Anda di halaman 1dari 12

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

TEORI GESTALT

KELOMPOK 3

Cindy Claudia Aurelia Yasin (1511900117)


Muhammad Tri Hadi Saputro (1511900116)
Nadaa Salsabiilaa (1511900125)
Novia Shaffi Maudiana (1511900130)
Nurul Hidayatus (1511900121)

Hetti Sari Ramadhani, S.Pi.,M.Si


Fakultas Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan, atas limpahan kasih karunianya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul ‘Teori Gestalt’’ tepat pada waktunya. Kami sangat
berharap makalah yang telah kami susun dapat bermanfaat serta menambah pengetahuan rekan-
rekan mahasiswa dan para pembaca umumnya tentang teori gestalt yang merupakan salah satu
bagian dari pelajaran Psikologi Pendidikan.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada bidang studi
Psikologi Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
anxiety bagi para pembaca dan juga kami sebagai penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Hetti selaku dosen kami pada bidang studi
Psikologi Pendidikan yang telah memberikan kami tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Mudah-mudahan makalah yang telah berhasil kami selesaikan ini bisa dengan mudah
dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya, kami memohon maaf apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tidak
lupa kami berharap adanya masukan serta kritikan yang dapat membangun serta meningkatkan
kualitas penulisan makalah kami kedepannya.

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................. i

Kata Pengantar .................................................................................................. ii

Daftar Isi ....................................................................................................….. iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2

A. Teori Gestalt………………………………………………………………….2
B. Tokoh-Tokoh Gestalt…………………………………………………………3
1. Wolfgang Kohler………………………………………………………….3
2. Max Wertheimer………………………………………………….……….3
3. Kurt Koffka………………………………………………………….…….4
C. Insight……………………………………………………………..…………5
D. Aplikasi Teori Belajar Gestalt………………………………………………..6

BAB III PENUTUP………………………………………………………………7

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk (ciptaan) Tuhan, hakikat wujudnya bahwa manusia adalah mahkluk
yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Dalam teori pendidikan
yang dikembangkan didunia barat, dikatakan bahwa perkembangannya seseorang hanya
dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme) sehingga dalam proses belajar dan mengajar siswa
tersebut Aktif, sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan
seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme) sehingga dalam proses belajar dan
mengajar siswa tersebut Pasif, sebagai sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang mengatakan
bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi)
sehingga dalam proses belajar dan mengajar siswa tersebut Aktif dan Pasif .
Pembelajaran menurut aliran kognitif menitik beratkan belajar aktif, belajar lewat interaksi
social, belajar lewat pengalaman pribadi ini di kemukakan oleh jean piaget. Aliran kognitif
berjalan dengan baik dan sekarang ini diterapkan seperti pada kurikulum berbasis tuan
pendidikan yang mana didalamnya mempunyai aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jadi
siswa di tuntut untuk aktif di dalam kelas ini merujuk pada pembelajaran menurut aliran kognitif
yang menjadikan siswa dapt aktif di dalam proses pembelajaran karena di dalam
pembelajarannya guru hanya sebagai fasilitator, sedangkan siswa di sini tidak menjadi objek
pembelajaran akan tetapi siswa sebagai subjek dari pembelajaran.
Pembahasan ini sangat penting karena mengingat proses belajar yang terjadi didalam kelas
berlangsung dalam proses komunikasi yang berisi pesan-pesan yang berkaitan dengan fakta,
konsep, prinsip dan keterampilan yang sering digunakan dalam sehari-hari. Proses pembelajaran
dituntut untuk secara aktif berpartisipasi. Keaktifan berpartisipasi ini memberikan kesempatan
yang luas mengembangkan potensi, bakat yang dimiliki oleh masing-masing siswa.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI GESTALT
Teori belajar menurut psikologi gestalt ini sering pula disebut field theory atau insight full
learning. Melihat kepada nama teori ini dan kepada aliran psikologi yang mendasarinya, yakni
psikologi gestalt, jelaslah kiranya bahwa pendapat teori ini berbeda dengan pendapat-pendapat
teori behavioristik. Menurut para ahli psikologi gestalt, manusia bukan hanya sekedar makhluk
reaksi yang hanya berbuat atau bereaksi jika ada perangsang yang mempengaruhinya. Manusia
itu adalah individu yang merupakan kebulatan jasmani dan rohani. Sebagai induvidu, manusia
bereaksi atau lebih tepat berinteraksi dengan dunia luar dengan kepribadiannya dan dengan
caranya yang unik pula. Tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang benar-benar
sama atau identik terhadap objek atau realita yang sama (Purwanto, 2007).

Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian
komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola ataupun kemiripan menjadi
kesatuan. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-
bagian kecil. Dalam bahasa jerman, Gestalt berarti whole configuration atau bentuk yang utuh,
pola, kesatuan dan keseluruhan. Artinya gestalt adalah keseluruhan lebih berarti dari bagian-
bagian. Contohnya : bila kita bertemu dengan seorang teman dari kejauhan yang kita saksikan
terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau pulpennya yang bagus atau tangannya yang
terluka, melainkan justru teman kita itu sebagai keseluruhan, sebagai gestalt, baru kemudian
menyusul disaksikan adanya hal-hal khusus tertentu seperti bajunya yang baru, pulpennya yang
bagus, dahinya yang terluka dan sebagainya. Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka,
Max Wertheimer dan Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung
mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.

2
B. TOKOH-TOKOH TEORI GESTALT
1. Wolfgang Kohler
Wolfgang Kohler adalah seorang psikolog Jerman yang lahir pada tanggal 21 Januari
1887 di Talin, Estonia dan meninggal pada tanggal 11 Juni 1967 di New Hampshiere,
Amerika Serikat. Kohler merupakan tokoh penting dalam pengembangan pemikiran
psikologi Gestalt yang berusaha memahami pembelajaran, persepsi dan komponen-
komponen lain kehidupan mental sebagai kesatuan struktur. Wolfgang Kohler (1887 –
1967) meneliti tentang “insight” pada simpanse yaitu mengenai mentalitas simpanse (ape)
di pulau Canary.
Wolfgang Kohler membuat sebuah sangkar yang di dalamnya telah disediakan sebuah
tongkat. Simpanse kemudian dimasukkan dalam sangkar tersebut, dan di atas sangkar
diberi buah pisang. Melihat buah pisang yang tergelantung tersebut, Simpanse berusaha
untuk mengambilnya namun selalu mengalami kegagalan. Dengan demikian Simpanse
mengalami sebuah problem yaitu bagaimana bisa mendapatkan buah pisang agar dapat
dimakan. Karena didekatnya ada sebuah tongkat maka timbullah pengertian bahwa untuk
meraih sebuah pisang harus menggunakan tongkat tersebut.

2. Max Wertheimer
Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi
Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880 dan wafat pada
tanggal 12 Oktober 1943 di New York.
Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan eksperimen
dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu benda berbentuk kotak yang
diberi alat untuk melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang
satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara
bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan
diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari
tegak ke melintang.
Gerakan ini 3 merupakan gerakan yang
semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara
bergantian. Pada tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam
bukunya yang berjudul “Investigation of Gestalt Theory”.

3. Kurt Koffka
Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Kariernya dalam psikologi dimulai
sejak dia diberi gelar doktor oleh Universitas Berlin pada tahun 1908. Pada tahun 1910, ia
bertemu dengan Wertheimer dan Kohler. Bersama kedua orang ini Koffka mendirikan
aliran psikologi Gestalt di Berlin. Sumbangan Koffka terhadap psikologi adalah
penyajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian
gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, hingga psikologi belajar dan
psikologi sosial. Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar
dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt.

Teori Koffka tentang belajar antara lain:

1. Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang membekas di otak.
Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip
Gestalt dan akan muncul kembali jika kita mempersepsikan sesuatu yang serupa
dengan jejak-jejak ingatan tadi.
2. Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu itu tidak
dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak, karena
jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt
yang lebih baik dalam ingatan.
3. Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.

4
C. INSIGHT

Insight adalah konsep penting dalam psikologi Gestalt yang berarti pengamatan dan
pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu
situasi permasalahan. Dalam teori Gestalt terdapat suatu hukum yang terkenal yaitu hukum
Pragnanz yang kurang lebih berarti teratur, seimbang, simetri, dan harmonis. Untuk
menemukan Pragnanz tersebut diperlukan adanya pemahaman atau insight, menurut Ernest
Hilgard ada enam ciri dari belajar pemahaman yaitu:

1. Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar.


2. Pemahaman dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang lalu yang relevan.
3. Pemahaman tergantung kepada pengaturan situasi, sebab insight itu hanya mungkin
terjadi apabila situasi belajar tersebut diatur sedemikian rupa sehingga segala aspek yang
perlu dapat diamati.
4. Pemahaman didahului oleh usaha coba-coba, sebab insight bukanlah hal yang dapat jatuh
dari langit dengan sendirinya, melainkan hal yang harus dicari.
5. Belajar dengan pemahaman yang dapat diulangi atau yang telah sekali didapatkan dapat
dipergunakan kembali untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
6. Suatu pemahaman dapat diaplikasikan atau dipergunakan bagi pemahaman situasi lain.

Hukum yang terkenal dalam teori Gestalt ialah Hukum Pragnanz. Hukum Pragnanz
ialah yang kurang lebih berarti teratur, seimbang, simetri dan harmonis. Adapun hukum
tambahan yang didapatkan berdasarkan pengamatan. Pengamatan ialah suatu proses
menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera
seperti mata dan telinga. Hukum pengamatan menurut teori Gestalt meliputi:

 Hukum keterdekatan : yang terdekat merupakan Gestalt


 Hukum ketertutupan : yang tertutup merupakan Gestalt
 Hukum kesamaan : yang sama merupakan Gestalt
Dalam menemukan Pragnanz, diperlukan adanya pemahaman atau insight.
5

D. APLIKASI TEORI BELAJAR GESTALT


1. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan
tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa.
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang
terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas
makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat
penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan
pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya
memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku
bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan
dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta
didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya
menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam
memahami tujuannya.
4. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan
melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk
kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat.
Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam
pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi).
Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip pokok dari
suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk digunakan dalam memecahkan
masalah dalam situasi lain.
6
BAB III
PENUTUP

Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian
komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola ataupun kemiripan menjadi
kesatuan. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-
bagian kecil. Dalam bahasa jerman, Gestalt berarti whole configuration atau bentuk yang utuh,
pola, kesatuan dan keseluruhan. Artinya gestalt adalah keseluruhan lebih berarti dari bagian-
bagian. Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer dan Wolfgang Köhler.
Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari
lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.

7
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Universitas Negeri Sumatera Utara Oleh Abdurrahman Teori Belajar Gestalt Serta
Implikasinya Dalam Proses Belajar Dan Pembelajaran

Jurnal Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo Oleh Amalia Rizki Pautina Aplikasi
Teori Gestalt Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak

Anda mungkin juga menyukai