Anda di halaman 1dari 15

Fungsi dan Jenis – Jenis Supervisi

Tugas diajukan untuk memenuhi salah satu


syarat mendapatkan nilai pada mata kuliah

SUPERVISI PENDIDIKAN ISLAM

Dosen: Hasmirati, M.Ag.,Ph.D


Dr. Hj.Emi Ratna Dewi,M.Si
Dr. Muh.Al-Qadri Bunga,M.Pd

Disusun oleh:

JUHRIAH, S.Pd.I
(NIM. 21062052037)
HARINI,S.Pd.I
(NIM. 21062052051)

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah pelaku utama dalam dunia pendidikan. Semua unsur-unsur
pendidikan, manusialah yang menjalannya. Akan tetapi, tiada manusia di dunia
ini yang sempurna. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pendidikan yang
sebenarnya, tentu saja haruslah ada pihak yang mengawasi pelaksanaan
pendidikan tersebut. Jika pendidikan tersebut tidak diawasi, banyak personal-
personal yang menyalah gunakan wewenang dan kewajibannya. Karena tidak bisa
diungkiri pada dasarnya manusia memiliki rasa kurang cukup atas apa yang telah
didapatkannya. Manusia selalu ingin mendapatkan lebih baik lagi dari pada apa
yang ia dapatkan. Apabila keinginan ini tidak terkontrol maka timbullah tindakan-
tindakan yang tercela, seperti korupsi baik waktu maupun material.
Selain unsur manusia yang serba kekurangan, pendidikan juga harus
mengikuti perkembangan zaman. Dimana perkembangan zaman sekarangan ini
mengalami perkembangan yang sangat cepat. Semua hal yang tadinya mustahil
kini tidak mustahil lagi. Dalam hal ini, pendidikan juga harus mengikuti
perkembangan zaman. Baik materi yang disampaikan maupun strategi-strategi
bahkan metode-metode yang digunakan oleh para pendidik harus sesuai dengan
perkembangan zaman sekarang ini.
Agar para guru dapat memberikan materi dan metode yang sesuai dengan
perkembangan zaman, maka ia harus sering diberikan arahan-arahan yang baik
dan latihan-latihan.
Dari masalah-masalah diatas, timbullah pertanyaan dalam pemikiran
penulis diantaranya: Lantas siapakah yang berhak memberikan pengawasan
pendidikan tersebut? Siapakah yang diberi kewajiban dan wewenang untuk
memberikan bimbingan dan pelatihan kepada guru-guru sehingga guru dapat

2
memberikan pengajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman? Penulis akan
membahas masalah ini pada bab berikutnya

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat menarik rumusan masalah yang akan
dibahas menjadi pembahsan makalah ini yaitu mengenai Konsep Dasar Supervisi
Pendidikan yang mencakup :
1. Apa Fungsi Suervisi Pendidikan?
2. Apa Jenis-jenis Supervisi Pendidikan?

C. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum :
Tujuan pembuatan makalah ini pada umumnya adalah agar : Menambah
khazanah pengetahuan mengenai Supervisi
2. Tujuan Khusus
Makalah ini juga bertujuan secara khusus yaitu untuk memenuhi mata kuliah
ADM dan Supervisi

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fungsi Supervisi Pendidikan


Secara umum fungsi supervisi adalah perbaikan pengajaran. Berikut ini
berbagai pendapat tentang fungsi supervisi, di antaranya adalah:
a. Ayer, Fred E, menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program
pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.
b. Franseth Jane, menyatakan bahwa fungsi supervisi memberi bantuan
terhadap program pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga
kualitas kehidupan akan diperbaiki.
c. W.H. Burton dan Leo J. Bruckner menjelaskan bahwa fungsi utama dari
supervisi modern ialah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang
mempengaruhi hal belajar.
d. Kimball Wiles, mengatakan bahwa fungsi supervisi ialah memperbaiki
situasi belajar anak-anak.
Usaha perbaikan merupakan proses yang kontinyu sesuai dengan
perubahan masyarakat. Masyarakat selalu mengalami perubahan. Perubahan
masyarakat membawa pula konsekuensi dalam bidang pendidikan dan
pengajaran. Suatu penemuan baru mengakibatkan timbulnya dimensi-dimensi
dan persepektif baru dalam bidang ilmu pengetahuan.
Makin jauh pembahasan tentang supervisi makin nampak bahwa
kunci supervisi bukan hanya membicarakan perbaikan itu sendiri, melainkan
supervisi yang diberikan kepada guru-guru, menurut T.H. Briggs juga
merupakan alat untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan
pertumbuhan guru-guru.

4
Fungsi supervisi pendidikan dibedakan menjadi 2 (dua) bagian, yakni :
a. Fungsi utama, yang membantu sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan,
khususnya perkembangan individu para siswa.
b. Fungsi tambahan, yang membantu sekolah membina guru-guru agar dapat
bekerja dengan baik dan berkontak dengan masyarakat dalam rangka
penyesuaian diri dan penggalakan kemajuna masyarakat.
Dalam suatu analisa fungsi supervisi yang diberikan oleh Swearingen,
terdapat 8 fungsi supervisi, yakni:
a. Mengkoordinasi Semua Usaha Sekolah.
Koordinasi yang baik diperlukan terhadap semua usaha sekolah untuk
mengikuti perkembangan sekolah yang makin bertambah luas dan usaha-
usaha sekolah yang makin menyebar, diantaranya:
- Usaha tiap guru.
- Usaha-usaha sekolah.
- Usaha-usaha pertumbuhan jabatan.
b. Memperlengkapi Kepemimpinan Sekolah.
Yakni, melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki
ketrampilan dan kepemimpinan dalam kepemimpinan sekolah.
c. Memperluas Pengalaman.
Yakni, memberi pengalaman-pengalaman baru kepada anggota-anggota
staff sekolah, sehingga selalu anggota staff makin hari makin bertambah
pengalaman dalam hal mengajarnya.
d. Menstimulasi Usaha-Usaha yang Kreatif.
Yakni, kemampuan untuk menstimulir segala daya kreasi baik bagi anak-
anak, orang yang dipimpinnya dan bagi dirinya sendiri.
e. Memberikan Fasilitas dan Penilaian yang Kontinyu.
Penilaian terhadap setiap usaha dan program sekolah misalnya, memiliki
bahan-bahan pengajaran, buku-buku pengajaran, perpustakaan, cara
mengajar, kemajuan murid-muridnya harus bersifat menyeluruh dan
kontinyu.

5
f. Menganalisa Situasi Belajar
Situasi belajar merupakan situasi dimana semua faktor yang memberi
kemungkinan bagi guru dalam memberi pengalaman belajar kepada murid
untuk mencapai tujuan pendidikan.
g. Memberi Pengetahuan dan Ketrampilan pada Setiap Anggota Staf.
Supervisi berfungsi memberi stimulus dan membantu guru agar mereka
memperkembangkan pengetahuan dan ketrampilan dalam belajar.
h. Mengintegrasikan Tujuan dan Pembentukan Kemampuan.
Fungsi supervisi di sini adalah membantu setiap individu, maupun
kelompok agar sadar akan nilai-nilai yang akan dicapai itu, memungkinkan
penyadaran akan kemampuan diri sendiri.
Menurut Ametembun ada 4 (empat) fungsi supervisi pendidikan :
a. Penelitian
b. Penilaian
c. Perbaikan
d. Pembinaan
Fungís supervior (pengawas) oleh karenanya menjadi penting,
sebagaimana tertuang dalam Kepmen PAN Nomor 118/1996 yang
menyebutkan bahwa pengawas diberikan tanggung jawab dan wewenang
penuh untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan,
penilaian dan pembinaan teknis serta administratif pada satuan pendidikan.
Untuk kepentingan pembahasan lebih lanjut, fungsi yang bergayut dengan
supervisi klinis yaitu meningkatkan mutu proses belajar mengajar. Segi-segi
proses intruksional yang perlu mendapat perhatian supervisor, yaitu (Pidarta,
1986:24)

6
B. Jenis Supervisi Pendidikan
1. Jenis Supervisi Pendidikan
a. Supervisi Klinis (Clinical Supervision)
Kata “klinis” diadopsi dari cara pelayanan seorang dokter kepada
seorang pasien yang memeriksakan sakitnya. Istilah “klinis” dalam
supervisi ini sebagaimana telah disinggung di muka, memberikan unsur-
unsur khusus sebagai berikut :
1) Hubungan tatap muka antara supervisor dengan calon guru dalam
proses supervisi terjalin dengan baik
2) Hubungannya terpusat pada keinginan/kerisauan (concern) calon guru
yang berpusat pada tingkah laku aktual di kelas.
3) Observasi dilakukan secara langsung dan cermat.
4) Data observasi dideskripsi secara mendetail.
5) Analisis dan interpretasi observasi dilakukan secara bersama antara
supervisor dan calon guru.
6) Pemberian bimbigan oleh supervisor lebih bersifat pembinaan.
7) Berlangsung dalam suasana akrab (intim) dengan sikap saling terbuka
dari supervisor dan calon guru, tanpa kecurigaan dan tekanan.
Supervisi klinis merupakan pembinaan professional yang dilakukan secara
sistematik kepada calon guru sesuai dengan kebutuhan calon guru yang
bersangkutan dengan tujuan untuk membina ketrampilan mengajarnya.
Pembinaan itu diberikan dengan cara memungkinkan calon guru
menentukan sendiri cara-cara untuk memperbaiki kekurangannya sendiri.
Supervisi klinis lebih banyak dilakukan dalam latihan mengajar calon
guru, khususnya dalam pengajaran mikro (micro/peer teaching). Praktik
supervisi klinis merupakan perbaikan dari praktik kepembimbingan
mengajar yang lama, yang dilakukan setelah calon guru melaksanakan
latihan mengajar. Supervisi klinis tidak hanya dipakai dalam pendidikan
prajabatan atau pemberian pembinaan dalam jabatan, tetapi juga dapat

7
digunakan dalam memberikan vonis terhadap mahasiswa dalam ujian
skripsi ataupun tesis, agar tidak mendebarkan hati mahasiswa yang sedang
diuji.
Berikut adalah pendapat dari para ahli :
1) R. Weller mengutarakan bahwa “Supervisi Klinis” adalah bentuk
supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui
suatu siklus yang sistematik dalam perencanaa, pengamatan serta
analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang
nyata serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang
rasional.
2) K.A. Achenson & M.D. Gall (1980 : 25) mengemukakan bahwa
“Supervisi Klinis” adalah suatu model supervisi yang mengandung 3
(tiga) fase, yakni pertemuan perencanaan, observasi kelas dan
pertemaun balikan.

Dengan demikian, supervisi klinis adalah suatu proses kepemimpinan


dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional
calon guru khususnya dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi
dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk
perubahan tingkah laku mengajar tertentu.
b. Validasi Teman Sebaya (Peer Validation)
Validasi adalah suatu istilah yang hampir sama dengan penilaian atau
evaluasi. Apabila penilaian merupakan suatu pengukuran, maka validasi
adalah suatu kegiatan penilaian secara terus menerus yang mengarah pada
pencapaian suatu standar. Istilah validasi digunakan dalam hubungannya
dengan penilaian yang dilakukan terhadap lembaga pendidikan, bukan
terhadap peserta didik.
Agar tujuan peningkatan lembaga dapat tercapai, maka VTS diharapkan
dapat memenuhinya, karena :

8
1) Setiap personel lembaga terlibat dalam kegiatan evaluasi terhadap
dirinya sendiri (internal evaluation)
2) Setiap personel lembaga akan sadar untuk menjaga serta
meningkatkan mutu lembaganya sendiri.
3) Dalam VTS dihasilkan avaluasi data yang sebenarnya dan lengkap.
4) Validator (pengamat dan penilai) yang dating dari lembaga lain
sebagai teman sejawat dari personel lembaga yang dinilai (akan)
memperoleh pengalaman dan pandangan tentang isi lembaga lain (2X
change ideas)

Komponen dalam VTS terdiri dari 2 (dua) komponen utama, yaitu


komponen pelaksana dan komponen instrumen.
1. Komponen Pelaksana (terdiri dari tiga tim)
a) Fasilitator, terdiri atas Pembina dan Pelaksana
Fasilitator adalah panitia penyelenggara demi terjadinya VTS
b) Penulis Profil Lembaga, terdiri dari sejumlah staf pengajar/karyawan
lembaga yang divalidasi (banyaknya tergantung kebutuhan/tugas)
c) Validator, terdiri atas beberapa orang yang pemilihannya antara lain :
 Jumlah anggota tim ditentukan berdasarkan beban tugas
 Anggota tim memiliki keahlian sesuai bidang yang akan divalidasi
 Memiliki kemampuan untuk melakukan VTS
 Anggota tim berasal dari berbagai kalangan teman sejawat
2. Komponen Instrumen (ada tiga buah instrument penting)
a.Profil Lembaga, meliputi 6 (enam) komponen antara lain :
 Pengelolaan
 Kurikulum
 Guru
 Peserta didik
 Sarana dan Prasarana
 Evaluasi

9
b. Standar Lembaga
Kondisi yang ideal, antara lain :
 Keadaan atau kondisinya baik (sarana dan prasarana)
 Berdaya guna dan berhasil guna yang tinggi dalam Proses
Pendidikan dan Pengajaran
 Menghasilkan lulusan (output) tenaga-tenaga professional yang
bermutu.
c.Pedoman Penggunaan Standar Lembaga
Salah satu langkah dalam kegitan VTS yang penting dijalankan oleh
Tim Validator adalah mencari dan mengumpulkan informasi/data
tentang komponen-komponen lembaga, selanjutnya dibandingkan
dengan isi standar . untuk membantu memudahkan validator diberi
petunjuk tentang : indikator, sumber-sumber informasi, teknik, tolak
ukur penilaian.
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan ini ketiga komponen Pelaksanaan VTS
melakukan kegiatan sebagai berikut :
a. Penulisan Profil Lembaga
b. Penujukkan Tim Validator
c. Pertemaun Tim Validator
2. Tahap Pelaksanaan
a. Rapat Pendahuluan
b. Mengumpulakn Informasi/Data
c. Menelaah Informasi/Data
d. Penyusunan Laporan
e. Penyampaian Rekomendasi
3. Penyerahan Laporan
Bila tim validator telah menyampaikan rekomendasinya kepada
lembaga yang divalidasi, maka selesailah seluruh kegitan VTS.

10
b. Supervisi umum dan pengajaran

Supervise umum adalah kegiatan yang dilakukan terhadap kegiatan atau pekerjaan
yang secara tidak langsung berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran seperti
supervise terhadap kegiatan penglolaan bangunan dan pelengkapan sekolah atau
kantor-kantor pendidikan , supervise terhadap kegiatan pengelolaan administrasi
kantor, keuangan atau kantor pendidikan.
Supervise pengajaran adalah kegiatan adalah kegiatan pengawasan yang ditujkan
untuk memperbaiki kondisi –kondisi baik personel maupun material yang
memungkinkan terciptanya situasi belajar mengjar yang lebih baik demi tercapainya
tujuan pendidikan. Dengan demikian , uraian diatas tentang pengertian supervise
beserta defenisinya dapat digolongkan kedalam supervise pengajaran.

c. Pengawasan Melekat dan fungsional.

Pengawasan melekat adalah pengawasan yang memang sudah melekat dan menjadi
tugas tanggung jawab semua pimpinan. Oleh karena itu, setiap pemimpin adalah juga
sebagai pengawas , maka pengawasan yang dilakukan itu disebut pengawasan
melekat. Dengan pengawasan melekat yang efektif dan efisien dapat mencegah sedini
mungkin terjadinya pemborosan , kebocoran dan penyimpangan dalam penggunaan
wewenang, tenaga,uang, dan perlengkapan milik Negara sehingga dapat terbina
aparat pendidikan yang tertip, bersih dan berdaya guna. Tujuan pengawasan melekat
adalah untuk mengetahui apakah pimpinan unit kerja dapat menjalankan fungsi
pengawasan yang melekat padanya dengan baik sehingga bila ada penyelewengan,
[pembororsan dan korupsi pimpinan unit kerja dapat mengambil tindakan koreksi
sedini mungkin .

Pengawasan Fungsional adalah kegiatan –kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh


orang-orng yang fungsi jabatnnya sebagai pengawas . sebagai contoh konkrit
pengawasan fungsional dapat dilihat dalam stuktur organisasi departemen P dan K
dalam struktur tesebut khususnya dilingkungan inspektorat jendral terdapat delapan
inspektorat yang masing-masing dipimpin oleh inspektur. Khusus menganai kepala
sekolah, mempunyai dua fungsi kepengawasan sekaligus , yaitu pengawasan melekat
dan pengawasan fungsional.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demikianlah uraian mengenai supervisi akademik, antara konsep teoritik dan
kenyataannya. Pelaksanaan supervisi pengajaran di lapangan, kenyataannya masih
jauh dari konsep teoritik yang dikembangkan di jurusan/program manajemen
pendidikan. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, diperlukan sosialisasi dan
“tekanan” dari pihak-pihak yang komit terhadap kualitas pendidikan kepada para
pengambil kebijakan dan pengelola pendidikan. Hal ini secara bersama-sama harus
dilakukan dengan pengembangan budaya mutu dalam pendidikan, yang intinya
terletak pada kualitas proses pembelajaran di dalam kelas.

B. Saran-saran
Berangkat dari kenyataan dan kendala pelaksanaan supervisi di Indonesia,
maka untuk menuju pada supervisi yang ideal diperlukan langkah-langkah antara
lain:
1. Menegaskan, dan apabila diperlukan memisahkan jabatan supervisor dengan
jabatan pengawas dalam struktur birokrasi pendidikan di Indonesia. Dalam hal
ini, terdapat dua pilihan, yaitu mengarahkan jabatan pengawas agar
terartikulasi pada peran dan tugas sebagai supervisor, atau mengangkat
supervisor secara khusus dan tetap membiarkan jabatan pengawas
melaksanakan fungsi pengawasan.
2. Memperbaiki pola pendidikan prajabatan maupun inservice rekrutmen,
seleksi, penugasan, serta penilaian dan promosi jabatan supervisor/pengawas.
3. Dalam konteks otonomi daerah, jabatan supervisor dapat diangkat sesuai
dengan kebutuhan masing-masing daerah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal & Elham Rohmanto. 2007. Membangun Profesionalisme Guru dan
Pengawas Sekolah. Bandung: CV. Yrama Widya.
Bafadal, Ibrahim. 1992. Supervisi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Burhanuddin, dkk. 2007. Supervisi Pendidikan dan Pengajaran: Konsep,
Pendekatan, dan Penerapan Pembinaan Profesional. Malang: Rosindo. Edisi
Revisi.
Burhanuddin, H. dkk (ed.). 2003. Manajemen Pendidikan: Analisis Substantif dan
Aplikasinya dalam Institusi Pendidikan. Malang: UM Press.
Dharma, Surya. Peran dan Fungsi Pengawas Sekolah/ Madrasah. Dalam Jurnal
Tenaga Kependidikan Volume 3, No. 1, April 2008.
Ekosusilo, Madyo. 1998. Supervisi Pengajaran dalam Latar Budaya Jawa.
Sukoharjo: Univet Bantara Press.

13
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


DAFATR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Makalah.................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Fungsi Supervisi Pendidikan................................................................ 3
B. Jenis-jenis Supervisi Pendidikan.......................................................... 4

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................... 19
B. Kritik dan Saran ................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... iii

14
15

Anda mungkin juga menyukai