Anak merupakan anugerah Allah yang besar yang harus disyukuri, dan bentuk
ungkapan syukur yang baik adalah mendidik anak tersebut dengan pendidikan yang sesuai
dengan yang dikehendakiNya. Pendidikan apapun yang diberikan kepada anak pasti dia
menerimanya, Karena anak ibarat tanah kosong yang subur, tanaman apapun yang
ditanamnya pasti akan tumbuh. Atau dengan kata lain, anak ibarat kertas putih, coretan dan
Oleh karena itu pendidikan anak sangat penting dalam keselamatan dan kelangsungan
hidupnya di masa yang akan datang. Jika kita mendidiknya dengan pendidikan yang baik,
kelak dia akan tumbuh besar dalam kebaikan. Dan sebaliknya, jika kita mendidiknya dengan
pendidikan yang buruk, kelak dia akan tumbuh dan berkemnbang dalam keburukan. Ada
pepatah Arab mengatakan : Barang siapa yang tumbuh dan berkembang atas sesuatu
pendidikan, maka dia akan terbiasa sampai tua dalam pendidikan tersebut. Seorang anak yang
tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang penuh dengan cinta kasih, maka dia akan
tumbuh dan berkembang dengan cinta kasih. Seorang anak yang sejak kecil tumbuh dan
berkembang dalam keluarga yang sering bertengkar, mencaci maki, penuh dengan kekerasan,
maka dia akan tumbuh dalam keadaan penuh dengan kebencian, kekerasan dan sering
bertengkar.
Ali bin Abi Thalib merupakan sahabat Rasul yang sukses dalam mendidik
anak-anaknya, yaitu Hasan dan Husein yang disebut oleh Rasul saw sebagai 2 pemuda ahli
surga. Buku kecil ini memuat tentang kiat-kiat pendidikan anak menurut sahabat Ali bin Abi
thalib yang layak untuk dijadikan contoh dan teladan dalam pendidikan anak. Semoga buku
yang sederhana ini dapat memberikan pencerahan bagi para pembaca dan menambah
BAB I
A. Pendahuluan 6
C. Tujuan penelitian 9
D. Manfaat penelitian 9
1. Biografi Pengarang 25
2. Refrensi 26
A. Pengertian pendidikan 34
C. Metode Pendidikan 48
1. Keteladanan 49
2. Pembiasaan 49
3. Pengawasan 51
4. Perintah 52
5. Larangan 52
6. Ganjaran 53
7. Hukuman 54
B. Tujuan Pendidikan 59
C. Pendidikan Terprogram 66
E. Metode Pendidikan 74
1. Melalui Do’a 74
3. Keteladanan 77
4. Dengan Cerita 78
5. Tukar Pikiran dan Diskusi 79
BAB V : Penutup
A. Kesimpulan 82
B.Saran 82
Daftar Pustaka 83
PENDAHULUAN
diikuti oleh reformasi industri pada abad ke 18 telah melahirkan beberapa ironi. Di satu
sisi peradaban tersebut telah mencapai kesuksesan yang gemilang secara material dengan
membangun impian hidup menjadi kenyataan. Namun di sisi lain peradaban ini telah
mengantarkan umat manusia kejurang kehancuran masal. Gejala-gejala sosial yang kita
tangkap baik dari media masa atau lainnya makin hari kian memprihatinkan. Dekadensi
moral, pelecehan seksual, tindakan kriminal, pelanggaran HAM dan etika sudah tidak tabu
lagi. Dengan demikian manusialah yang membangun peradaban dan ia jualah yang
Ini semuanya tidak terlepas dari ekses sebuah pendidikan yang mempunyai peran
penting dalam kehidupan dan kebahagiaan umat manusia. Hal itu karena manusia
dilahirkan di muka bumi dalam keadaan yang paling lemah dibanding mahluk lainnya.
Oleh karena itu untuk mencapai perkembangan dan kesempurnaan hidupnya manusia
John Dawey menyatakan bahwa pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi
Pada dasarnya, Allah swt yang telah menciptakan manusia adalah yang paling
bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan kepada umat manusia sebagai mana
dalam firmannya :
Hal itu dimaksudkan agar manusia tidak tersesat dan terjerumus ke dalam jurang
kehancuran dan sesuai dengan tujuan penciptaannya yaitu sebagai khalifah di bumi.
Allah kepada mahluknya ada dua macam; Pertama, al-Hidayah al-Takwiniyyah y aitu
bimbingan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan alam semesta seperti
syare’at, seperti tentang akidah yang benar, amal shaleh, perintah dan larangan, ancaman
4
dan anjuran. Sehubungan dengan hal ini Allah berfirman :
1
Jalaluddin, Teknologi Pendidikan ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002),67
2
Q.S.Al-Lail,12
3
Q.S. Al-A’la, 3
4
Al-Thaba’thaba’i, Al-Mizan, vol.7(Beirut, Muassasah al-a’lami, li al-Mathbu’at, 1991), 358.
“Sesungguhnya kami telah memberikan petunjuk kepadanya, apakah dia
5
bersyukur atau mengigkarinya.
Oleh karena itu dalam hal ini Allah swt mengutus para rasul sebagai wakil dan
duta yang mengemban misi ilahi yaitu memberikan petunjuk dan bimbingan kepada umat
Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa para rasul adalah refresentasi
Tuhan kepada umat manusia. Dan bagi kita adalah Muhammadlah yang berhak untuk
dijadikan panutan dan sumber petunjuk ilahiyah tadi. Karena dialah yang mendapatkan
bimbingan langsung dari Allah swt sebagaimana dalam sabdanya : “ Tuhanku telah
Sepeninggal beliau yang patut untuk kita jadikan rujukan antara lain; pertama,
keluarga Rasul (Ahl al-Bayt), Sahabat yang setia dan para ulama rabaniyyin yang
merupakan pewaris para nabi. Terkait dengan ahlul bauyt, karena mereka adalah
manusia-manusia yang telah mendapatkan bimbingan dan didikan langsung dari rasul saw
dan telah disucikan oleh Allah dari segala noda dan dosa sebagaimana dalam firman Allah
: “ Sesungguhnya Allah berkehendak untuk menghilangkan dosa dari kalian ahl al-bayt
7
dan mensucikan kalian dengan sesuci-sucinya”
5
Q.S. Al-Dahr, 3
6
Q.S. Al-Syura 52
7
Q.S. Al-Ahzab,33
Para ulama menyatakan bahwa yang dimaksud dengan ahl al-bayt d alam ayat ini
8
adalah lima orang; Rasulullah saw, Ali, Fatimah, Hasan dan Husein. Dan diantara mereka
yang banyak mendapatkan bimbingan dan didikan langsung dari Rasul saw adalah Ali bin
“Aku adalah rumah hikmah (pusat ilmu dan kebijakan) dan Ali adalah pintunya”
9
.
keagungan pribadi Ali bin Abi Thalib dan kedalaman ilmunya. Namun demikian
kajian-kajian tentang Ali bin Abi Thalib khususnya yang berkaitan dengan pendidikan
Atas dasar ini penulis berkeinginan untuk mengungkap lebih jauh tentang konsep
pendidikan Ali bin Abi Thalib dalam mendidik anak secara islami. Semoga buku kecil ini
dapat menambah khazanah keilmuan kita khususnya dalam bidang pendidikan dan dapat
memberikan wawasan dan wacana baru bagi para pendidik, guru, orang tua dan praktisi
pendidikan.
8
Al-Muslim, al-Jami’ al-Shahih, vol.4 (Beirut, Dar al-Fikr, tt) 130. Al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, (Beirut, Dar al-Fikr,
tt) 239. Al-tirmizi, Sunan al-tirmizi,vol. 5(Beirut, Dar al-Fikr, tt) 41. Ibnu Katsir,Tafsir al-Qur’an al-Adzim,vol. 3(
Beirut, Dar al-Fikr, tt), 483. Al-Suyuthi, al-Ithqan, (Beirut, Dar al-Fikr,tt) 240.
9
Al-Tirmizi, Sunan al-Tirmizi, vol.5 (Beirut, Dar al-Fikr, tt), 402.
ALI BIN ABI TALIB DAN NAHJ AL-BALAGHAH
Ali bin Abi Talib adalah seorang tokoh bangsawan Quraisy yang dilahirkan di
10
ka’bah pada hari jum’at tanggal 13 Rajab tahun 30 tahun gajah. Ibunya adalahseorang
bangsawan Quraisy yang bernama Fatimah binti asad bin Hasyim dan ayahnya juga
seorang terhormat Quraisy yang disegani dan berwibawa yaitu Abu Thalib atau Abdu
Manaf bin Abdul Muthalib bin Hasyim. Melihat dari nasabnya, Ali memiliki keturunan
11
yang sangat mulia yaitu ayah dan ibu keturunan Hasyim. Ketika baru lahir ibunya
menamainya dengan nama Haidar yang berarti singa, sama dengan arti nama kakeknya.
12
Namun kemudian Rasulullah menamainya dengan nama Ali. Hal itu diakui sendiri oleh
Aleh Ali sebagaimana yang diungkapkannya dalam sebuah syair ketika melawan Marhab
dalam perang Khaibar yang berbunyi: “Akulah orang yang dinamai Haidar oleh ibuku”.
tahun Ali diasuh dan dibesarkan oleh Rasul. Diriwayatkan bahwa ketika orang-orang
pamannya Hamzah dan Abbas, “marilah kita meringankan beban Abi Thalib pada masa
krisis seperti ini”. Kemudian mereka mendatangi abu Thalib seraya memintanya untuk
memberikan anaknya kepada mereka. Abu Thalib berkata : “Biarkan Aqil untukku dan
ambillah mana yang kalian sukai”! Maka Abbas mengambil Thalib, Hamzah mengambil
10
Jawad Ja’far al-Khalilli,Amir al Mu’minin Ali bin Abi Thalib, (Beirut, Al-Irsyad li al-Thiba’ah wa al-Nasyr, tt), 15.
11
Al-Atsir, Usd al-Ghabah , vol.3 (Beirut: Dar al-Fikr, tt), 388.
12
Al-Halabi, Insan al-Uyun fi shirat al-amin al-Ma’mun, vol.1 ( Mesir, Matba’ah al-Musthafa, tt), 432
13
Ja’far dan Rasul mengambil Ali. Sejak itulah Ali tumbuh dan dibesarkan di dalam
dekapan Rasul, mendapatkan bimbingan dan pendidikan langsung serta merasakan kasih
Ali senantiasa bersama Rasul dan selalu membantunya baik dalam keadaan suka
maupun duka. Ketika Rasul melakukan khalwat di gua Hira Ali seringkali ikut
bersamanya. Pada permulaan dakwahnya Rasul senantiasa mendapatkan ejekan dan cacian
dari anak-anak orang Quraisy, maka Alilah yang berusaha menyingkirkan mereka dan
bahkan memukuli mereka demi Rasul. Ketika Rasulullah melakukan dakwahnya kepada
kerabat dekat dan keluarganya dari Bani Hasyim dan meminta mereka untuk
mendukungnya sambil berkata : “ Siapa yang mau membantuku dalam misi ini, kelak dia
akan menjadi wazirku, washik u dan khalifah setelah aku ? maka Alilah yang memenuhi
14
permintaan Rasul.
Ketika Rasul berhijrah ke Madinah, Ali rela mengorbankan dirinya untuk tidur di
tempat Rasul di saat orang-orang kafir Quraisy sudah siap-siap dan berjaga-jaga diluar
untuk membunuh Rasul. Atas sikapnya ini Allah menurunkan ayat yang berbunyi :
Artinya : Dan diantara manusia ada yang menjual dirinya hanya karena
mengharapkan kerelaan Allah swt dan Allah Maha mengasihi hamba-hamba-Nya (Q.S.
15
Al-Baqarah:207).
anshar. Ali berkata : Wahai Rasulullah engkau telah mempersaudarakan mereka satu
13
Abu al-fida. Al-Tarikh, ( ttp, tp,tt) 117
14
Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adhim, jil. 3 (Beirut: Dar al-Ihya, 1969), 350-351.
15
Al-Atsir, Usd al-Ghabah, 601.
persatu, sedangkan aku tidak? Kemudian Rasul berkata : Engkau adalah saudaraku di
16
dunia dan di akherat. Kedekatan Ali dengan Rasulullah menjadi lebih erat lagi ketika Ali
dikawinkan oleh Rasul dengan buah hatinya Fatimah al-Zahra di saat banyak dari kalangan
sahabat yang meminangnya ditolak oleh Rasul. Dari perkawinan inilah garis keturunan
Rasul dimulai dengan lahirnya pemuda-pemuda ahli surga yaitu Hasan dan Husein.
Ali senantiasa berada di samping Rasul dalam setiap keadaan apalagi pada saat-saat
genting. Sejarah telah mencatat bahwa Ali telah berperan aktif dalam beberapa peperangan
selain perang Tabuk. Diriwayatkan bahwa separuh dari korban perang badar dari pihak
kaum musyrikin adalah di tangan Ali. Alilah yang berusaha melindungi Rasul dari
serangan musuh pada perang Uhud. Ali juga yang berani memenuhi tantangan Amr bin
Abd Wud dan berduel dengannya hingga tewas. Ali pula yang dipercayakan oleh Rasul
untuk membuka benteng Khaibar dan melakukan duel dengan pendekar Yahudi Marhab
hingga tewas.
Ali di mata Rasulullah bukan hanya sebagai keluarga, saudara, menantu dan sahabat
terkemuka, namun lebih dari itu ia mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Rasul
seperti halnya kedudukan Harun di sisi Musa, sebagaimana dalam sabdanya yang masyhur
ْ ﻻ َﻧ ِﺒ ﱠﻲ َﺑ ْﻌﺪ
ِي ِﻦ ُﻣ ْﻮ َﺳﻰ اِ ﱠ
َ ﻻ اَﱠﻧ ُﻪ ُ ﺿﻰ اَ ْن َﺗ ُﻜ ْﻮ َن ِﻣﱢﻨ ْﻲ ِﺑ َﻤ ْﻨ ِﺰﻟَ ِﺔ َﻫ
ْ ﺎر ْو َن ﻣ َ اَ َﻣﺎ َﺗ ْﺮ
Al-Muslim, Shahih al-Muslim, vol.7 (Beirut: Dar al-Fikr, tt), 120 ; Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari,v ol. 5 (Beirut:
17
Dar al-Fikr, tt), 24; Al-Tirmidi, Sunan al-Tirmidi, vol.5 (Beirut: Dar al-Fikr, tt),407.
Kedudukan yang tinggi di sisi rasul inilah yang menjadikan sebagian para sahabat
merasa iri terhadapnya. Ali juga aktif dalam setiap aktififitas yang dilakukan oleh Rasul.
Baginya Rasul adalah bukan hanya sebagai saudara sepupunya, mertuanya, namun lebih
dari itu Rasul adalah gurunya, pembimbing spiritualnya dan idolanya. Ali dijuluki oleh
Rasul dengan julukan Abu Turab. Dan julukan inilah yang sangat disenanginya. Hal itu
karena, pada satu saat rasul mendatangi rumahnya dan tidak mendapatinya, kemudian
rasul bertanya kepada Fatimah, “Dimana anak peramamu? Fatimah menjawab: “di
Oleh karena itu kecintaan kepadanya dianggap sebagai imam dan kebenciannya adalah
ﻀ َﻚ اِ ﱠ
ﻻ ﻣُﻨﺎَ ِﻓ ٌﻖ َ ُﺆ ِﻣ ٌﻦ َو
ُ ﻻ ﯾُ ْﺒ ِﻐ ﱡﻚ اِ ﱠ
ْﻻ ﻣ َ ُﺤﺒ
ِ َﻻﯾ
“Tidak ada orang yang mencintaimu kecuali orang yang beriman dan tidak ada yang
20
membencimu kecuali orang munafik”
Ketika Rasul wafat di saat para sahabat sibuk membicarakan tentang Khilafah, Ali
Di masa khalifah Abu Bakar ketika kaum muslimin terpecah belah, Ali berusaha untuk
berdiri di tengah-tengah mempersatukan kembali kaum muslimin dan tidak mau diadu
18
Al-Bukhari, Sahih, v ol.2, 157; Al-Muslim, Sahih, vol. 2,(Bandung:Maktabah Dahlan,tt), 460.; Al-Tirmidi, Sunan,
vol5, 638.
19
Al-Tirmidi, Sunan, 637.
20
Ibid, 635.
domba. Sejarah mencatat bahwa di saat seperti itu Abu Sufyan datang sambil mengejeknya
dan menertawainya serta menawarkan tentara untuk melawan Abu Bakar, namun Ali
menolaknya demi persatuan kaum muslimin dan kejayaan Islam. Karena dia tahu bahwa
21
yang diinginkan oleh Abu Sofyan adalah kehancuran Islam . Di masa pemerintahan Umar,
Ali juga berperan aktif dalam menyelesaikan permasalahan pelik yang dihadapi oleh Umar
dan hal itu diakui sendiri oleh Umar sebagaimana dalam ucapannya yang terkenal “ Andai
Di Masa pemerintahan Usman, Ali juga berusaha untuk tetap menjaga keutuhan
kaum muslimin dengan memberikan nasihat, bimbingan baik kepada kaum muslimin
secara umum atau kepada khalifah Usman secara khusus. Disaat terjadi pemberontakan
terhadap khalifah Usman, Ali menyuruh Hasan dan Husain untuk berjaga-jaga di depan
pintu rumah Usman, namun pemberontak berusaha masuk lewat atap rumah sehingga
terbunuhlah Usman dan akhirnya Ali dibaiat oleh kaum muslimin untuk menjadi khalifah.
Ini merupakan sebuah baiat yang dilaksanakan secara aklamasi yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Ali pada akhirnya mendapat giliran menjadi khalifah Rasul, namun
sayangnya umat Islam sudah terkontaminasi oleh cinta kepada dunia dan ta’asub jahiliyah,
sehingga banyak dari kalangan kaum muslimin yang akhirnya menarik baiatnya dan
menelan banyak korban dari kedua belah pihak. Sejarah telah mencatat pada awal
21
Al-Tabari, Tarikh, vol.3, 202-2-3; Al-Asir, Al-Kamil fi al-Tarikh, vol.2, (Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyah,tt),189.
seperti Talha dan Jubair serta istri Rasul Aisyah binti Abu Bakar, sehingga terjadilah
peperangan yang disebut dengan perang Jamal yang dimenangkan oleh pihak Ali.
Ali juga dihadapkan dengan pembelotan orang-orang Syam yang dipimpin oleh
Mu’awiyah dan Amr bin Ash sehingga terjadilah perang Siffin. Pada awal peperangan,
pasukan Ali hampir meraih kemenangan, namun disaat itulah Mu’awiyah menyuruh
penghabisan, karena ia mengetahui bahwa itu adalah tipu muslihat belaka, namun
sebagian besar pasukannya tidak melanjutkan peperangan sehingga terjadilah Tahkim y ang
pada akhirnya merugikan pihak Ali secara politik sehingga muncullah kelompok yang
keluar dari kepemimpinannya yang dikenal dengan Khowarij. Kelompok ini menganggap
bahwa baik Ali maupun Muawiyah adalah kafir karena bertahkim k epada selain Allah
sehingga keduanya harus dibunuh dan akhirnya pada tanggal 19 Ramadhan tahun ke 40 H.
Ali dibunuh oleh seorang Khowarij y ang bernama Abd Rohman bin Muljam dan pada
berduka, kaum Muslim merasakan kehilangan seorang pemimpin agung, guru besar,
enganggap bahwa
perbedaan persepsi di kalangan kaum Muslim. Sebagian Ahl Sunnah m
Ali adalah sahabat biasaa, meskipun banyak keistimewaan dan kelebihan yang dimilikinya.
Karenanya dia berada pada urutan ke – 4 setelah Abu Bakar, Umar dan Usman.
Banyaknya hadits yang menegaskan akan kelebihan dan keistimewaan Ali di sisi
Rasul tidak bisa mendongkrak posisinya, kareNa hadis-hadis itu dianggaap maudhu’ d an
merupakan kreatifitas orang-orang Syiah belaka. Hal itu sebagaimana yang dinyatakan
22
oleh Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah -nya. Hal senada diungkapkan juga oleh Ibn
23
Taimiyah dalam kitabnya Minhaj al-Sunnah . Walapun demikian banyak dari kalangan
Ahl Sunnah y ang meyakini bahwaa Ali adalah sahabat yang paling utama setelah Rasul
dan mempunyai manakib, kelebihan dan keistimewaan, yang luar biasa di sisi Rasul
kelebihan-kelebihan Ali, sebagian dari mereka antara lain : Ibn Kasir, Al-Suyuti,
Al-Khawarizmi, Ibn Maghazili, dll. Namun keistimewaan dan kelebihan Ali serta
kecintaaan terhadapnya hanyalah sebuah wacana tidak sampai menjadi pokok keyakinan.
Hal yang sama juga diyakini oleh Mu’tazilah., Sebagian dari mereka menganggap bahwa
Ali berada pada posisi jauh di bawah Abu Bakar dan Umar, namun sebagian yang lain
meyakini bahwa Ali adalah sahabat yang paling utama setelah Rasul dan memiliki
kelebihan yang tidak dimiliki oleh selainnya seperti yang dijelaskan oleh Ibn Abi al Hadid
24
al-Mu’tazili dalam kitabnya Syarh Nahj al-Balaghah .
Berbeda dengan Syiah, mereka menganggap bahwa Ali adalah Ahlul bayt Nabi yang
memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan telah disucikan oleh Allah dari noda dosa,
serta ia dalah seorang Washi, Khalifah d an Imam setelah Rasul. syiah menganggap bahwa
22
Ibn Khaldun, Muqaddimah, (Mesir: Al-Matba’ah al-Bahiyyah al-Misriyyah, tt), 171.
23
Ibn Taimiyyah, Minhaj al-sunnah al-Nabawiyyah, vol. 3-4,(Beirut: Al-Matbu’ah al-Ilmiyyah, tt),27.
24
Al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, jil. 1,(Beirut: Dar al-Fikr,tt),6.
Rasul telah berwasita dan mengangkat Ali sebagai Imam dan pengganti Rasul sepeninggal
25
beliau.
Memang Ali memiliki daya tarik dan daya tolak yang sangat kuat. Daya tariknya
menarik semua orang yang kagum dan mencintainya. Dan daya tolaknya menolak orang
yang membencinya. Murtadha Muthahari dalam bukunya Keagungan Ali bin Abi Thalib,
menjelaskan bahwa Ali bin Abi Thalib memiliki daya tarik dan daya tolak yang luar biasa.
Orang yang mencintainya akan rela mengorbankan dirinya dan semua yang dimilikinya
demi cintanya kepada Ali. Dan begitu juga sebaliknya orang yang membencinya akan rela
mengorbankan dirinya dan semua yang dimilikinya untuk memusuhi Ali bahkan
26
membunuhnya . Kisah Amr bin Al Humq yang dibunuh oleh Muawiyah karena tidak mau
melaknat Ali adalah bukti akan hal tersebut. Begitu juga Abdurrahman bin Muljam yang
27
rela untuk dibunuh karena benci dan ingin membunuh Ali .
Terlepas dari pro dan kontra tentang pribadi Ali bin Abi Talib, Penulis mendapatkan
bahwa Ali bin Abi Tholib adalah pribadi agung yang memiliki banyak keistimewaan dan
kelebihan khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan yang perlu diungkap dan
dipaparkan sehingga kita layak untuk mengambil konsep-konsepnya. Ali bin Abi Talib
memiliki kelebihan dan keistimewaan yang luar biasa yang diakui oleh kawan atau lawan.
Ibn Abi al-Hadid menegaskan bahwa: “Apa yang harus kukatakan terhadap orang yang
Umayyah dinasti kuat yang dapat menaklukkan wilayah Barat dan Timur telah berusaha
25
Ibn Khaldun,Muqaddimah, 197
26
Mutahari, Karakter Agung Ali bin Abi Talib, (Jakarta:Pustaka Zahra,2003),31.
27
Al-Tabari, Tarikh, vol.6,83
28
maka semakin tersebar luas” . Imam Ahmad berkata : “Tidak ada riwayat tentang
kelebihan para sahabat sebanyak yang diriwayatkan tentang Ali. Ali memiliki kelebihan
29 30
yang banyak” Al-Zamakhsyari menjelaskan ada 18 kelebihan Ali yang tidak dimiliki
oleh sahabat lainnya. Pertama, Ali adalah orang yang dipercaya oleh Rasul untuk
mengembalikan amanat dan titipan kepada pemiliknya saat hijrah Rasul. Dan juga yang
ditinggalkan Rasul saat perang Tabuk, sehingga menangis seraya berkata : “Wahai
kedudukanmu disisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada Nabi
setelahku”. Kedua, Ketika Nabi mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar Nabi
mempersaudarakan dirinya dengan Ali sambil berkata : “Engkau adalah saudaraku di dunia
dan di akhirat”. Ketiga, Ali mendapatkan pujian sebagai Sayyid (Pemimpin) ketika berkata
“Sesungguhnya wali kalian adalah Allah, rasul-Nya dan orang-orang yang beriman
yang menunaikan salat dan mengeluarkan zakat dan mereka orang-orang yang ruku” (Q.S.
Al-Maidah:55).
28
Al-Hadid, Syarh, vol.1,6.
29
Al-‘Asqalani, al-Ishabah,vol.2,(Beirut: Dar al-Fikr,1978),507
30
Abdurrahman al-Syarqawi, Ali Imam al-Muttaqin, (London:Ibrahim al-Hajj,tt),34.
Ayat ini diturunkan untuk Ali ketika sedang sholat di masjid. Di saat ruku’ datang
dan memberi isyarat kepadanya untuk mengambil cincinnya, lalu dia mengambil cincin
َ َﻣ ْﻦ ُﻛ ْﻨ ُﺖ َﻣ ْﻮ
َ ﻻ ُه َﻓ َﻌﻠِ ﱞﻲ َﻣ ْﻮ
ﻻ ُه
“Barang siapa yang menjadikan aku sebagai walin ya, maka Ali adalah wali nya juga”
Kelima,Ali adalah orang yang paling pandai di bidang hukum sebagai hadits Rasul:
ُﻀ
ﺎﻛ ْﻢ َﻋﻠِﻲ َ اَ ْﻗ
Keenam, Orang yang mencintai Ali adalah orang yang beriman dan yang
Ketujuh, Rasulullah tidak menemui para sahabatnya karena Ali bin Abi Talib.
Diriwayatkan bahwa para sahabat mencari Rasulullah dan saling memanggil Rasulullah
satu sama lain; apakah ada Rasulullah ? Kemudian Rasul datang bersama Ali, mereka
berkata : Kami mencarimu wahai Rasulullah. Rasul berkata bahwa Abul Hasan
Kesembilan, Dia memiliki telinga yang wa’iyah (yang dapat memahami) Ketika
ٌ اﻋﯿ
turun ayat berbunyi: َﺔ ِ َواُ ُذ ٌن َوRasul meminta kepada Allah untuk menjadikan telinga Ali
yang dimaksud dalam ayat itu. Lalu Ali berkata : “Aku tidak pernah lupa sesuatu setelah
Dan tentunya masih banyak lagi kelebihan-kelebihan Ali yang disebut oleh
Memang, kalau kita melihat biografi Ali bin Abi Talib yang sejak kecil bersama
Rasul, mendapatkan bimbingan langsung darinya, maka sudah barang tentu akan memiliki
Al-Siba’i menilai bahwa hubungan antara dua figur pemimpin umat ini telah terjadi
dengan akrabnya sejak dini dan secara alami jiwa suci nabi dan moralitasnya telah
31
mengkristal dan tertransformasi dengan baik dalam diri Ali .
George Gordak seorang orientalis yang sangat kagum dengan figuritas Ali
Subhi Sholeh mensinyalir bahwa keakraban keduanya tidak hanya berkisar pada
hubungan basyiroh tetapi juga, merambah pada upaya manusia untuk mencapai ma’rifah.
Hal itu diperkuat dengan seringnya Nabi mengajak Ali menuju gua Hiro’ untuk
bertahannut bahkan beberapa kali ia berada dalam dekapan Nabi saat menerima wahyu
dari Allah seperti dalam pernyataannya : “Akupun menyaksikan sinar wahyu dan risalah
33
menghirup pula semerbaknya nur nubuwah.”
31
Mustafa Al-Siba’I, Udhamauna fial-Tarikh al-Islami, (Beirut: Al-Maktab al-Islami,1985),167.
32
George Gordak, Suara Keadilan sosok Agung Ali bin Abi Talib,( Jakarta: Lentera, 1997), 25).
33
Subhi Saleh,Nahj al-Balaghah,(Beirut:Dar al-Fikr,tt),301
Dari kedakatan inilah Ali banyak menambah ilmu Rasul. Sehingga tidak heran jika
dia dianggap sebagai pintu ilmu Rasul. Kitab Nahj al-Balaghah merupakan salah satu bukti
Ibn Abi Hadid dalam Syarhn ya mengatakan bahwa seluruh cabang ilmu bersumber
34
dari Ali bin Abi Talib . Lebih lanjut dia menyebutkan bahwa Mu’tazilah madzhab tauhid
dan keadilan diambil dari Ali bin Abi Talib. Hal itu mengingat Wasil bin ‘Atha yang
merupakan pelopornya adalah murid dari Abu Hasyim Abdullah bin Muhammad
Al-Hanafiyyah dan Muhammad al-Hanafiyah belajar dari ayahnya Ali bin Abi Talib.
Begitu juga halnya dengan Asy’ariyah karena Abul Hasan penggagas teori Al- Asy’ariyah
adalah murid dari Al-Juba’i yang merupakan salah satu tokoh Mu’tazilah. Sedangkan
35
Imamiyah dan Zaidiyah sangat jelas kecenderungannya kepada Ali bin Abi Talib .
Sama halnya di bidang Fiqh. Abu Hanifah belajar dari Imam Ja’far Shodiq dan Imam
Ja’far Shodiq belajar dari ayah-ayahnya sampai kepada Imam Ali. Imam Ahmad bin
Hanbal belajar dari Imam Syafi’i , Imam Syafi’i belajar dari Imam Malik, Imam Malik
36
belajar dari Robiat al-Ro’yi dari Ikrimah dari Anas dan Ibnu Abbas dan dari Ali .
Di bidang ilmu bahasa Arab, Nahwu, Ali bin Abi Thalib adalah pelopornya. Dialah
yang mengajarkan kepada Abu Aswad Al-Duali tentang kalimat isim, fiil, huruf,
37
pembagian isim ma’rifat dan nakiroh, pembagian I’rob, rofa’, nasab, jar dan jazm, dll.
34
Al-Hadid, Syarh, 6
35
Ibid
36
Ibid
37
Ibid.
Disamping ilmu pengetahuan yang dalam Ali bin Abi Talib juga memiliki
kepribadian, budi pekerti yang luhur, disamping keberanian yang tak terkalahkan. Inilah
lawan-lawannya baik dalam perang Jamal, perang Siffin dan perang Nahrawan.
Jamal kemudian dia dihadapkan kepada Ali, Ali tidak memperlakukannya dengan kejam,
38
Ali hanyaa muncaci sikapnya yang berkhianat, kemudian melepaskannya . Ali juga
memaafkan Abdullah bin Zubair padahal dia yang mengobarkan fitnah dan memimpin
39
perang Jamal . Ketika tentara Mu’awiyah lebih dahulu sampai di sungai Furot, mereka
melarang tentara Ali untuk mengambil air dari sungai tersebut. Namun ketika Ali beserta
tentaranya berhasil mengusir mereka, Ali membiarkan mereka untuk mengambil air dari
sungai tersebut sambil berkata : “Ambillah keperluan air kalian dan pulanglah ke kemah
kalian biarkanlah mereka karena Allah telah memenangkan kalian atas mereka karena
40
kedholiman dan kesewenang-wenangan mereka” .
panggilannya, kemudian Ali keluar dan mendapati budaknya di depan pintu kemudian
berkata: “Kenapa kamu tidak memenuhi panggilanku ? Dia menjawab : “Saya malas
menjawabmu dan saya merasa aman akan siksaanmu”, maka Ali berkata : “Segala puji
38
Al-Balagh, Amir al-Mu’minin Ali bin Abi Talib, vol.3 (Teheran:Muasasasah al-Balagh, 1988),80.
39
Ibid,76
40
Ibid,77.
bagi Allah yang telah menjadikan aku termasuk orang yang memberikan rasa aman kepada
41
orang lain, maka pergilah kamu dan kamu sekarang bebas, merdeka karena Allah” .
Diantara bukti akan kebaikan perangai beliau adalah perlakuannya terhadap Abd
Rahman bin Muljam yang telah membunuhnya. Ali berpesan kepada keluarganya untuk
memberi makanan, minum dan memperlakukan secara baik kepadanya. Dalam wasiat
terakhirnya dia berkata kepada Hasan dan Husain : “Penjarakan orang ini berilah dia
makan dan minum, perlakukan dia secara baik, jika saya hidup saya lebih berhak untuk
memperlakukan dia, apakah saya menghukumnya atau membebaskannya, dan jika saya
mati maka itu terserah kamu, jika kamu ingin membunuhnya maka janganlah kamu
42
cincang” .
Ali tidak pernah marah kecuali jika kebenaran dinodai hukum-hukum Allah
Ali juga dikenal sebagai orang yang sangat dermawan. Diriwayatkan bahwa ayat
yang berbunyi :
“Orang-orang yang menginfakkan hartanya di waktu malam dan siang secara rahasia atau
terang-terangan maka bagi mereka pahala di sisi tuhannya dan tidak ada ketakutan serta
Ayat ini diturunkan untuk Ali, ketika Ali memiliki 4 dinar, kemudian dia
menginfakkan 1 dinar di malam hari, 1 dinar di siang hari, 1 dinar lagi secara
43
terang-terangan dan 1 dinar secara rahasia .
41
Ibid,78
42
Al-Asir, Usd, 615
43
Ibid,601
Begitu juga ayat yang berbunyi :
Artinya : Dan mereka memberi makanan kepada orang yang dicintainya; orang
Ayat diatas diturunkan untuk Ali dan keluarganya ketika mereka hendak berbuka
puasa tiba-tiba datang seorang miskin meminta makanan kemudian Ali memberikan
makanan berbukanya kepada orang miskin tersebut. Pada hari kedua datanglah anak yatim
meminta makanan, maka Ali memberikan makanan berbukanya kepada anak yatim
tersebut. Pada hari ketiga datanglah seorang tawanan yang meminta makanan, maka Ali
44
memberikan makanan berbukanya kepada seorang tawanan tersebut .
Ali juga dikenal sebagai seorang yang sangat zuhud terhadap dunia ketika dia masuk
bait al Mal d an melihat banyak tumpukan emas dan perak Ali berkata : “Wahai emas dan
perak tipulah selain aku, aku telah mentalakmu 3 kali, tidak ada rujuk kepadaku, umurmu
45
sedikit, kehidupanmu hina, bahayamu banyak”. Hasan menceritakan bahwa ayahnya
Ia juga dikenal orang yang sangat tawadhu dalam bergaul dengan orang lain. Imam
Shadiq meriwayatkan : “Amirul Mukminin mencari kayu, mengambil air dan menyapu,
keluarganya dengan tangannya sendiri, berjalan di pasar sendiri tanpa disertai oleh
pembantu, pengawal atau tentara. Diriwayatkan dari belaiu bahwa pada suatu hari Ali
44
Al-Razi, Tafsir al-Fakhr al-Razi, vol.15(Beirut:Dar al-Fikr,tt),243-244
45
Al-Balagh, Amir,70
belakangnya, maka Ali menoleh kepada mereka seraya berkata : apakah kalian ada
keperluan ? mereka menjawab : tidak, hanya kami ingin berjalan bersamamu, Ali berkata
kepada mereka : Pergilah kalian karena jalannya orang orang yang berjalan bersama orang
46
yang naik kuda itu berbahaya bagi yang naik dan merendahkan yang berjalan” .
Dan masih banyak lagi riwayat-riwayat yang menyebutkan akan keagungan pribadi
1. Biografi Pengarang
Nahj Al-Balaghah ditulis oleh Abu Hasan Muhammmad bin Husain bin Ibrahim bin
Musa Al Kadim bin Ja’far Shodiq bin Muhammad Baqir bin Ali Zaenal Abidin bin
Adapun Ibunya Fatimah binti Husain bin Ali bin Husain bin Ali bin Muhammad bin
Abul Hasan dijuluki Syarif Ar-Rodhi’, Beliau dilahirkan pada tahun 359 H. Dia
adalah seorang yang ahli di bidang Al-Qur’an, fiqih, fara’id, sastra dan sya’ir. Dalam
bidang Al-Qur’an beliau mengarang kitab yang berjudul Hadaiq Al-Ta’wil y ang
membahas tentang tafsir Al-Qur’an. Dalam bidang hadist beliau mengarang kitab
361 hadist Rasul. Dalam bidang Sya’ir beliau adalah termasuk orang yang ahli. Beliau
47
menulis sebuah buku yang berjudul “Diwan Al-Radi” .
46
Ibid.
47
Muh. Abduh, Syarh Nahj al-Balaghah,(Mesir:Matba’ah al-Istiqamah,tt),3.
Setelah mengkaji perkataan-perkataan Ali beliau tertarik untuk menyusunnya dan
sebuah kitab yang berjudul “Nahj Al-Balaghah”. Kitab Nahj Al-Balaghah mencakup
239 khutbah, 79 surat dan 480 ungkapan-ungkapan pendek (kata-kata mutiara) yang
Tujuan Syarif Radhi menulis kitab ini tercermin pada ucapannya dalam muqoddimah
bahwa sejak masa remaja dia memulai menulis kitab Khasais al Aimah yang mencakup
sifat-sifat baik mereka dan ucapan-ucapannya. Ketika dia menyelesaikan kitab ini
teman-temannnya meminta dia untuk menulis kitab khusus yang mencakup ucapan-ucapan
Amir al-Mu’minin Ali bin Abi Talib dalam segala bidangnya; khutbah, nasehat dan sastra,
mengingat Ali adalah simbul fashahah d an balaghoh dan ucapannya adalah bersumber dari
48
ilmu Allah dan ucapan Nabi.
Atas dasar inilah Al-Radi memenuhi permintaan tersebut dan mulai menulisnya.
Beliau wafat pada hari ahad tanggal 6 Muharrom tahun 406 dengan meninggalkan
karangan-karangan kitab sebanyak 17 kitab dan yang paling menonjol adalah kitab Nahj
Al-Balaghoh.
Ada sebagian ulama’ yang menganggap atau meragukan keaslian ucapan-ucapan Ali
dalam kitab Nahj al-Balaghah dan menganggap bahwa kitab ini adalah karya dan
ucapan Syarif Radhi sendiri. Di antara mereka adalah Al-Dahabi. Mereka menganggap
48
Al-Radi, Nahj al-Balaghah, (Teheran:Muassasah Nasyr al-Islami,tt),2.
demikian diantaranya karena di dalam Nahj al- Balaghah tidak ada sanad yang
bersambung kepada Ali bin Abi Talib. Pendapat semacam ini menurut hemat penulis
perlu dikaji kebenarannya. Hal itu mengingat dalam banyak tulisan, khutbah ataupun
surat Ali dalam kitab tersebut terdapat referensi dan rujukan yang ditulis oleh Syarif
Radhi sendiri. ini membuktikan bahwa Syarif Rodhi hanya mengumpulkan dan menulis
kembali teks-teks surat, khutbah, atau kata mutiara Ali dari kitab-kitab yang sudah ada
sebelumnya. Untuk lebih jelasnya berikut ini penulis kutip beberapa referensi dari
beberapa khutbah, surat atau kata mutiara yang masih ada hingga sekarang antara lain :
1. Khutbah No.89 diriwayatkan dari Mus’ab bin Shodaqoh dari Imam Ja’far Shodiq
sebagaimana tertulis dalam naskah Ibn Abi al-Hadid dan nama khutbahnya adalah
Al-Asbakh.
1. Kata Mutiara No.4 diambil dari Abil Ubaid Al-Qosim bin Salam.
Dan masih banyak lagi referensi-referensi dan rujukan yang diambil oleh Syarif
Kitab Nahj Al-Balaghoh merupakan salah satu kitab yang mendapatkan perhatian
lebih dari para ulama kaum muslimin baik sunni ataupun syi’i. Hal itu dapat kita lihat dari
banyaknya para ulama’ yang menulis syarh kitab tersebut. berikut ini kami sebutkan
1. Muhammad Bin Umar yang dikenal dengan Al-Fahrur Rozi wafat pada tahun 606 H.
2. Abdul Hamid Bin Muhammad yang dikenal dengan Ibn Abi al-Hadid Al-Mu’tazili
wafat pada tahun 656 H, Beliau mensyarahi kitab Nahj Al-Balaghoh selama 4 tahun 8
bulan dan dianggap syarh yang paling lengkap dan paling baik.
3. Al-Mulla sa’duddin At-Tiftazani Al-Syafi’I wafat pada tahun 792 H. mengarang kitab
4. Qiwam al-Din Yusf bin Hasan, Qodi’ Baghdad wafat pada tahun 922 H.
49
Mu’tamar Nahj al-Balaghah, Nadrah Haula Nahj al-Balaghah,(Damaskus: Al-Mustasyariyah
al-Saqafiyah,1993),26.
5. Hasan bib Muhammad Al-Hanafi, termasuk ulama’ bahasa dan hadist wafat pada tahun
659 H.
6. Syeikh Muhammad Abduh mufti negara Mesir, wafat pada tahun 1323 H.
1. Sayid Alamah Ali Bin Nashir dalam kitabnya A’lam Nahj Al-Balaghoh.
1. Sayid Diyauddin Abi al- Ridho Fadl al-Allah dalam kitabnya At-Ta’lik ‘ala al-Nahj
Al-Balaghah Al-Rawandi.
1. Abi al Hasan Muhammad Bin Husain Al-Baihaqi dalam kitabnya Hada’iq al Hadaiq.
1. Kamaludin Maitsam bin Ali bin Maitsam Al-bahrbni dalam kitabnya Nahj Al-Balaghah.
1. Abi al-Hasan Ali Bin Hasan Al-Zawari dalam kitabnya Roudhat al-Abrar fi syarh Nahj
al-Balaghah.
1. Syeikh Bahauddin Muhammad bin Husain bin Abd al Samad Al-Nuh dalam kitabnya
1. Syeikh Imam Fahruddin bin Muhammad bin Ali At-Thoriqi dalam kitabnya
50
Ibid.
1. Al-Allamah Muhammad bin Abi Turab Al-Hasani dalam kitabnya Bahjat al-Hada’iq
Selain kitab-kitab syarh yang ditulis dalam Bahasa Arab juga terdapat kitab syarh
Di samping itu banyak para ulama’ setelah syarif Radhi’ yang memberikan tambahan
perkataan imam Ali yang tidak tertulis dalam kitab Nahj Al-Balaghah yang disebut dengan
51
Al-Mustadrokat ‘Ala Nahj al-Balaghoh . Karena Syarif Radhi sendiri mengakui bahwa dia
tidak dapat memuat seluruh ucapan Ali. Karena itu masih banyak ucapan-ucapan Ali yang
1. Ahmad bin Yahya bin Ahmad bin Nako dalam kitabnya Mulhaq Nahj Al-Balaghoh
yang memuat sebagian khutbah Amir al-Mu’minin yang tidak tertulis dalam Nahj
al-Balaghoh.
1. Sayid Kholaf bin Abd Muthalib Al-Musya’syai dalam kitabnya Al-Nahj al- Karim.
Selain dari pada itu banyak karangan-karangan yang di tulis oleh para ulama’ yang
51
Ibid.
referensinya dan pembelaan terhadapnya atau kajian-kajian yang berhubungan dengan
1. Tuhfat al- Abidin kitab kecil yang mencakup nasehat-nasehat yang diambil dari Nahj
al-Balaghah dikarang oleh sayid Mahdi bin sayid Shaleh Al-Hasani Al-Thaba’thaba’i
1. Muntakhobat min nahj al-Balaghah karangan sayid Muhammad Adi bin Sayid
Muhammad bin Hidayatullah bin Husain Al-syah Abdul Udaini, wafat pada tahun 1334
H.
1. Mashodir Nahj al- alaghoh fi Madarik Nahju al-Balaghah karangan sayid Al-Sahestani.
Kitab Nahj al-Balaghah juga telah di terjemahkan kedalam berbagai bahasa di dunia
antara lain : Ke dalam Bahasa Inggris, Persi, Urdu dan termasuk Bahasa Indonesia.
Banyak para ulama’ setelah mengadakan penelitian tentang kitab Nahj al- Balaghah
memeberikan tanggapan dan komentar . Ibn Abi al-Hadid al-Mu’tazili berkata : “Adapun
keindahan bahasa Ali maka dia adalah imam al-fusaha wa sayyid al-bulagha. Ucapannya
52
di bawah ucapan tuhan dan di atas ucapan makhluk”
52
Al-Hadid, Syarh, 8.
Dalam kesempatan yang lain al-Hadid membandingkan ucapan-ucapan Ali dengan
ucapan para ahli sastra seperti Ibn Nabatah, Umru al-Qais, Abu Nawas dan lainnya.
Selanjutnya dia menyimpulkan bahwa tidak ada ucapan yang lebih fasih, lebih tinggi, lebih
53
baik dari pada ucapan amir al-mu’minin Ali.
pembhasan yang berbeda-beda terbayang padaku bahwa dalam setiap keadaan sekalipun
terdapat peperangan yang berkobar maka keindahan bahasa tetap memiliki kekuatan dan
54
yang mengatur negara tersebut adalah : pembawa benderanya yang tangguh yaitu Ali ” .
Al-Jahid berkata : “Kalimat-kalimat imam Ali ini yang kami dapatkan adalah
sempurna, mencukupi, kaya, melebihi dari cukup tidak kurang sedikitpun dan paling
baiknya ucapan yang mana sedikitnya mencukupi yang banyak seakan-akan Allah SWT
telah memberinya keagungan dan menutupinya dengan cahaya hikmah sesuai dengan niat
menandingi Al-Imam dalam ilmu Bahasa Arab, kemampuanya dan logikanya yang benar
serta kekuatan otak yang luar biasa membantu dia untuk menyusun dasar-dasar Bahasa
Arab dan qaidah-qaidahnya yang bersumber pada argumen dan menunjukkan akan
kemampuan logikanya untuk menimbang dan mengkiaskan, maka dia adalah benar-benar
peletak dasar-dasar ilmu bahasa arab dan pembuka jalan bagi orang yang datang
setelahnya”.
53
Ibid,143.
54
Muh. Abduh, ,Syarh,1.
Muhammad Hasan Nail Al-Rasafi berkata : “Nahj al-Balaghah adalah kitab yang
dijadikan oleh Allah sebagai hujjah yang nyata bahwa Ali adalah sebaik-baik contoh hidup
Dalam kitab ini telah terkumpul pada Ali apa-apa yang tidak terkumpul pada
kebijakan, etika berpolitik yang baik dan semua nasehat-nasehat yang cemerlang serta
A. Pengertian Pendidikan
Dalam bahasa Yunani ada dua istilah yang hampir sama bentuknya yaitu Paedagogie
pendidikan. Paedagogiek atau ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki,
Paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang pada zaman Yunani kuno yang
pekerjaannya mengatur dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Juga dirumahnya
anak-anak tersebut selalu dalam pengawasan dan penjagaan dari para Paedagogos.
Paedagogos berasal dari kata Paidos (anak) dan Agoge (saya membimbing, memimpin). Jadi
55
pendidikan berarti memimpin anak-anak .
Menurut Bahasa Arab, ada tiga kata yang menurut para cendekiawan pendidikan
Islam yang dapat berarti pendidikan; yaitu Tarbiyah, Ta’lim d an Ta’dib. Namun istilah yang
paling populer adalah Tarbiyah. Kata tarbiyah secara etimologi berasal dari tiga kata kerja ;
ُﻮ
ْ َﺮﺑ
ْ َرﺑَﺎ ﯾ yang berarti berkembang, ﱢﻰ
ْ ُﺮﺑ
َ َرﺑﱠﻲ ﯾyang berarti tumbuh dan َﺮ ﱡب
ُ َر ﱠب ﯾyang berarti
55
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, Teoritis dan Praktis, (Bandung:PT Rosda Karya,2003),3
Atas dasar ini Tarbiyah berarti kepemimpinan, kepengurusan, perkembangan dan
perubahan dalam kitab Lisan al Arab t erdapat arti yang menunjukkan pada masa kanak-kanak
bahwa tarbiyah a dalah ungkapan kata yang dipakai untuk memperhatikan anak dengan
memberikan makan, mengawasi dan melaksanakan perbuatan yang baik kepadanya hingga
56
dewasa.
Istilah kedua adalah ta’lim y ang berasal dari kata َﻋﻠﱠ َﻢ ﯾُ َﻌﻠﱢ ُﻢyang berarti mengajar.
Menurut Abdul Fatah Jalal, kata ta’lim lebih terbatas pada usaha transfer of knowledge dari
57
pendidik ke anak didik .Istilah ketiga adalah ta’dib yang berasal dari kata اَ ﱠد َب ﯾُ َﺆ ﱢد ُبyang
berarti mendisiplinkan tubuh, jiwa dan ruh. Menurut Syed Naqueb Al-Attas, ta’dib berarti
pengenalan dan pengakuan yang tepat dalam hubungannya dengan kemampuan dan potensi
jasmaniyah, intelektual dan ruhaniyah. Karena itu menurutnya istilah yang paling tepat untuk
58
pendidikan adalah ta’dib.
masing-masing memiliki arti yang saling melengkapi. Di mana kata tarbiyah lebih mengarah
pada perkembangan fisik, ta’lim lebih menonjol dalam perkembangan intelektual dan kata
Secara terminologi pendidikan mempunya banyak definisi yang satu sama lain saling
melengkapi. Perbedaan definisi tersebut disebabkan karena perbedaan budaya, ideologi dan
sosial budaya para ahli pendidikan. Berikut ini kami kutib beberapa definisi pendidikan
56
Ibnu Manzur, Lisan al ‘Arab (Beirul : Dar al Ma’arif, TT), 1547.
57
Abdul Fatah Jalal, Min Usul al-Tarbiyah fi al-Islam, (Kairo:Dar al-Kutub,1977),14.
58
Syed Naqueb Al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, terj. Haedar Baqir, (Bandung: Mizan, 1992),60.
Menurut Filosof Yunani Plato berpendapat bahwa kesempurnaan manusia dapat
direalisasi dengan pendidikan dan keseimbangan dua unsur fisik dan mental pada anak. Dia
mendefinisikan pendidikan adalah memberikan kepada fisik dan mental semua yang dapat
59
mengantarkan kepada keindahan dan kesempurnaannya .
tujuan pendidikan adalah sebagai berikut : “Tujuan pendidikan adalah agar seseorang dapat
mengerjakan segala hal yang bermanfaat dan penting, baik dalam keadaan perang atau damai
dan mengerjakan hal-hal yang baik untuk sampai kepada kebahagiaan serta menyiapkan akal
untuk mendapatkan ilmu sebagaimana tanah disiapkan untuk tumbuh-tumbuhan dan tanaman”
60
.
dan kekuatan fisik sehingga dapat meningkatkan kekuatan akal dan badannya , menambah
hidup sempurna dalam arti kuat fisiknya, sempurna akhlaknya, teratur pemikirannya,
mengetahui bagaimana bergaul dengan orang lain, menghargai keindahan alam, mengetahui
59
Kamil Sulaiman dan Ali al-Abdullah, Al-Tarbiyah usuluha, Turuquha Wasailuha (Bairut : Manshurot Majalah
Al-saqafah, 1965), 76.
60
Ibid, 176.
61
Kamil Al-Tarbiyah, 178.
bagaimana mengatur urusannya, melaksanakan kewajibannya dan memenfaatkan semua yang
62
diberikan Allah kepanya sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya dan orang lain” .
Adapun menurut Frobel salah seorang ahli T.K. berpendapat bahwa “pendidikan
adalah upaya membuka potensi-potensi anak yang terpendam sebagai mana terbukanya
64
tumbuh-tumbuhan dan bunga” .
Sedangkan John Dawey menegaskan bahwa pendidikan sebagai proses adaptasi atau
65
interaksi siswa dengan linkungannya . Ia berkata : “Pendidikan ialah sebuah pembentukan
dalam cetakan-cetakan tertentu, yaitu perubahan proses menjadi sebuah aksi sosial yang
66
diterima oleh orang lain” .
manusia mampu mengerjakan semua pekerjaan baik yang umum atau khusus dengan teliti dan
67
ahli baik dalam saat damai atau perang . Menurut Hesly pendidikan ialah “mengembangkan
potensi anak sehingga menjadi seorang yang mampu untuk mengatur kehidupan yang
68
bahagia” , senada dengan ini, Letsry berkata “pendidikan adalah pekerjaan yang dilakukan
62
Muh Said & Junimar Affan, Mendidik dari Zaman ke Zaman,(Bandung: Jeammars,1987),220.
63
Ibid, 216.
64
Ibid, 226
65
Ibid,236
66
Baqir Syarif al-Qarasyi, Nidham al-Tarbawi fi al-Islam,( Teheran: Dar al-Kutub al-Islami,1996),33.
67
Ibid,32.
68
Ibid,33
untuk mengembangkan anak atau pemuda dan ia merupakan sekumpulan kebiasaan-kebiasaan
69
berfikir atau pekerjaann tangan dan budi pekerti yang baik” .
Menurut John Simon “pendidikan adalah sebuah cara yang dapat merubah akal jadi
70
lain begitu pula dengan hati sehingga menjadi hati yang lain” .
pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran
71
(Intelek) dan jasmani anak selaras dengan alam dan masyarakatnya”.
Secara lebih Filosofi Moh. Natsir dalam tulisannya Idiologi pendidikan Islam
menyatakan, yang dimaksud pendidikan Islam ialah suatu pimpinan Jasmani Rohani menuju
Dan tentunya masih banyak lagi definisi-definisi tentang pendidikan yan tidak
mungkin penulis tulis semuanya. Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
penyiapan anak baik dilakukan oleh dirinya atau orang lain bahkan oleh kejadian-kejadian
alam, secara sengaja atau tidak yang dapat meningkatkan potensinya, fisik, phisikis,
69
Ibid.
70
Ibid,32
71
Ki Hajar Dewantara, masalah kebudayaan, kenang-kenagan promosi Doktor Honoris Causa ( Yogyakarta, 1967),
42.
Pendidikan dengan arti yang umum ini memiliki semua pengaruh yang diakibatkan
oleh tiga faktor ; Keturunan, Lingkungan dan Kehendak. Yang dapat mempengaruhi
pengembangan potensinya dan penyiapan dirinya baik secara sengaja atau tidak.
Semua pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau oleh dirinya, dan semua
kejadian yang terjadi disekitarnya yang dapat mempengaruhi jiwanya, baik diwaktu dalam
kandungan atau masa kanak-kanak semua ini mempengaruhi dirinya dan dianggap sebagai
Stewert Mil menyatakan bahwa pendidikan dalam arti yang umum mencakup semua
pekerjaan yang kita lakukan untuk diri kita dan semua yang dilakukan oleh orang lain yang
dapat mengantarkan pada kesempurnaan kita. Dan juga mencakup semua pengaruh-pengaruh
yang tidak langsung yang terjadi pada kebiasaan-kebiasaan dan kejadian-kejadian yang
faktor-faktor alam yang bukan kendali manusia seperti pemandangan alam dan lainnya.
Jadi pendidikan secara umum meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
pembinaan budi pekerti baik dari manusia atau lainnya, bahkan dari hal-hal yang keluar dari
misalnya kemudian dia tertarik dan imaginasinya berkembang maka ini juga disebut
pendidikan. Oleh karena itu sering kita mendengar orang berkata : aku telah dididik oleh
72
zaman dan kejadian-kejadian .
72
Baqir , Al-Nidham , 34.
1.2. Pendidikan Secara Khusus
Pendidikan dalam arti khusus adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang
menjadi pribadi yang seimbang dan dapat bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Menurut
Ngalim purwanto dalam bukunya, Ilmu Pendidikan, menegaskan bahwa “pendidikan adalah
segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan. Atau lebih jelas lagi pendidikan
adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam
73
pertumbuhannya (Jasmani dan Rohani) agar berguna bagi dirinya dan masyarakatnya”.
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta
Dari sini maka pendidikan secara khusus memiliki beberapa unsur penting yaitu :a.
Usaha sadar orang dewasa. b. Bantuan terhadap anak didik .c. Lingkungan yang baik. d.
Tujuan yang jelas e. Metode dan sarana pendidikan yang baik. Untuk lebih jelasnya,
73
Ngalim Purwanto, Ilmu pendidikan, 10.
Pendidikan harus dilakukan dengan penuh kesadaran;diakukan dengan sengaja,
mempunyai tujuan dan program yang jelas yang dapat meningkatkan potensinya. Dan usaha
untuk itu harus dilakukan oleh orang dewasa, karena jika kita tinjau dari segala seginya orang
dewasa itu benar-benar mengetahui siapa dirinya dan apa yang diperbuat, baikkah atau buruk.
Jadi menjadi dewasa dan kedewasaan itu mempunyai arti kesusilaan juga. Ia
sifat tetap dan teratur. Padanya terdapat keselarasan antara jasmani dan rohaninya. Kestabilan
inilah yang memungkinkan ia mendidik. Ia benar-benar tahu siapa dirinya, apa yang dapat dan
tidak dapat dikerjakannya. Ia tidak bergantung pada kecil yang selalu minta penghargaan
74
dan keputusan dari orang lain jika ia menginginkan sesuatu .
kekanakan dan gejala kedewasaan. Menurut Dwi Nugraha Hidayanto, pribadi dewasa susila
itu sendiri memiliki beberapa karakteristik yaitu : a. Mempunyai individualitas yang utuh. b.
kemanusiaan. D. Bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai itu atas tanggung jawab
75
sendiri dami kebahagiaan dirinya dan kebahagiaan orang lain. Selanjutnya Nugroho
menegaskan bahwa orang dewasa dapat disifati secara umum melalui gejala-gejala
kepribadiannya, yaitu: a. Telah mampu mandiri. B. Dapat mengambil keputusan batin sendiri
atas perbuatannya. C. Memiliki pandangan hidup, dan prinsip hidup yang pasti dan tetap. D.
Kesanggupan untuk ikut serta secara konstruktif pada matra sosio kultural. E. Kesadaran akan
76
norma-norma. F. Menunjukkan hubungan pribadi dengan norma-norma.
74
Ibid, 14.
75
Dwi Nugroho Hidayanto, Mengenal Manusia dan Pendidikan, (Yogyakarta: Liberty,1988),43
76
Ibid, 44.
Dengan demikian pendidikan harus dilakukan oleh seorang pendidik yang memenuhi
Dalam pemahaman modern anak adalah sebuah individu yang aktif yang memiliki
mengembangkan potensinya yang terpendam. Seperti halnya seorang dokter yang tidak dapat
Tugas seorang dokter adalah berupaya membangkitan ini agar bekerja sesuai dengan
tugasnya yang alami secara sempurna. Begitu juga halnya seorang pengajar ia harus berperan
membantu anak dalam belajar sendiri dengan menciptakan suasana-suasana yang dapat
membangkitkan potensinya yang terpendam sehingga dapat melakukan belajar secara mandiri
dan terarah. Dengan demikian, pendidikan tidak sama dengan mencetak atau menciptakan
atau memaksakan kehendak si anak didik. Menurut Froebel tujuan pendidikan ialah
persatuan rohaniah dengan Yang Mutlak. Dalam hubungan ini, pertumbuhan sang anak itu
merupakan satu segi dari Yang Mutlak. Pertumbuhan sang anak itu merupakan satu segi dari
77
Muh. Said, Mendidik,227.
2.3. Lingkungan Yang Baik
Lingkungan dalam pengertian umum, berarti situasi di sekitar kita. Dalam lapangan
pendidikan, arti lingkungan itu luas sekali yaitu segala yang berada diluar diri anak, dalam
78
alam semesta. Lingkungan adalah faktor yang paling penting dalam pendidikan. Anak-anak
akan dapat dipengaruhi oleh lingkungannya dengan tanpa disadaari. Lingkungan juga
Sarana-sarana yang dapat membangkitakn potensi siswa yang terpendam terdapat pada
lingkungan yang baik. Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang menghormati
kepribadian anak, memberikan rasa percaya diri dan rasa tanggung jawab, membangkitkan
Lingkungan yang baik ini dapat berupa lingkungan keluarga yang harmonis, sekolah
yang bertanggung jawab, aturan-aturan pemerintahan, kurikulum, buku, kegiatan, metode dan
sarana pendidikan yang sesuai dengan idiologi, moral, ilmu jiwa dan ilmu sosial yang benar.
enyebutkan macam-macam
Abu Ahmadi dalam bukunya Ilmu Pendidikan m
lingkungan yaitu: Lingkungan dalam, lingkungan fisik, lingkungan budaya, lingkungan sosial
79
dan lingkungan spritual. Ki Hajar Dewantoro membedakan lingkungan pendidikan menjadi
80
tiga, yang kita kenal dengan Tri Pusat Pendidikan yaitu : Keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dengan lingkungan yang baik, maka tujuan pendidikan -kepribadian yang baik- akan
mudah direalisir. Jika kepribadian seseorang semakin sempurna maka dia pasti dapat
78
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 1991),64.
79
Ibid, 65-66.
80
Ibid,66
berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga dia berperan aktif untuk membangun
Hal itu karena pendidikan berbeda dengan pengajaran. Perbedaan pendidikan dengan
kepribadian anak didik disamping transfer ilmu dan keahlian karena pengajaran dapat
dikatakan sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, bahkankan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Sedangkan pengajaran lebih
berorintasi pada pembentukan tukang-tukang atau para spesialis yang terkurung dalam
spesialisasinya yang sempit, karena itu perhatian dan minatnya lebih bersifat tertulis.
Jika system pendidikan barat sekarang ini disebut-sebut mengalami krisis yang akut
itu tak lain karena proses yang terjadi dalam pendidikan tak lain dari sekedar pengajaran.
Pendidikan yang berlangsung dalam suatu system tak lebih dari suatu proses transfer ilmu dan
keahlian dalam kerangka tekno struktur yang ada. Akibatnya pendidikan katakanlah
pengajaran menjadi suatu komoditi belaka dengan berbagai implikasinya terhadap kehidupan
81
social kemasyarakatan .
B. TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan pendidikan adalah sesuatu yang ingin dicapai, diraih, dan dihasilkan dari
sebuah proses pendidikan. Tujuan pendidikan tentunya sangat dipengaruhi oleh sipendidik itu
sendiri. Dan sipendidik akan dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, idiologi, lingkungan,
zaman dimana dia tinggal. Karena itu tujuan pendidikan orang materialisme berbeda dengan
81
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi menuju melenium Baru, ( Jakarta: PT Logos Wacana
Ilmu, 1999),3.
orang yang idealisme. Orang ateis juga berbeda dengan orang yang beragama dan begitu
seterusnya.
Karena pandangan hidup manusia itu berlainan, berbeda-beda pula apa yang hendak
dicapai dengan pendidikan itu. Jadi titik berat yang dituju berbeda-beda pula. Dari sekian
philosofi pendidikan yang melatarbelakangi sebuah proses pendidikan, minimal ada 4 tujuan
pendidikan yaitu :
1. Tujuan Spritual
Beberapa pakar pendidikan Islam menegaskan bahwa tujuan dasar pendidikan dan
pembelajaran adalah kesucian diri, kemurnian diri serta pembangunan hubungan dengan
82
Allah. Ini adalah tujuan tertinggi dan maksud yang paling mulia. Dengan demikian semua
proses pendidikan dimaksudkan untuk membawa si anak agar ia selalu berbakti kepada
tuhannya, selalu hidup menuruti dan sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh agamanya
Anak dididik bukan hanya untuk kehidupan sekarang melainkan dipersiapkan untuk hidup di
akherat nanti.
Al-ghozali berkata : “wahai para pemuda telah banyak malam yang telah engkau
lalui dengan pencarian pengetahuan serta penelusuran buku-buku dan engkau tantang dari
tidur, aku tidak tahu niatmu. Jika itu untuk mendapatkan urusan dunia ini, mengumpulkan
rongsokannya, memegang posisinya serta belagak didepan orang lain, maka celakalah engkau,
serta menghinakan jiwa yang cenderung buruk maka banyak balasan membahagiakan akan
83
menjadi milik kamu” .
82
Baqir, Al-Nidam, 37
83
Ibid.
Frobel mengatakan bahwa pendidikan harus menjadikan individu merasakan
jiwa-jiwa batin mereka, menyadari watak, serta mempercayai keesaan Tuhan. Ia harus
mengarahkan individu pada kemurnian hidup yang suci yang dimulai dari kesadaran akan
tuhan, watak, serta ruh manusia. Ia juga menegaskan bahwa tujuan dari pendidikan
seharusnya mempresentasikan sebuah kehidupan., kejiwaan dan kebaikan yang murni dan
84
suci.
Para pakar pendidikan telah sepakat atas gagasan menghilangkan segala pendidikan
yang tidak mengarahkan pada kesempurnaan dan disiplin diri yang berada dilingkungan
pandidikan.
Willula berkata : “tujuan pendidikan adalah memperbaiki apa yang rusak dari
ayah-ayah kita. “Dapat mencapai demikian dengan mengambil kesadaran yang tepat akan
Tuhan, membahagiakan ayah dan menetapkan diri kita pada jalannya melalui
85
kebaikan-kebaikan” .
Ketika menegaskan tentang aspek moral pendidikan. John Locke berkata : “Kebaikan
86
merupakan tujuan utam pendidikan” .
2. Tujuan Material
diutamakan. Mereka mendidik anak-anak untuk dapat dan sanggup hidup didunia ini, yang
penuh dengan rintangan dan kesukaran yang harus diatasinya untuk mencapai kebahagiaan
hidupnya. Beberapa ahli pendidikan Inggris telah menamakan tujuan ini sebagai tujuan roti
dan mentega (Bread And Butter Goal). Pendapat ini bagaimanapun memiliki sebuah nilai,
84
Ibid.
85
Ibid.
86
Ibid
karena manusia cenderung untuk hidup selama-lamanya perlu mendapatkan penghasilan serta
mencari sarana-sarananya yang sungguh merupakan hal paling wajib demi kelangsungan
Pada abad ke18 dan ke 19 dan mungkin hingga abad ini, di mana ilmu pengaetahuan
dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat, orang lebih mengutamakan
hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan duniawi dan kebendaan (materialilstik) dari
3. Tujuan Sosial
pada aspek sosial. John Dewey seorang ahli filsafat dan ahli pendidikan Amerika berpendapat
bahwa pendidikan kemasyarakatanlah yang lebih penting dari pada pendidikan individual.
Tujuan pendidikan menurut Dewey ialah membentuk manusia untuk menjadi warga negara
yang baik. Untuk itu di sekolah-sekolah diajarkan segala sesuatu kepada anak yang perlu bagi
4. Tujuan Individual.
Beberapa ahli pendidikan yang lain meyakini bahwa tujuan utama proses pendidikan
dan kemampuan masyarakat. Kelompok ini lebih mengutamakan individual dari pada
dari pada pendidikan kemasyarakatan. Ia berpendapat manusia itu ketika dilahirkan adalah
87
Ngalim, Ilmu Pendidikan, 24.
baik, suci dan kebanyakan anak itu menjadi rusak, karena manusia itu sendiri atau karena
masyarakat. Oleh karena itulah Roussoue dalam pendidikannya mangajarkan agar anak-anak
didalam dididikan sesuai dengan alamnya. Alam anak-anak itu baik pembawaan anak itu
adalah baik. Maka dari itu kembangkan pembawaan-pembawaan anak itu sesuai dengan
alamnya. Reossou adalah pengajar pendidikan menurut alam sehingga hukuman dalam
Dan tentunya masih banyak lagi tujuan-tujuan pendidikan yang tidak penulis
cantumkan disini karena keterbatasan, namun demikina kalau kita cermati dari konsep tentang
pendidikan tersebut di atas maka tujuan pendidikan hendaknya harus merupakan tujuan ideal
yang memiliki penekanan yang sama dalam semua aspek; spiritual, material, individual dan
sosial.
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
C. METODE PENDIDIKAN
88
Ibid.
Dapat pula dikatan pekerjaan mendidik itu dibagi dua aspek yaitu bentuk atau corak
dan isi.Yang dimaksud dengan isi adalah segala sesuatu yang mencakup tujuan atau rencana
yang hendak dicapai oleh si pendidik. Sedangkan yang dimaksud bentuk atau corak ialah
mengenai tingkah laku si pendidik terhadap anak didiknya seperti melarang, memberi anjuran,
perintah, menasehati dan menghukum. Didalam ilmu pendidikan usaha-usaha atau perbuatan
si pendidik yang ditujukan untuk melaksanakan tugas pendidikan disebut dengan alat-alat
89
pendidikan. Untuk memilih alat-alat pendidikan manakah yang baik dan sesuai maka
hendaknya seorang pendidik memperhatikan 4 hal beriktu :a.Tujuan apakah yang hendak
dicapai dengan alat itu ?b. Siapa yang menggunakan alat itu ?c.Anak yang mana yang dikenai
Empat hal ini sangat penting diperhatikan oleh si pendidik untuk dapat
Untuk lebih jelasnya kami akan memberikan uraian singkat tentang metode-metode
diatas :
1. Keteladanan
89
Ibid,176.
90
Abdullah Nasikh Ulwan, Tarbiyat al Aulad fi al Islam, (Beirut: Dar al Salam tt), 632
91
Purwanto, Ilmu, 176.
Teladan adalah sumber pengaruh yang dapat menimbulkan kecenderungan pada anak didik
untuk menirunya. Teladan dapat berasal dari pendidik, anak didik yang lain atau lingkungan
92
sekitarnya, Teladan tersebut dapat luhur maupun hina . Dengan demikian keteladanan
merupakan metode pendidikan yang paling ampuh dalam mempersiapkan anak baik fisik,
mental, moral, sosial dan lain-lain, karena pendidik adalah merupakan idola bagi anak jika
pendidik tersebut berbuat kebaikan maka sudah pasti anak itu akan mengikuti secara sadar
atau tidak, bahkan akan terkesan didalam jiwanya dan perasaannya baik secara sadar atau
tidak. Karena itu keteladanan merupakan faktor yang paling penting dalam kebaikan anak dan
kerusakannya, jikan pendidiknya jujur, terpercaya, sopan, mulia, berani dan menjaga harga
diri maka anak akan tumbuh dalam kejujuran, amanah, kesopanan,, kemulyaan, keberanian
dan penuh harga diri. Tapi jika pendidiknya pembohong, penghianat, tidak sopan, pengecut
dan rendahan maka anak akan tumbuh dan berkembang atas kebohongan, hianat, tidak tahu
2. Pembiasaan
terpenting terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Anak kecil belum menginsapi apa yang
dikatan baik dan apa yang dikatak buruk dalam arti susila, juga anak kecil belum mempunya
kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan seperti orang dewasa tetapi mereka sudah
mempunyai hak seperti hak dipelihara, hak mendapat perlindungan dan hak mendapat
92
Ag. Soejono, Ilmu Pendidikan Umum, (Bandung: CV Ilmu,tt), 153.
93
Ibid,159.
pendidikan sedangkan anak kecil belum kuat ingatannya ia cepat lupa apa yang sudah dan
baru terjadi.
Oleh sebab itu sebagai permulaan, pembiasaan merupakan alat satu-satunya sejak
dilahirkan anak-anak harus dilatih dengan kebiasaan dan perbuatan-perbuatan yang baik
seperti dimandikan dan ditidurkan pada waktu tertentu, memberi makan dengan teratur dan
sebagainya.
Anak-anak dapat menurut dan patuh kepada peraturan dengan jalan membiasakannya
dengan perbuatan-perbuatan yang baik didalam rumah tangga atau keluarga, di sekolah dan
juga di tempat lain. Menurut Ngalim Prwanto pembiasaan yang baik penting artinya bagi
pembentukan watak anak-anak dan juga terus berpengaruh pada anak itu sampai hari tuanya.
Membiasakan anak untuk melakukan perbuatan tertentu memang sulit namun itu akan
94
melekat pada itu dan sulit untuk dihilangkan .
Kebiasaan dalam taraf human. 3. Kebiasaan dalam taraf animal.4. Kebiasaan dari tingkatan
animal menuju ke tingkatan human. Perbuatan kebiasaan semacam inilah yang mengandung
95
nilai luhur.
keturunan itu tidak ada hasil pendidikan terutama ditentukan oleh pengaruh yang diterima
anak dari dunia sekitarnya, termasuk juga pendidikan. Demikian pula Fisikologi Individual
94
Purwanto, Ilmu,177.
95
Ag Soejono, Ilmu, 159.
memandang kecil arti bakat dan keturunan, sedangkan pengaruh lingkungan dan pendidikan
sangat dilebih-lebihkan.
3. Pengawasan
larangan-larangan dapat berjalin dengan baik jika disertai dengan pengawasan yang terus
menerus, artinya pendidik hendaklah konsekwen apa yang telah dilarang hendaknya selalu
dijaga jangan sampai dilanggar dan apa yang telah diperintahkan jangan sampai diingkari juga
pengawasan ini penting sekali untuk menjaga bila mana ada bahaya-bahaya yang dapat
Pengawasan itu penting sekali dalam pendidikan anak-anak, tanpa pengawasa berarti
membiarkan anak-anak berbuat sekehendaknya, karena anak belum dapat membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk. Anak yang dilahirkan tumbuh sendiri menurut alamnya akan
menjadi manusia yang hidup yang menuruti hawa nasfunya. Memang ada pula ahli pendidik
yang manganut adanya kebebasan yang penuh dalam pendidikan Rousseau umpanya adalah
salah seorng pendidik yang beranggapan bahwa semua anak sejak dilahirkan adalah baik
menurutnya anak hendaknya dibiarkan tumbuh menurut alamnya yang baik itu sehingga
mengenai hukumannya pun Rousseau menganjurka hukuman alam. Tetapi para ahli didik
umumnya sependapat bahwa pengawasan adalah alat didik yang paling penting dan harus
bukanlah pangkal atau permulaan pendidikan melainkan kebebasan itu yang hendak diperoleh
dalam pendidikan karena tujuan mendidik adalah membentuk anak supaya akhirnya dapat
berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas perbuatannya, mendidik kearah kebebasan.
Pengawasan menurut Abdullah Nasikh Ulwan meliputi :a. Pengawasan di bidang
4. Perintah
Perintah bukan hanya apa yang keluar dari mulut seorang yang harus dikerjakan oleh
orang lain melainkan dalam hal ini termasuk peraturan-peraturan lain yang harus dipatuhi
oleh anak-anak. Tiap-tiap perintah dan peraturan harus mengandung norma kesusilaan, tentu
saja perintah tersebut harus sudah dikerjakan dan dilakukan oleh si pendidik terlebih dahulu
jika tidak maka, perintah tersebut tidak akan memberikan hasil pendidikan. Ngalim Purwanto
didiknya dapat ditaati sehingga dapat tercapai apa yang dimaksud, hendaklah
a. Perintah hendaklah terang dan singkat jangan terlalu banyak komentar sehingga mudah
b. Perintah harus disesuaikan dengan keadaan dan umur anak serta kesanggupan anak.
c. Perintah harus bersifat luas dan lunak sehingga tidak terlalu keras kedengarannya.
d. Jangan terlau banyak dan berlebih-lebihan memberi perintah sebab dapat mengakibatkan
97
tidak patuh dan menentang .
5. Larangan
96
Ulwan, Tarbiyat,7 35-746.
97
Purwanto, Ilmu, 180.
Disamping perintah sering kita melarang sesuatu pada anak. Larangan biasanya
dilakukan untuk mencegah anak untuk berbuat yang tidak baik. Namun demikian seorang
pendidik hendaknya tidak banyak memberikan larangan. Karena anak yang dilarang dalam
segala perbuatan dan perlakuannya sejak kecil dapat terhambat perkembangan jasmani dan
rohaninya. Menurut Ngalim Purwanto anak yang sering mendapatkan larangan dapat
mengakibatkan bermacam-macam sifat atau sikap yang tidak baik pada anak itu sendiri,
seperti keras kepala atau melawan, pemalu dan penakut, perasaan kurang harga diri, kurang
mempunyai perasaan tanggung jawab, pemurung atau pesimis, acuh tak acuh terhadap
98
sesuatau (apatis) dan sebagainya. Larangan lebih baik dirubah menjadi perintah atau seruan.
6. Ganjaran
Ganjaran adalah penghargaan yang setimpal kepada anak didik yang telah
mengerjakan sesuatu dengan baik. Ganjaran merupakan salah satu alat pendidikan yang
dengannya anak dapat merasa senang karena perbuatan dan pekerjaan mendapat penghargaan.
Selayaknya pendidik bermaksud supaya dengan ganjaran itu anak menjadi lebih giat lagi
usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dicapainya. Dengan kata
lain anak menjadi keras kemauannya untuk bekerja atau berbuat yang lebih baik lagi.
Jadi maksud ganjaran itu yang terpenting bukanlah hasil yang dicapai seorang anak,
melainkan dengan hasil yang telah dicapai oleh anak itu pendidikan bertujuan membuat kata
hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada anak itu.
Ganjaran tidak sama dengan upah. Upah ialah sesuatu yang mempunyai nilai sebagai
ganti rugi dari suatu pekerjaan atau suatu jasa. Upah adalah pembayaran suatu tenaga, pikiran
98
Ibid,181.
atau pekerjaan yang telah dilakukan oleh seseorang. Besar kecilnya upah memiliki
perbandingaan tertentu dengan berat ringannya pekerjaan atau banyak sedikitnya hasil yang
telah dicapai. Sedangkan ganjaran sebagai alat pendidikan tidak demikian halnya. Ia harus
mempunyai nilai pendidikan yaitu dapat memberi semangat dan merespon anak didik agar
lebih giat lagi boleh jadi anak yang pintar yang sudah memiliki semangat yang cukup tidak
perlu mendapat ganjaran. Dan sebaliknya anak yang malas dan sedikit menampakkan
keseriusannya dan kesungguhannya dalam belajar atau lainnya yang bersifat positif perlu
dengan senang hati. Sehingga tidak menimbulkann iri hati, dengki dan hal-hal yang kontra
produktif.
7. Hukuman
Hukuman ialah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh
seseorang (orang tua, guru dan sebagainya) sesudah terjadi pelanggaran, kejahatan, atau
b. Selalu bertujuan kearah perbaikan ; hukunan itu hendaknya diberikan untuk kepentingan
kelalaian dan pelanggaran yang telah dilakukan seseorang. Tentu saja teori ini tidak boleh
b. Teori perbaikan, menurut teori ini, hukuman dipakai untuk membasmi kejahatan. Jadi
maksud hukuman itu ialah untuk mempebaiki si pelanggar agar tidak berbuat kesalahan
semacam itu lagi. Teori inilah yang bersifat Pedagogis, karena bermaksud memperbaiaki si
pelanggar.
c. Teori perlindungan. Menurut teori ini pelanggaran diadakan untuk melindungi masyarakat
dari kegiatan-kegiatan yang tidak tegas. Dengan adanya hukuman ini, masyarakat dapat
William Stern membedakan tiga macam hukuman yang disesuaikan dengan tingkat
Agar hukuman ini dapat efektif, Ngalim Purwanto menggaris bawahi bahwa
Inilah hal yang perlu untuk penulis angkat mengenai kajian teoritis pendidikan untuk
menjadi barometer dan tolak ukur konsep pendidikan, Ali Bin Abi Thalib yang ada dalam
99
Ibid,192
METODE PENDIDIKAN ALI BIN ABI THALIB
bahasa Arab dengan kata tarbiyah, ta’dib dan ta’lim. Dalam hal ini Ali bin Abi Talib telah
mensinyalir tiga kata tersebut yang memiliki konotasi dengan hak pendidikan anak. Ali berkata :
ُﺤ ِﺴ َﻦ اَ َدﺑَ ُﻪ َوﯾُ َﻌﻠﱢ َﻤ ُﻪ ْاﻟ ُﻘ ْﺮأَ َن ْ ﻠﻰ ْاﻟ َﻮاﻟِ ِﺪ اَ ْن ﯾ
ْ ُﺤ ِﺴ َﻦ اِ ْﺳ َﻤ ُﻪ َوﯾ َ َﻋ
“Sesungguhnya seorang ayah memiliki hak atas anaknya dan seorang anak memiliki hak atas
ayahnya. Adapun hak ayah atas anaknya adalah hendaknya si anak mentaatinya dalam segala hal
kecuali dalam berma’siat kepada Allah. Dan hak anak atas ayahnya adalah hendaknya si ayah
100
memberikan nama yang baik, memperindah budi pekertinya dan mengajarinya al-Qur’an.
Dalam ucapan di atas, Ali menyebutkan hak pendidikan anak dengan menggunakan kata
yuhassin adabahu yang berarti ta’dib dan yu’allimhu y ang sama dengan ta’lim.
Dalam kesempatan yang lain, Ali menyebutkan kata tarbiyah yang memiliki akar kata
100
Ali bin Abi Thalib, Nahj al-Balaghah, edit. Syarif Radhi, ucapan ke 399 (Qom, Matba’ah Muassasah al-Nasyr
al-Islami,tt), 185.
“Mereka demi Allah telah memelihara Islam sebagaimana mereka memelihara kuda dengan
tangan-tangan mereka yang dermawan dan ucapan-ucapan mereka yang fasih dan tegas
101
walaupun mereka dalam keadaan yang penuh dengan kemulyaan.”
Ucapan di atas menyebutkan bahwa Ali telah menyinggung penggunaan kata Rabba
untuk agama Islam dan kuda yang tentunya dapat pula digunakan untuk anak. Dengan demikian
dapat kita ambil kesimpulan bahwa Ali lebih dahulu menyebutkan pendidikan dengan kata
ta’dib, ta’lim dan tarbiyah. Hanya saja kalau kita meneliti lebih jauh tentang ucapan Ali di atas,
ada penegasan yang jelas antara tiga kata tersebut. Kata ta’dib lebih mengarah pada pendidikan
mental dan budi pekerti. Sedangkan kata ta’lim lebih mengarah pada pendidikan intelektual dan
Jadi dengan demikian dapat berarti bahwa pendidikan menurut Ali adalah segala upaya
yang bertujuan untuk meningkatkan potensi fisik, mental spritual dan intelektual anak menuju
kesempurnaanya.
Ketiga aspek ini harus mendaptkan porsi pendidikan yang seimbang menuju
penekanan yang lebih signifikan. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Ali sendiri dalam
101
Ibid, ucapan ke 465,190
“Ilmu pengetahuan adalah harta yang patut dimulyakan, perilaku baik adalah busana baru dan
102
pikiran adalah cermin yang jernih”
“Sesungguhnya kekayaan yang paling besar adalah akal (intelektual), dan kemiskinan trbesar
adalah kedunguan, keliaran yang paling liar adalah bangga diri dan prestasi yang paling mulia
103
adalah budi pekerti yang baik.”
َ ْﺮ َﻛ ْﺎﻟﻤ
ُﺸﺎ َو َر ِة َ ﻻ َﻇ ِﻬﯿ
َ َب َو َ ْ اث َﻛ
ِ ﺎﻻد َ ْﺮ َ ﻻ ِﻏﻨَﻰ َﻛ ْﺎﻟ َﻌ ْﻘ ِﻞ َو َﻻ َﻓ ْﻘ َﺮ َﻛ ْﺎﻟ َﺠ ْﻬ ِﻞ َو
َ ﻻ ِﻣﯿ َ
“Tak ada kekayaan seperti akal (intelektual) tidak ada kemiskinan seperti kebodohan, tak ada
104
warisan seperti budi pekerti yang baik dan tak ada dukungan seperti musyawarah”.
Ali menganggap bahwa seorang anak adalah mahluk yang sangat lemah yang
memerlukan bantuan pengajaran dan pendidikan yang baik. Pendidikan budi pekerti menurutnya
adalah yang lebih pertama dan utama. Anak diumpamakan oleh Ali seperti tanah yag kosong.
102
Ibid,150
103
Ibid,153.
104
Ibid, 155.
Benih apapun yang disebarkan kepadanya ia akan terima dan akan tumbuh sebagaimana dalam
َ َﺸﺘَ ِﻐ َﻞ ﻟُﺒ
ﱡﻚ َ ْﻞ اَ ْن ﯾ َْﻘ ُﺴ َﻮ َﻗ ْﻠﺒ
ْ ُﻚ َوﯾ َ َب َﻗﺒ َ ْ َِرﺗُ َﻚ ﺑ
ِ ﺎﻻد ْ ْﺊ َﻗﺒِﻠَْﺘ ُﻪ َﻓﺒَﺎد ْ ْ
ٍ ض اﻟ َﺨﺎﻟِﯿَ ِﺔ َﻣﺎ اُﻟ ِﻘ َﻲ ِﻓ ْﯿ َﻬﺎ ِﻣ ْﻦ َﺷﯿ ِ َواِﻧﱠ َﻤﺎ َﻗ ْﻠ ُﺐ ْاﻟ َﺤﺪ
َ ْ َث َﻛ
ِ ﺎﻻ ْر
“Sesungguhnya hati seorang pemuda (anak) bagaikan tanah yang kosong, apapun yang
dilemparkan kepadanya dia akan menerimanya. Oleh karena itu aku cepat-cepat mendidikmu
105
dengan budi pekerti yang baik sebelum hatimu menjadi keras dan otakmu menjadi sibuk”
ُ َﺼ ُﺮ َك ﺛُ ﱠﻢ ﺗَﺒ
ْﺼ ُﺮ ُه ﺑ َْﻌ َﺪ َذﻟِ َﻚ َ َﻀ ﱡﻞ َﻓ ْﯿ ِﻪ ﺑ َ ﱠﺮ ِﻓ ْﯿ ِﻪ َر ْأﯾ
ِ ُﻚ َوﯾ َ ْ ﺎﻫ ًﻼ ﺛُ ﱠﻢ َﻋﻠِ ْﻤ َﺖ َو َﻣﺎ اَ ْﻛﺜَ َﺮ َﻣﺎ ﺗَ ْﺠ َﻬ ُﻞ ِﻣ َﻦ
ُ اﻻ ْﻣ ِﺮ َوﯾَﺘَ َﺤﯿ ُ َﻓﺎِﻧﱠ َﻚ اَو
ِ ﱠل َﻣﺎ ُﺧﻠِ ْﻘ َﺖ َﺟ
“Maka sesungguhnya pertama kali kamu diciptakan tidak mengetahui apa-apa kemudian kamu
mengetahui dan alangkah banyaknya sesuatu yang tidak kamu ketahui, yang membingungkan
pekiranmu dan menyesatkan pandanganmu kemudian setelah itu kamu mengetahui kembali”.
Ali mengakui bahwa anak adalah generasi masa depan yang harus dididik sesuai dengan
kebutuhannya dan potensinya sebagaimana dalam salah satu ucapannya kepada Hasan yang
berbunyi :
.....ﯾُ ْﺪ َر ُك
105
Ibid 125
“Dari seorang ayah yang (tak lama lagi) akan mati, yang mengakui kesukaran-kesukaran masa,
yang telah berpaling dari kehidupan, yang telah menyerah kepada (petaka) waktu, yang
menyadari kejahatan-kejahatan dunia yang sedang hidup dalam kediaman orang mati dan
berpisah dari mereka dari suatu hari; kepada putera yang memiliki harapan yang penuh
106
tantangan` ......”
Dengan demikian di satu sisi Ali mengakui bahwa anak adalah lemah, kosong, gampang
menerima apapun yang ia terima, namun di sisi lain dia memiliki potensi yang terpendam yang
sangat besar. Tugas pendidikan adalah menggali potensi-potensi yang terpendam tersebut
sehingga menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat sekitarnya kelak di masa
Dalam hal ini nampaknya Ali telah merintis teori pendidikan modern seperti yang
digagas oleh John Locke dengan teori Tabulasanya yang menyebutkan bahwa anak adalah ibarat
Dan pendidikan ini menurutnya adalah merupakan tanggung jawab orang tua bukan
orang lain. Jika orang tua tidak mempu untuk mendidiknya kemudian menyerahkannya kepada
orang lain maka hal itu bukan berarti tanggung jawabnya berpindah. Namun demikian orang tua
B.TUJUAN PENDIDIKAN
106
Ibid, 124.
Tujuan pendidikan menurut Ali adalah tertanamnya taqwa kepada Allah swt dalam diri
anak yang merupakan pangkal budi pekerti yang baik. Sehingga dengan taqwa tersebut anak
didik akan memiliki dedikasi yang tinggi, budi pekerti yang baik, berguna bagi dirinya,
keluarganya dan masyarakatnya. Dalam banyak surat, khutbah dan wasiatnya Ali selalu
menegaskan akan pentingnya taqwa dalam kehidupan baik di dunia maupun di akherat. Sebagai
mana yang tertulis dalam salah satu wasiatnya kepada Hasan dan Husein, Ali berkata :
“Aku wasiatkan kepadamu, kepada seluruh anakku dan kepada orang yang menerima tulisanku
dengan taqwa kepada Allah, keteraturan urusan kalian dan mendamaikan dua orang yang sedang
107
bertengkar diantara kalian”.
اﻻوﱠﻟُ ْﻮ َن
َ ْ ﻀﻰ َﻋﻠَْﯿ ِﻪ
َ ﻻ َﺧ َﺬ ﺑِ َﻤﺎ َﻣ َ ﺿ ُﻪ اﷲُ َﻋﻠَﯿ
ََ ْﻚ َو َ ﺎر َﻋﻠَﻰ َﻣﺎ َﻓ َﺮ
ُﺼ َ ِاﻻ ْﻗﺘ ِ اﻋﻠَ ْﻢ ﯾَﺎ ﺑُﻨَ ﱠﻲ اَ ﱠن اَ َﺣ ﱠﺐ َﻣﺎ اَْﻧ َﺖ ﺗَ ْﺄ ُﺧ ُﺬ ﺑِ ِﻪ ِﻣ ْﻦ َو
ِ ْ ﺻﯿﱠﺘِ ْﻲ ﺗَ ْﻘ َﻮى اﷲِ َو ْ َو
“Dan ketahuilah wahai anakku, sesungguhnya yang paling aku sukai dari kamu dalam
mengerjakan wasiatku adalah taqwa kepada Allah, selalu mengerjakan apa yang diwajibkan oleh
Allah atas kamu dan mengambil apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang terdahulu dari
108
ayah-ayahmu dan orang-orang sholeh dari keluargamu” .
107
Ibid, 135.
108
Ibid,125.
Dalam salah satu khutbahnya Ali menjelaskan tentang keuntungan-keuntungan taqwa
“ Kemudian dari pada itu, saya nasehati anda untuk bertaqwa kepada Allah, Yang menciptakan
anda untuk pertama kalinya; kepadaNya tempat kembali anda, padaNya terletak keberhasilan
tujuan anada, dan padaNya berakhir semua hasrat anda, KepadaNya mengarah jalan anda yang
benar dan ia adalah tujuan taqwa anda. Sesungguhnya taqwa adalah obat bagi hati anda,
penglihatan bagi kebutaan jiwa anda, penyembuhan bagi sakit tubuh anda, pelurus keburukan
dada anda, penyuci kecemaran pikiran anda, cahaya dari kegelapan mata anda, hiburan bagi
109
ketakutan hati anda dan kecerahan bagi suramnya kejahilan anda.”
Adapun model ideal orang yang bertaqwa adalah sebagaimana yang dia jelaskan ketika
menjawab pertanyaan salah seorang sahabatnya yang bernama Hammam. Diriwayatkan bahwa
Hammam meminta kepada Ali untuk mensifati kepada dirinya tentang gambaran orang yang
bertaqwa. Pada awalnya Ali menolak. Namun karena Hammam memaksa maka Ali
“ Kemudian dari pada itu, Allah Yang Maha suci dan Maha Mulia menciptakan semua ciptaan.
Ia menciptakan mereka tanpa suatu keperluan akan ketaatan mereka atau supaya selamat dari
perbuatan dosa mereka, karena dosa dari seseorang yang berbuat dosa tidak merugikan Dia dan
109
Ibid,98.
tidak pula ketaatan orang yang mentaatiNya menguntungkanNya. Ia telah membagi-bagikan
rizki mereka dan telah menetapkan bagi mereka kedudukan mereka di dunia’.
‘ Maka orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang memiliki sifat mulia; bicaranya benar,
pakaiannya sederhana, gayanya merendah. Mereka menutup mata mereka terhadap apa yang
telah diharamkan Allah, dan mereka menempakan telinga mereka kepada untuk mendengarkan
ilmu pengetahuan yang berguna. Jiwa-jiwa mereka saat menghadapi musibah sama halnya ketika
mereka dalam kesenangan. Andai tidak ada ajal yang membatasi hidup mereka niscaya ruh-ruh
mereka tidak akan tinggal pada jasadnya walaupun sekejap, karena kegairahan mereka akan
ganjaran dan ketakutan mereka akan siksaan. Pencipta di mata mereka sangatlah agung sehingga
semua yang selainNya adalah kecil. Mereka seakan-akan telah melihat surga dan menikmatinya
dan juga mereka seakan-akan telah melihat neraka dan sedang mengaggung siksaanya”.
“ Hati mereka sedih, mereka terlindung dari kemungkaran, badan mereka kurus, keperluan
mereka sedikit dan jiwa mereka suci. Merka menanggung kesukaran untuk waktu yang sempit
dan sebagai akibatnya mereka mendapatkan kesenangan untuk waktu yang panjang. Itu adalah
perniagaan yang menguntungkan yang dimudahkan Allah bagi mereka. Dunia menginginkan
“Di malam hari mereka berdiri di kakinya sambil membaca bagian-bagian dari al-Qur’an dan
membacanya dengan tartil yang dengannya mereka menjadi sedih dan dapat menjadi obat bagi
penyakitnya. Jika mereka membaca ayat-ayat yang menimbulkan gairah untuk surga mereka
mengikutinya dengan ingin sekali mendapatkannya dan ruh mereka sangat menginginkannya dan
mereka merasa seakan-akan surga berada di hadapannya. Dan bilamana mereka mendapatkan
ayat-ayat yang mengandung ancaman neraka mereka membungkukan telinga hatinya kepadanya
dan seakan-akan bunyi neraka dan jeritan mereka mencapai telinga mereka. Mereka
membungkukan punggung mereka, bersujud pada dahinya, telapak tangannya, lututnya dan jari
kakinya seraya memohon kepada Allah yang Maha Mulia untuk keselamatan mereka. Di siang
hari mereka adalah orang-orang yang tabah, terpelajar, bijaksana dan taqwa. Takutnya kepada
Allah telah membuat mereka kurus seperti panah. Apabila orang melihat mereka ia akan
menyangka bahwa mereka sakit padahal mereka tidak sakit dan juga akan menyangka mereka
telah gila padahal keprihatinannya yang besar telah membuat mereka gila”.
“ Mereka tidak puas dengan amal mereka yang sedikit, dan tidak memandang perbuatan mereka
yang besar sebagai yang besar. Mereka selalu menyalakan dirinya sendiri dan takut akan
perbuatan mereka sendiri. Bila mereka dipuji, mereka berkata: “Saya lebih tahu tentang diri saya
ketimbang orang lain. Dan Tuhan saya lebih mengenal saya dari siapapun. Ya Allah janganlah
Engkau siksa kami karena apa yang mereka katakan. Dan jadikanlah kiranya saya lebih baik dari
apa yang mereka pikirkan tentang saya, dan ampunilah saya atas kekuarangan yang mereka tidak
ketahui”
“Tanda-tanda mereka adalah bahwa anda akan melihat mereka mempunyai kekuatan dalam
agama, tekad berbareng dengan kelembutan, iman dengan keyakinan, gairah dalam mencari ilmu
dengan kesabaran, sabar dalam kesulitan, sederhana dalam kekayaan, khusu’ dalam ibadah,
syukur dalam kelaparan, sabar dalam kesulitan, keinginan pada yang halal, keridhaan pada
petunjuk, dan kebencian pada keserakahan. Ia melaksanakan amal kebajikan tetapi masih merasa
takut. Di sore hari keinginannya adalah syukur, dan di pagi hari keinginannya adalah zikir,
memasuki malam dalam keadaan cemas akan kelupaan dan memasuki pagi dalam keadaan
gembira akan karunia yang Allah berikan kepadanya.Apabila jiwanya sulit bersabar untuk
menghadapi sesuatu yang tidak ia sukai dia tidak meminta apa yang dia sukai. Kesenangannya
hanya pada sesuatu yang langgeng, dan kezuhudannya hanya pada hal yang tidak kekal.
pendek,kesalahannya sedikit, hatinya khusu’, jiwanya menerima apa adanya, makannya sedikit,
urusannya selalu mudah, selalu menjaga agamanya, egonya mati, marahnya tertahan,
kebaikannya selalu diharapkan, dan kejahatannya darinya tertolak, jika berada dikalangan orang
yang lalai dia termasuk orang yang selalu ingat, dan jika berada ditengah-tengah orang yang
ingat tidak termasuk orang yang lalai, selalu memaafkan orang yang menzaliminya, memberi
kepada orang yang menolaknya, menyambung hubungan kepada orang yang memutusnya, jauh
kekejiannya, lembut ucapannya, tidak ada kemungkarannya, selalu ada kebaikannya, selalu
mengerjakan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk, dalam keadaan goncang dia tetap
tenang, dan ketika mendapatkan musibah dia tetap bersabar, ketika mendapatkan karunia dia
bersyukur, tidak semena-mena terhadap orang yang membencinya, dan tidak berbuat dosa
kepada orang yang mencintainya, mengakui kebenaran sebelaum ada saksi, tidak
menyia-nyiakan amanat yang dititipkannya, dan tidak lupa apa yang diingatkannya, tidak
memberi julukan-julukan yang jelek, dan tidak menyakiti tetangga, tidak merasa sengan atas
musibah orang lain, tidak memasuki kebatilan dan tidak keluar dari kebenaran.
“Apabila diam, diamnya tidak menyusahkan, jika ketawa suaranya tidak tinggi, jika dizaliminya
dia bersabar hingga Allahlah yang membalasnya, bersusah payah menjaga dirinya, dan orang
lain merasa aman dari kejahatannya, menyusahkan dirinya untuk akheratnya dan membuat orang
merasa aman darinya, dia menjauhi oranglain karena zuhud dan penyucian dan kedekatannya
dengan orang lain karena kecintaan, bukan menjauhi karena kecongkakan dan mendekati karena
110
tipu daya” .
Diriwayatkan bahwa setelah mendengar ciri-ciri orang yang bertakwa ini Hammam
merasa bahwa dia termasuk dari mereka dan mendadak pingsan hingga menemui ajalnya.
Dengan demkian tujuan ideal pendidikan menurut Ali adalah terbentuknya karakter
taqwa dalam diri seorang anak didik. Ali menolak tujuan pendidikan hanya untuk kepentingan
dunia semata atau hal-hal yang bersifat materialistik. Bahkan Ali seringkali mengingatkan
kepada kita akan bahaya-bahaya dunia yang senantiasa menipu kita dari tujuan yang sebenarnya
Diriwayatkan bahwa ketika Darrar bin Hamzah Al-Dibabi pergi kepada Muawiyah dan
“Saya bersaksi bahwa saya telah melihatnya pada beberapa kesempatan ketika malam telah larut
dan ia sedang berdiri di mihrab sambil memegang janggutnya seraya mengerang seperti orang
digigit ular dan menangis seperti orang dalam kesedihan lalu ia berkata : Hai dunia, hai dunia,
menjauhlah dari saya! Mengapa anda menghadirkan diri kepada saya? Adakah anda sangat
menginginkan saya? Hal itu tidak akan terjadi. Tipulah selain aku. Aku tidak peduli padamu,
Aku telah menceraikanmu tiga kali yang tidak akan kembali padamu. Kehidupan anda singkat.
Kepentinganmu sedikit, yang diharapkan darimu sedikit. Sayang, bekal sedikit sedangkan jalan
111
masih panjang, perjalanan masih jauh dan perjumpaan dengan Tuhan sangat sulit.
110
Ibid,95-96
111
Ibid, 159.
Dalam kesempatan yang lain Ali berkata : Kebaikan itu bukanlah banyaknya harta dan
anak, namun kebaikan adalah banyaknya ilmu, agungnya budi pekerti dan banyaknya ibadah
kepada Tuhan. Dan jika kamu berbuat salah maka hendaknya kamu meminta ampun dan jika
kamu berbuat baik hendaknya memuji Tuhanmu. Kebaikan di dunia hanya untuk dua orang;
orang yang berbuat salah lalu meminta ampun dan orang yang berlomba untuk melakukan
112
kebaikan.
Ali sangat mengecam orang-orang yang belajar hanya untuk mendapatkan harta semata,
atau orang-orang yang hanya menginginkan kepuasan ego dan syahwatnya. Hal ini sebagaimana
yang ia katakan kepada Kumail al-Nakha’i dalam sebuah percakapan singkat. Kumail
meriwayatkan bahwa Amir al-Mu’minin Ali bin Abi Talib memegang tangan saya lalu
membawa saya ke pekuburan . Kemudian ia menarik nafas keluhan yang dalam seraya berkata :
“Wahai Kumael, hati ini adalah wadah. Sebaik-baik wadah adalah yang dapat memelihara isinya.
Karena itu peliharalah apa yang akan saya katakan kepada anda. Manusia itu ada tiga kelompok;
pertama adalah orang yang berilmu dan rohaniawan, berikutnya adalah pencari ilmu yang berada
di jalan keselamatan kemudian berikutnya adalah orang-orang yang bodoh yang dungu yang
mengikuti setiap orang yang mengajaknya dan tunduk kepada setiap arah angin. Mereka tidak
mendapatkan petunjuk dari cahaya ilmu dan tidak bersandar pada tiang yang kokoh”.
“Wahai Kumael, Ilmu lebih baik dari pada harta. Ilmu akan menjagamu sementara kamu harus
menjaga harta. Harta akan berkurang dengan dibelanjakan sedangkan ilmu akan bertambah jika
di keluarkan. Orang yang mencari harta akan sirna dengan kesirnaan hartanya”.
112
Ibid, 158.
“ Wahai Kumael, pengetahuan adalah keimanan yang diamalkan. Bersamanya manusia
mendapatkan ketaatan dalam hidupnya dan nama baik setelah matinya. Pengetahuan adalah
penguasa sedangkan harta dikuasai. Wahai Kumael, orang yang mengumpulkan harta adalah
orang mati sekalipun mereka masih hidup, sementara orang yang dikaruniahi pengetahuan akan
tetap ada sepanjang masa. Tubuh mereka tidak ada tetapi gambar mereka tetap ada pada hati
mereka. Lihat! Di sini ada setumpuk ilmu pengetahuan. Lalu Ali menunjuk ke dadanya. Saya
ingin mendapatkan orang yang memilikinya. Ya saya mendapatkan orang (semacam itu). Tetapi
kebenaran yang tidak memiliki ketajaman bashirah di hatinya. Dia akan selalu merasa ragu setiap
kali ada hal yang datang meragukannya. Bukan yang ini atau yang itu. Atau bukan orang yang
senantiasa tenggelam dalam syahwat, dikuasai oleh hawa nafsu, atau orang yang serakah
mengumpulkan harta dan menumpuknya. Mereka bukanlah orang-orang yang menjaga agama
Contoh yang tepat bagi mereka adalah ternak yang dikembalakan. Beginilah, ilmu akan hilang
113
dengan matinya orang-orang yang membawanya.”
Dari keterangan di atas, jelas sekali bahwa Ali sangat mengecam orang-orang yang
belajar hanya untuk mencari harta, kedudukan, dan kesenagan duniawi semata. Sekalipun
demikian bukan berarti seseorang dilarang untuk mencari harta atau dunia. Ali juga menyadari
bahwa manusia hidup sekarang di dunia sehingga mustahil dapat melepaskan diri dari
113
Ibid, 164.
urusan-urusannya dan tidak mencintainya. Namun yang ia inginkan adalah agar dunia tidak
dijadikan sebagai tujuan akhir kehidupannya sehingga dia lupa akan akheratnya. Kehidupan
dunia hanyalah jembatan untuk menuju kehidupan akherat. Karena itu dunia harus dijadikan
sebagai alat untuk mempersiapkan diri menuju akherat sebagai mana yang ia tegaskan dalam
َ ﺻﻠَ ْﺤ َﺖ ﺑِ ِﻪ َﻣ ْﺜ َﻮ
اك َ اِﻧﱠ َﻤﺎ ﻟَ َﻚ ِﻣ ْﻦ ُد ْﻧﯿ
ْ ََﺎك َﻣﺎ ا
“Bahwasannya seharusnya duniamu adalah yang dapat mempaerbaiki tempat kembalimu kelak”
114
َ اﻟﺮ ُﺟ ُﻞ َﻋ
ﻠﻰ ُﺣ ﱢﺐ اُ ﱢﻣ َﻬﺎ َ ُﻻ ﯾ
ﻼ ُم ﱠ َ ﺎس اَﺑْﻨﺎَ ُء اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َو
ُ اَﻟﻨﱠ
“ Manusia adalah anak-anak dunia maka bukanlah suatu yang tercela seseorang mencintai
115
ibunya”.
Ali juga berkata : “Ada dua jenis pekerja di dunia. Pertama, orang yang bekerja di dunia
untuk dunia. Dan pekerjaannya membuat dia tidak peduli terhadap kehidupan akheratnya, ia
takut akan kemiskinan orang-orang yang akan ditinggalkannya tetapi dirinya merasa aman
tentang hal itu. Maka dia menghabiska umurnya demi keuntungan orang lain. Kedua, orang yang
bekerja di dunia untuk kehidupan setelahnya mewarisinya sehingga dia menjaganya sendiri”
Selain dari pada itu tujuan pendidikan menurut Ali lebih menekankan aspek sosial dari
pada individual. Menurutnya kesuksesan individual tidak akan berarti apa-apa jika tidak
berdampak positif terhadap masyarakatnya dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu
kesuksesan individual harus dibarengi dengan kesuksesan sosial. Karenanya, pendidikan harus
114
Ibid, 128.
115
Ibid, 178.
menekankan aspek sosialnya disamping aspek individualnya. Hal itu sebagaimana yang ia
“ Wahai anakku, jadikanlah dirimu sebagai ukuran (untuk bergaul) antara kamu dengan orang
lain. Cintailah orang lain sebagai mana kamu suka untuk dicintai, dan janganlah kamu berbuat
sesuatu yang tidak disukai oleh orang sebagaimana kamu juga tidak suka untuk diperlakukan
seperti itu, janganlah berbuat zalim sebagaimana kamu juga tidak suka untuk dizalimi, berbuat
baiklah kepada orang lain sebagaiman kamu suka orang lain berbuat baik kepadamu, pandanglah
yang buruk pada diri kamu buruk juga bagi orang lain, terimalah perlakuan orang lain
terhadapmu sebagaimana kamu suka untuk diterima oleh mereka, janganlah kamu bicara sesuatu
yang tidak kamu ketahui, sekalipun yang kamu ketahui itu sedikit, jangan katakan kepada orang
116
lain suatu perkataan yang kamu sendiri tidak suka untuk dikatakan seperti itu.”
Ali menganggap bahwa puas dan bangga terhadap diri sendiri tanpa memperdulikan
orang lain hanyalah merupakan bencana dan malapetaka. Jika seseorang mendapatkan karunia
kesuksesan dirinya maka dia harus dipersembahkan untuk tuhannya dan masyarakat sekitarnya.
Ali berkata :
َ ﺗَ ُﻜ ْﻮ ُن ﻟِ َﺮﺑ
ﱢﻚ
“ Dan ketahuilah bahwa kagum terhadap diri sendiri adalah bertentangan dengan kebenaran dan
petaka bagi jiwa, maka berusahalah dengan keras, dan janganlah kamu menjadi penyimpan harta
116
Ibid, 126.
untuk orang lain, jika kamu mendapatkan karunia kesuksesan maka jadilah orang yang paling
117
merendah kepada tuhanmu”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan menurut Ali adalah
mencetak pribadi anak menjadi manusia yang bertakwa dan berjiwa sosial. Untuk merealisir
tujuan di atas Ali telah menggariskan beberapa metode pendidikan yang harus dilakukan oleh
setiap pendidik yang mengharapkan anak didiknya menjadi pribadi yang baik dan berguna bagi
Ali memandang bahwa pendidikan dapat dibagi menjadi dua bagian; pertama, pendidikan
dalam arti khusus , yang terprogram, terencana yang melibatkan orang tua, guru, pendidik,
sekolah dan lainnya. Kedua, pendidikan dalam arti umum, yang tak terprogram, mandiri yang
tidak membutuhkan orang lain. Masing-masing dari jenis pendidikan ini, perlu mendapatkan
perhatian dari para orang tua dan pendidik. Untuk lebih jelasnya di sini akan kami paparkan
117
Ibid, 126.
118
Ibid, 169
C. PENDIDIKAN TERPROGRAM
Dalam pembahasan yang lalu, kita telah mengetahui bahwa pendidikan dapat terbagi
menjadi dua bagian; pendidikan dalam arti khusus dan dalam arti yang umum. Pendidikan dalam
arti khusus dapat kita sebut dengan pendidikan terprogram, artinya pendidikan yang sudah
direncanakan baik oleh orang tua di rumah atau guru di sekolah. Pendidikan ini harus terprogram
dengan rapi; memiliki tujuan yang jelas dan metode atau cara-cara yang khusus dan jelas pula.
Menurut Ali pendidikan ini memiliki beberapa tahapan yang harus dilalui yang dapat dibagi
menjadi tiga tahap; a. Pra natal. B. 7 tahun pertama. C. 7 tahun ke dua. D. 7 tahun ke 3.
Menurut Ali pendidikan itu harus dimulai sejak anak itu masih belum dilahirkan ke
dunia, bahkan sejak pertama kali seseorang hendak menikah. Dalam hal ini seseorang hendaknya
memilih calon ibu/ayah yang baik; nasab, kepribadian, akhlak, kecerdasan, agama, dan lainnya
yang dapat mendidik anak-anaknya kelak. Ali memperingatkan kepada kita agar tidak
ٌ ﺿﯿ
َﺎع ِ ﻼ ٌء َو َوﻟَ ُﺪ َﻫﺎ ُ ْﺞ ْاﻟ َﺤ ْﻤ َﻘﺎ ِء َﻓﺎِ ﱠن
َ َﺻ ْﺤﺒَﺘَ َﻬﺎ ﺑ ُ اِﯾ
َ ﱠﺎﻛ ْﻢ َوﺗَ ْﺰ ِوﯾ
119
Al-Kulaini, Furu’ al-Kafi, vol.2,3, Al-Qarasyi, Al-Nizam al-Tarbawi, 53.
ُ َﻛ ْﻢ َﻓﺎِ ﱠن ْاﻟ َﻮﻟَ َﺪ ﯾ
َﺸ ﱡﺐ َﻋﻠَْﯿ ِﻪ ُ ﻻد
َ ﺿ ُﻊ اَ ْو ْ اُْﻧ ُﻈ ُﺮ ْوا َﻣ ْﻦ ﯾ
َ َﺮ
“ Lihatlah kepada orang yang akan menyusui anak-anak kalian, karena mereka akan dibesarkan
120
olehnya”
“ Jagalah anak-anak kalian dari air susu perempuan yang lacur dan gila karena sesungguhnya air
121
susu itu menular”
Dari keterangan di atas dapat kita pahami bahwa pendidikan itu sudah harus
direncanakan dan diatur sejak pemilihan calon iateri/suami. Sehingga diharapkan pemilihan
calon isteri atau suami dilakukan secara seksama dan hati-hati, tidakdari satu segi saja misalnya
kecantikan bahkan harus dari beberapa segi; keturunan, kepribadian dan lainnya.
agar menjaga etika-etikanya. Hal itu dimaksudkan agar anak yang dihasilkan dari hubungan
seksual tersebut menjadi anak yang berkwalitas fisik, mental dan intelektualnya. Diantara etika
hubungan seksual menurut Ali adalah sebaga berikut : Hendakanya dalam keadaan berwudu,
membaca do’a yang dianjurkan, tidak banyak berbicara, tidak menghadap kiblat atau
membelakanginya, tidak dalam keadaan berdiri, tidak melihat bagian dalam kemaluan wanita,
122
dan lainnya .
Ketika anak berada dalam kandungan, Ali juga memberikan perhatian yang cukup, agar
120
Al-Hadi Kasyif al-Ghita, Mustadrak Nahj al-Balaghah, (Beirut: Maktabah al-Andalus,tt), 171.
121
Al-Adib, Manhaj, 162.
122
Al-Tibrisi, Makarim al-Akhlak, ........
2. Pendidikan Pasca natal
Setelah anak itu dilahirkan, maka tentunya juga ada beberapa cara untuk melakukan
langkah-langkah pendidikan menurut Ali sesuai dengan tahap perkembangan anak yang harus
diperhatikan.
Pada tahun pertama, langkah yang harus dilakukan oleh orang tua adalah mengazani
telinga kanan dan mengiqomati telinga kirinya. Hal itu dilakukan agar memberikan pengajaran
pertama kepada anak tentang tauhid kepada Allah swt. Langkah selanjutnya adalah memberi
nama yang baik. Nama yang baik adalah sebuah harapan dan doa bagi nasib anak kelak di
Setelah memberi nama yang baik, langkah berikutnya adalah menyusuinya dengan ASI.
Karena menurut Ali tidak ada air susu yang lebih baik dari air susu ibunya. Hal itu sebagaimana
“ Tidak air susu yang diminum oleh anak lebih banyak barakahnya -manfaatnya- lebih dari susu
124
ibunya”
Dan tentunya apa yang dinyatakan oleh Ali ini sesuai dengan perkembangan ilmu
kedokteran dewasa ini. Karena dengan menyusu kepada ibunya, anak tidak hanya mendapatkan
air susu, namun lebih dari itu anak akan mendapatkan kehangatan kasih dan sayang dari ibunya
123
Al-Radi, Nahj, 185.
124
Al-Hadi, Mustadrak, 171.
Pada tahap berikutnya sampai umur 7 tahun, menurut Ali hendaknya seorang anak
mendapatkan kasih sayang yang penuh dari orang tuanya, memberikan kesempatan yang cukup
untuk bermain seenaknya. Anak pada masa-masa seperti ini diumpamakan oleh Ali sebagaimana
ْﺤﺎﻧَﺘُ َﻚ َﺳ ْﺒﻌًﺎ
َ َوﻟَ ُﺪ َك َرﯾ
125
“ Anakmu adalah bunga yang wangi ketika tujuh tahun pertama”
Pendidikan dengan cinta dan kasih sayang adalah pilar utama dalam mendidik anak.
Karena pada tahapan ini anak hanya membutuhkan cinta dan kasih sayang dari orang lain
khsusnya orang tua. Karena itu banyak sekali riwayat yang menyebutkan akan kecintaan Ali
“Jika seorang ayah melihat anaknya kemudian ia merasa senang kepadanya maka baginya
“ Perbanyaklah mencium anak-anak kalian, karena dengan satu ciuman kalian akan mendapatkan
126
kedudukan yang tinggi -derajat- di surga sejauh perjalanan 500 tahun”
َ اُْﺗ ُﺮ ْك َوﻟَﺪ
َك َﺳ ْﺒﻌًﺎ
125
Labib beidun, Tasnif Nahj al-Balaghah, (Beirut: Dar al-Ta’lim, tt), 318.
126
Al-Adib, Manhaj, 1 56.
127
“ Biarkanlah anakmu pada umur tujuh tahun” .
اَ ِﻣ ْﺮ ﻧَ ْﻔ ِﺴ ْﻲ
“ Saya mendapati kamu adalah bagian dari ku bahkan seluruhnya, hingga seakan akan jika ada
sesuatu yang menimpamu seakan-ia menimpaku, dan andai kematian menjemputmu seakan-akan
128
ia menjemputku, kesusahanmu adalah kesusahanku juga”
Anak pada 7 tahun pertama ini harus mendapatkan perhatian, kasih sayang, dan waktu
bermain yang cukup. Karena hal itu merupakan kesenangannya dan kebutuhannya. Anak yang
banyak mendapatkan tekanan, perintah, marah, pada tahapan ini akan sangat mengganggu
kepribadiannya. Hal itu disebabkan oleh hilangnya keceriahan dan kesenangannya yang
anak pada usia seperti ini hendaknya dibiarkan selama tidak membahayakan jiwanya.
Tahap berikutnya adalah 7 tahun kedua. Pada tahapan ini pendidikan menurut Ali dimulai
dengan memperbaiki budi pekerti dan mengajarinya ilmu-ilmu pengetahuan yang dibutuhkannya
129
“ Biarkanlah anakmu hingga umur 7 tahun kemudian ajarilah pada 7 tahun kedua”
127
Ibid, 160.
128
Ibid, 156.
129
Al-Amili, Wasail al-Shi’ah, vol.7, 194. Lihat al-Adib, Nahj, 160.
َ ُﺤ ِﺴ َﻦ اَ َدﺑَ ُﻪ َوﯾُ َﻌﻠﱢ َﻤ ُﻪ ْاﻟ ُﻘ ْﺮ
أن ْ ﻠﻰ ْاﻟ َﻮاﻟِ ِﺪ اَ ْن ﯾ
ْ ُﺤ ِﺴ َﻦ اِ ْﺳ َﻤ ُﻪ َوﯾ َ َو َﺣ ﱡﻖ ْاﻟ َﻮﻟَ ِﺪ َﻋ
“ Dan hak anak terhadap orang tuanya adalah hendaknya ia memperindah namanya, budi
130
pekertinya dan mengajarinya al-Qur’an” .
Apa yang diajarkan oleh Ali ternyata sesuai dengan apa yang digembor-gemborkan
sekarang ini dengan wajib belajar 9 tahun. Pada tahapan ini anak mulai terdorong untuk
mengetahui dunia luar sekitarnya. Sehingga ia merasa haus akan ilmu pengetahuan dan berbagai
informasi lainnya. Oleh karenanya, pendidikan budi pekerti yang baik dan pengajaran terhadap
berbagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat baginya kelak merupakan salah satu kebutuhannya.
Namun demikian pendidikannya tetap berdasarkan cinta dan kasih sayang. Sehingga emosi anak
akan terbimbing, otaknya terasah dan budi pekertinya terkontrol dengan baik. Dengan demikian
Dalam pernyataan di atas, Ali menyebutkan akan pentingnnya pendidikan al-Qur’an pada
anak-anak di masa-masa seperti ini. Pengajaran al-Qura’an di sini adalah mencakup pendidikan
tantang agama. Mengingat al-Qur’an adalah landasan pertama dan utama dari agama. Ini berarti
pendidikan tentang agama harus diperkenalkan terlebih dahulu kepada anak-anak sebelum ia
mengenal yang lainnya. Karena menurutnya hanya pendidikan tentang agamalah yang dapat
menjadikan anak bertakwa kepada tuhannya yang merupakan tujuan akhir dari pendidikan itu
sendiri.
Dalam hal ini anak harus diperkenalkan dengan akidah, seperti tentang ketuhanan,
kenabian dan hari akhir, juga tentang syare’at seperti salat, puasa, serta tentang akhlak seperti
130
Al-Radi, Nahj, 185.
Di samping tentang keagamaan, menurut Ali, anak tentunya harus dikenalkan dengan
berbagai macam ilmu pengetahuan yang dibutuhkannya di masa yang akan datang. Hal itu
:” Wahai anakku, sekalipun saya tidak mencapai usia yang dicapai orang-orang sebelum saya,
namun saya melihat ke dalam prilaku mereka dan memikirkan peristiwa-peristiwa dari
kehiudpan mereka. Saya berjalan di antara reruntuhan mereka sampai seakan-akan saya menjadi
salah satu dari mereka. Sesungguhnya karena urusan-urusan mereka telah saya ketahui,
seakan-akan saya telah hidup dengan mereka dari awal hingga akhirnya. Oleh karena itu saya
telah mampu membedakan yang kotor dari yang jernih, dan yang manfaat dari yang madarrat.
Saya telah memilihkan untukmu yang terbaik dari hal-hal itu. Dan saya telah mengumpulkan
bagimu pokok-pokok yang baik dan menjauhkan yang buruk. Karena saya merasakan urusanmu
sebagai seorang ayah yang sangat menyayangi, saya bertekad untuk mendidik budi pekertimu,
sehingga kamu dalam menghadapi masa depanmu memiliki niat yang tulus dan jiwa yang
bersih.dan saya memulai mengajari kamu kitab Allah swt dan ta’wilannya, syareat Islam dan
hulum-hukumnya, halal dan haramnya, saya tidak boleh melewatkan ini bagimu. Saya takut
kamu merasa bingung sebagaimana bingungnya orang-orang karena hawa nafsu dan berbagai
131
macam perbedaan pendapat di antara mereka”.
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa Ali lebih menekankan pentingnya pendidikan dan
pengajaran agama sebelum ilmu pengetahuan yang lainnya. Para pendidik baik orang tua di
rumah atau guru di sekolah hendaknya memberikan perhatian yang lebih terhadap pendidikan
dan pengajan agama pada anak-anaknya sejak dini khususnya pada usia 7-14 tahun.
131
Al-Radi, Nahj, 125.
Tahap berikutnya adalah usia 14 tahun hingga dewasa. Pada masa ini anak sedang
mengalami masa transisi; dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Karenanya pada masa ini
anak cenderung mencari jati dirinya sehingga kadang-kadang tidak mau diatur, seenaknya
sendiri, suka membrontak, dan sifat-sifat negatif lainnya. Pada tahap ini Ali mengajarkan kepada
kita agar kita menjadikan anak sebagai teman yang dekat. Dengan menganggapnya sebagai
teman kita akan dapat memberikan bimbingan dan arahan yang benar. Hal itu sebagaimana
ﺎﺣ ْﺒ ُﻪ َﺳ ْﺒﻌًﺎ
ِ ﺻَ َك َﺳ ْﺒﻌُﺎ َو َﻋﻠﱢ ْﻤ ُﻪ َﺳ ْﺒﻌًﺎ َو
َ اُْﺗ ُﺮ ْك َوﻟَﺪ
“ Biarkanlah anakmu pada umur tujuh tahun pertama, ajarilah pada tujuh tahun ke dua dan
Dalam hal ini, lebih dahulu mengajarkan kepada kita tentang psikologi perkembangan
anak dan bagaimana cara menghadapinya. Anggapan sebagai teman adalah cara yang paling
tepat untuk menghadapi anak yang menginjak masa pubertas. Karena dengan menjadi temannya,
ia akan merasa lebih terbuka, bisa berbagi suka dan duka, dan tidak cenderung kaku. Karena itu
perlakuan pendidik baik orang tua atau guru harus memperlakukannya benar-benar sebagai
teman. Perintah, larangan, yang dilakukan dengan top down harus dihindari. Sebaliknya,
musyawarah, diskusi, tukar pikiran, sharing, berbagi pengalaman dan cerita harus selalu
dilekukan. Sehingga menambah kedekatan dan keakraban. Ini sama sekali tidak berarti
merendahkan derajat orang tua atau guru sebagai pendidik Justru dengan beginilah materi
Anak akan sangat menghargai orang tua atau guru yang memperlakukannya sebagai
temannya dibanding orang tua atau guru yang berlagak sombong, mau menang sendiri, diktator,
dan selalu memaksakan kehendaknya pada anak-anaknya. Justru, anak akan semakin
dimarah-marahi. Dia akan selalu merasa ditindas dan didholimi oleh orang tuanya dan gurunya.
Sehingga jangan disalahkan jika anak tersebut tidak betah di rumah dan selalu main dengan
teman-temannya, pulang malam, tidak menghiraukan lagi terhadap orang tuanya, selalu
membangkang dan memberontak. Itu semuanya karena cara pandang kita yang salah terhadap
Guru atau orang tua harus bisa memahami kondisi anak dan selalu berusaha membantu
mencari pemecahan pada setiap permasalahan yang dihadapi anak-anaknya. Mereka harus
menjadi partner, fasilitator dan sekaligus sebagai pembimbing dan penasehat pribadinya.
Inilah tahap-tahap yang diajarkan oleh Ali dalam mendidik anak dari pra natal sampai
dewasa.
Menurut Ali, disamping pendidikan yang terprogram yang direncanakan dengan matang
oleh orang tua di rumah atau guru di sekolah, ada pendidikan yang tidak terprogram yang lebih
Dalam pembahasan tentang pengertian pendidikan secara umum bahwa semua kejadian,
kegiatan, bahkan gambar, pemandangan yang dapat memberikan dan meningkatkan kwalitas
diri anak maka dapat dikatakan sebagai pendidikan. Pendidikan dalam arti umum ini dapat kita
melihat dan membaca keadaan dan kejadian yang terjadi di sekitarnya, baik terjadi pada dirinya
atau pada orang lain. Pendidikan tak terprogram dapat kita sebut juga dengan pendidikan secara
mandiri atau juga pendidikan alam. Alamlah yang mendidik anak tersebut menjadi lebih dewasa
dan lebih matang dalam menghadapi kehidupannya. Pendidikan seperti ini lebih luas
cakupannya. Ia dapat memberikan pendidikan dalam segala seginya; spritual, intelektual, sosial,
politik, dan individual.. Dan juga pendidikan ini lebih lama masanya yaitu dari mulai masa
Ketika anak menginjak masa dewasa ia tidak berarti tidak membutuhkan pendidikan, dia
tetap membutuhkan pendidikan. Namun sistem pendidikannya menurut Ali tidak lagi menjadi
beban dan tanggungan orang tuanya, dia harus mendidik dirinya sendiri dengan pendidikan yang
diajarkan oleh alam sekitarnya. Dia harus dapat mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian
alam. Karena pada hakikatnya, semua kejadian yang terjadi di muka bumi ini banyak
mengandung hikmah dan pelajaran yang tersembunyi. Jika kita dapat mengambil hikmah dan
pelajaran dari setiap kejadian alam itu niscaya kita akan dapat meningkatkan kwalitas diri kita,
baik secara individual, sosial, interlektual maupun spritual. Dalam hal ini Ali berkata :
“ Betapa banyak pelajaran-pelajaran dan betapa sedikitnya orang yang mengambil pelajaran
132
tersebut”
132
Al-Radhi, Nahj, 177.
“Hikmah (kebijakan) adalah barang hilangnya orang yang beriman, maka ambillah hikmah itu
133
sekalipun dari orang munafik”.
َ َﱠﺔ َﻣ ْﻦ َﻇ َﻔ َﺮ ﺑِ َﻬﺎ ﻧ
ﺼ َﺐ َو َﻣ ْﻦ َﻓﺎﺗَ ُﻪ ﺗَ ِﻌ َﺐ َ اﻻ ْﻣﻨِﯿ ِ اﻻﻣﱠﺎل )اﻻﻋﻤﺎل( َوﯾُ َﻘ ﱢﺮ ُب ْاﻟ َﻤﻨِﯿﱠ َﻪ َوﯾُﺒ
ُْ َﺎﻋ ُﺪ َ ْ ُﺠ ﱢﺪ ُد
َ َان َوﯾ َ ْ َﺨﻠُ ُﻖ
َ اﻻ ْﺑﺪ ْ اَﻟ ﱠﺪ ْﻫ ُﺮ ﯾ
“ Waktu itu menciptakan tubuh-tubuh, menyegarkan hasrat, mendekatkan kepada kematian, dan
membawa pergi keinginan, barang siapa yang berhasil denganyapun merasa susah dan yang tak
134
mendapatkan kebaikannya juga susah”
mendapatkan pelajaran-pelajaran yang sangat berharga dalam segala segi kehidupan kita. Ali
berkata :
“ Sesungguhnya dunia adalah rumah kebenaran bagi orang yang menilainya, tempat keamanan
bagi orang yang memahaminya, suatu rumah kekayaan bagi orang yang mengumpulkan bekal
135
darinya, dan rumah pelajaran bagi orang yang menarik pelajaran darinya.”
“ Barang siapa yang mengintropeksi dirinya akan beruntung, dan barang siapa yang lupa akan
dirinya akan rugi, siap yang merasa takut dia akan aman, dan siapa yang mengambil pelajaran
133
Ibid, 157.
134
Ibid, 156.
135
Ibid, 163.
dia akan mengenal, siapa yang mengenal dia akan memahami dan siapa yang memahami ia akan
136
mengetahui”.
“ Berpikir adalah cermin yang jernih, mengambil pelajaran adalah penasehat yang memberi
peringatan, cukup menjadi budi pekertimu ketika kamu menjauhkan apa yang tidak kamu sukai
137
dari orang lain”.
Pendidikan yang dilakukan secara mandiri bersama kejadian-kejadian alam baik yang
menimpa dirinya atau orang lain ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Ia brlangsung kapan
saja dan di mana saja sampai ajal menjemputnya. Karenanya orang yang belajar menurut Ali
tidak boleh merasa puas, harus senantiasa haus dan tidak pernah kenyang sebagaimana pula
orang yang mencari harta kekayaan. Hal iru sebagaimana dalam salah satu pernyataannya :
138
“Dua orang rakus tak pernah kenyang; pencari ilmu dan pencari dunia”.
Dari keterangan di atas, dapat kita pahami bahwa pendidikan yang dilakukan secara mandiri
melalui kejadian alam atau lainnya tidak akan ada habisnya. Dan setiap orang hendaknya tidak
136
Ibid, 169.
137
Ibid, 182.
138
Ibid 190.
pernah merasa puas terhadap ilmu dan pelajaran yang dia dapatkan. Dia harus senantiasa mencari
dan mengambil pelajaran dari setiap kejadian, keadaan, baik yang dialaminya sendiri atau yang
dialami oleh orang lain. Dengan demikian berarti Ali lebih dahulu mencanangkan pendidikan
seumur hidup (long live education) sebelum pakar-pakar pendidikan dewasa ini.
E. METODE PENDIDIKAN
Menurut Ali bin Abi Talib, pendidikan anak harus dilakukan dengan cara yang baik.
1. Melalui Doa
Menurut Ali doa merupakan salah satu alat pendidikan yang baik. Karena dengan doa
Allah akan mengkabulkan permintaan hambanya.. Jika seorang ayah meminta kepada Allah akan
kebaikan dan kesalihan anaknya, niscaya Allah akan mengkabulkan doanya. Dalam hal ini Ali
berkata :
َ اﻻ َﺟﺎﺑ
....... َﺔ ِ ْ ُﺤ َﺮ ِم
ْ َﻣ ْﻦ اُ ْﻋ ِﻄ َﻲ اﻟ ﱡﺪ َﻋﺎ َء ﻟَ ْﻢ ﯾ:ُﺤ َﺮ ْم اَ ْرﺑَﻌًﺎ
ْ َﻣ ْﻦ اُ ْﻋ ِﻄ َﻲ اَ ْرﺑَﻌًﺎ ﻟَ ْﻢ ﯾ
“Barang siapa yang dikaruniai empat hal tidak akan terhalang dari empat hal; barang siapa yang
139
dikarunia doa maka tidak akan terhambat dari terkabulnya doa tersebut” .
Namun demikian, tetap doa harus dibarengi dengan usaha. Karena doa tanpa usaha
139
Ibid, 163.
َ ِﺎﻟﺮا ِﻣ ْﻲ ﺑ
ﻼ َوﺗَ ٍﺮ ﻼ َﻋ َﻤ ٍﻞ َﻛ ﱠ
َ ِاﻋﻲ ﺑ
ِ اَﻟ ﱠﺪ
140
“Seorang pendoa yang tanpa usaha bagaikan seoarang pemanah yang tanpa busur”
“Ketahuilah bahwa Zat yang di tangannya kerajaan langit dan bumi telah mengizinkan kamu
untuk berdoa maka dia menjamin untun mengkabulkan doa tersebut, dan telah menyuruh kamu
untuk meminta kepadanya untuk memberimu........Maka kapa saja kamu mau mintalah kepada
Nasehat menurut Ali adalah salah satu alat pendidikan yang baik. Karenanya Ali tidak
segan-segan untuk memberikan nasehat-nasehat yang baik kepada anak-anaknya. Sampai pada
detik-detik terakhir, ketika Ali hendak menghembuskan nafasnya yang terakhir, Ali tidak
segan-segan untuk memberikan nasehat dan wasiatnya yang terakhir kepada anak-anaknya
Hasan dan Husein. Hal itu karena menurut dia hanya dengan nasehatlah hati akan menjadi hidup
140
, Ibid, 180.
141
Ibid, 127.
.... ﱢر ُه ﺑِ ْﺎﻟ ِﺤ ْﻜ َﻤ ِﺔ ْ َ َﻚ ﺑِ ْﺎﻟ َﻤ ْﻮ ِﻋ َﻈ ِﺔ َواَ ِﻣ ْﺘ ُﻪ ﺑِﺎﻟﱠ
ِ ﺰﻫﺎ َد ِة َو َﻗ ﱢﻮ ِه ﺑِﺎﻟﯿَ ِﻘﯿ
ْ ْﻦ َوﻧَﻮ َ اَ ْﺣﻲ َﻗ ْﻠﺒ
ِ
“ Hidupkan hatimu dengan nasehat yang baik, matikanlah dengan kematian, kuatkanlah dengan
142
keyakinan dan sinarilah dengan kebijakan. ”
Ali juga mengajarkan kepada kita akan pentingnya nasehat sehingga tidak selayaknya
seseorang harus dipukul untuk melakukan sesuatu. Karena menurutnya hanya binatang yang
mebutuhkan pukulan. Seorang yang berakal cukup dengan nasehat saja. Hal itu sebagaimana
ﻻﺗﱠﺘ ِﻌ ُﻆ اِﱠﻻ ﺑِ ﱠ
ﺎﻟﻀ ْﺮ ِب ََ َاب َو ْاﻟﺒَ َﻬﺎﺋِ َﻢ َ ْ ِﻼ ِﻣ ِﻪ َﻓﺎِ ﱠن ْاﻟ َﻌﺎ ِﻗ َﻞ ﯾَﺘﱠ ِﻌ ُﻆ ﺑ
ِ ﺎﻻد َ ﻌﻈ ُﺔ اِﱠﻻ اِ َذا ﺑَﺎﻟَ ْﻐ َﺖ ِﻓﻰ اِْﯾ
َ ِﱠﻦ َﻻ ﺗَ ْﻨ َﻔ ُﻌ ُﻪ ْاﻟ
ْ ﻻ ﺗَ ُﻜ ْﻮﻧَ ﱠﻦ ِﻣﻤ
َ َو
“ Dan janganlah kamu menjadi orang yang tidak dapat mengambil menfaat dari nasehat kecuali
jika disakiti dengan keras, karena sesungguhnya orang yang berakal cukup dengan nasehat, dan
143
hanya binatng yang tidak dapat mengambil pelajaran kecuali dengan pukulan.”
Dengan demikian Ali juga tidak sependapat dengan cara pendidikan yang menggunakan
kekerasan secara pisik. Karena hal itu lebih tepat untuk diterapkan pada binatang bukan pada
manusia. Karena itu, nasehat yang baik memiliki peran yang penting dalam pendidikan.
Tentunya untuk memberi nasehat seorang pendidik harus melihat situasi dan kondisi anak didik.
Karena kondisi pisik atau mental yang sedang lelah sulit untuk menerima nasehat. Ali berkata :
142
Ibid, 125.
143
Ibid, 127.
َﻞ َﺷ ْﻬ َﻮﺗِ َﻬﺎ َواِ ْﻗﺒﺎَﻟِ َﻬﺎ َﻓﺎِ ﱠن ْاﻟ َﻘ ْﻠ َﺐ اِ َذا اَ ْﻛ َﺮ َه َﻋ ِﻤ َﻲ
ِ َﺎرا َﻓﺄﺗُ ْﻮ َﻫﺎ ِﻣ ْﻦ ِﻗﺒ ً اِ ﱠن ﻟِْﻠ ُﻘﻠُ ْﻮ ِب َﺷ ْﻬ َﻮ ًة َواِ ْﻗﺒ
ً َﺎﻻ َواِ ْدﺑ
ﻒ ْاﻟ ِﺤ ْﻜ َﻤ ِﺔ
َ َِان َﻓﺎ ْﺑﺘَ ُﻐ ْﻮا ﻟَ َﻬﺎ َﻃ َﺮاﺋ ُﻞ َﻛ َﻤﺎ ﺗَﻤ ﱠ
َ ْ ُﻞ
َ اﻻ ْﺑﺪ اِ ﱠن َﻫ ِﺬ ِه ْا ُﻟﻘﻠُ ْﻮ َب ﺗَﻤ ﱡ
“ Sesungguhnya hati ini merasa letih sebagai mana juga badan, maka carilah baginya
145
ucapan-ucapan yang indah”.
anak dalam keadaan siap dan senang untuk menerima pelajaran. Dalam penemuan sekarang
disebutkan bahwa belajar akan semakin efektif jika dilakukan dalam keadaan senang (fun).
3. Keteladanan
Alat pendidikan yang paling baik menurut Ali adalah keteladanan. Karena tanpa
keteladanan, pendidikan apapun akan kandas dan tidak akan membuahkan hasil. Keteladanan
harus lebih dahulu dilakukan sebelum memberi nasehat atau lainnya. Dalam hal ini Ali berkata :
ْ َ ْﺮﺗِ ِﻪ َﻗﺒ
َ َﻜ ْﻦ ﺗَ ْﺄ ِد ْﯾﺒُ ُﻪ ﺑِ ِﺴﯿ َ ﺼ َﺐ ﻟِﻨَ ْﻔ ِﺴ ِﻪ اِ َﻣﺎﻣًﺎ َﻓ ْﺎﻟﯿَ ْﺒﺪ َْأ ﺑِﺘَ ْﻌﻠِﯿْﻢ ﻧَ ْﻔ ِﺴ ِﻪ َﻗﺒ
ِ ْ ِْﻞ ﺗَﺄ ِدﯾْﺒِ ِﻪ ﺑِﻠِ َﺴﺎ ﻧِ ِﻪ َو ُﻣ َﻌﻠﱢ ُﻢ ﻧَ ْﻔ ِﺴ ِﻪ اَ َﺣ ﱡﻖ ﺑ
ﺎﻻ ْﺟ َﻼ ِل ِﻣ ْﻦ ُ ْﻞ ﺗَ ْﻌﻠِﯿْﻢ َﻏﯿْﺮ ِه َو ْﻟﯿ
ِ ِ ِ َ ََﻣ َﻦ ﻧ
ﱢ
ِ ُﻣ َﻌﻠ ِﻢ اﻟﻨﱠ
ﺎس َو ُﻣ َﺆ ﱢدﺑِ ِﻬ ْﻢ
144
Ibid, 168.
145
Ibid.
“Barang siapa yang menjadikan dirinya sebagai pemimpin maka hendaknya dia memulai dengan
mengajari dirinya sebelum mengajari orang lain. Dan hendaknya pendidikannya melalui
prilakunya sebelum dengan lidahnya dan pengajar dirinya lebih patut untuk dimuliakan dari pada
146
pengajar dan pendidik orang lain”.
Ali menganggap bahwa keteladanan adalah salah satu faktor keberhasilah pendidikan.
Jika seorang pendidik tidak mengamalkan ilmunya maka tidak akan ada anak didik yang
berusaha untuk belajar, memperbaiki diri dan meningkatkan kwalitas pribadinya. Karena itu
keteladan menurut Ali merupakan pilar agama dan dunia. Ali berkata kepada Jabir: Wahai Jabir,
pilar agama dan dunia ada 4; Seorang alim yang mengamalkan ilmunya, seorang bodoh yang
tidak malas untuk belajar, seorang dermawan yang tidak kikir dan seorang fakir miskin yang
tidak menjual akheratnya dengan dunianya. Maka jika seorang alim tidak mengamalkan ilmua
niscaya orang bodoh akan malas untuk belajar, jika orang kayanya kikir akan hartanya niscaya
147
orang miskinnya akan menjual akheratnya dengan dunianya”
َ ْ ارح َو
اﻻ ْرﻛﺎَ ِن ْ َ ُ َ َ ﻠﺴ ﻒ َﻋ َ ﱢ
َ ﺿ ُﻊ ْاﻟ ِﻌ ْﻠﻢ َﻣﺎ َو َﻗ
َ اَ ْو
ِ ِ ﺎن َوا ْرﻓ َﻌﻪ َﻣﺎ ﻇ َﻬ َﺮ ِﻓﻰ اﻟ َﺠ َﻮ
ِ َ ﻠﻰ اﻟ ِ
“ Ilmu yang paling rendah adalah ilmu yang terhenti hanya pada lidah dan yang paling tinggi
148
adalah ilmu yang tampak pada anggota tubuh”
Keteladanan meniscayakan seseorang untuk lebih banyak bekerja dari pada berbicara.
Karena sebelum berbicara dia harus sudah mengerjakannya terlebih dahulu sebelum orang lain.
146
Ibid, 156.
147
Ibid , 183.
148
Ibid, 158.
Ali sangat mengecam orang yang benyak bicara. Hal itu karena orang yang banyak bicara pasti
َ ﺎت َﻗ ْﻠﺒُ ُﻪ د
َﺧ َﻞ َ ﻼ ُﻣ ُﻪ َﻛﺜُ َﺮ َﺧ َﻄﺄُ ُه َو َﻣ ْﻦ َﻛﺜُ َﺮ َﺧ َﻄﺎ ُؤ ُه َﻗ ﱠﻞ َﺣﯿَﺎﺋُ ُﻪ َو َﻣ ْﻦ َﻗ ﱠﻞ َﺣﯿَﺎﺋُ ُﻪ َﻗ ﱠﻞ َو َر ُﻋ ُﻪ َو َﻣ ْﻦ َﻗ ﱠﻞ َو َر ُﻋ ُﻪ َﻣ
َ ﺎت َﻗ ْﻠﺒُ ُﻪ َو َﻣ ْﻦ َﻣ َ َو َﻣ ْﻦ َﻛﺜُ َﺮ َﻛ
َ اﻟﻨﱠ
ﺎر
“Barang siapa yang banyak bicara pasti banyak salahnya, barang siapa yang banyak salahnya
kurang malunya, barang siapa yang kurang malunya berarti kurang wara’nya, dan barang siapa
yang kurang wara’nya berarti mati hatinya dan barang siapa yang mati hatinya ia masuk neraka”.
149
Ali menganggap bahwa cerita merupakan salah satu alat pendidikan. Dengan cerita, anak
akan mendapatkan banyak penglaman dan pelajaran yang berharga. Disamping itu cerita akan
memberikan wawasan yang luas tentang kehidupan. Karenanya dalam wasiatnya kepada Hasan
Ali menegaskan akan pentingnya mempelajari sejarah orang-orang terdahulu baik tentang
. واﻋﺮض ﻋﻠﯿﻪ اﺧﺒﺎر اﻟﻤﺎﺿﯿﻦ وذﻛﺮه ﺑﻤﺎ اﺻﺎب ﻣﻦ ﻛﺎن ﻗﺒﻠﻚ ﻣﻦ اﻻوﻟﯿﻦ وﺳﺮ ﻓﻲ دﯾﺎرﻫﻢ ﻓﺎﻧﻈﺮ ﻓﯿﻤﺎ ﻓﻌﻠﻮا وﻋﻤﺎ اﻣﺘﻘﻠﻮا
“Dan perhatikanlah sejarah orang-orang terdahulu, ingatkanlah akan apa yang menimpa
orang-orang sebelum kamu, berjalanlah di rumah-rumah mereka dan lihatlah apa yang mereka
150
kerjakan dan dari apa mereka pindah ..”.
149
Ibid, 181.
150
Ibid, 125.
َ ﻻ ْﺧ ُﺬ ﺑِ َﻤﺎ َﻣ
ﻀﻰ َﻋﻠَْﯿ ِﻪ َ ﺿ ُﻪ اﷲُ َﻋﻠَﯿ
َ ْﻚ َوا َ ﻠﻰ َﻣﺎ َﻓ َﺮ
َ ﺎر َﻋ
ُﺼ َ ِاﻻ ْﻗﺘ
ِ ْ ﺻﯿﱠﺘِ ْﻲ ﺗَ ْﻘ َﻮى اﷲِ َو اﻋﻠَ ْﻢ ﯾَﺎ ﺑُﻨَ ﱠﻲ اَ ﱠن اَ َﺣ ﱠﺐ َﻣﺎ اَْﻧ َﺖ أَ َﺧ َﺬ ﺑِ ِﻪ اِ ﱠ
ِ ﻟﻲ ِﻣ ْﻦ َو ْ َو
“ Ketahuilah wahai anakku, bahwa yang paling aku cintai kamu ambil dari wasiatku adalah
takwa kepada Allah dan mengerjakan apa yang diwajibkan Allah kepadamu dan mengambil apa
yang dilakukan oleh orang-orang terdahuu dari ayah-ayahmu dan orang-orang sholeh dari
151
keluargamu....”
Dan ternyata akhir-akhir ini di temukan bahwa cerita merupakan salah satu alat
Selain dengan cerita Ali juga mengajarkan akan pentingnya tukar pikiran dan diskusi
dalam mendidik anak. Tentunya yang dimaksud dengan diskusi di sini adalah bukan hanya
sebatas diskusi ilmiyah namun berbagai permasalahan yang berhubungan dengan kepentingan
dalam kehidupannya, hendaknya sering dadakan sharing, tukar pikiran untuk mencari
penyelesaiannya. Bahkan dalam perkembangan ilmu pendidikan dewasa ini, anak harus
senantiasa dilatih untuk belajar memecahkan masalah (problem solving). Karena hal itu jelas
akan mengasah otaknya dan mencerdaskannya. Dalam hal ini Ali berkata :
151
Ibid.
“Perbanyaklah belajar kepada para ulama dan berdiskusi dengan orang-orang bijak”.
Namun demikian, diskusi harus dimaksudkan untuk mencari tambahan pengetahuan dan
informasi bukan untuk menguji atau menyombongkan diri. Ali sangat mengecam akan hal
“ Bertanyalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tapi jangan bertanya untuk mengetes
(menyombongkan diri), Karena orang bodoh yang belajar menyerupai seorang alim yang
terpelajar dan orang yang terpelajar yang suka mengetes (menyombongkan diri) menyerupai
152
orang bodoh yang sombong”.
Pergaulan merupakan salah satu alat pendidikan yang harus diatur dan disetting. Karena
pergaulan mempunyai pengaruh yang sangat dahsyat terhadap pendidikan anak. Jika anak
bergaul dengan teman-teman yang baik, niscaya ia akan menjadi baik. Tetapi sebaliknya, jika
anak bergaul dengan teman-teman yang jelek niscaya ia akan cepat terpengaruh mejadi anak
yang jelek. Dalam hal ini Ali mengingatkan kepad putranya Hasan dengan berkata :
152
Ibid, 179.
“ Wahai anakku, hati-hatilah kamu bergaul dengan orang yang dungu karena dia ingin
memanfaatkan kamu sehingga membahayakanmu, dan hati-hatilah kamu bergaul dengan orang
yang kikir, karena dai akan menduduki kamu saat kamu membutuhkan kepadanya, hati-hatilah
kamu bersahabat dengan orang yang fajir karena dia akan menjualmu dengan harga yang sangat
murah, dan hati-hatilah kamu bersahabat dengan orang yang pembohong, karena dia seperti
153
fatamorgana, mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat”.
“ Janganlah kamu bersahabat dengan orang yang dungu, karena dia menghiasi perbuatannya
154
dihadapanmu dan menginginkan agar kamu sepertidia”.
“ Hati-hatilah kamu dari pergaulan dengan orang-orang yang fasik, karena sesungguhnya
155
kejahatan akan selalu menempel pada kepada orang yang menyertainya”.
ﺎﺣﺒِ ِﻪ
ِ ﺼ ٌ ُﻌﺘَﺒ
َ َِﺮ ﺑ ْ ﺎﺣ َﺐ ﻣ ْﻞ َر ْأﯾً ًﻪ َوﯾُ ْﻨ ِﻜ ُﺮ َﻋ َﻤﻠُ ُﻪ َﻓﺎِ ﱠن ﱠ
ِ اﻟﺼ ُ َﺔ َﻣﻦ ﯾَ ِﻔﯿ
َ ﺎﺣﺒ َ اﺣ َﺬ ْر ﻣ
َ ُﺼ ْ َو
“ Hati-hatilah bersahabat dengan orang yang pikirannya negatif dan perbuatannya salah karena
156
seseorang tergantung dari sahabatnya” .
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa menurut Ali, pergaulan memiliki pengaruh
yang besar dalam pendidikan anak. Seorang anak akan dapat terpengaruh oleh kawannya sendiri.
153
Ibid, 153.
154
Ibid,177.
155
Ibid, 148.
156
Ibid, 148.
Jika dia mempunyai kawan yang jelek, fasik, kikir, dungu, selalu berpikir negatif, besar
kemungkinan dia akan terpengaruh dengan kawannya tersebut. Oleh karena itu seorang pendidik
atau orang tua hendaknya selalu mengawasi pergaulan dan persahabatan anak-anaknya, agar
Inilah yang dapat kami gali dari konsep pendidikan anak menurut Ali bin Abi Talib yang
BAB V: PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tua secara mutlak. Hal itu karena, hak anak
atas orang tuanya antara lain; memberi nama yang baik, memperbaiki akhlaknya dan
mengajarkannya Al-Qur’an.
2. Seorang anak ibarat tanah yang kosong yang subur, tanaman apapun yang disemainya pasti
akan tumbuh. Oleh karena itu pendidikan pertama yang harus diberikan kepada anak adalah
3. Tujuan pendidikan yang paling utama adalah untuk menggapai taqwa kepada Allah swt.
Karena hanya dengan takwa seseorang bisa mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di
akherat.
4. Pendidikan anak ada dua ; pertama, pendidikan terprogram yang diawali dengan pemilihan
pasangan yang benar, pendidikan pra natal, pendidikan pasca natal 7 tahun pertama, 7 tahun
kedua dan 7 tahun ketiga. Kedua pendidikan tidak terprogram yaitu pendidikan dengan
5. Metode pendidikan ada 5; melalui do’a, nasehat yang baik, keteladanan, cerita, diskusi dan
B. Saran-saran
1. Bagi para pemuda yang hendak mencari pasangan hidup, maka hendaknya selektif dalam
memilih isteri. Jangan memilih isteri hanya karena kecantikan, harta dan keluarganya, tapi
pilihlah karena ketakwaan, akhlak dan agamanya yang baik. Karena, isteri merupakan ibu dari
2. Bagi orang tua hendaknya mengajarkan akhlak dan budi pekerti serta agamanya terlebih
dahulu sebelum mengajari yang lainnya. Jadikan pendidikan al-qur’an merupakan prioritas
3. Bagi para orang tua hendaknya menjadi teladan bagi anak-anaknya, karena pendidikan yang
baik adalah melalui keteladanan. Anak lebih berkesan melihat prilaku orang tuanya
disbanding nasehatnya.
4. Bagi orang tua, hendaknya memilih sekolah yang selektif. Usahakan sekolah yang terdapat
pendidikan agamanya, sehingga jadi apapun anak itu dia tetap terkontrol oleh pendidikan
agamanya. Diharapkan, apabila dia menjadi pengusaha, maka akan menjadi pengusaha yang
Abduh Moh, Syarh Nahj al- Balaghah, Mesir, Mathba’ah al-Istiqamah, tanpa tahun.
Abu Ahmadi, Nur Uhbiati, Ilmu Pendidikan, J akarta, Rineke Cipta, 1991.
Agustian Ary Ginanjar, Emotional Spritual Quotient, Jakarta, Arga Wijaya Persada, 2001.
1381.
Al-Balagh, Amir al-Mu’minin Ali bin Abi Thalib, Teheran, Muassasah al-Balagh, 1980.
Al-Hadi Kasyif al-Ghita, Mustadrak Nahj al-Balaghah, Beirut, Maktabah al-Andalus, tt.
Al-Halabi, Insan al-Uyun fi sirat al-Amin wa al-Ma’mun, Mesir, Matbaat al-Mustafa, tt.
Al-Khalili Ja’far Jawad, Amir al-Mu’minin Ali bin Abi Talib, Beirut Al-Irsyad li
1412.
Al-Uzaizi Ali dan Rukes bin Zaid, Al-Imam Ali Asad al-Islam wa Qadisuhu, Najaf,
1391.
Azra Azyumardi, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
De Porter Bobbi & Reardon Mark, Quantum Teaching, terj. Ary Nilandari, Bandung,
Kaifa, 2002.
Gordak George, Suara Keadilan , Sosok Agung Ali bin Abi Thalib, Jakarta, Lentera, 1997.
Hidayanto Dwi Nugraha, Mengenal Manusia dan Pendidikan, Yogyakarta, Liberti, 1988.
Ibn Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, Beirut, Dar al-Fikr, tanpa tahun.
Ibn al-Maghazili, Manaqib Ali bin Abi Thalib, Teheran, al-Mathba’ah al-Islamiyah, 1394
Jalal abdul Fatah, Min Ushul al-Tarbiyat al-Islam, Kairo, Dar al-Kutub, 1977.
Muthahhari Murtadha, Karakter Agung Ali bin Abi Thalib, terj. Moh Hasyim, Jakarta,
Moh. Said, Mendidik dari Zaman ke Zaman, Bandung, Penerbit Jemars, 1987.
Moh. Taqi Falsafi, Anak antara Kekuatan Gen dan Pendidikan, terj. Najib Husein
Purwanto Ngalim, Ilmu Pendidikan, Teoritis dan Praktis, Bandung, Remaja Rosda Karya,
2003.
Salam Sholihin, Imam Ali Pejuang Kerakyatan, Jakarta Islamic Research Institute, 1980.
Reza Ali Sayyed, Puncak kefasihan Nahj al-Balaghah, terj. Moh Hasyim Assegaf,
Quthb Muhammad, Manhaj al-Tarbiyah al-Islamiyah, Mesir, Dar al-Qalam, tanpa tahun.
‘Ulwan Abdullah Naseh, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, Beirut, Dar al-Salam, tanpa tahun.
Van de Carr, Rene & Lehrer March, Cara Baru Mendidik Anak Sejak Kandungan, terj.