Anda di halaman 1dari 3

Bijak dalam Menggunakan Media Sosial

Oleh: Wahyu Eko Sasmito*

Di zaman digital ini, media sosial seakan menjadi bagian hidup yang tak terlepaskan dari diri
kita. Media sosial seakan bertransformasi dari kebutuhan tersier menjadi pokok. Kapan dan
kemana pun kita pergi, dengan mudahnya kita akan menjumpai orang-orang sedang mengakses
sosial media, baik berupa Facebook, Twitter, Linked in, Instagram, dan beberapa media sosial
lainnya.

Kebiasaan tersebut terjadi karena ditunjang dengan perangkat komunikasi yang semakin hari
makin berkembang. Dahulu, orang sudah merasa cukup dengan ponsel berkamera serta
dilengkapi dengan pemutar musik. Tapi saat ini, hal itu belumlah cukup. Saat ini ponsel harus
bisa mengakses internet dan sosial media dan beberapa aplikasi canggih lainnya.

Perkembangan media sosial ini bermula dari adanya laman yang membuka percakapan antar dua
orang yang tempat tinggalnya berjauhan. Dulu ada jejaring sosial Friendster, kemudian ada
Tagged, mig33, dll, sampai akhirnya pada era Facebook. Media sosial Facebook ini tidak hanya
menghubungkan dua orang untuk bercakap-cakap tapi juga dapat bertukar berita, foto, informasi
dan data.

Selebihnya, media sosial Facebook tersebut tidak hanya menghubungkan dua orang saja,
melainkan juga dapat menjangkau teman-teman terdekatnya, keluarganya, dan semua orang yang
berteman dengan si pengguna Facebook tersebut. Fenomena Facebook inilah yang membawa
orang-orang untuk berkreasi menciptakan media sosial yang baru. Akhirnya, muncullah Twitter,
Instagram, dlsb.

Pada awalnya, media sosial cenderung dimanfaatkan oleh masyarakat umum hanya sebatas untuk
menyambung silaturahim antar teman, keluarga yang sudah terpisah baik karena sekolah, bekerja
di luar kota, atau karena menikah yang kemudian berpindah rumah. Namun, seiring dengan
berkembangnya fasilitas serta semakin banyaknya pengguna dari media sosial tersebut,
masyarakat di dalam memanfaatkannya pun juga semakin beragam. Dari kalangan politisi, media
sosial digunakan sebagai sarana untuk mencari aspirasi dari masyarakat. Para pebisnis,
memanfaatkannya sebagai sarana untuk menawarkan berbagai barang dagangannya. Lain lagi
dengan para penulis, mereka memanfaatkannya sebagai sarana untuk menyalurkan gagasan
mereka kepada publik dan bahkan ada juga yang memanfaatkan media sosial sebagai sarana
untuk melakukan tindak kejahatan. Seperti pelecehan, cacimakian, penipuan dan penculikan.

Pada dasarnya, penggunaan media sosial itu dapat membawa kita kepada dua hal yang prinsip.
Yaitu mengarah pada hal yang positif atau negatif. Itu semua tergantung bagaima cara kita
memanfaatkannya. Jika kita bijak dalam memanfaatkannya maka akan membawa kita kepada hal
yang positif. Seperti dapat memperluas pengetahuan, menambah teman (tentunya teman yang
baik) untuk saling bertukar pikiran, saling bertukar pengalaman baik melalui tulisan maupun foto
postingan, saling bertukar informasi dan beberapa hal positif lainnya.

Namun jika sebaliknya, kita kurang bijak dalam memanfaatkan media sosial tersebut kita akan
terjerumus kepada hal yang negatif. Akhir-akhir ini, sebagaimana banyak diberitakan di berbagai
media masa, baik cetak maupun elektronik, Ibu Negara, Ani Yudhoyono menjadi perbincangan
hangat di masyarakat khususnya para pengguna akun Instagram. Pasalnya, isteri dari Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini sering mengeluarkan komentar yang reaktif di akun
Instagramnya. Yang paling mutakhir, Ibu Negara ini memberikan komentar reaktif kepada
followernya, @zhafirapsp yang memberikan komentar terhadap foto Airlangga (cucunya) yang
sedang memainkan piano mainan yang sempat diunggah oleh Ibu Ani ke akun Instagramnya.
Komentarnya berbeda jauh dari komentar para follower Ibu Ani lainnya. Jika follower yang lain
mengomentari foto tersebut terkait tentang kelucuan Airlangga, dia malah mengomentari Ibu Ani
itu sendiri yang dengan santainya bermain akun Instagram di tengah-tengah masyarakatnya yang
sedang dilanda banjir.

Di samping itu, kejadian serupa juga pernah dialami oleh Farhat Abbas dengan keluarga musisi
kondang, Ahmad Dhani. Pasalnya, Farhat pernah mengatakan bahwa Ahmad Dhani lari dari
tanggung jawab memenuhi kebutuhan serta menyekolahkan anak dari keluarga yang menjadi
korban kecelakaan maut (DUL) sampai S3 melalui akun twitternya. Hal ini menyulutkan api
kemarahan anak pertama Dhani (AL), hingga ia pun sempat menantang Farhat beradu tinju di
atas ring layaknya kejuaraan tinju tingkat dunia. Toh, akhirnya tak terealisasi.

Beberapa kejadian memalukan tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi pada diri kita, jika di
dalam menggunakan media sosial, kita lebih bersikap bijak, sopan dan hati-hati di dalam
memberikan komentar terhadap status atau kepribadian dari seseorang. Namun secara tidak kita
sadari, terkadang hal semacam itu tetap saja menimpa diri kita meski telah berhati-hati sekaligus.
Untuk karenanya, solusi yang lebih baik yaitu seharusnya kita lebih kolektif lagi di dalam
memilih teman yang akan kita jadikan teman di media sosial. Bukannya banyak group yang di
dalamnya dapat memberikan manfaat kebaikan pada diri kita? Baik dalam segi keagamaan,
sosial, ilmu pengetahuan, kewirausahaan, dan beragam hal yang bermanfaat lainya. Kenapa
harus memilih hal yang dapat merugikan diri kita sendiri, kalu yang lebih baik saja masih
banyak?

*) Penulis adalah Akademisi di Fakultas Adab (Sastra dan Humaniora), UIN Sunan Ampel,
Surabaya

Biodata Penulis:

Nama : Wahyu Eko Sasmito

Alamat Asal : Bonggi, Gambiranom, Kismantoro, Wonogiri, Jawa Tengah.

Alamat Sekarang: Jln. Jemursari, Gang 3, Nomor; 17, Kec. Wonocolo, Surabaya.

No Hp : 085706595668

E-mail : sasmitowae@gmail.com

No. Rekening : Bank BTN cabang IAIN Sunan Ampel, Surabaya: 00064-01-61-000374-9, Atas
Nama: Wahyu Eko Sasmito

Anda mungkin juga menyukai