuk perempuan adalah 15 mL/det.

 Usia 14 - 45

o Rata-rata flow rate untuk laki-laki adalah 21 mL/det.

o Rata-rata flow rate untuk perempuan adalah 18 mL/det.

 Usia 46 - 65

o Rata-rata flow rate untuk laki-laki adalah 12 mL/det.

o Rata-rata flow rate untuk perempuan adalah 18 mL/det.


 Usia 66 - 80

o Rata-rata flow rate untuk laki-laki adalah 9 mL/det.

o Rata-rata flow rate untuk perempuan adalah 18 mL/det.

10. PENATALAKSANAAN

Tujuan terapi:

- memperbaiki keluhan miksi

- meningkatkan kualitas hidup

- mengurangi obstruksi infravesika

- mengembalikan fungsi ginjal

- mengurangi volume residu urin setelah miksi

- mencegah progressivitas penyakit

1. Watchful waiting

Pilihan tanpa terapi ini untuk pasien BPH dengan skor IPSS<7, yaitu

keluhan ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien hanya

diberikan edukasi mengenai hal-hal yang dapat memperburuk keluhan :

- Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol

- Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi, coklat)

- Kurangi makanan pedas atau asin

- Jangan menahan kencing terlalu lama


2. Medikamentosa

Tujuan:

- mengurangi resistensi otot polos prostat dengan adrenergik α blocker

- mengurangi volume prostat dengan menurunkan kadar hormon

testosterone melalui penghambat 5 α-reduktase. Selain itu, masih ada

terapi fitofarmaka yang masih belum jelas mekanisme kerjanya.

3. Operasi

Derajat berat gejala klinis dibagi menjadi empat gradasi berdasarkan

penemuan pada colok dubur dan sisa volume urin. WHO menganjurkan

klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut WHO PSS

(WHO prostat symtomp score). Skor ini dihitung berdasarkan jawaban penderita

atas delapan pertanyaan mengenai miksi. Terapi non bedah dianjurkan bila WHO

PSS tetap di bawah skor 15. Terapi bedah dianjurkan bila WHO PSS 25 ke atas

atau bila timbul obstruksi

Pasien BPH yang mempunyai indikasi pembedahan:

- Tidak menunjukkan pebaikan setelah terapi medikamentosa

- Mengalami retensi urin

- Infeksi Saluran Kemih berulang

- Hematuri

- Gagal ginjal

- Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran

kemih bagian bawah


Jenis pembedahan yang dapat dilakukan:

- Pembedahan terbuka (prostatektomi terbuka) Paling invasif dan dianjurkan

untuk prostat yang sangat besar (±100 gram).

- Pembedahan endourologi Operasi terhadap prostat dapat berupa reseksi

(Trans Urethral Resection of the Prostat/TURP), Insisi (Trans Urethral

Incision of the Prostate/TUIP) atau evaporasi.

- Selain tindakan invasif tersebut diatas, sekarang dikembangkan tindakan

invasif minimal, terutama yang mempunya resiko tinggi terhadap

pembedahan. Tindakan tersebut antara lain: termoterapi, Trans Urethral

Needle Ablation of the Prostat/TUNA, pemasangan stent, High Intensity

Focused Ultrasound/HIFU serta dilatasi dengan balon (Transuethral Ballon

Dilatation/TUBD). Transurethral microwave thermotherapy (TUMT)

Transurethral ultrasound guided laser induced prostatectomi (TULIP)


DAFTAR PUSTAKA

1. Hapsari CP. Hubungan Antara Pembesaran Prostat Jinak Dengan Gambaran

Endapan Urin Di kandung Kemih Pada Pemeriksaan Ultrasonografi.

Unniversitas Sebelas Maret. Surakarta. 2010. Diunduh pada 24 Februari 2016

2. Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah De Jong Edisi 3. EGC. Jakarta. 2010.

40-9-3:899-902

3. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003325.htm diunduh pada

24 Februari 2016

4. Sabiston DC. Buku Ajar Bedah. EGC. Jakarta. 2012

5. Agusfansyah ME. Hubungan Antara Benign Hiperplasia Prostat (BPH)

Dengan Tingkat Kekerasan Ereksi. Universitas Sumatera Utara. 2014.

Diunduh pada 24 Februari 2016

Anda mungkin juga menyukai