Supervisi merupakan serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk
layanan profesional yang diberikan oleh supervisor guna meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran (Muslim, 2008). Dengan supervisi diharapkan guru memiliki kemampuan dan dapat
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas.. Pelaksanaan supervisi klinis
bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran di kelas.
Supervisi klinis dapat diartikan proses pertemuan tatap muka antara supervisor dan guru,
membahas tentang hal mengajar di dalam kelas guna perbaikan pembelajaran dan pengembangan
profesi dengan cara kolegial atau kesejawatan antara supervisor dan guru (Sergiovanni, 1979 dalam
Imron, 2011). Menurut Cogan (dalam Sagala, 2012), bahwa supervisi klinis sebagai upaya yang
dirancang secara rasional dan praktis untuk memperbaiki performansi guru di kelas dengan tujuan
untuk mengembangkan profesional guru dan perbaikan pengajaran. Jadi, supervisi klinis dirancang
untuk memperbaiki dan mengembangkan pengajaran melalui pengembangan profesional guru.
Pada konsepnya supervisi klinis dianalogikan dengan seorang pasien yang sakit dan
menginginkan kesembuhan dari penyakitnya, lalu ia datang ke dokter untuk diobati (Prasojo dan
Sudiyono, 2011). Begitu juga seorang guru, memiliki kesadaran akan masalah yang dihadapi dalam
tugasnya dan meminta kepala sekolah (supervisor) untuk membantunya. Oleh karena itu, supervisi
klinis berbeda dengan supervisi akademik. Perbedaannya adalah supervisi akademik dilakukan
dengan inisiatif supervisor, sedangkan supervisi klinis inisiatif awal datangnya dari kesadaran guru
Menurut Imron (2011), asumsi pendekatan supervisi klinis adalah bahwa para guru dalam proses
pembelajaran, berdasarkan atas hasil riset, lebih suka dikembangkan melalui supervisi klinis yang
bersifat kolegial dibandingkan dengan supervisi yang lain, apalagi dengan cara-cara yang otoriter.
Dalam supervisi klinis lebih banyak muatan kolegial sehingga dapat dijadikan suatu pendekatan yang
lebih efektif digunakan.
Ciri – ciri pelaksanaan supervisi klinis yang baik adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan supervisor pengajaran kepada guru bersifat hubungan pembantuan, bukan hubungan
perintah atau instruksi.
2. Kesepakatan antara guru dan supervisor tentang apa yang dikaji dan jenis keterampilan yang
paling penting merupakan hasil diskusi bersama.
3. Instrumen supervisi klinis dikembangkan dan disepakati bersama antara guru dan supervisor.
4. Guru melakukan persiapan dengan mengidentifikasi aspek kelemahan – kelemahan yang
dipandang perlu diperbaiki.
5. Pelaksanaan supervisi klinis selayaknya teknik observasi kelas.
6. Umpan balik atau balikan diberikan dengan segera dan bersifat obyektif.
7. Guru hendaknya dapat menganalisis penampilannya.
8. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah atau mengarahkan
guru.
9. Supervisor dan guru berada atau menciptakan kondisi dalam keadaan atau suasana akrab dan
terbuka.
10. Supervisor dapat digunakan untuk membentuk atau peningkatan dan perbaikan keterampilan
pembelajaran.
Dari ciri-ciri tersebut, dapat diketahui dan dibedakan antara supervisi
pengajaran dan supervisi klinis. Supervisi pengajaran lebih menekankan pada
pengawasan dari supervisor terhadap guru-guru tentang pengelolaan pembelajaran
yang dikelolanya. Sedangkan supervisi klinis lebih menekankan pada inisiatif guru
untuk menyampaikan problem-problem pengajaran yang dihadapinya untuk
disampaikan kepada supervisor, dan selanjutnya dicarikan solusi terbaiknya.
Persamaannya adalah bahwa baik dalam supervisi pengajaran maupun dalam
supervisi klinis dituntut adanya kooperasi atau kerja sama yang harmonis antara
supervisor dengan guru itu sendiri, guru tidak boleh masa bodoh.