Anda di halaman 1dari 4

Dwi Desita Linggarsari/06/12201183044/PAI 5C

TUGAS RESUME

1. Paradigma Penelitian
Paradigma adalah kekuatan dasar yang mampu mempertahankan ilmu
pengetahuan. Paradigma penelitian secara kultural bisa dipahami sebuah landasan atau
konstruksi pembangunan yang melahirkan model atau cara pandang yang mana akan
diaplikasikan peneliti didalam menekani dunia riset. Paradigma ini merupakan perspektif
riset yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui realitas, pandangan fenomena, dan
cara untuk memahami suatu penemuan. Paradigma penelitian ini dapat dijadikan
kerangka berfikir terhadap fakta, jumlah dan jenis rumusan masalah yang dihadapinya
melalui penelitian. Ada dua paradigma klasik dalam penelitian yaitu:
a) Paradigma kuantitatif merupakan penekanan pada pengujian teori melalui
pengukuran variabel dengan angka dan melakukan analisis data secara
statistik atau kuantitatif. Pendekatanya menggunakan deduktif tujuanya
adalah untuk menguji hepotisis. Penelitian kuantitatif secara entologi
menekankan pada filsafat fotisismen dimana filsafat ini dianggap lemah
dalam membangun kerangka teori konseptualisasi ilmu-ilmu yang
dikembangkan bedasarkan filsafat fositismen khususnya ilmu sosial ini
menjadi miskin tidak mampu memunculkan teori-teori baru didalamnya
sehingga berusaha memilah antara subjek dan objek tujuanya agar menjadi
objektivitasnya.
b) Paradigma kualitatif ini merupakan penekanannya pada pemahaman
dalam masalah kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas yang begitu
kompleks. Sedangkan pendekatan induktif ini tujuannya menekankan
instruksi melalui pengungkapan fakta yang digunakan didalam penelitian
kualitatif. Entologi secara fenomologi dan filsafat pospotifismen dimana
menuntut pendekatan holistik didalamnya mendudukkan objek penelitian
didalam konstruk ganda didalamnya dimana suatu konteks natural bukan
versial. Dalam penelitian terdapat tiga strategi empirik yaitu emperik
seksual, logik dan etik.
Dengan seiringya waktu muncul paradigma baru penelitian yaitu paradigma sosial
kritis yang dijadikan landasan filosofis dari exsenriset. Dapat disimpulkan bahwa paradigma
dari wilayah riset merupakan kerangka konstruksi dalam cara pandang dalam menetapkan
nilai-nilai dan tujuan penelitian serta menentukan arah cara untuk ditempuh untuk
mendapatkan pengetahuan dan teori-teori yang harus digunakan dalam sebuah penelitian.
Paradigma merupakan pandangan mendasar mengenai pokok permasalahan, tujuan dan
landasan bahan kajian. Ada tiga paradigma yang ada yaitu:

a) Ontologis merupakan mencari suatu hakikat kebenaran dalam sebuah realitas


persoalan yang akan diteliti
b) Eptimologis merupakan cara mencari hakikat hubungan antara satu fenomena
dengan fenomena yang lain
c) Metodelogis merupakan cara mengetahui cara yang tepat untuk penelitian
sehingga terungkap informasi yang sesui dengan realitas lapangan yang
dijadikan penelitian.
2. Paradigma Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Paradigma dalam penelitian kuantitatif menggunakan paradigma positifismen ini
berasumsi dari kenyataan yang sesuai dengan keadaan alam yang mengungkapkan
kebenaran alam dan proses berjalannya realitas. Penelitian kuantitatif ini berangkat dari
hubungan sebab akibat. Sedangkan kualitatif ini berbeda dengan kuantitatif menggunakan
paradigma positifismen. Paradigma dalam penilitian kualitatif menggunakan positifistik.
Penelitian ini memberi padangan alamiah berbeda dengan kuantitatif yang ilmiah dimana
dengan alamiah ini bersumber dari fenomologis.
a) Menurut ontologi positifismen ini masalah dapat dibagi berbagai variable
yang hasil akhirnya dari hasil akhirnya dapat dihasilkan. Seementara dalam
penelitian kualitatif atau penelitian alamiah ini dikatakan hanya bias dikatakan
dengan cara holistik sehingga setiap penemuan tidak menimbulkan banyak
pertanyaan dari pada jawaban. Hasil dapat dicapai dalam berbagai tingkatan
demikian, tergantung seberapa mana tingkatan mampu mengintepretasikan
seorang peneliti dapat dipengaruhi oleh peluasan atau penengetahuanya.
b) Hubungan peneliti dan partisipan namun penelitian kuantitatif atau
positifismen hubungan partisipasi ini bebas maksunya tidak memiliki
hubungan sama sekali tidak sama mengaruhi dan berjalan masing-masing.
Sedangkan penelitian kualitatif hubungan peneliti dan partisian sama-sama
mempengaruhi dan berkaitan. Kemungkinan jenerealisasi posistifismen atau
kuantitatif ini hasil akhirnya dilakukan untuk mengembangkan teori secara
jeneral secara umum. Sedangankan kualitatif ini akhir dari suatu riset ini
dugaan dari riset sementara.
c) Hubungan kausalitas positifismen atau kuantitatif kegiatan yang dilaksanakan
atau dilakukan dapat dijelaskan karena dari sebab akibat pengaruh akibat
sementara dari penelitian. Sedangkan penelitian kualitatif tidak adanya
perbedaan sebab akibat karena berdasarkan keadaan karena ditekankan secara
simbolitas.
d) Peranan nilai dari aksiologi kuantitatif inkuairi adalah bebas nilai dan dapat
dijamin oleh kebaikan pelaksanaan metode objektif dan alamiah atau
penelitian kualitatif ini inkuairi ini terikat oleh nilai maka sebaiknya seorang
peneliti menyatakan pemahaman teoritis secara explisit,emplisit dan matang
dan suatu hal yang sangat berpengaruh dalam suatu penelitian.
3. Paradigma positivisme dan Postpositivis
Paradigma positifistik ini berdasasarkan pada suatu gejala bahwa dapat
diklasifisikan dengan gejala yang bersifat kausal penelitian ini fokusnya pada variabel.
Variabel ini yang diteliti antara variabel satu dengan yang lain. Teori-teori ini diuji mulai
dari metateori hepotesis dan deskriptif. Positifisem menekankan pada pentingnya mencari
fakta-fakta dan gejala sosial yang kurang memperhatikan tingkah laku subjektif yang
dimasukan dalam kategori tertentu. Paradigma pospositifitik tentu berbeda dengan
positifistik. Secara aksiologi pospositifistik digunakan agar peneliti ini bebas nilai mereka
mengejak objektivitas agar dapat menampilkan prediksi. Pospositifitik melihat tidak
hanya melalui indrawi tetapi juga kebenaran lain melaikan juga mencakup empirik logik
dan lain-lain.
4. Filsafat penelitian
Filsafat penelitian ini dianggap dasar penelitian yang mampu mempengaruhi munculnya
berbagai paradigma dan metode pada sebuah penelitian. Pernyataan fundamental filsafat
penelitian seperti aspek ontologis, etimologis, aksiologis dan metodelogis digambarkan
filsafat pendidikan. Filsafat yang melatar belakangi penelitian ini.
a) Ontologi merupakan asumsi penting dalam sebuah penelitian
b) Atismologis asumsi tentang landasan ilmu pengetahuan. Untuk mengetahui cara
bagaimana suatu pengetahuan itu di konstruk atau dibentuk diuji dan
dikembangkan yang mampu mengeluarkan konsep yang baru.
c) Aksiologi merupakan sebagai hakikat atau kegunaan teori pis praktis dalam
penelitian.
d) Metodelogis merupakan untuk mengetahui teori apa yang digunakan dalam proses
penelitian.

Dapat disimpulkan bahwa jelas filsafat mempunyai pengaruh atau hubungan yang
kuat oleh filsafat ilmu.

5. Hubungan Antara Paradigma, filsafat dan metode


Paradigma penelitian dan filsafat penelitian paradigma ini lahir karena konstruksi
apa yang benar tentang paradigma dengan berkaitan cara pandang suatu konstruksi itu
milik kita .kemuadian telah focus studi yang telah memunculkan teori-teori dengan
demikian jelas bahwa aktivitas penelitian ini berangkat dari paradigma. Melakukan
penelitian berarti menelusuri suatu gejala untuk menemukan kongkrit. Kebenaran itu
dapat maksimal dan dapat dipertanggungjawabkan secra ilmiah jikalau ditelusuri dengan
proses penelitian atau dengan metodelogi penelitian yang memuat metode dan teknik,
langkah-langkah ataupun penelitian dengan menggunakan metode itu. Perlu dipahami
bahwa paradigm ini lahir disebabkan karena penelitian suatu premis konsep dan teori
yang dilakukan pada suatu penelitian dan melalui inkuari yang diuji dan dikembangkan
pada suatu empirik sebagai fokus studi. Telaah fokus studi ini menghasilkan penyatuan
baru berupa konsep yang apabila dikembangkan menjadi ide baru. Dapat disimpulkan
bahwa hubungan ini sangat erat dan berpengaruh sehingga dapat memunculkan sebuah
metodelogi penelitian atau proses suatu penelitian.

Anda mungkin juga menyukai