Latar Belakang
Max Wertheimer (1880-1943) seorang yang dipandang sebagai pendiri dari Psikologi
Gestalt, tetapi ia bekerjasama dengan dua temannya, yaitu Kurt Koffka (1886-1941) dan
Wolfgang Kohler (1887-1967). Ketiga tokoh ini mempunyai pemikiran yang sama atau
searah. Kata Gestalt sesungguhnya sudah ada sebelum Wertheimer dan kawan-kawan
menggunakannya sebagai nama. Palland (dari Belanda) mengatakan bahwa pengertian
Gestalt sudah pernah dikemukakan pada jaman Yunani Kuno.
Menurut Palland : Plato dalam uraiannya mengenai ilmu pasti (matematika), telah
menunjukkan bahwa dalam kesatuan bentuk terdapat bagian-bagian atau sifat-sifat yang tidak
terdapat (tidak dapat terlihat) pada bagian-bagiannya. Watson sebagai tokoh aliran
behaviorisme menentang Wundt (strukturalisme), sementara itu di Jerman juga terjadi arus
yang menentang apa yang dikemukakan oleh Wundt dan Tithecener atau kaum strukturalis
pada umumnya, yaitu aliran Gestalt yang dipelopori oleh Max Wertheimer dengan artikelnya
“On Apparent Movement”, yang terbit pada tahun 1912. Aliran ini juga menentang aliran
behaviorisme yang mempunyai pandangan yang elementaristik.
Menurut Gestalt, baik strukturalisme maupun behaviorisme kedua-duanya melakukan
kesalahan, yaitu karena mengadakan atau menggunakan reductionistic approach, keduanya
mencoba membagi pokok bahasan menjadi elemen-elemen. Strukturalisme mereduksi
perilaku dan berpikir sebagai elemen dasar, sedangkan behaviorisme mereduksi perilaku
menjadi kebiasaan (habits), respons berkondisi atau secara umum dapat dikemukakan
hubungan stimulus-respon. Aliran Gestalt tidak setuju mengenai reduksi ini.
Pandangan pokok psikologi Gestalt adalah berpusat bahwa apa yang dipersepsi itu
merupakan suatu kebulatan, suatu unity atau suatu Gestalt. Psikologi Gestalt semula memang
timbul berkaitan dengan masalah persepsi, yaitu pengalaman Wertheimer di stasiun kereta api
yang disebutnya sebagai phi phenomena. Dalam pengalaman tersebut sinar yang tidak
bergerak dipersepsi sebagai sinar yang bergerak (Garret, 1958).
Walaupun secara objektif sinar itu tidak bergerak. Dengan demikian maka dalam persepsi itu
ada peran aktif dalam diri perseptor. Ini berarti bahwa dalam individu mempersepsi sesuatu
tidak hanya bergantung pada stimulus objektif saja, tetapi ada aktivitas individu untuk
menentukan hasil persepsinya. Apa yang semula terbatas pada persepsi, kemudian
berkembang dan berpengaruh pada aspek-aspek lain, antara lain dalam psikologi belajar.
Bagi para ahli pengikut Gestalt, perkembangan itu adalah proses diferensiasi. Dalam proses
diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian adalah sekunder,
bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian daripada keseluruhan dalam hubungan
fungsional dengan bagian-bagian yang lainnya, keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul
oleh bagian-bagiannya. Bila kita bertemu dengan seorang teman misalnya, dari kejauhan
yang kita saksikan terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau pulpennya yang bagus,
atau dahinya yang terluka, melainkan justru teman kita itu sebagai keseluruhan, sebagai
Gestalt; baru kemudian menuyusul kita saksikan adanya hal-hal khusus tertentu seperti
bajunya yang baru, pulpennya yang bagus, dahinya yang terluka, dan sebagainya.
sampai pada kesimpulan bahwa organism –dalam hal ini simpanse– dalam memperoleh
pemecahan masalahnya diperoleh dengan pengertian atau dengan insight.
3. Memory
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan berjalannya
waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsip-prinsip organisasional
terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form seringkali muncul dan terbukti secara
eksperimental. Secara sosial, fenomena ini juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor.
Fenomena gossip seringkali berbeda dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai
suatu informasi oleh seseorang kemudian diteruskan kepada orang lain dengan dengan
dilengkapi oleh informasi yang relevan walaupun belum menjadi fakta atau belum diketahui
faktanya.
4. Implikasi Gestalt
a. Pendekatan fenomenologis : menjadi salah satu pendekatan yang eksis di psikologi
dan dengan pendekatan ini para tokoh Gestalt menunjukkan bahwa studi psikologi dapat
mempelajari higher mental process, yang selama ini dihindari karena abstrak, namun tetap
dapat mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya. Fenomenologi memainkan peran yang
sangat penting dalam sejarah psikologi. Heidegger adalah murid Edmund Husserl (1859-
1938), pendiri fenomenologi modern. Husserl adalah murid Carl Stumpf, salah seorang tokoh
psikologi eksperimental “baru” yang muncul di Jerman pada akhir pertengahan abad XIX.
Kohler dan Koffka bersama Wertheimer yang mendirikan psikologi Gestalt adalah juga
murid Stumpf, dan mereka menggunakan fenomenologi sebagai metode untuk menganalisis
gejala psikologis.
Fenomenologi adalah deskripsi tentang data yang berusaha memahami dan bukan
menerangkan gejala-gejala. Fenomenologi kadang-kadang dipandang sebagai suatu metode
pelengkap untuk setiap ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan mulai dengan mengamati
apa yang dialami secara langsung.
b. Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme: dengan menyumbangkan
ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada higher mental process.
Adanya perceptual field diinterpretasikan menjadi lapangan kognitif dimana prosesproses
mental seperti persepsi, insight,dan problem solving beroperasi. Tokoh : Tolman (dengan
Teori Sign Learning) dan Kohler (eksperimen menggunakan simpanse sebagai hewan coba).