Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengajaran identik dengan pendidikan. Proses pengajaran adalah proses
pendidikan. Setiap kegiatan pendidikan adalah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pengajaran adalah suatu proses aktivitas belajar mengajar, di dalamnya terdapat
dua obyek yang saling terlibat yaitu guru dan peserta didik.
Teori belajar Gestalt merupakan teori belajar yang dikembangkan oleh
Max Wertheimer. Max Wertheimer (1880-1943) seorang yang dipandang sebagai
pendiri dari Psikologi Gestalt, ia bekerjasama dengan dua temannya, yaitu Kurt
Koffka (1886-1941) dan Wolfgang Kohler (1887-1967). Ketiga tokoh ini
mempunyai pemikiran yang sama atau searah.
Bagi para ahli pengikut Gestalt, perkembangan itu adalah adalah proses
diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan,
sedangkan bagian-bagian adalah sekunder, bagian-bagian hanya mempunyai arti
sebagai bagian daripada keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagianbagian yang lainnya, keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul dengan bagianbagian yang lainnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian psikologi Gestalt
2. Tokoh-tokoh Gestalt

3. Prinsip dasar Gestalt


4. Aplikasi prinsip Gestalt
5. Hukum-hukum belajar Gestalt

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi Gestalt


Istilah Gestalt merupakan istilah bahasa Jerman yang sukar dicari
terjemahannya dalam bahasa lain. Arti Gestalt bisa bermacam-macam, yaitu form,
shape (bahasa inggris), atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat, esensi, totalitas.
Terjemahannya dalam bahasa inggris pun bermacam-macam antara lain Shape
Psychology, configurationism, whole psychology. Karena adanya kesimpangsiuran
dalam penerjemahannya, akhirnya para sarjana di seluruh dunia sepakat untuk
menggunakan istilah Gestalt tanpa menerjemahkan kedalam bahasa lain.
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari
suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi
Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena adalah data yang paling
dasar dalam Psikologi Gestalt. Dalam hal ini Psikologi Gestalt sependapat dengan
filsafat phenomonologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat
secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti.
Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh
indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah
memberikan arti pada obyek itu.
Gestalt adalah keseluruhan dalam satu kesatuan dan kebulatan atau
totalitas yang mempunyai arti penuh dimana tiap-tiap bagian mendukung bagianbagian yang lain, serta mendapat arti dalam keseluruhan.
Pokok-pokok pandangan teori Gestalt berangkat dari empat asumsi dasar
(Mohamad Surya, 2004: 31) yaitu:

1. Perilaku Molar hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku


Molecular. Perilaku Molecular adalah perilaku dalam bentuk kontraksi
otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku Molar adalah perilaku
dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti
kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku Molar. Perilaku
Molar lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku Molecular.
2. Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara
lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis
adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral
merujuk pada sesuatu yang nampak.
3. Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu
bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau
peristiwa.
4. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan
suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses
pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan
tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.

B. Tokoh tokoh Gestalt


1. Max Wertheimer (1880-1943)
Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran
psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia
mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 19101916, ia bekerja di Universitas Frankfurt di mana ia bertemu dengan rekan-rekan
pendiri aliran Gestalt yaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka.

Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka


(1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun
1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan
Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya : Phi
phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang
dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian
memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada
proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak
dan sama sekali bukan proses fisik tetapi proses mental sehingga diambil
kesimpulan ia menentang pendapat Wundt.
Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan
eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang
berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di
dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak.
Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang
melintang kemudian garis yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus.
Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang.
Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut
tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian. Pada tahun 1923,
Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang berjudul
Investigation of Gestalt Theory. Hukum-hukum itu antara lain :
a) Hukum Kedekatan (Law of Proximity)
b) Hukum Ketertutupan ( Law of Closure)

c) Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)


2. Kurt Koffka (1886-1941)
Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Kariernya dalam psikologi
dimulai sejak dia diberi gelar doktor oleh Universitas Berlin pada tahun 1908.
Pada tahun 1910, ia bertemu dengan Wertheimer dan Kohler, bersama kedua
orang ini Koffka mendirikan aliran psikologi Gestalt di Berlin. Sumbangan
Koffka kepada psikologi adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan dari
prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar,
mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka
tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan
prinsip-prinsip psikologi Gestalt. Teori Koffka tentang belajar antara lain:
a. Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang membekas di
otak.Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti
prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali kalau kita mempersepsikan
sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.
b. Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu
tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan
jejak, karena jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk
mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
c. Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.
3. Wolfgang Kohler (1887-1959)
Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Kohler
memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1908 di bawah bimbingan C. Stumpf di

Berlin. Ia kemudian pergi ke Frankfurt. Saat bertugas sebagai asisten dari F.


Schumman, ia bertemu dengan Wartheimer dan Koffka.
Kohler berkarier mulai tahun 1913-1920, ia bekerja sebagai Direktur
stasiun Anthrophoid dari Akademi Ilmu-Ilmu Persia di Teneriffe, di mana
pernah melakukan penyelidikannya terhadap inteligensi kera. Hasil kajiannya
ditulis dalam buku betajuk The Mentality of Apes (1925). Eksperimennya adalah :
seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar.
Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu
melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena
usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah
memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide
dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan
memanjatnya untuk mencapai pisang itu.
Menurut Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau
problem, maka akan terjadi ketidakseimbangan kogntitif, dan ini akan
berlangsung sampai masalah tersebut terpecahkan. Karena itu, menurut Gestalt
apabila terdapat ketidakseimbangan kognitif, hal ini akan mendorong organisme
menuju ke arah keseimbangan. Dalam eksperimennya Kohler sampai pada
kesimpulan bahwa organisme dalam hal ini simpanse dalam memperoleh
pemecahan masalahnya diperoleh dengan pengertian atau dengan insight.
4. Kurt Lewin (1890-1947)
Pandangan Gestalt diaplikasikan dalam field psychology oleh Kurt Lewin.
Lewin lahir di Jerman, lulus Ph.D dari University of Berlin dalam bidang

psikologi thn 1914. Ia banyak terlibat dengan pemikir Gestalt, yaitu Wertheimer
dan Kohler dan mengambil konsep psychological field juga dari Gestalt. Pada saat
Hitler berkuasa Lewin meninggalkan Jerman dan melanjutkan karirnya di
Amerika Serikat. Ia menjadi professor di Cornell University dan menjadi Director
of the Research Center for Group Dynamics di Massacusetts Institute of
Technology (MIT) hingga akhir hayatnya di usia 56 tahun.
Mula-mula Lewin tertarik pada paham Gestalt, tetapi kemudian ia
mengkritik teori Gestalt karena dianggapnya tidak adekuat. Lewin kurang setuju
dengan pendekatan Aristotelian yang mementingkan struktur dan isi gejala
kejiwaan. Ia lebih cenderung kearah pendekatan yang Galilean, yaitu yang
mementingkan fungsi kejiwaan. Konsep utama Lewin adalah Life Space, yaitu
lapangan psikologis tempat individu berada dan bergerak. Lapangan psikologis ini
terdiri dari fakta dan obyek psikologis yang bermakna dan menentukan perilaku
individu (B=f L). Tugas utama psikologi adalah meramalkan perilaku individu
berdasarkan semua fakta psikologis yang eksis dalam lapangan psikologisnya
pada waktu tertentu. Life space terbagi atas bagian-bagian yang memiliki batasbatas. Batas ini dapat dipahami sebagai sebuah hambatan individu untuk mencapai
tujuannya. Gerakan individu mencapai tujuan (goal) disebut locomotion. Dalam
lapangan psikologis ini juga terjadi daya (forces) yang menarik dan mendorong
individu mendekati dan menjauhi tujuan. Apabila terjadi ketidakseimbangan
(disequilibrium), maka terjadi ketegangan (tension).
Salah suatu teori Lewin yang bersifat praktis adalah teori tentang konflik.
Akibat adanya vector-vector yang saling bertentangan dan tarik menarik, maka

seseorang dalam suatu lapangan psikologis tertentu dapat mengalami konflik


(pertentangan batin) yang jika tidak segera diselesaikan dapat mengakibatkan
frustasi dan ketidakseimbangan. Berdarkan kepada vector yang saling
bertentangan itu. Lewin membagi konflik dalam 3 jenis :
a. Konflik mendekat-mendekat (Approach-Approach Conflict)
Konflik ini terjadi jika seseorang menghadapi dua obyek yang sama-sama
bernilai positif.
b.

Konflik menjauh-menjauh (Avoidance-Avoidance Conflict)


Konflik ini terjadi kalau seseorang berhadapan dengan dua obyek yang samasama mempunyai nilai negative tetapi ia tidak bisa menghindari kedua obyek
sekaligus.

c.

Konflik mendekat-menjauh (Approach-Avoidance Conflict)


Konflik ini terjadi jika ada satu obyek yang mempunyai nilai positif dan nilai
negative sekaligus.

C. Prinsip Dasar Gestalt


a.

Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field.


Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan
oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi
ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari.
Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.

b.

Prinsip-prinsip pengorganisasian:

Principle of Proximity : bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik


waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai
satu bentuk tertentu.
Principle of Similarity : individu akan cenderung mempersepsikan
stimulus yang sama sebagai suatu kesatuan. Kesamaan stimulus itu bisa
berupa persamaan bentuk, warna, ukuran dan kecerahan.
Principle of Objective Set : Organisasi berdasarkan mental set yang sudah
terbentuk sebelumnya.
Principle of Continuity : Menunjukkan bahwa kerja otak manusia secara
alamiah melakukan proses untuk melengkapi atau melanjutkan informasi
meskipun stimulus yang didapat tidak lengkap.
Principle of Closure/ Principle of Good Form : Bahwa orang cenderung
akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak
lengkap. Orang akan cenderung melihat suatu obyek dengan bentukan
yang sempurna dan sederhana agar mudah diingat.
Principle of Figure and Ground : Yaitu menganggap bahwa setiap bidang
pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan ground (latar
belakang). Prinsip ini menggambarkan bahwa manusia secara sengaja
ataupun tidak, memilih dari serangkaian stimulus, mana yang dianggapnya
sebagai figure dan mana yang dianggap sebagai ground.
Principle of Isomorphism : Menunjukkan adanya hubungan antara
aktivitas otak dengan kesadaran, atau menunjukkan adanya hubungan
structural antara daerah otak yang terktivasi dengan isi alam sadarnya.
D. Aplikasi Prinsip Gestalt
1. Belajar

10

Proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu mengalami


proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual fieldnya. Setelah proses
belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu
problem.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a. Pengalaman tilikan (insight) : bahwa tilikan memegang peranan yang penting
dalam perilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam
suatu obyek atau peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) : kebermaknaan unsurunsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses
pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif
sesuatu yang dipelajari.
c. Perilaku bertujuan (purposive behavior) : bahwa perilaku terarah pada tujuan.
Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada
keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan
berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya.
Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas
pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space) : bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi
yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi
lingkungan kehidupan peserta didik.
e. Transfer dalam Belajar : yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi
pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer
belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu

11

konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam


situasi konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Judd menekankan
pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran
dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer
belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip
pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian
digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.
2. Insight
Pemecahan masalah secara jitu yang muncul setelah adanya proses
pengujian berbagai dugaan/kemungkinan. Setelah adanya pengalaman insight,
individu mampu menerapkannya pada problem sejenis tanpa perlu melalui proses
trial-error lagi. Konsep insight ini adalah fenomena penting dalam belajar,
ditemukan oleh Kohler dalam eksperimen yang sistematis.
Timbulnya insight pada individu tergantung pada :
a. Kesanggupan
Kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.
b. Pengalaman
Dengan belajar, individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan
pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.
c. Taraf kompleksitas dari suatu situasi
Semakin kompleks masalah akan semakin sulit diatasi
d. Latihan

12

Latihan yang banyak akan mempertinggi kemampuan insight dalam situasi


yang bersamaan
e. Trial and Error
Apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan
melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk
memecahkan masalah tersebut.
3. Memory
Hasil persepsi terhadap obyek meninggalkan jejak ingatan. Dengan
berjalannya waktu, jejak ingatan ini akan berubah pula sejalan dengan prinsipprinsip organisasional terhadap obyek. Penerapan Prinsip of Good Form
seringkali muncul dan terbukti secara eksperimental. Secara sosial, fenomena ini
juga menjelaskan pengaruh gosip/rumor. Fenomena gossip seringkali berbeda
dengan fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai suatu informasi oleh
seseorang kemudian diteruskan kepada orang lain dengan dengan dilengkapi oleh
informasi yang relevan walaupun belum menjadi fakta atau belum diketahui
faktanya.

E. Hukum hukum Belajar Gestalt


Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu
hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada
hukum yang pokok itu, yaitu hukumhukum keterdekatan, ketertutupan,
kesamaan, dan kontinuitas.
Hukum Pragnaz

13

Pragnaz adalah suatu keadaan yang seimbang. Setiap hal yang dihadapi oleh
individu mempunyai sifat dinamis yaitu cenderung untuk menuju keadaan
pragnaz tersebut. Empat hukum tambahan yang tunduk kepada hukum pokok,
yaitu :
1. Hukum keterdekatan
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap
sebagai suatu totalitas. Contohnya :

Garis-garis di atas akan terlihat sebagai tiga kelompok garis yang masingmasing terdiri dari dua garis, ditambah dengan satu garis yang berdiri sendiri
di sebelah kanan sekali.
2. Hukum ketertutupan
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
Contohnya :

Gambar garis-garis di atas akan dipersepsikan sebagai dua segi empat dan
garis yang berdiri sendiri di sebelah kiri, tidak dipersepsikan sebagai dua
pasang garis lagi setelah ada garis melintang yang hampir saling
menyambung di antara garis-garis tegak yang berdekatan.

14

3. Hukum kesamaan
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu
kelompok atau suatu totalitas. Contohnya :
OOOOOOOOOOOOO
XXXXXXXXXXXXX
OOOOOOOOOOOOO
Deretan bentuk di atas akan cenderung dilihat sebagai deretan-deretan
mendatar dengan bentuk O dan X berganti-ganti bukan dilihat sebagai
deretan-deretan tegak.

4. Hukum kontinuitas
Orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada obyek-obyek
yang ada. Contohnya :

Pada gambar diatas, kita akan cenderung mempersepsikan gambar sebagai


dua garis lurus berpotongan, bukan sebagai dua garis menyudut yang saling
membelakangi.
F. Penerapan Teori Gestalt dalam Proses Belajar
Sebelum membahas teori Gestalt dalam proses belajar ada baiknya
membahas prinsip belajar menurut teori ini yaitu:

15

a. Belajar berdasarkan keseluruhan


Orang berusaha menghubungkan pelajaran yang satu dengan pelajaran yang
lainnya.
b.

Belajar adalah suatu proses perkembangan


Materi dari belajar baru dapat diterima dan dipahami dengan baik apabila
individu tersebut sudah cukup matang untuk menerimanya. Kematangan dari
individu dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan individu tersebut.

c.

Siswa sebagai organisme keseluruhan


Dalam proses belajar, tidak hanya melibatkan intelektual tetapi juga
emosional dan fisik individu.

d.

Terjadinya transfer
Tujuan dari belajar adalah agar individu memiliki respon yang tepat dalam
suatu situasi tertentu. Apabila satu kemampuan dapat dikuasai dengan baik
maka dapat dipindahkan pada kemampuan lainnya.

e.

Belajar adalah reorganisasi pengalaman


Proses belajar terjadi ketika individu mengalami suatu situasi baru. Dalam
menghadapinya, manusia menggunakan pengalaman yang sebelumnya telah
dimiliki.

f.

Belajar dengan insight


Dalam proses belajar, insight berperan untuk memahami hubungan diantar
unsur yang terkandung dalam suatu masalah.

g.

Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan
siswa

16

Hal ini tergantung kepada apa yang dibutuhkan individu dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga hasil dari belajar dapat dirasakan manfaatnya.
h.

Belajar berlangsung terus-menerus


Belajar tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Belajar
dapat diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam kehidupan
individu setiap waktu.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian psikologi Gestalt
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari
suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam
psikologi
2. Tokoh-tokoh Gestalt
Max Wertheimer, Kurt Koffka, Wolfgang Kohler, dan Kurt Lewin.
3. Prinsip dasar Gestalt
a. Principle of Proximity
b. Principle of Similarity
c. Principle of Objective Set.
d. Principle of Continuity
e. Principle of Closure/ Principle of Good Form.
f. Principle of Figure and Ground.
g. Principle of Isomorphism
4. Aplikasi prinsip Gestalt

17

a. Belajar, yaitu pengalaman tilikan (insight), pembelajaran yang


bermakna (meaningful learning), perilaku bertujuan (purposive
behavior), prinsip ruang hidup (life space), dan transfer dalam belajar.
b. Insight
Timbulnya insight pada individu tergantung pada; kesanggupan,
pengalaman, taraf kompleksitas dari suatu situasi, latihan, dan trial
and error.
c. Memory
Hasil persepsi terhadap objek meninggalkan jejak ingatan
d. Implikasi Gestalt
Pendekatan fenomenologis dan pendangan gestalt menyempurnakan
aliran behaviorisme.
5. Hukum-hukum belajar Gestalt
Hukum pragnaz adalah suatu keadaan yang seimbang, dan empat hukum
tambahan, yaitu hokum keterdekatan, hokum ketertutupan, hukum
kesamaan, dan hokum kontinuitas.
B. Saran
Teori Gestalt menginginkan adanya pengertian dalam belajar yang
ditemukan dari pengalaman-penglaman yang diperoleh siswa sebelumnya. Oleh
karena itu, proses pembelajaran harus memberikan banyak pengalaman, sehingga
mereka dapat mencari sendiri makna dari apa yang dipelajarinya.
Tantangan bagi para pendidik diharapkan agar kreatif menggali dan
memahami karakteristik pembelajaran, sehingga tidak salah dalam menentukan
dan menerapkan teori, metode, dan pemilihan media belajar.

18

Anda mungkin juga menyukai