Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam hidupnya selalu

membutuhkan orang lain. Untuk itu, menjalin interaksi dengan individu lain dan

lingkungan sekitar tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas hidup seseorang.

Misalnya saja dalam lingkungan masyarakat, kita dapat menjalin sebuah hubungan

dengan keluarga, rekan kerja, kekasih bahkan teman. Artinya manusia tidak dapat

terlepas dari adanya interaksi dan komunikasi dengan manusia lainnya. Interaksi

sosial merupakan salah satu cara individu untuk memelihara tingkah laku sosial

individu tersebut sehingga individu dapat bertingkah laku sosial dengan individu

lain (Santoso, 2010, h. 157). Dalam menjalin sebuah interaksi, seorang individu

melakukan penyampaian informasi kepada orang lain mengenai dirinya. Hal ini

berhubungan dengan adanya self disclosure pada individu.

Self disclosure merupakan bagian dari komunikasi antarpribadi dimana setiap

individu melakukan sebuah komunikasi dengan satu orang atau lebih. Membuka

diri berarti membagikan kepada orang lain tentang perasaan terhadap sesuatu yang

telah dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan seseorang terhadap kejadian-

kejadian yang baru saja disaksikannya (Harapan dan Ahmad, 2014, h. 65). Self

disclosure dilakukakan oleh individu yang ingin mengungkapan apa yang sedang

dirasakan dan apa yang sedang terjadi pada saat itu. Self disclosure dapat terjadi,

1
2

apabila ada seseorang dengan sukarela menceritakan mengenai dirinya kepada

orang lain. Pengertian lain mengenai self disclosure adalah kegiatan membagi

perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari, self disclosure terjadi tidak hanya dalam

komunikasi dan interaksi langsung antar individu. Namun, proses self disclosure

dapat pula terjadi melalui media perantara, yaitu media sosial sesuai dengan

pernyataan Nurudin (2012, h. 51) yang menjelaskan bahwa:

Media memiliki sebuah perantara dalam penyampaian pesan


dari pengirim kepada penerima. Jika awalnya hubungan
komunikasi antarpribadi terbatas ruang dan waktu, maka
kehadiran internet telah mengikis batas-batas tersebut hingga
terwujudlah sebuah arus informasi dan komunikasi tanpa
batas. Dengan adanya internet, situasi di sebuah wilayah atau
negara bisa dengan cepat tersebar ke seluruh penjuru dunia
secara langsung tanpa harus menunggu lama.

Aktivitas online memungkinkan individu untuk dapat berhubungan tanpa

dibatasi ruang dan waktu. Dewasa ini, semenjak adanya media sosial seseorang

dapat kapan saja dengan mudah membagikan hal pribadi, perasaan dan kegiatan

dalam media tersebut. Sehingga seseorang dapat meluapkan kebahagiaan,

kemarahan, hingga kekesalan dalam dunia maya. Hal inilah yang dinamakan self

disclosure melalui media sosial.

Adanya media sosial yang sekarang sudah sangat bervariasi fitur-fiturnya,

maka penggunaan dan manfaat media sosial menjadi dipermudah sehingga

kalangan manapun menjadi sangat mudah untuk mengakses media sosial melalui

telepon selular. Seseorang yang memiliki akun pada media sosial mampu untuk
3

mengungkapkan dirinya melalui kata-kata, foto selfie ataupun foto dan tag lokasi

sekaligus. Media sosial juga memberikan manfaat untuk berkomunikasi melalui

dunia maya dengan kerabat dekat, keluarga, ataupun orang-orang yang berperan

penting dalam kehidupannya sehingga mereka dapat terus menjalin sebuah

hubungan yang baik.

Media sosial ini juga masuk ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia,

dan salah satu media sosial tersebut adalah Twitter. Perkembangan Twitter di

Indonesia sangat didukung oleh layanan provider yang memudahkan

penggunanya. Menurut Marwick & Boyd (dalam Weathers, Sanderson, Matthey,

Grevious, Warren, & Tehan, 2014) pada jurnalnya mengatakan bahwa Twitter

adalah blog mikro dan hanya memungkinkan pengguna memosting 140 karakter,

atau tweet ke orang-orang melalui dunia maya. Hal tersebut juga sependapat

dengan pernyataan Rasuly dalam Nurudin (2012) bahwa kicauan adalah teks

tulisan hingga 140 karakter yang ditampilkan pada halaman profil pengguna.

Kicauan dapat dilihat secara bebas, namun pengirim dapat membatasi pengiriman

pesan ke daftar teman-teman mereka saja. Sehingga Twitter dapat diakses

sewaktu-waktu dan bebas untuk memperbarui status yang tersedia hanya 140

karakter dengan berbagai macam keadaan yang sedang dialami.

Alasan peneliti mengangkat tema ini karena pada hasil observasi, Twitter

ternyata lebih unggul dan sering dikunjungi oleh remaja perempuan dibandingan

dengan media sosial lain. Observasi awal yang dilakukan oleh penulis yaitu siswi

SMA bernama Irma (17 tahun) menyebutkan bahwa dari sekian banyak media

sosial yang sedang populer, dia lebih menyukai twitter sebagai aktivitas media
4

sosialnya karena ia lebih suka mendapatkan informasi terbaru yang terpercaya dan

dapat mengungkapkan emosinya melalui Twitter. Twitter tidak hanya menjadi

sarana untuk self disclosure, tetapi juga dapat digunakan sebagai penyebar

informasi-informasi baru dan akurat seperti pernyataan responden diatas. Bahkan

pada observasi awal yang juga dinyatakan oleh Sabrina (16 tahun) ia menyebutkan

Twitter memberikan dampak yang positif terhadapnya, seperti menambah teman

baru ataupun informasi tentang kegemarannya, misalnya K-Pop. Namun disisi

lain, kasus yang dialami oleh Firdha (17 tahun) ia menyebutkan bahwa unggahan

status di Twitter menyebabkan kesalahpahaman dengan teman sekolahnya.

Motif mereka mengunggah di twitter agar penerima pesan mengetahui

informasi apapun yang sedang dialami pengirim pesan. Menurut observasi awal

yang dikatakan oleh Irma (17 tahun) bahwa aktivitas-aktivitas yang dilakukan

ketika memosting adalah mengunggah berita-berita tentang artis Korea yang

digemarinya dan mengunggah gambar-gambar lucu atau retweet meme lucu. Hal

tersebut merupakan salah satu aktivitas yang digemari oleh responden. Selain

mengunggah, mereka juga sering melihat teman-temannya di timeline yang selalu

melakukan self disclosure di Twitter, seperti bercerita dengan temannya atau

menuliskan emosi yang sedang dialaminya baik menggunakan kata-katanya

sendiri atau menggunakan penggalan lirik lagu.

Peneliti juga menemukan kasus lain yang menimpa Indah siswi kelas 2

SMA yang sempat viral dan menyorot banyak perhatian sekolah yang sedang ia

duduki saat itu. Triana selaku teman sekelasnya menjelaskan bahwa pada tahun

2016, kronoligisnya Indah yang terkenal anak pendiam di kelas, ia nekat


5

membolos dari sekolahnya demi menemui pacar yang ia kenal dari twitter. Ia

kabur dengan membawa motor beserta surat BPKB motor milik orang tuanya.

Berdasarkan penjelasan dari Triana ia berinteraksi dengan pacarnya melalui direct

message twitter. Aksi nekatnya membuat ia dikeluarkan dari sekolah karena sudah

ada 1 bulan ia membolos sekolah tanpa keterangan. Dengan adanya kasus-kasus

tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang self disclosure remaja

perempuan di twitter. Selain itu alasan lain peneliti mengambil tema ini

dikarenakan pada hasil wawancara peneliti dengan salah satu pegawai BPS di

Kota Madiun bernama ibu Agustin, ia menjelaskan bahwa penggunaan internet di

Madiun sudah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut

di dominasi oleh remaja yang sedang meduduki bangku SMA. Ia juga

menyebutkan media sosial seperti facebook dan twitter, peminatnya mayoritas

remaja SMA digunakan sebagai sarana mencari informasi dan berkomunikasi

dengan temannya. Penggunaan internet di Madiun tidak hanya digunakan oleh

remaja tapi juga digunakan oleh wanita yang sudah berumah tangga, namun hanya

digunakan sebagai media hiburan saja. Dari penjelasan tersebut peneliti

menjadikan Kota Madiun sebagai lokasi penelitian karena dirasa sudah pantas

untuk dijadikan lokasi penelitian mengenai penggunaan media sosial.

Dalam observasi yang dilakukan dengan mengamati timeline account

Twitter informan, penulis menjumpai status yang memuat informasi pribadinya.

Informasi yang memuat hal pribadi seringkali diposting pengguna untuk

mengekspresikan keadaannya. Self diclosure (pengungkapan diri) melalui media


6

sosial twitter bagi remaja perempuan merupakan media yang mudah untuk

digunakan. Contoh self disclosure hasil observasi penulis, sebagai berikut:

Gambar 2
Gambar 1
(https://twitter.com/xxx/status/787271439900887353)
(https://twitter.com/xxx/status/637271436650872834)
(diakses pada 20 September 2015 pkl 08.55 WIB)
(diakses pada 20 September 2015 pkl 08.30 WIB)

Pada contoh self disclosure diatas merupakan bentuk komunikasi yang mereka

lakukan ketika menggunakan akun twitternya. Dapat berupa menulis langsung di

akun twitternya ataupun dengan cara retweet (RT) dari teman yang sudah diikuti.

Retweet (RT) merupakan sebuah pengungkapan diri dari orang lain, namun yang

mengikutinya juga merasakan hal yang sama.

Konteks self disclosure yang dilakukan pada Twitter, umumnya terletak

pada cara orang berbagi informasi tentang dirinya dalam bentuk status, foto/video,

reply, retweet dan lain sebagainya sebagai suatu hal untuk diketahui oleh sesama

pengguna Twitter. Terlebih lagi pada individu yang gemar melakukan curahan hati

pada Twitter. Mengenai masalah perasaan, isi hati ataupun hal pribadi biasanya

individu cenderung berbagi kepada orang yang dipercaya atau kepada orang-orang

tertentu saja. Namun hal ini justru dipublikasikan melalui Twitter. Ini berarti

secara tidak langsung banyak informasi mengenai dirinya yang tidak seharusnya
7

dipublikasikan justru diketahui oleh orang lain. Hal ini didukung (Hasuna, 2012)

oleh pernyataan Ida Ruwaida seorang Sosiolog dari Universitas Indonesia

berpendapat bahwa:

Ruang sosial yang makin terbatas dan ikatan emosional yang


rendah menimbulkan perubahan dalam pola interaksi
masyarakat. Akhirnya, teknologi digital menjadi alat untuk
menyalurkan emosi melalui media sosial.

Mengungkapkan perasaan dalam Twitter ini banyak dilakukan oleh

kebanyakan orang. Faktanya, seperti dilansir dari Times of India, sebuah penelitian

baru mengungkapkan bahwa tujuh dari sepuluh orang menggunakan jejaring sosial

sebagai wadah untuk mereka curhat. Dari survei yang dilakukan oleh salah satu

televisi swasta Amerika Serikat itu tersingkap bahwa 52 persen orang ternyata

curhat di jejaring sosial untuk mendapatkan perhatian. Sementara 30 persen

lainnya dilatarbelakangi oleh rasa cemburu ataupun dendam dan rasa iri kepada

orang lain. Dengan berbagai latar belakang tersebut, artinya individu banyak yang

menggunakan media sosial sebagai media untuk mencurahkan perasaan terutama

pada remaja perempuan.

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nugroho (2013) yang

berjudul “Self Disclosure Terhadap Pasangan Melalui Media Facebook Di Tinjau

dari Jenis Kelamin” diperoleh hasil bahwa self disclosure wanita SMA terhadap

pasangannya melalui Facebook lebih tinggi dibandingkan dengan self disclosure

laki-laki SMA. Dari hasil penelitian tersebut peneliti menganggap bahwa remaja

perempuan umur 15-18 tahun cocok menjadi subjek penelitian penulis. Merujuk

pada World Health Organization/WHO (1948) mendefinisikan remaja sebagai


8

periode dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa

kanak-kanak dan sebelum dewasa, dari umur 10-19 tahun. Self disclosure pada

perempuan juga dijelaskan oleh Jourard (dalam Sari, Rejeki dan Mujab, 2006,

h.16), bahwa perempuan telah dibiasakan untuk mengungkapkan diri. Stereotip

yang menyatakan perempuan lebih banyak bicara dibandingkan dengan pria

menunjukkan bahwa perempuan pada dasarnya menyukai pembicaraan dengan

orang lain. Perempuan dapat memanfaatkan waktu dengan bercakap-cakap

bersama orang lain dan dalam percakapan tersebut juga terkandung penyampaian

pendapat, perasaan, keinginan, dan ketakutan terhadap sesuatu.

Berdasarkan penjelasan di atas sehingga penulis tertarik untuk

mengungkap sudut pandang dimensi-dimensi self disclosure yang dilakukan oleh

remaja perempuan pada Twitter. Oleh sebab itu penulis mengambil judul Self

Disclosure Remaja Perempuan Melalui Twitter karena menurut observasi

peneliti, saat ini Twitter dimanfaatkan oleh remaja perempuan untuk melakukan

self disclosure. Self disclosure menurut penulis merupakan sebuah penelitian yang

unik jika diteliti lebih dalam, karena hal ini menyangkut aktivitas individu sehari-

hari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang telah penulis paparkan, maka

rumusan masalah yang akan dibahas adalah “Bagaimana dimensi-dimensi self

disclosure remaja perempuan melalui Twitter?”


9

1.3 Tujuan Penelitian

Secara keseluruhan penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menjelaskan

bagaimana dimensi-dimensi self disclosure pada remaja perempuan melalui

Twitter.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kajian

mengenai Komunikasi Antar Pribadi khususnya pada bahasan self disclosure pada

penggunaan media sosial sebagai salah satu sarana teknologi komunikasi yang saat

ini sedang diminati oleh masyarakat.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi

penulis. Serta penelitian ini juga diharapakan dapat menjadi gambaran atau acuan

bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian terkait dengan self disclosure.

Anda mungkin juga menyukai