Anda di halaman 1dari 3

Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa.

Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel


menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi.Perlekatan biasanya
menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrosa, yang kelak
dapat mengakibatkan obstuksi usus (Fauci et al, 2008).

Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran


mengalamikebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka
dapatmenimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya interleukin,
dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga membawa ke perkembangan selanjutnya
dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan cara
retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya
meningkatkan curah jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia (Fauci et al, 2008).
Organ-organ didalam cavum peritoneum termasuk dinding abdomen mengalami
oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler organ-organ
tersebutmeninggi. Pengumpulan cairan didalam rongga peritoneum dan lumen-lumen usus
serta oedem seluruh organ intra peritoneal dan oedem dinding abdomen termasuk jaringan
retrope2ritoneal menyebabkan hipovolemia. Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan
suhu, masukan yang tidak ada, serta muntah.Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan
lumen usus, lebih lanjut meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usaha pernapasan
penuh menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi (Fauci et al, 2008).
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi
menyebar, dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan peritonitis umum,
aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan
meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok,
gangguan sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus
yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan
obstruksi usus (Fauci et al, 2008).


Patofisiologi
          Syok menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Hasil akhirnya berupa lemahnya aliran
darah (petunjuk umum), walaupun ada bermacam-macam penyebab. Syok dihasilkan oleh disfungsi
empat sistem yang terpisah namun saling berkaitan yaitu: jantung, volume darah, resistensi arteriol
(beban akhir), dan kapasitas vena. Jika ada salah satu faktor ini bermasalah dan faktor lain tidak dapat
melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Awalnya tekanan darah arteri mungkin normal sebagai
kompensasi peningkatan isi sekuncup dan curah jantung. Jika syok berlanjut, curah jantung menurun dan
vasokontriksi perifer akan meningkat. 
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu:5

1. Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa sehingga timbul gangguan
perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan gangguan seluler. Mekanisme kompensasi
dilakukan melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan otot skelet dan
penurunan aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan
vasokonstriksi dan menaikkan volume darah dengan konservasi air.Ventilasi meningkat untuk mengatasi
adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan
frekuensi dan kontraktilitas  otot jantung untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk
memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal menurun, tetapi ginjal mempunyai cara
regulasi sendiri untuk mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun, maka
filtrasi glomeruler juga menurun.

2. Fase Progresif 
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi kebutuhan tubuh. Faktor
utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan
seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan
bertambah nyata, gangguan seluler, metabolisme, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi
kematian sel. Dinding pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga
terjadi bendungan vena, venous return menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah
ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis luas (DIC =
Disseminated Intravascular Coagulation). Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan
pusat vasomotor dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan.Hipoksia dan anoksia
menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bridikinin) yang ikut
memperburuk syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia usus
menimbulkan penurunan integritas mukosa usus pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi.
Invasi bakteri dan penurunan fungsi detoksifikasi hepar memperburuk keadaan. Timbul sepsis, DIC
bertambah nyata, integritas system retikuloendotelial rusak, integritas mikrosirkulasi juga rusak. Hipoksia
jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik. Akibatnya terjadi
asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di jaringan.

3. Fase Irrevesibel/Refrakter 
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luas sehingga tidak dapat diperbaiki.
Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya irreversibilitas syok.
Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang cukup, paru
menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.
Penyebab syok hipovolemik yang paling umum adalah perdarahan mukosa saluran cerna dan
trauma berat. Penyebab perdarahan terselubung adalah antara lain trauma abdomen dengan ruptur
aneurisma aorta, ruptur limpa atau ileus obstruksi, dan peritonitis. Secara klinis syok hipovolemik
ditandai oleh volume cairan intravaskuler yang berkurang bersama-sama penurunan tekanan vena sentral,
hipotensi arterial, dan peningkatan tahanan vaskular sistemik. Respon jantung yang umum adalah berupa
takikardia, Respon ini dapat minimal pada orang tua atau karena pengaruh obat-obatan. Gejala yang
ditimbulkan bergantung pada tingkat kegawatan syok. 

Anda mungkin juga menyukai

  • Manfaat Buah Melon
    Manfaat Buah Melon
    Dokumen8 halaman
    Manfaat Buah Melon
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Macam-Macam Zakat
    Macam-Macam Zakat
    Dokumen3 halaman
    Macam-Macam Zakat
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Sholat Dhuha Sesuai Sunnah
    Sholat Dhuha Sesuai Sunnah
    Dokumen3 halaman
    Sholat Dhuha Sesuai Sunnah
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Manfaat Buah Naga
    Manfaat Buah Naga
    Dokumen7 halaman
    Manfaat Buah Naga
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Sholat Hajat
    Sholat Hajat
    Dokumen1 halaman
    Sholat Hajat
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Makna Ramadhan
    Makna Ramadhan
    Dokumen2 halaman
    Makna Ramadhan
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • LKS Bab 2 Perlawanan Bangsa Indonesia
    LKS Bab 2 Perlawanan Bangsa Indonesia
    Dokumen4 halaman
    LKS Bab 2 Perlawanan Bangsa Indonesia
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Medulla Spinalis
    Medulla Spinalis
    Dokumen4 halaman
    Medulla Spinalis
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Neuropsikiatri 2
    Neuropsikiatri 2
    Dokumen29 halaman
    Neuropsikiatri 2
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • GINJAL
    GINJAL
    Dokumen8 halaman
    GINJAL
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Regio Antebrachium Dan Regio Manus
    Regio Antebrachium Dan Regio Manus
    Dokumen5 halaman
    Regio Antebrachium Dan Regio Manus
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Ranca Upas
    Ranca Upas
    Dokumen1 halaman
    Ranca Upas
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Extremitas Inferior
    Extremitas Inferior
    Dokumen5 halaman
    Extremitas Inferior
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Case BPH Dr. Boegi Anisa Kinanti
    Case BPH Dr. Boegi Anisa Kinanti
    Dokumen25 halaman
    Case BPH Dr. Boegi Anisa Kinanti
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Case BPH Dr. Boegi Anisa Kinanti
    Case BPH Dr. Boegi Anisa Kinanti
    Dokumen25 halaman
    Case BPH Dr. Boegi Anisa Kinanti
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • SBY
    SBY
    Dokumen1 halaman
    SBY
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Infark
    Infark
    Dokumen16 halaman
    Infark
    M Fathul Arif
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Kerjaan Kutai
    Sejarah Kerjaan Kutai
    Dokumen1 halaman
    Sejarah Kerjaan Kutai
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen4 halaman
    1
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Soekarno
    Soekarno
    Dokumen1 halaman
    Soekarno
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Bawang Putih
    Bawang Putih
    Dokumen2 halaman
    Bawang Putih
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Diare
    Diare
    Dokumen34 halaman
    Diare
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Ileus
    Ileus
    Dokumen27 halaman
    Ileus
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Diare Akut Pada Bayi Dan Anak
    Diare Akut Pada Bayi Dan Anak
    Dokumen16 halaman
    Diare Akut Pada Bayi Dan Anak
    Tia Neeh
    Belum ada peringkat
  • Anak
    Anak
    Dokumen1 halaman
    Anak
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Halaman Judu
    Halaman Judu
    Dokumen9 halaman
    Halaman Judu
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    yuriska chintya
    Belum ada peringkat