Disusun Oleh:
KELOMPOK ENAM
1. Ana Safitri
2. Dita Khusumahati
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
dengan baik Tugas Mata Kuliah Psikologi Dasar dengan pokok bahasan
“Perkembangan Manusia”. Tak lupa kami ucapkan terima kasih pada Ibu Tria
Astuti, S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku Dosen mata kuliah Psikologi Dasar yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pemahaman kami mengenai teori mengenai perkembangan
manusia. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini, masih
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan tugas yang telah kami buat di
waktu yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat dan dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Aamiin
Penyusun
Kelompok Enam
ii
DAFTAR ISI
3.1 Kesimpulan................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dari beberapa pendapat ahli, penulis berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mengkaji dan meneliti proses mental dan perilaku seseorang.
Proses tersebut diketahui seorang pengkaji atau peneliti psikologi melalui penelitian
yang bersifat kuantitatif atau kualitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan metode-
metode pengumpulan data antara lain eksprimen, tes, angket, sosiometri, dan
sejenisnya. Sedangkan penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode
pengumpulan data antara lain observasi, wawancara mendalam, biografi,
autobiografi, atau studi dokumen.
4
peningkatan ukuran dan struktur. Perkembangan berlangsung seumur hidup
sedangkan pertumbuhan mengalami batas waktu tertentu.
5
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan perkembangan manusia ?
b. Bagaimana perkembangan menurut para ahli ?
c. Bagaimana proses dan periode masa perkembangan ?
d. Apa masalah dalam perkembangan ?
e. Apa saja teori- teori masa perkembangan ?
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
kesempurnaan yang merupakan penyempurnaan dari sifat-sifat sebelumnya.
8
otak mendukung perkembangan kognitif, sosial, dan emosional. Sebab di dalam
otak terdapat bagian-bagian yang mengontrol kemampuan berpikir dan
kemampuan bersosialisasi serta kemampuan merasakan emosi terhadap orang
lain. Di dalam perkembangan anak ketiga proses perkembangan tersebut
muncul secara bersamaan sebab semua perkembangan tersebut terjadi dalam
satu tubuh.
Pada usia 3-6 tahun, anak-anak sudah mulai bisa didekati dan dipengaruhi
pada situasi-situasi tertentu. Periode ini ditandai dengan anak-anak menjadi
lebih individual dan memiliki kecerdasan yang cukup untuk memasuki
9
sekolah. Anak-anak pada usia ini telah menguasai banyak kosakata sehingga
mereka sudah lancar berbicara.
1. Tahap pertama masa bayi dari usia 0-6 tahun. Pada masa ini bayi
mengenal dunia langsung melalui inderanya. Bayi sangat ingin
mengetahui halhal yang terjadi di sekitarnya meskipun dia belum
memahami alasannya. Mereka menyentuh segala sesuatu yang mereka
lihat dan menyerap katakata yang mereka dengar.
2. Tahap kedua, masa kanak-kanak dari usia 2 (dua) sampai 12 tahun. Pada
tahap ini anak telah memiliki kemerdekaan sendiri; mereka sudah
memiliki banyak keterampilan fisik, kemampuan berbicara, memiliki
kemampuan berpikir, dan membuat abstraksi.
3. Tahap ketiga, masa kanak-kanak akhir dari usia 12 sampai 15 tahun.
Tahap ini merupakan transisi antara masa anak-anak dan dewasa.
Mereka telah memiliki kekuatan fisik, kemampuan kognitif yang
substansial sehingga mampu mengerjakan tugas-tugas yang bersifat
teoritis dan verbal.
Fase kedua, fokus pada orang yang dikenal (usia 3-6 bulan). Pada tahap ini bayi
lebih selektif dalam memberikan senyum. Mereka hanya tersenyum kepada orang-
orang yang dikenalnya. Sikap ini menunjukkan kemelekatan bayi hanya dengan orang
yang dikenalnya.
Fase ketiga, kemelekatan yang intens dan pencarian kedekatan yang aktif
10
(usia 6 bulan sampai 3 tahun). Pada fase ini bayi selalu menangis jika
ditinggalkan ibunya, dia menunjukkan rasa cemas terhadap perpisahan. Bayi
akan menangis jika ditinggalkan dan akan tersenyum jika ibunya kembali.
Fase keempat, tingkah laku persahabatan (usia 3 tahun sampai akhir masa
kanak-kanak). Pada fase ini anak-anak berkonsentrasi pada kepada kebutuhan
mereka untuk mempertahankan kedekatannya kepada orang tuanya atau
pengasuhnya. Teori kemelekatan Bowlby menunjukkan bahwa manusia sejak
anak-anak telah takut hidup sendirian.
11
perbuatan bermoral berakar pada kebebasan manusia dalam berbuat dan
perbuatan itu terjadi secara otomatis sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang
rasional.
David Hume terkenal dengan teori bundle of mind (ikat pikiran) yang
menyatakan bahwa bahwa pikiran adalah seberkas atau sekumpulan persepsi
12
berbeda, yang bergantian satu sama lain dengan kecepatan tak tercermati, serta
berada dalam perubahan dan pergerakan terusmenerus. Pikiran bukanlah
substansi mental tapi semata-mata seberkas pengalaman yang terjadi secaa
berurutan. Rangkaian pengalaman tersebut membentuk kumpulan yang
dinamakan pikiran. Pikiran memiliki beberapa ciri yaitu: (a) Keserupaan
persepsi, (b) kedekatan pengalaman waktu dan tempat, (c) keteraturan antar
persepsi, dan (d) memori.
13
aturan-aturan kebersihan oleh orang tuanya melalui toilet training,
yakni latihan mengenai bagaimana dan dimana seharusnya seorang
anak membuang kotorannya.
3. Fase Falis (Usia 2/3 – 5/6 tahun)
Fase falis (phallic) ini berlangsung pada tahun keempat atau
kelima, yakni suatu fase ketika energi libido sasarannya dialihkan dari
daerah dubur ke daerah alat kelamin. Pada fase ini anak mulai tertarik
kepada alat kelaminnya sendiri, dan mempermainkannya dengan
maksud memperoleh kepuasan. Pada fase ini masturbasi menimbulkan
kenikmatan yang besar. Pada saat yang sama terjadi peningkatan gairah
seksual anak kepada orang tuanya yang mengawali berbagai pergantian
kateksis obyek yang penting. Perkembangan terpenting pada masa ini
adalah timbulnya Oedipus complex, yang diikuti fenomena castration
anxiety (pada laki-laki) dan penis envy (pada perempuan). Oedipus
complex adalah kateksis obyek seksual kepada orang tua yang
berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak
laki-laki ingin memiliki ibunya (ingin memiliki perhatian lebih dari
ibunya) dan menyingkirkan ayahnya, sebaliknya anak perempuan ingin
memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya.
4. Fase Laten (Usia 5/6 – 12/13 tahun)
Fase ini pada usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mengalami
periode peredaan impuls seksual. Menurut Freud, penurunan minat
seksual itu akibat dari tidak adanya daerah erogen baru yang
dimunculkan oleh perkembangan biologis. Jadi, fase laten lebih sebagai
fenomena biologis, alih-alih bagian dari perkembangan psikoseksual.
Pada fase ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni
mengganti kepuasan libido dengan kepuasan non seksual, khususnya
bidang intelektual, atletik, keterampilan, dan hubungan teman sebaya.
Dan pada fase ini anak menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dan
lebih mudah dididik dibandingkan dengan masa sebelum dan
sesudahnya (masa pubertas).
14
5. Fase Genital
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam
diri remaja. Sistem endokrin memproduksi hormon-hormon yang
memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder (suara, rambut,
buah dada, dll), dan pertumbuhan tanda seksual primer. Pada fase ini
kateksis genital mempunyai sifat narkistik : individu mempunyai
kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri, dan
orang lain diingkan hanya karena memberikan bentuk-bentuk tambahan
dari kenikmatan jasmaniah. Pada fase ini, impuls seks itu mulai
disalurkan ke obyek diluar, seperti : berpartisipasi dalam kegiatan
kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga.
15
sendiri, tapi kemudian mengelompokkan mereka berdasarkan
warnanya, lalu berdasarkan besar–kecilnya, dst.
b. Tahap intuitif( 4 – 7 tahun)
Pola pikir berdasar intuitif, penalaran masih kaku, terpusat pada
bagian-bagian tertentu dari objek dan semata–mata didasarkan atas
penampakan objek.
3. Tahap operasional konkrit ( 7 – 12 tahun)
Konversi menunjukkan anak mampu menawar satu objek yang
diubah bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau dikurangi
maka volumenya tetap. Seriasi menunjukan anak mampu
mengklasifikasikan objek menurut berbagai macam cirinya seperti:
tinggi, besar, kecil, warna, bentuk, dst.
4. Tahap operasional – formal (mulai usia 12 tahun)
Anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi
objek–objek yang ia pikirkan. Pola pikir menjadi lebih fleksibel
melihat persoalan dari berbagai sudut yang berbeda
16
pujian, pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan
kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan membuat
anak bertindak dan berfikir ragu–ragu. Kedua orang tua objek sosial
terdekat dengan anak.
3. Initiatif vs Guilty (3 – 6 tahun)
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dan
mandiri, anak akan mengembangkan kemampuan berinisiatif yaitu
perasaan bebas untuk melakukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila
tahap sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap raguragu, maka ia
akan selalu merasa bersalah dan tidak berani mengambil tindakan atas
kehendak sendiri.
4. Industry vs inferiority (6 – 11 tahun)
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah,
tuntutan peran dirinya dan bagi orang lain semakin luas sehingga
konflik anak masa ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila
lingkungan ekstern lebih banyak menghargainya maka akan muncul
rasa percaya diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah diri.
5. Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun)
Anak mulai dihadapkan pada harapan– harapan kelompoknya dan
dorongan yang semakin kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia mulai
berpikir bagaimana masa depannya, anak mulai mencari identitas
dirinya serta perannya, jika ia berhasil melewati tahap ini maka ia
tidak akan bingung menghadapi perannya.
6. Intimacy vs Isolation ( dewasa awal )
Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan membina
hubungan dengan orang lain, perasaan kasih sayang dan keintiman,
sedang yang tidak mampu melakukannya akan mempunyai perasaan
terkucil atau tersaing.
7. Generativy vs self absorbtion ( dewasa tengah )
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya,
pengabdian masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman di
17
masa lalu menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk
kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap-tahap
silam, ia memperoleh banyak pengalaman negatif maka mungkin ia
banyak untuk kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi bila
tahaptahap silam, ia memperoleh banyak pengalaman negatif maka
terkurung dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri..
8. Ego integrity vs Despair (dewasa lanjut)
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Psikologi Perkembangan ialah suatu cabang dari psikologi yang membahas
tentang gejala-gejala jiwa seseorang, baik yang menyangkut perkembangan
ataupun kemunduran perilaku seseorang sejak masa konsepsi hingga dewasa.
objek psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagi person.
Disamping itu para psikolog juga tertarik akan masalah sampai seberapa jauhkah
perkembangan masyarakatya. Maka dapatlah dimengerti tentang ruang lingkup
dari pembahasan ilmu ini bahwa psikologi perkembangan merupakan: Cabang
dari psikologi; Objek pembahasannya ialah prilaku atau gejala jiwa seseorang;
Tahapannya dimulai dari masa konsepsi hingga masa dewasa.
Dan psikologi perkembangan juga mempunyai tujuan yaitu: Memberikan,
mengukur dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan
yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat umur dan yang mempunyai ciri-
ciri universal, dalam arti yang berlaku bagi anak-anak di mana saja dan dalam
lingkungan sosial-budaya mana saja; Mempelajari perbedaan-perbedaan yang
bersifat pribadi pada tahapan atau masa perkembangan tertentu; Mempelajari
tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi yang
berbeda; Mempelajari penyimpangan dari tingkah laku yang dialami seseorang,
sepeti kenakalan-kenakalan, kelainan-kelainan dalam fungsionalitas inteleknya,
dan lain-lain.
19
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Yusuf, Syamsu LN. 2015. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Sit, Dr. Masganti, M.Ag. 2015. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini Jilid 1.
Medan : Perdana Publishing
Papalia, Diane E, Olds, Sally Wendkos dan Feldman, Ruth Duskin.2008. Human
Development, Edisi 10. Avenue of the Americas : McGraw-Hill
20