Anda di halaman 1dari 10

Didaktika, Vol.2 No.

2 Maret 2008: 278-285

PENGEMBANGAN SUPERVISI KLINIS UNTUK


MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR
MENGAJAR GURU

Dwi Iriyani∗ )

Abstrak
Penelitian ini bertujuan : (1) mengetahui perkembangan pemahaman kepala
sekolah tentang teknik supervisi klinis, (2) mengembangkan teknik supervisi
klinis, (3) mengembangkan keterampilan dasar mengajar, dan (4) mengetahui
perkembangan persepsi guru terhadap supervisi klinis. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian pengembangan.
Subyek penelitian terdiri dari kepala sekolah dan tiga guru yang keterampilan
dasar mengajarnya lemah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada studi
awal pemahaman kepala sekolah terhadap supervisi klinis kurang baik,
setelah penelitian berkembang menjadi sangat baik dan mampu
melaksanakan supervisi klinis secara tepat, sehingga kesulitan dalam
menggunakan keterampilan dasar mengajar dapat diperbaiki.

Abstract
The purpose of research are : (1) to develop the headmaster understanding of
technique clinical supervision, (2) to develop technique clinical supervision, (3)
to develop basic teaching skill and (4) to know the development of teacher
perception toward clinical supervision. This research used qualitative
approach with developing. The subjects of these research comprises a
headmaster and three teachers who have weak basic teaching skill. The result
of this research shows at the beginning understanding of the headmaster
wasn’t good and never do clinical supervision, after research developed
became very well and could do clinical supervision correctly, so difficulties in
using basic teaching skill could be corrected.

Pendahuluan Berkaitan dengan pelaksanaan tugas


Salah satu komponen yang profesi, guru harus dapat mengelola proses
memegang peran strategis dalam pembelajaran yang aktif, kreatif dan
penyelenggaraan pendidikan adalah guru, menyenangkan. Untuk itu disamping harus
karena guru merupakan unsur manusiawi menguasai bahan, guru juga harus
yang langsung berinteraksi dengan siswa menguasai keterampilan dasar mengajar
dalam proses pembelajaran. Setiap ada sehingga dapat menjalankan perannya
inovasi pendidikan, khususnya kurikulum secara optimal. Seperti dikemukakan
dan peningkatan sumber daya manusia yang Underwood (1987) bahwa penguasaan
dihasilkan dari upaya pendidikan selalu keterampilan dasar mengajar yang baik
bermuara pada faktor guru (Syah, 1995). akan sangat mempengaruhi perilaku siswa

∗)
dosen FMIPA Universitas Terbuka di UPBJJ-UT Surabaya. Magister Pendidikan.

278
Pengembangan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Mengajar Guru (Dwi Iriyani)

dalam belajar. Keterampilan dasar Supervisi Klinis


mengajar adalah suatu perbuatan yang Supervisi klinis mulai
kompleks, dalam arti penggunaan secara dikembangkan pada akhir dasa warsa lima
integratif sejumlah komponen yang puluhan dan awal enam puluhan oleh
terkandung dalam perbuatan mengajar Morris L. Cogan, Robert Goldhammer, dan
untuk menyampaikan pesan pengajaran. Richard Weller di Harvard School of
Beberapa kenyataan di lapangan Education. Model supervisi klinis lebih
menunjukkan, ada guru-guru yang menekankan pada hubungan tatap muka
mengalami kesulitan dalam antara supervisor dengan guru serta
menerapkannya, hal ini terjadi karena tidak terpusat pada perilaku aktual guru dalam
semua guru yang dididik di lembaga mengajar. Acheson dan Gall ( 1980 )
pendidikan dapat terlatih dengan baik. memberikan istilah supervisi klinis sebagai
Mengenai kondisi guru Dedi Supriadi Teacher Centered Supervision.
(dalam Jalal dan Supriadi, 2001) Richard Waller (dalam Purwanto, 2002)
menjelaskan dari berbagai penelitian menyatakan :
tentang guru diketahui bahwa tingkat
penguasaan bahan ajar dan keterampilan Clinical supervision may be defined as
supervision focused upon the
dalam menggunakan metode mengajar improvement as instruction by means of
yang inovatif masih kurang. Kondisi ini systematic cycles of planning,
mendasari perlunya guru memperoleh observation and intensive intellectual
analysis of actual teaching performance
bantuan dan bimbingan dari kepala sekolah
in the interest of rational modification.
berupa kegiatan supervisi.
Supervisi mempunyai makna yang Sedang K.A. Acheson dan M.D.
sangat penting dalam meningkatkan dan Gall (1980) mendefinisikan supervisi klinis
mengembangkan kegiatan pembelajaran. sebagai proses membantu guru-guru
Meskipun demikian, seringkali guru memperkecil kesenjangan antara tingkah
kurang menyukai kegiatan supervisi, guru laku mengajar yang nyata dengan tingkah
merasa takut, resah, cemas dan ingin laku mengajar yang ideal. Definisi ini
menghindar dari kegiatan supervisi. memberi indikasi bahwa supervisi klinis
Keengganan terhadap supervisi umumnya merupakan suatu proses membantu guru
bersumber dari perilaku supervisi yang mengatasi kesulitannya dalam mengajar.
dilakukan kepala sekolah. Hal ini senada dengan pendapat Olivia
Kepala sekolah selaku supervisor (1993) bahwa supervisi klinis bukan untuk
hendaknya dapat memilih dan tujuan administrasi, tetapi lebih ditujukan
menggunakan model supervisi yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan mengajar
dengan kebutuhan guru, bagi guru yang guru sehingga memberi efek yang jauh
keterampilan dasar mengajarnya sangat lebih baik.
lemah dapat dibantu dengan teknik Sergiovanni dan Starrat (1993)
supervisi klinis. Tanner and Tanner (1987) mengemukakan tujuan supervisi klinis
berpendapat bahwa supervisi klinis adalah untuk memperbaiki pengajaran guru
ditujukan pada peningkatan kualitas di kelas dan meningkatkan performance
pendidikan dan diyakini sebagai sebuah guru. Searah dengan pendapat tersebut
pilihan terbaik dari metode supervisi. Acheson dan Gall (1980) menyatakan
Berdasar permasalahan di atas, maka perlu tujuan supervisi klinis adalah
dilakukan penelitian tentang meningkatkan pengajaran guru di kelas.
pengembangan supervisi klinis untuk Pada intinya dapat disimpulkan bahwa
meningkatkan keterampilan dasar mengajar tujuan supervisi klinis adalah untuk
guru. memperbaiki dan meningkatkan perilaku
mengajar guru, terutama yang lemah dalam

279
Didaktika, Vol.2 No.2 Maret 2008: 278-285

mengajar agar dapat melaksanakan tugas yang lain, ciri khas itu antara lain : diawali
secara profesional. dengan adanya kesepakatan mengenai
Acheson dan Gall (dalam aspek perilaku mengajar yang akan
Maisyaroh, 1999) mengemukakan tiga diperbaiki, hipotesis beserta instrument
prinsip umum pelaksanaan supervisi klinis observasinya, perbaikan dilakukan secara
yang bertumpu pada psikologi humanistik, satu per satu berdasar prioritas yang
yakni : interaktif, demokratik dan terpusat disepakati, ada pemberian penguatan dan
pada guru. Prinsip interaktif mensyaratkan kerjasama yang saling bertanggung jawab.
adanya hubungan timbal balik yang dekat,
saling memberi dan menerima, memahami Keterampilan Dasar Mengajar
dan saling mengerti antara guru dan Proses pembelajaran
supervisor. Prinsip demokratik menempatkan guru pada posisi yang sangat
menekankan adanya keterbukaan antara penting, karena guru adalah pengelola
guru dan supervisor untuk mengemukakan pembelajaran yang harus dapat melibatkan
pendapat, tidak mendominasi pembicaraan, siswa secara aktif, serta mampu
bersama-sama mendiskusikan dan mengorganisir belajar dan mengevaluasi.
mengkaji semua pendapat dalam Untuk menjalankan tugasnya guru harus
pertemuan, dan pada akhirnya keputusan menguasai keterampilan dasar mengajar.
ditetapkan berdasar kesepakatan bersama. Keterampilan dasar mengajar
Prinsip terpusat pada guru, artinya proses merupakan kemampuan yang dapat
bantuan harus didasarkan pada kebutuhan dipelajari serta diterapkan oleh setiap guru.
dan aspirasi guru serta tetap berada dalam Jika guru mampu menerapkan
lingkup perilaku guru dalam mengajar keterampilan dasar mengajar secara tepat,
secara aktual. maka akan tercipta suasana pembelajaran
Dari beberapa prinsip di atas dapat yang aktif dan menyenangkan, itu berarti
disimpulkan bahwa prinsip supervisi klinis guru akan dapat meningkatkan mutu
meliputi : (1) dilaksanakan dalam pembelajaran. Seperti dikemukakan
hubungan yang demokratik, interaktif, dan Underwood (1987) keterampilan mengajar
harmonis; (2) terpusat pada kebutuhan dan yang baik akan sangat mempengaruhi cara
aspirasi guru untuk memperbaiki siswa memandang anda dan pada
kelemahannya dalam mengajar; (3) gilirannya akan mempengaruhi perilaku
observasi dan analisis umpan balik mereka dalam belajar.
didasarkan pada kesepakatan yang dibuat Hasibuan (2004), Suharto (1997),
sebelumnya. Sulo (1998), dan Djamarah (2000)
Berkaitan dengan proses mengemukakan delapan keterampilan
supervisi klinis, Sahertian (2000) dan dasar mengajar yang harus dikuasai guru,
Nurtain (1989) menawarkan tiga langkah antara lain : (1) keterampilan bertanya
yaitu : (1) pertemuan awal, (2) observasi, dasar dan lanjut, (2) keterampilan memberi
dan pertemuan akhir. Senada dengan dua penguatan, (3) keterampilan mengadakan
pendapat di atas, Goldhammer, Anderson, variasi, (4) keterampilan menjelaskan, (5)
dan Krajewski (dalam Bafadal, 2003) keterampilan membuka dan menutup
mengemukakan lima kegiatan dalam proses pelajaran, (6) keterampilan mengelola
supervisi klinis yakni : (1) pertemuan kelas, (7) keterampilan mengajar kelompok
sebelum observasi, (2) observasi, (3) kecil dan perorangan, (8) keterampilan
analisis dan strategi, (4) pertemuan memimpin diskusi kelompok kecil.
supervisi, dan (5) analisis sesudah Berdasarkan uraian mengenai
pertemuan supervisi. konsep supervisi klinis dan keterampilan
Supervisi klinis memiliki ciri khas dasar mengajar di atas, pada intinya dapat
yang membedakan dengan teknik supervisi disimpulkan bahwa supervisi klinis

280
Pengembangan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Mengajar Guru (Dwi Iriyani)

merupakan salah satu alternatif untuk Metode Penelitian


membantu guru dalam meningkatkan Penelitian ini menggunakan
keterampilan dasar mengajar, karena pendekatan kualitatif dengan jenis
konsep supervisi klinis memang ditujukan penelitian pengembangan. Rancangan
untuk memperbaiki aspek-aspek yang penelitian meliputi melakukan studi awal,
menyebabkab guru kurang dapat mengajar menentukan cara pengembangan dan
dengan baik. Apabila kelemahan atau melakukan pengembangan. Adapun siklus
kesulitan guru dapat diperbaiki, berarti pengembangannya adalah sebagai berikut:
mutu pembelajaran dapat ditingkatkan, dan
pada akhirnya tujuan pendidikan dapat
dicapai secara optimal.

Diadopsi dari Kemmis, S & Mc Taggart (dalam Riyanto, 2001)

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Penelitian ini dilaksanakan di SMP
1. Pemahaman Kepala Sekolah terhadap
Negeri II Taman- Sidoarjo, yang berlokasi
Supervisi Klinis
di Jl. Raya Sawonggaling No. : 3, Taman-
Sebelum dilakukan pengembangan,
Sidoarjo. Sumber data diambil secara
kepala sekolah tidak memahami konsep
sengaja (purposive sampling) dan tidak
supervisi klinis. Setelah dilakukan
dilakukan secara acak. Subyek yang utama
pengembangan, pada siklus pertama
dalam penelitian ini adalah kepala sekolah,
kepala sekolah sudah memahami
dan yang kedua adalah guru. Kepala
tentang tujuan, sasaran, proses dan
sekolah dijadikan subyek penelitian dan
prinsip supervisi klinis, namun belum
informan pertama sehubungan dengan
mampu melaksanakan secara baik.
tanggung jawabnya sebagai supervisor
Pada siklus kedua pemahaman kepala
yang akan menerapkan supervisi klinis,
sekolah terhadap supervisi klinis
sedang guru merupakan subyek penelitian
semakin baik, mulai dapat
dan informan kedua karena guru adalah
melaksanakan dengan baik dan
orang yang akan disupervisi dengan fokus
merasakan manfaat dari supervisi
keterampilan dasar mengajarnya sangat
klinis. Pada siklus terakhir pemahaman
lemah. Jadi yang menjadi subyek penelitian
kepala sekolah terhadap supervisi klinis
jumlahnya empat orang, terdiri dari satu
berkembang sangat baik.
orang kepala sekolah, dan tiga orang guru
yakni satu orang guru mata pelajaran
2. Pelaksanaan Supervisi Klinis
PPKn, satu orang guru mata pelajaran IPS,
Sebelum pengembangan, kepala
dan satu orang guru bahasa daerah.
sekolah tidak pernah melaksanakan

281
Didaktika, Vol.2 No.2 Maret 2008: 278-285

supervisi klinis, selama ini sekolah dapat melaksanakan


menggunakan supervisi kunjungan observasi secara sangat baik.
kelas dengan langkah : menyusun dan c. Tahap Pertemuan Akhir atau
mensosialisasikan jadwal supervisi, Balikan
mengadakan kunjungan kelas, dan Pada siklus pertama kepala sekolah
memberi pembinaan pada guru. belum dapat melaksanakan
Setelah dilakukan pengembangan pertemuan akhir dengan tepat. Pada
kepala sekolah dapat melaksanakan siklus kedua kepala sekolah sudah
supervisi klinis dengan sangat baik. menunjukkan sikap demokratis dan
Langkah-langkah yang ditempuh oleh interaktif, namun belum melakukan
kepala sekolah sudah sesuai dengan analisis secara terpisah sebelum
pendapat Nurtain (1989), Sahertian melakukan pertemuan akhir.
(2000) serta Bollington, Hopkins dan Kelemahan yang terjadi pada siklus
West (1990) yang menyatakan tiga kedua berhasil diperbaiki pada
langkah supervisi klinis, yaitu : (1) siklus terakhir, kepala sekolah
tahap pertemuan awal atau dapat melaksanakan pertemuan
perencanaan, (2) tahap pelaksanaan akhir atau balikan dengan sangat
supervisi, dan (3) tahap pertemuan baik.
akhir atau balikan. Untuk mewujudkan hubungan
Diskripsi setiap langkah yang harmonis dengan guru, sejak siklus
dilakukan kepala sekolah antara lain pertama kepala sekolah berusaha
sebagai berikut : membina keakraban, bersikap
terbuka dan menjalin komunikasi
a. Tahap Pertemuan Awal atau yang baik dengan guru, dengan
Perencanaan komunikasi yang baik guru merasa
Pada siklus pertama semua langkah diperhatikan, dihargai, aman,
pertemuan awal telah dilaksanakan percaya dan dapat terbuka
oleh kepala sekolah, namun proses menyampaikan kesulitan-kesulitan
diskusi tidak berjalan secara yang dialami termasuk pemikiran
interaktif dan demokratis. untuk memperbaiki kesulitannya.
Kelemahan ini dapat berkurang Sikap yang dilakukan kepala
pada siklus kedua dan berhasil sekolah ini sudah relevan dengan
secara optimal pada siklus terakhir. pendapat Pidarta (1999) yang
b. Tahap Pelaksanaan Supervisi mengemukakan :
Pada siklus pertama kepala sekolah
belum mampu melaksanakan Komunikasi menjadi dasar bagi
supervisi atau observasi dengan terciptanya iklim yang positif.
Komunikasi yang baik, yang
benar, instrumennya tidak lengkap
bersifat dua arah, yang didasari
dan konsentrasinya kurang. Kondisi minat yang sama akan
ini bertentangan dengan pendapat membuahkan iklim supervisi yang
Neide (1996) yang menyatakan positif, iklim ini selanjutnya
bahwa data hasil observasi harus merupakan wahana yang subur
benar-benar kredibel dan direkam bagi perkembangan ide-ide,
pengarahan supervisor dan
berdasar situasi yang terjadi di kreativitas-kreativitas guru.
kelas.
Kelemahan pada siklus pertama 3. Pengembangan supervisi klinis di SMP
dapat diperbaiki pada siklus kedua, Negeri II Taman Sidoarjo berhasil
dan pada siklus terakhir kepala meningkatkan keterampilan dasar
mengajar guru :

282
Pengembangan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Mengajar Guru (Dwi Iriyani)

a. Pada siklus pertama, guru HS belum sehingga perlu perhatian khusus.


dapat memperbaiki keterampilan Besar kecilnya variasi interaksi
bertanya, kelemahannya terletak tergantung pada metode mengajar
pada kurang menggunakan yang digunakan.
pertanyaan pelacak, pemindahan Pada siklus kedua guru belum
giliran dan urutan pertanyaan. berhasil memperbaiki keterampilan
Kelemahan tersebut dapat diperbaiki menjelaskan, kelemahannya terletak
pada siklus kedua. Guru telah pada aspek penyajian. Pada siklus
memperhatikan prinsip keterampilan terakhir kelemahan tersebut sudah
bertanya yang dikemukakan Usman berhasil diperbaiki, guru terampil
(2004) antara lain : menunjukkan dalam menjelaskan. Keterampilan
sikap hangat dan antusias, tidak yang ditunjukkan guru dalam
mengulang-ulang pertanyaan yang menyampaikan penjelasan sudah
tidak dapat dijawab oleh siswa, tidak sesuai dengan pendapat Brown
membiarkan siswa menjawab (1991) yang menyatakan bahwa
serentak, tidak menunjuk siswa penjelasan hendaknya singkat,
sebelum memberikan pertanyaan, menarik, dan ada rangkuman pada
pertanyaan tidak bersifat ganda. Pada akhir penjelasan. Pemberian ilustrasi,
siklus ketiga guru berhasil contoh dan analogi sederhana
memperbaiki keterampilan membuat penjelasan lebih menarik.
membimbing diskusi kelompok Keterampilan menjelaskan yang
kecil. Perilaku guru dalam dilakukan oleh guru MW juga
membimbing sudah sesuai dengan relevan dengan kiat yang
pendapat Usman (2004), Djamarah dikemukakan Gunawan (2004),
(2000) yang menyatakan bahwa menurutnya ada tiga elemen penting
dalam diskusi guru hendaknya yang harus diperhatikan daalam
menghindari dominasi pembicaraan, komunikasi yaitu : (1) konten atau isi
monopoli oleh siswa tertentu, materi dan pola hubungan yang
membiarkan topik pembicaraan membangkitkan motivasi dan rasa
menyimpang, tidak mengklarifikasi, ingin tahu, (2) cara menyampaikan
topik yang dipilah tidak sesuai informasi meliputi media, postur,
dengan minat dan pengetahuan anak. kontak mata ekspresi wajah dan
b. Guru MW pada siklus pertama kualitas suara, (3) konteks atau
berhasil memperbaiki keterampilan kondisi dan situasi yang terlibat.
dalam variasi mengajar. Guru c. Guru KN pada siklus pertama
mampu menggunakan metode, pola berhasil memperbaiki keterampilan
interaksi dan media yang sesuai membuka dan menutup pelajaran,
dengan pokok bahasan dan cara yang dilakukan sangat menarik
perkembangan siswa. Guru juga sehingga minat, perhatian, dan kesan
mampu mengekspresikan gaya siswa meningkat. Keterampilan yang
mengajar yang dapat meningkatkan ditunjukkan guru sudah sesuai
minat, motivasi dan perhatian siswa dengan kiat yang diberikan Brown
meningkat. Keterampilan variasi (1991) yang mengatakan bahwa ada
mengajar yang diaktualisasikan guru tiga metode dalam membuka
MW sudah sesuai dengan penjelasan pelajaran yakni menggunakan contoh
Sardiman (2004) yang yang penuh arti, analogi dan
mengemukakan bahwa ada tidaknya pertanyaan-pertanyaan.
interaksi dalam pembelajaran adalah Pada siklus kedua guru belum
merupakan tanggung jawab guru, berhasil memperbaiki keterampilan

283
Didaktika, Vol.2 No.2 Maret 2008: 278-285

mengelola kelas, kelemahan pada pelaksanaan supervisi dan pertemuan


siklus kedua berhasil diperbaiki pada akhir atau balikan dengan sangat baik.
siklus terakhir, sehingga guru dapat 3. Pengembangan supervisi klinis di SMP
mengelola kelas dengan baik dan Negeri II Taman Sidoarjo telah berhasil
benar. Semua yang dilakukan guru memperbaiki keterampilan dasar
sudah relevan dengan kunci sukses mengajar guru dengan penjelasan
pengelolaan kelas yang dikemukakan ringkas sebagai berikut :
Depoter (2001) antara lain : a. Guru HS mengajar PPKn, sampai
integritas, kejujuran, kegagalan awal pada siklus kedua berhasil
kesuksesan, berbicara dengan niat memperbaiki keterampilan bertanya
baik, komitmen, tanggung jawab, dasar dan lanjut, dan papa siklus
luwes dan seimbang antara jiwa, raga ketiga guru berhasil memperbaiki
dan fisik. keterampilan membimbing diskusi
4. Sebelum pengembangan, persepsi guru kelompok kecil.
terhadap pelaksanaan supervisi klinis b. Guru MW mengajar IPS, pada siklus
kurang baik. Setelah pengembangan, pertama berhasil memperbaiki
persepsi guru terhadap supervisi klinis keterampilan menggunakan variasi
berangsur-angsur membaik, pada mengajar, dan sampai pada siklus
siklus pertama guru mulai memahami ketiga guru berhasil memperbaiki
konsep supervisi klinis namun belum keterampilan menjelaskan.
dapat memanfaatkan secara baik. Pada c. Guru KN mengajar bahasa daerah,
siklus kedua persepsi guru makin pada siklus pertama berhasil
membaik, dan sampai pada siklus memperbaiki keterampilan membuka
terakhir persepsi guru terhadap dan menutup pelajaran. Pada siklus
pelaksanaan supervisi klinis sangat kedua guru belum berhasil
baik. memperbaiki keterampilan mengelola
kelas, kelemahan pada siklus kedua
Simpulan berhasil diperbaiki pada siklus
1. Sebelum dilakukan pengembangan, terakhir, sehingga guru dapat
pemahaman kepala sekolah terhadap mengelola kelas dengan baik dan
teknik supervisi klinis kurang baik. benar.
Setelah dilakukan pengembangan, pada 4. Sebelum pengembangan, persepsi guru
siklus pertama kepala sekolah sudah terhadap pelaksanaan supervisi klinis
memahami konsep supervisi klinis kurang baik. Setelah pengembangan,
namun belum mampu melaksanakan persepsi guru terhadap supervisi klinis
secara baik. Pada siklus kedua kepala berangsur-angsur membaik, dan sampai
sekolah sudah berhasil menghilangkan pada siklus terakhir persepsi guru
kelemahan yang terjadi pada siklus terhadap pelaksanaan supervisi klinis
pertama, dan pada siklus terakhir kepala sangat baik.
sekolah dapat melaksanakan supervisi
klinis dengan sangat baik. Saran
2. Sebelum dilakukan pengembangan, 1. Selaku supervisor, kepala sekolah
kepala sekolah tidak mengerti mengenai hendaknya lebih peka dan tanggap
langkah-langkah pelaksanaan supervisi terhadap kelemahan-kelemahan guru
klinis. Setelah dilakukan pengembangan dalam proses pembelajaran, sehingga
kepala sekolah dapat melaksanakan dapat segera memberi bantuan berupa
supervisi klinis yang meliputi tahap supervisi klinis terhadap guru yang
pertemuan awal atau perencanaan, kondisinya sangat lemah atau kronis.

284
Pengembangan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Mengajar Guru (Dwi Iriyani)

2. Untuk melaksanakan supervisi klinis, Gunawan, A. W. 2004. Genius Learning


kepala sekolah hendaknya menerima Strategi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
guru secara apa adanya dan memandang
Hasibuan & Moedjiono. 2004. Proses Belajar
guru sebagai mitra kerja yang Mengajar. Bandung : Remaja Rosda
membutuhkan bantuan. Kepala sekolah Karya.
hendaknya yakin dan percaya bahwa Jalal, F., & Supriyadi, D. 2001. Reformasi
guru mempunyai kemampuan untuk Pendidikan Dalam Konteks Otonomi
memperbaiki dirinya. Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Maisyaroh. 1999. Model Pembinaan
3. Selaku supervisor, kepala sekolah Kemampuan Mengajar Guru dengan
hendaknya terus berupaya Pendekatan Supervisi Klinis. Jurnal
meningkatkan pengetahuan dan Gentengkali. III (1) 21.
keterampilannya, sehingga mampu Neide, J. 1996. Supervision of Student
melaksanakan supervisi klinis secara Teachers: Objective Observation. The
benar. Journal of Physical Education,
Recreation & Dance, 67 (5) 14.
4. Guru tidak perlu merasa ragu atau Nurtain, H. 1989. Supervisi Pengajaran, Teori
khawatir, karena tujuan supervisi klinis dan Praktek. Jakarta: PPLPTK – Dirjen
adalah membantu memperbaiki bukan Dikti. Depdikbud.
mencari kesalahan. Jadi guru hendaknya Olivia, P.F. 1993. Supervision of Today’s
dapat bersikap lebih terbuka dan Schools. New York: Longman.
Pidarta, M. 1999. Pemikiran Tentang
memandang kepala sekolah sebagai Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi
mitra yang lebih berpengalaman dan Aksara.
siap memberi bantuan. Purwanto, N. 2002. Administrasi dan
5. Guru sebaiknya bersikap terbuka Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja
terhadap masukan yang bersifat Rosda Karya.
konstruktif dari kepala sekolah dan Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Surabaya: SIC.
kreatif dalam mengatasi kesulitan yang Sahertian, P. A. 2000. Konsep Dasar dan
dihadapinya. Guru harus mempunyai Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta:
rasa percaya diri dan bangga pada Rineka Cipta.
profesinya. _________. 1990. Supervisi Dalam Rangka
Program In Service Education.
Surabaya: Usaha Nasional.
Sardiman, A. M. 2004. Interaksi dan Motivasi
Daftar Rujukan
Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Acheson, K. A & Gall, M. D. 1980. Techniques
Persada.
In Clinical Supervision, Preservice and
Sergiovanni, T.J. dan Starratt, R.J. 1993.
Inservice Applications. New York:
Supervision A Redefinition. Fifth Edition.
Longman.
New York. Mc Graw Hill Inc.
Bafadal, I. 2003. Peningkatan Profesionalisme
Suharto, B. 1997. Pendekatan dan Teknik
Guru. Jakarta : Bumi Aksara.
Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bollington, R. Hopkins, D., & West, M. 1990.
Bandung: Tarsito.
An Introduction to Teacher Appraisal.
Sulo, La Sulo. 1998. Supervisi Klinis. Dirjen
London : Cassell.
Dikti. Jakarta: Depdikbud.
Brown, G. Alih Bahasa Laurens K.. 1991.
Syah, M. 1995. Psikologi Pendidikan.
Pengajaran Mikro, Program Ketrampilan
Bandung : Remaja Rosda Karya.
Mengajar. Surabaya: Erlangga University
Tanner, D. and Tanner, L. 1987. Supervision
Press.
in Education : Problems and Practices.
Deporter, B., Reardon, M., & Nourie, S.S.. Alih
New York : Macmillan.
Bahasa Ary Nilandary. 2001. Quantum
Underwood, M. 1987. Effective Class
Teaching. Bandung : Kaifa.
Management A Practical Approach. Alih
Djamarah, Syaiful B. 2000. Guru dan Anak
Bahasa Susi Purwoko. Jakarta : ARCAN.
Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Usman, Moh. Uzer. 2004. Menjadi Guru
Rineka Cipta.
Profesional. Bandung : Remaja Rosda
Karya.

285
Pengembangan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Mengajar Guru (Dwi Iriyani)

Anda mungkin juga menyukai