Dwi Iriyani∗ )
Abstrak
Penelitian ini bertujuan : (1) mengetahui perkembangan pemahaman kepala
sekolah tentang teknik supervisi klinis, (2) mengembangkan teknik supervisi
klinis, (3) mengembangkan keterampilan dasar mengajar, dan (4) mengetahui
perkembangan persepsi guru terhadap supervisi klinis. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian pengembangan.
Subyek penelitian terdiri dari kepala sekolah dan tiga guru yang keterampilan
dasar mengajarnya lemah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada studi
awal pemahaman kepala sekolah terhadap supervisi klinis kurang baik,
setelah penelitian berkembang menjadi sangat baik dan mampu
melaksanakan supervisi klinis secara tepat, sehingga kesulitan dalam
menggunakan keterampilan dasar mengajar dapat diperbaiki.
Abstract
The purpose of research are : (1) to develop the headmaster understanding of
technique clinical supervision, (2) to develop technique clinical supervision, (3)
to develop basic teaching skill and (4) to know the development of teacher
perception toward clinical supervision. This research used qualitative
approach with developing. The subjects of these research comprises a
headmaster and three teachers who have weak basic teaching skill. The result
of this research shows at the beginning understanding of the headmaster
wasn’t good and never do clinical supervision, after research developed
became very well and could do clinical supervision correctly, so difficulties in
using basic teaching skill could be corrected.
∗)
dosen FMIPA Universitas Terbuka di UPBJJ-UT Surabaya. Magister Pendidikan.
278
Pengembangan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Mengajar Guru (Dwi Iriyani)
279
Didaktika, Vol.2 No.2 Maret 2008: 278-285
mengajar agar dapat melaksanakan tugas yang lain, ciri khas itu antara lain : diawali
secara profesional. dengan adanya kesepakatan mengenai
Acheson dan Gall (dalam aspek perilaku mengajar yang akan
Maisyaroh, 1999) mengemukakan tiga diperbaiki, hipotesis beserta instrument
prinsip umum pelaksanaan supervisi klinis observasinya, perbaikan dilakukan secara
yang bertumpu pada psikologi humanistik, satu per satu berdasar prioritas yang
yakni : interaktif, demokratik dan terpusat disepakati, ada pemberian penguatan dan
pada guru. Prinsip interaktif mensyaratkan kerjasama yang saling bertanggung jawab.
adanya hubungan timbal balik yang dekat,
saling memberi dan menerima, memahami Keterampilan Dasar Mengajar
dan saling mengerti antara guru dan Proses pembelajaran
supervisor. Prinsip demokratik menempatkan guru pada posisi yang sangat
menekankan adanya keterbukaan antara penting, karena guru adalah pengelola
guru dan supervisor untuk mengemukakan pembelajaran yang harus dapat melibatkan
pendapat, tidak mendominasi pembicaraan, siswa secara aktif, serta mampu
bersama-sama mendiskusikan dan mengorganisir belajar dan mengevaluasi.
mengkaji semua pendapat dalam Untuk menjalankan tugasnya guru harus
pertemuan, dan pada akhirnya keputusan menguasai keterampilan dasar mengajar.
ditetapkan berdasar kesepakatan bersama. Keterampilan dasar mengajar
Prinsip terpusat pada guru, artinya proses merupakan kemampuan yang dapat
bantuan harus didasarkan pada kebutuhan dipelajari serta diterapkan oleh setiap guru.
dan aspirasi guru serta tetap berada dalam Jika guru mampu menerapkan
lingkup perilaku guru dalam mengajar keterampilan dasar mengajar secara tepat,
secara aktual. maka akan tercipta suasana pembelajaran
Dari beberapa prinsip di atas dapat yang aktif dan menyenangkan, itu berarti
disimpulkan bahwa prinsip supervisi klinis guru akan dapat meningkatkan mutu
meliputi : (1) dilaksanakan dalam pembelajaran. Seperti dikemukakan
hubungan yang demokratik, interaktif, dan Underwood (1987) keterampilan mengajar
harmonis; (2) terpusat pada kebutuhan dan yang baik akan sangat mempengaruhi cara
aspirasi guru untuk memperbaiki siswa memandang anda dan pada
kelemahannya dalam mengajar; (3) gilirannya akan mempengaruhi perilaku
observasi dan analisis umpan balik mereka dalam belajar.
didasarkan pada kesepakatan yang dibuat Hasibuan (2004), Suharto (1997),
sebelumnya. Sulo (1998), dan Djamarah (2000)
Berkaitan dengan proses mengemukakan delapan keterampilan
supervisi klinis, Sahertian (2000) dan dasar mengajar yang harus dikuasai guru,
Nurtain (1989) menawarkan tiga langkah antara lain : (1) keterampilan bertanya
yaitu : (1) pertemuan awal, (2) observasi, dasar dan lanjut, (2) keterampilan memberi
dan pertemuan akhir. Senada dengan dua penguatan, (3) keterampilan mengadakan
pendapat di atas, Goldhammer, Anderson, variasi, (4) keterampilan menjelaskan, (5)
dan Krajewski (dalam Bafadal, 2003) keterampilan membuka dan menutup
mengemukakan lima kegiatan dalam proses pelajaran, (6) keterampilan mengelola
supervisi klinis yakni : (1) pertemuan kelas, (7) keterampilan mengajar kelompok
sebelum observasi, (2) observasi, (3) kecil dan perorangan, (8) keterampilan
analisis dan strategi, (4) pertemuan memimpin diskusi kelompok kecil.
supervisi, dan (5) analisis sesudah Berdasarkan uraian mengenai
pertemuan supervisi. konsep supervisi klinis dan keterampilan
Supervisi klinis memiliki ciri khas dasar mengajar di atas, pada intinya dapat
yang membedakan dengan teknik supervisi disimpulkan bahwa supervisi klinis
280
Pengembangan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Mengajar Guru (Dwi Iriyani)
281
Didaktika, Vol.2 No.2 Maret 2008: 278-285
282
Pengembangan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Mengajar Guru (Dwi Iriyani)
283
Didaktika, Vol.2 No.2 Maret 2008: 278-285
284
Pengembangan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Mengajar Guru (Dwi Iriyani)
285
Pengembangan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Mengajar Guru (Dwi Iriyani)