Anda di halaman 1dari 8

RESUME ADMINISTRASI DAN SUPERVISI PENDIDIKAN

PENDEKATAN SUPERVISI PENDIDIKAN

OLEH:

PUTRI RAHMADHANI 19031100

DOSEN PENGAMPU :
Dr. JASRIAL M.Pd

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2020
1. Pendekatan Klinis
Pendekatan klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan
pembelajaran dengan tahapan atau siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan serta
analisis yang logis dan intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata dalam mengadakan
perubahan dengan cara yang rasional. Ada beberapa tahapan perencanaan supervisi klinis :
a. Tahap pertemuan awal, merupakan pembuatan kerangka kerja, karena itu perlu
diciptakan suasana akrab dan terbuka antara supervisor dengan guru sehingga guru
merasa percaya diri dan memahami tujuan diadakan pendekatan klinis;
b. Tahap obsevasi kelas, guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai pedoman
dan prosedur yang disepakati pada tahap awal. Selanjutnya supervisor melakukan
observasi berdasarkan instrumen yang telah dibuat dan disepakati dengan guru. Setelah
observasi, sepervisor mengumpulkan informasi untuk membantu guru dalam
menganalisis pembelajaran;
c. Tahap pertemuan akhir atau balikan, supervisor mengevaluasi hal-hal yang terjadi
selama observasi dan seluruh siklus proses supevisi dengan tujuan meningkatkan
perfomansi guru. Pertemuan akhir ini merupakan diskusi umpan balik antara suprvisor
dan guru. Supervisor memaparkan data objektif sehingga guru dapat mengetahui
kekurangan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung. Dasar dari balikan terhadap
guru adalah kesepakatan tentang item-ite observasi yang telah dibuat sehingga guru
menyadari tingkat prestasi yang dicapai.
Ada beberap ciri-ciri dari supervisi klinis adalah :
1) Hakikatnya supervisor dan guru sederajat dan saling membantu meningkatkan
kemampuan profesionalism
2) Fokus supervisi klinis pada perbaikan cara mengajar, bukan mengubah
kepribadian guru
3) Balikan supervisi klinis didasarkan atas bukti pemgamatan
4) Bersifat konstruktif dan memberi penguatan pada pola dan tingkah laku yang
telah dicapai
5) Tahapan supervisi klinis merupakan kontinuitas dan dibangun atas pengalaman
masa lampau
6) Supervisi klinis merupakan proses memberi dan menerima yang dinamis
7) Guru mempunya kebebasan dan tanggung jawb untuk mengemukakan persoalan
menganalisis cara mengajarnya sendiri dan mengembangkannya
8) Supervisor mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk menganalisis dan
mengevaluasi cara melakukan supervisi
9) Guru mempunyai prakarsa dan tanggungjawab dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik
10) Supervisor dan guru bersifat terbukadalam mengumpulkan pendapat dan saling
menghargai.
2. Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik timbul dari keyakinan bahwa guru tidak dapat diperlakukan
sebagai sebagai alat semata- mata untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Guru bukan
masukan mekanistik dalam proses pembinaan, dan tidak sama dengan masukan sistem lain yang
bersifat kebendaan. Dalam proses pembinaan, guru mengalami perkembangan secara terus
menerus, dan program supervisi harus dirancang untuk mengikuti pola perkembangan itu.
Belajar harus dilakukan melalui pemahaman tentang pengalaman nyata yang diambil secara rill.
Teknik supervisi yang digunakan oleh para supervisor yang menggunakan humanistik tidak
mempunyai format yang standar, tetapi tergantung pada kebutuhan guru. Mungkin ia hanya
melakukan observai tanpa melakukan analisis dan interpretasi, mungkin ia hanya mendengar
tanpa membuat observasi atau mengatur penataan dengan atau tanpa memberi sumber dan bahan
belajar yang diminta guru. Jika tahapan supervisi dibagi menjadi tiga bagian (pembicaraan awal),
observasi,analisis ,dan interpretasi serta (pembicaraan akhir), maka supervisi dilakukan sebagai
berikut :
a. Pembicaraan awal.
Dalam pembicaraan awal, supervisor memancing apakah dalam mengajar guru menemui
kesulitan. Pembicaraan ini dilakukan secara informal. Jika dalam pembicaraan ini guru tidak
minta dibantu, maka proses supervisi akan berhenti. Ini disebut dengan titik lanjutan atau
berhenti (go – or – no- point)
b. Observasi.
Jika guru perlu bantuan, supervisor mengadakan observasi kelas. Dalam observasi kelas,
supervisor masuk kelas dan duduk dibelakang tanpa mengambil catatan. Ia mengamati kegiatan
kelas.
c. Analisis dan interpretasi.
Sesudah melakukan observasi, supervisor kembali kekantor memikirkan kemungkinan
kekeliruan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Jika menurut supervisor, guru
telah menemukan jawaban maka supervior tidak akan memberikan nasihat kalau tidak diminta.
Apabila diminta nasehat oleh guru, supervisor hanya melukiskan keadaan kelas tanpa
memberikan penilaian. Kemudian menanyakan apakah yang dapat dilakukan oleh guru tersebut
untuk memperbaiki situasi itu. Kalau diminta sarannya supervisor akan memberikan kesempatan
kepada guru untuk mencoba cara lain yang kireanya tepat dalam upaya mengawasi kesulitannya.
d. Pembicaraan akhir.
Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode ini guru dan supervisor mengadakan
pembicaraan akhir. Dalam pembicaraan akhir ini, supervisor berusaha membicarakan apa yang
sudah dicapai guru, dan menjawab kalau ada pertanyaan dan menanyakan kalau – kalau guru
perlu bantuan lagi.
e. Laporan.
Laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi berdasarkan judgment
supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah atau atas kepala sekolah (kakandep),
untuk bahan perbaikan selanjutnya
3. Pendekatan Kompetensi
Pendekatan ini mempunyai makna bahwa guru harus mempunyai kompetensi tertentu
untuk melaksanakan tugasnya. Pendekatan kompetensi di dasarkan atas asumsi bahwa tujuan
supervisi adalah membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Guru tidak
memenuhi kompetensi itu dianggap tidak akan produktif. Tugas supervisor adalah menciptakan
lingkungan yang sangat terstruktur sehingga secara bertahap guru dapat menguasai kompetensi
yang dituntut dalam mengajar. Situasi yang terstruktur ini antara lain meliputi adanya: (1)
definisi tentang tujuan kegiatan supervisi yang dilaksanakan untuk tiap kegiatan , (2) penilaian
kemampuan mual guru dengan segala pirantinya, (3) program supervisi yang dilakukan dengan
segala rencana terinci dengan pelaksanaannya dan (4) monitoring kemajuan guru dan penilaian
untuk mengetahui apakah program itu berhasil atau tidak.
Teknik supervisi yang menggunakan pendekatan kompetensi adalah sebagai berikut :
1) Menetapkan kriteria unjuk kerja yang dikendaki. Misalnya kompetensi untuk
mengajarkan sejarah dapat diuraikan kedalam kompetensi yang lebih rinci seperti
kompetensi dalam membuat persiapan mengajar dengan memakai lebih dari satu sumber
keterampilan mengelola kelas dimana digunakan metode diskusi atau keterampilan
evaluasi tentang reaksi siswa dalam belajar sejarah dan sebagainya.
2) Pengetahuan ini dipakai untuk menentukan target supervisi yang akan datang.
3) Menetapkan target unjuk kerja. Dari komponen dan analisis kemampuan,
supervisor dan guru menentukan target yang akan dicapai.
4) Menentukan aktifitas unjuk kerja. Misalnya, apabila tujuan supervisi itu adalah
untuk mengubah aspek prilaku guru, maka harus dinyatakan secara jelas perubahan apa
yang dikehendakinya dan kegiatan apa yang digunakan untuk mencapai perubahan itu.
Dalam kegiatan ini, harus jelas jenis, jadwal, dan sumber yang perlu digunakan.
5) Memonitor kegiatan untuk mengetahui unjuk kerja. Dalam memonitoring ini
supervisor mengumpulan dan mengelola data menjadi informasi tentang seberapa jauh
pencapaian target yang telah disetujui.
6) Melakukan penilaian terhadap hasil monitoring. Menilai berarti manafsirkan
informasi yang telah diperoleh untuk menetapkan sampai dimana target yang telah
ditetapkan tercapai. Dalam hal ini perlu dilakukan penilaian diri sendiri oleh guru dan
kemudian dibandingkan dengan penilaian supervisor terhadap unjuk kerja guru.
7) Pembicaraan akhir. Pembicaraan ini menyangkut diskusi secara intensif tentang
pencapaian target, supervisor harus memusatkan perhatiannya untuk membantu guru
melihat secara positif hasil penilaian itu. Dalam pembicaraan akhir ini harus dirumuskan
tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk meningkatkan unjuk kerja yang menjadi
tanggung jawab guru.
Instrumen supervisi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah format – format yang
berisi : (1) tujuan supervisi (2) target yang akan dicapai (3) tugas supervisor dan guru untuk
memperbaiki unjuk kerja guru (4) kriteria pencapaian target (5) pengumpulan data monitoring
(6) evaluasi dan tindak lanjut .
Analisis dilakukan secara bersama – sama (kolaboratif) antara supervisor dan guru,
sehingga dicapai kesepakatan tentang status kompetensi guru setelah pelaksanaan supervisi.
Kesepakatan inbi dilakukan melalui pembicaraan akhir.

4. Pendekatan Profesional
Menunjuk pada fungsi utama guru yang melaksanakan pengajaran secara profesional.
Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa karena tugas utama profesi guru itu adalah mengajar
maka sasaran supervisi juga harus mengarahkan pada hal – hal yang menyangkut tugas mengajar
itu, dan bukan tugas guru yang bersifat administratif.
Di bawah ini dikemukakan teknik supervisi profesional sebagai berikut ini :
a. Penataran yang diberikan kepada guru harus diberikan bersama dengan kepala
sekolah (dan pengawas). Sekolah yang diberi penataran langsung disebut sekolah inti,
dan sekolah yang mendapat penataran dari sekolah inti disebut sekolah imbas.
Isi penataran bersama ini meliputi :
1) Metode umum tentang pemanfaatan waktu belajar, perbedaan individual siswa,
belajar aktif, belajar kelompok, teknik bertanya dan umpan balik
2) Metode khusus IPA,matematika, IPS, dan bahasa
3) Pengalaman lapangan para petatar dalam menerapkan metode umum dan metode
khusus serta pembinaan profesional.
b. Penggugusan merupakan teknik pembinaan di dalam masing – masing sekolah
maupun di dalam kelompok sekolah yang berdekatan.
KKG, KKKS, KKPS, dan PKG dipergunakan sebagai wadah pengorganisasian dan
pembinaan guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah unttuk melakukan kegiatan peningkatan
kualitas pengajaran. KKG singkatan dari Kelompok Kerja Guru , berfungsi sebagai wadah untuk
melakukan berbagai kegiatan penunjang , kegiatan belajar mengajar, antara lain merencanakan
strategi belajar mengajar, membuat alat pengajaran, membuat lembar kerja/lembar tugas, dan
mendiskusikan masalah – masalah yang dijumpai di kelas masing – masing guru. KKKS
singkatan dari Kelompok Kerja Kepala Sekolah, berfungsi sebagai wadah koordinasi dalam
upaya pembinaan mata pelajaran, proses belajar mengajar, dan hal – hal lain yang berkenaan
dengan pengelolaan sekolah umumnya dan pembinaan profesional khususnya. KKPS singkatan
dari Kelompok Kerja Pengawas Sekolah, berfungsi sebagai wadah diskusi, tukar menukar
informasi dan pengalaman, mencari dan menemukan alternatif penyelesaian masalah yang
dijumpai di sekolah, serta menetapkan keseragaman tindakan dalam pembinan. PKG singkatan
dari Pusat Kegiatan Guru. Jika KKG, KKKS, dan KKPS menunjukan pada kegiatan maka PKG
merupakan tempat berlangsungnya KKG, KKKS, Maupun KKPS.
5. Penerapan Masing-Masing Pendekatan Supervisi Tersebut dalam
Meningkatkan Kemampuan Mengajar Guru
Implementasi supervisi disekolah sebagaimana menurut (Lazwardi, 2016) banyak terjadi
keragaman dalam memahami dan melaksanakan supervisi. Hal ini terjadi karena diakibatkan
oleh perbedaan latar belakang pendidikan dan tingkat jabatan, perbedaan dalam orientasi
profesional,perbedaan dalam tujuan dan keterampilan menganalisa, perbedaan dalam kesangupan
jasmani danvitalitas hidup, perbedaan dalam kualifikasi kemampuan untuk memimpin dan
berdiri untuk dipimpin,perbedaan dalam kondisi psikologis, perbedaan dalam pengalaman
belajar mengajar, serta perbedaandalam kesanggupan dan sikap profesional. Perbedaan tersebut
seharusnya tidak menjadi penghambatdalam pencapaian tujuan supervisi profesional. Sikap
supervisor yang memaksakan kehendak, menekan guru, yang melumpuhkan kreatifitas anggota
staf perlu diubah. Sikap korektif yang mencari-cari kesalahan harus diganti dengan sikap kreatif
dimana setiap orang mau dan mampu menumbuh kembangkan kreatifitasnya untuk perbaikan
pengajaran. Penilaian pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan
salah satu cara untuk mengetahui kelemahan pelaksanaan pembinaan maupun faktor yang
memberinya harapan dalam kemudahan pelaksanan supervisi.
Implementasi disekolah supervisi masih sering menemui kendala diantaranya pengadaan
calon supervisor yang kurang tepat. Kepala sekolah adalah pejabat supervisor di lingkungan
sekolah masing-masing. Berarti pengadaan kepala sekolah juga berarti pengadaan supervisor.
Cara terbaik dalam pengadaan calon kepala sekolah atau supervisor pada orang-orang yang
sudah berpengalaman menjadi guru dan memiliki keahlian sebagai sebagai kepala sekolah atau
supervisor. Supervisi memerlukan kerativitas tinggi dari pada supervisor untuk mencari solusi
dari problem yang ada di lapangan. Supervisor harus jeli membaca masalah, menganalisi,
menguraikan faktor penyebab dan hal-hal terkait dengannya, menyuguhkan secara menyeluruh
problem yang dihadapi dan langkah yang harus diambil sebagai solusi efektif. Belum banyak
supervisor yang memiliki kreativitas tinggi dalam memecahkan masalah. Disinilah pentingnya
supervisor meningkatkan kompetensi secara maksimal, sehingga ia mampu mengembangkan
gaya berpikir yang kreatif, kritis, inovatif dan produktif. Fasilitas sekolah merupakan sarana vital
bagi realisasi tujuan yang direncanakan. Laboratorium komputer, bahasa, fisika,biologi danlain-
lain sangat membantu guru dalam mempercapat pemahaman danmelahirkan skil berharga bagi
peserta didik. Fasilitas yang lengkap identik dengan sekolah maju,kuat pendanaan atau sekolah
negeri yang dijamin oleh pemerintah. Rendahnya kualitas lembaga pendidikan akan berdampak
pada kualitas guru dan kualitas guru yang berada dibawah standar akan membawa pengaruh
besar pada peserta dedik. Supervisor yang berkualitas adalah supervisor yang dapat memberikan
bantuan kepada guru ke arah usaha pemecahan masalah dan perbaikan kualitas proses
pembelajaran secara sistematis, berkelanjutan dan komprehensif. (Lazwardi, 2016).

Anda mungkin juga menyukai