Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

KESIAPAN SEKOLAH DAN SISWA MAN 2 CIANJUR DALAM PEMBELAJARAN


LURING DI ERA NEW NORMAL

BIDANG KEGIATAN:

PKM PENELITIAN

Disusun oleh:

Nursabila NIM. 20101244014

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................. i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………. 1

1.2 Perumusan Masalah................................................................................................. 2

1.3 Tujuan....................................................................................................................... 2

1.4 Luaran yang Diharapkan......................................................................................... 2

1.5 Manfaat ...................................................................................................................... 3

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pembelajaran Era new normal…………………………………….... 4

2.2 Pembelajaran Luring………………………………………………………….….. 5

2.3 Strategi Pembelajaran Luring…………………………………………………..... 6

2.4 Aspek yang Harus disiapkan dalam Pembelajran Luring Era New Normal….. 7

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian…………………………………………………………………… 8

3.2 Model Pengembangan……………………………………………………………. 9

3.3 Prosedur Pengembangan………………………………………………………… 9

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian…………………………………………………. 9

3.5 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………….... 10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………… 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pandemi Virus Covid 19 yang telah menyebar ke berbagai penjuru dunia


termasuk di negara Indonesia, hal tersebut menimbulkan berbagai dampak bagi seluruh
aspek kehidupan masyarakat terutama bagi aspek pendidikan, yang mengakibatkan
proses pembelajaran menjadi terhambat, pembelajaran yang awalnya dilaksanakan
secara tatap muka kini menjadi pembelajaran jarak jauh atau yang disebut daring.

Indonesia sekarang ini memasuki masa New Normal atau kehidupan baru yang
mana pemerintah memberikan arahan agar masyarakat memakai masker, sering mencuci
tangan, menjaga jarak, dan lain sebagainya. Di era New Normal ini pemerintah Indonesia
mengeluarkan beberapa kebijakan seperti Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
(KEMENDIKBUD) mengeluarkan kebijakan yakni terkait pelaksanaan tahun akademik
baru, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penggunaan fasilitas atau layanan sekolah.
Kegiatan pembelajaran jarak jauh sudah dilaksanakn sejak bulan April 2020 sampai saat
ini. Akan tetapi, dari kebijakan ini juga banyak pihak yang belum siap untuk
melaksankan pembelajaran melalui jarak jauh. banyak kalangan yang ternyata tidak bisa
mengikuti kegiatan belajar mengajar jarak jauh karena terbatasnya kemampuan
masyarakat, yang tidak memiliki perangakat yang menunjang pembelajaran jarak jauh.
Serta Pembelajaran daring/online dinilai oleh masyarakat tidak terlalu efektif dan efisien
dalam penyampaian materi, sehingga siswa dinilai perlu belajar secara tatap muka
berinteraksi langsung dengan guru dalam proses pembelajaran.

Seiring dengan keinginan masyarakat, pemerintah mengeluarkan kebijakan


berdasarkan Surat Kesepakatan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri
Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang
panduan penyelenggaraan pembelajaran pada tahun ajaran 2021/2022 di masa pandemi
Covid-19. Pemerintah memperbolehkan pembelajaran luring atau tatap muka di era New
Normal, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dan aturan dari pemerintah.
Pembelajaran di era New Normal merupakan kegiatan pembelajaran tatap muka di ruang
kelas dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan dan beradaptasi dengan COVID-
19. Sekolah dan siswa perlu mempersiapkan segala sesuatu yang perlu disiapkan dalam
pembelajaran luring di era New Normal agar sesuai dengan aturan pemerintah.

1
Dalam menyikapi hal ini, saya melakukan sebuah penelitian untuk mengkaji dan
mengetahui tentang bagaimana “Kesiapan Sekolah dan Siswa dalam Pembelajaran
Luring di Era New Normal” dengan meneliti kesiapan sekolah dan siswa untuk
melaksanakan pembelajaran luring di era New Normal, serta memberikan wawasan
mengenai strategi pelaksanaan pembelajaran luring di era New Normal yang dapat
digunakan sebagai referensi untuk mempersiapkan pembelajaran luring di era New
Normal. Dengan hasil penelitian ini, diharapkan sekolah dan siswa dapat lebih
mempersipkan diri untuk melaksankan pembelajaran luring dengan baik sesuai dengan
aturan pemerintah.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang muncul dapat


dirumuskan :

1.2.1 Bagaimana kesiapan sekolah dan siswa dalam pembelajaran luring di era New
Normal?

1.2.2 Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran luring di era New
Normal?

1.2.3 Seperti apa strategi yang perlu disiapkan dalam pembelajaran luring di era New
Normal?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1 Mengetahui kesiapan sekolah dan siswa terhadap pembelajaran lurimg di era New
Normal.

1.3.2 Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran luring di era
New Normal.

1.3.3 Mengetahui strategi yang diterapkan oleh sekolah dalam pembelajaran luring di
era New Normal.

1.4 Luaran yang Diharapkan

Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana


kesiapan sekolah dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran New Normal pada masa

2
Pandemi Covid-19. Hasil dari pengetahuan tersebut akan dikemas dalam beberapa
bentuk, yaitu sebagai berikut:

1.4.1 Laporan Kemajuan Penelitian Kesiapan Sekolah dan Siswa dalam Pembelajaran
Luring di Era New Normal. Laporan kemajuan akan dibuat pada saat penelitian
sedang berjalan.

1.4.2 Laporan Akhir Kesiapan Sekolah dan Siswa dalam Pembelajaran Luring di Era
New Normal. Laporan akhir akan dibuat pada saat penelitian sudah 100% selesai.

1.4.3 Artikel Ilmiah mengenai Penelitian Kesiapan Sekolah dan Siswa dalam
Pembelajaran Luring di Era New Normal. Artikel ilmiah mengenai Kesiapan
Sekolah dan Siswa dalam Pembelajaran Luring di Era New Normal akan ditulis
sesuai konvensi ilmiah yang telah ditetapkan dan akan dimuat di sebuah jurnal
ilmiah, yaitu di jurnal UNY.

1.4.4 Video Dokumenter tentang Kesiapan Sekolah dan Siswa MAN 2 Cianjur dalam
Pembelajaran Luring di Era New Normal, peneliti akan menginformasikam
Kesiapan Sekolah dan Siswa MAN 2 Cianjur dengan membuat sebuah video
dokumenter, dimana video tersebut berisi video saat wawancara dengan kepala
sekolah, video fasilitas sekolah yang sesuai dengan protokol kesehatan, dan
video perlengkapan kesehatan yang menundukung untuk pelaksanaan
pembelajran tatap muka di era New Normal. Video dokumenter akan
dipublikasikan dengan cara diupload di Youtube kemudian link video tersebut
akan dbagikan ke banyak orang melalui media sosial, seperti Instagram,
Facebook, Twitter, dan Whatsapp. Video ini diharapkan bisa membuat edukasi
bagi seluruh lembaga sekolah, siswa, dan masyarakat yang akan melaksanakan
pembelajaran luring di era New Normal, agar dapat mengetahui hal-hal apa saja
yang pelu disiapkan dan strategi apa yang perlu dilakukan untuk melaksakan
pembelajaran luirng di era New Normal dengan baik dan tetap mematuhi
protokol kesehatan.

1.5 Manfaat

Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritis

3
1. Dapat memberikan edukasi bagi masyarakat luas mengenai Pembelajaran
Luring di Era New Normal.

2. Membangun rasa disiplin dan bertanggung jawab dalam mematuhi protokol


kesehatan, khususnya untuk guru, dan siswa yang akan melaksanakan
pembelajaran luring.

3. Sekolah dapat mempersipakan strategi untuk pembelajaran luring di era New


Normal.

4. Memberikan sarana pengkajian baru di bidang pendidikan, kesehatan, dan


bidang lainnya.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Menjadi media pengenalan bagi sekolah, siswa dan masyarakat luas mengenai
hal-hal apa saja yang perlu dipatuhi dan disiapakan dalam Pembelajaran Luring
di Era New Normal.

2. Menjadi media praktik bagi peneliti dalam sebuah penelitian.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian pembelajaran era New Normal

Normal menurut kamus besar bahasa indonesia berarti menurut aturan atau
menurut pola yang umum, sesuai dan tidak menyimpang dari suatu norma atau kaidah,
sesuai dengan keadaan yang biasa, tanpa cacat, tidak ada kelainan. Sedangkan Era New
Normal adalah zaman normal baru atau bersifat normal dengan sesuatu yang baru, hal
ini merupakan anggapan yang bersama-sama mewujudkan keadaan normal kembali
seperti biasanya dengan berbagai persyaratan yang ditentukan dengan protokol
kesehatan demi keselamatan semua orang. Sehingga di era New Normal seperti sekarang
ini kegiatan belajar dikelas sesuatu yang biasa dengan suasana yang baru dengan
perlakuan yang baru seperti definisi New Normal menurut Pemerintah Indonesia adalah
tatanan baru untuk beradaptasi dengan COVID-19. Dalam kata lain masyarakat harus
menjaga produktivitas di tengah pandemi virus corona COVID-19 dengan tatanan baru
yang disebut New Normal. Dalam kondisi seperti ini, pemerintah seakan dituntut untuk
menerapkan kebijakan Life New Normal yang bertujuan untuk menghidupkan kembali

4
akses kegiatan perekonomian masyarakat dan kegiatan belajar mengajar dengan tetap
memperhatikan protokol kesehatan.

2.2. Pembelajaran luring

Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan
sekitar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 7). Adapun menurut Wittig (dalam Syah, 2003:
65-66), belajar sebagai any relatively permanen change in an organism behavioral
repertoire that accurs as a result of experience (belajar adalah perubahan yang relatif
menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme
sebagai hasil pengalaman).

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 bahwa


Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas
dari itu, yakni juga mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan pengubahan kelakuan terhadap seseorang. Dengan demikian belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang dengan adanya interaksi satu
orang dengan yang lainnya, sehingga pembelajaran untuk siswa dapat diartikan sebagai
kegiatan mengajar dan belajar dimana adanya akses untuk mentransfer ilmu dari guru
kepada peserta didik dengan adanya interaksi antara keduanya.

Luring menurut KBBI disebutkan bahwa istilah luring adalah akronim dari “luar
jaringan”, terputus dari jaringan komputer. Misalnya belajar melalui buku pegangan
siswa atau pertemuan langsung. Selain itu dari pendapat Malyana (2020) dan Setiawan
et al., (2019) adapun jenis kegiatan luring yakni menonton TVRI sebagai pembelajaran,
siswa mengumpulkan karyanya berupa dokumen, karena kegiatan luring tidak
menggunakan jaringan internet dan komputer, melainkan media lainnya.

Kartini & Rusman (2019) dan Tani & Ekawati (2017) menjelaskan bahwa sistem
pembelajaran luring merupakan sistem pembelajaran yang memerlukan tatap muka.
Dalam proses pembelajaran luring diharapkan perserta didik mampu menerima
pembelajaran dengan baik. Hal ini termasuk upaya yang di lakukan sekolah untuk
mencerdaskan peserta didiknya (Zulaiha dkk, 2020; Soleh dkk, 2019; Septiani dan
Cahyono, 2019; Nugraha, 2019; Listiningrum dkk, 2020)

5
2.3. Strategi dalam pembelajaran luring di era New Normal

Memasuki “New Normal” pembelajaran mestinya juga kembali ke pembelajaran


Normal, pembelajaran yang berlangsung disekolah. tentunya diperlukan penerapan
sistem pembelajaran yang bisa memadukan pembelajaran tatap muka langsung,
pembelajaran daring, pembelajaran luring, dan menjalankan protokol kesehatan. ada
beberapa aspek pendidikan yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah dalam
menerapkan kebijakan “New Normal” ini, seperti sistem pembelajaran, kurikulum,
kompetensi guru, dan infrastruktur sekolah harus disiapkan.

Pemerintah telah mengumumkan skema kegiatan belajar-mengajar selama


Penerapan New Normal. Berdasarkan Surat Kesepakatan Bersama Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran pada tahun ajaran
2021/2022 di masa pandemi Covid-19. Strategi yang diberikan yaitu sebagai berikut:

2.3.1 Hanya sekolah di Zona hijau saja yang diperbolehkan menggelar kegiatan belajar-
mengajar tatap muka itupun dengan Protokol kesehatan yang ketat.

Saat ini, hanya sekitar 6% saja peserta didik yang berada di daerah Zona hijau.
Sedangkan 94% lainnya tersebar di zona merah, dan kuning. Jika, kemudian rotasi
daerah tersebut berubah Statusnya menjadi zona kuning, atau merah, kegiatan
belajar mengajar tatap muka harus dihentikan. Setelah daerah itu hijau kembali,
skema pembukaan sekolah tersebut diulang lagi dari awal.

2.3.2 Untuk tingkat sekolah menengah dan sekolah dasar dibatasi hanya maksimal 18
peserta didik perkelas, para siswa harus berjarak minimal 3 meter saat berada di
dalam kelas, jadi secara otomatis sekolah yang melalui masa transisi ini harus
melakukan proses shifting. Jika sebelumnya ruang kelas dapat diisi siswa dengan
jumlah maksimal sesuai standar maka sekarang hanya dapat diisi setengah atau
sepertiga jumlah siswa. Dengan demikian perlu dirumuskan pola masuk siswa ke
kelas, apakah diatur dengan Model Shift (siswa masuk kelas dibagi dalam beberapa
shift), atau model lain yang disepakati.

2.3.3 Sekolah tidak boleh melaksanakan aktivitas lain selain pembelajaran didalam
ruang kelas seperti ekstrakurikuler, olah raga, dan kantin belum boleh dibuka.

6
2.4 Aspek yang harus disiapkan dalam pembelajran luring era New Normal

Aspek yang harus disiapkan dalam pembelajran luring era New Normal yaitu sebagai
berikut:

2.4.1 Setting Sistem Pembelajaran Era New Normal

Pembelajaran yang dilakukan harus memperhatikan protokol kesehatan dalam


upaya mencegah penyebaran Covid-19. Proses pembelajaran yang berlangsung
harus menerapkan physical distancing, menggunakan masker, dan rutin mencuci
tanga dengan sabun.

2.4.2 Kurikulum

Kurikulum yang ada juga harus disesuaikan dengan memodifikasi materi


pembelajaran. Materi pembelajaran sangat perlu memuat kecakapan hidup (life
skill) yang harus dimiliki siswa. beban ketuntasan teori dalam kurikulum juga perlu
dikaji ulang sebagai dampak perubahan sistem pembelajaran. Sebagai akibat dari
penyesuaian kurikulum ini tentunya akan terjadi pengurangan materi, materi
pembelajaran akan lebih simpel dan lebih menekankan pada pencapaian
kompetensi dasar keterampilan siswa. materi pembelajaran disajikan dalam bentuk
penekanan pada capaian kompetensi dan keterampilan siswa. Hal ini perlu
dilakukan dengan cara komplit dan terukur, dalam kondisi saat ini tak perlu banyak
kerangka sajian untuk mencapai kompotensi, karena peserta didik akan
mendapatkan akuisi pembelajara sebagai hasil dari indikator capaian. Tetapi
dengan pembelaran ecsisbility and fisibility yang simpel peserta didik akan
mendapatkan hasil proses pembelajaran yang signifikan, maka perlu adanya kerja
sama antar orang tua peserta didik, agar ketersambungan belajar tetap terjaga.

2.3.6 Kompetensi guru

Perubahan sistem pembelajaran dan penyesuaian kurikulum menuntut guru untuk


siap dan mampu menerapkannya dalam proses pembelajaran di kelas. Belajar dari
sistem pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 banyak guru yang merasa
kesulitan menerapkan pembelajaran daring dengan berbasis kecakapan hidup (Life
skill) menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah pusat maupun daerah untuk
melakukan fasilitasi peningkatan kompetensi guru juga menjadi wahana bagi
pejabat fungsional tertentu Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP)

7
Widyaiswara (WI) dan Widyabrada (WP) untuk melakukan fasilitasi,
pembimbingan, dan layanan konsultasi bagi guru-guru yang masih belum mahir
dalam pengoprasian aplikasi online untuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, perlu melakukan kegiatan pembelajaran otodidak, disamping mencari
orang yang dianggap mampu menguasai teknologi disekitar dan didaerahnya juga
perlu melakukan kerja sama antar guru yang lainnya. Belajar otodidak bisa
dilakukan dengan cara mengikuti webinar online mapun melalui tutorial youtube.

2.3.7 Infrastruktur sekolah

Perubahan sistem pembelajaran menuntut setiap sekolah untuk menyiapkan


infrastruktur pembelajaran yang lebih dari pada sebelumnya. Dari infrastruktur
yang ada perlu ditambah dengan sarana prasarana berkaitan dengan protokol
kesehatan. Penyiapan infrastruktur ini tentunya membutuhkan pembiayaan yang
tidak sedikit, belum tentu semua sekolah mampu membiayai kebutuhan
infastruktur yang dibutuhkan. Pemerintah harus menyiapkan skema pembiayaan
bagi sekolah dalam infrastruktur pembelajaran apabila “New Normal” diterapkan.

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan prosedur atau cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan tertentu, jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif deskriptif.
Kuantitatif deskriptif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya.

Menurut (Resseffendi 2010:33) mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah


penelitian yang menggunakan observasi, wawancara atau angket mengenai keadaan
sekarang ini, mengenai subjek yang sedang kita teliti. Melalui angket dan sebagainya
kita mengumpulkan data untuk menguji hipotensis atau menjawab suatu pertanyaan.
Melalui penelitian deskriptif ini peneliti akan memaparkan yang sebenarnya terjadi
mengenai keadaan sekarang ini yang sedang diteliti.

8
Sugiyono (2017:2) mengatakan bahwa, metode penelitian pada dasarnya
merupakan ciri-ciri ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Metode yang digunakan dalam pendekatan kuantitatif.

3.2. Model Pengembangan

Metode pendekatan penelitian dalam proposal penelitian ini menggunakan


pendekatan penelitian kuantitatif, seperti yang dikemukakan (Sugiyono 2017:8) bahwa
metode penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk mengaju hipotensis yang telah ditetapkan.

Pemilihan pendekatan kuantitatif deskriptif dalam penelitian ini didasarkan dari


penelitian yang ingin mengkaji dan melihat bagaimana kesiapan sekolah dan siswa
MAN 2 Cianjur untuk melaksanakan pembelajaran luring diera new normal.

3.3. Prosedur Pengembangan

Proposal ini menggunakan pendekatan kuatitatif deskriptif, yaitu penelitian yang


menggunakan observasi, wawancara atau angket mengenai keadaan sekarang ini,
mengenai subjek yang sedang kita teliti. Melalui angket dan sebagainya peneliti akan
mengumpulkan data untuk menguji hipotesis atau menjawab suatu pertanyaan. Melalui
penelitian deskriptif ini peneliti akan memaparkan yang sebenarnya terjadi mengenai
keadaan sekarang ini yang sedang diteliti.

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas objek/subjek yang


mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2018:80).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru, dan siswa kelas X, XI, XII
MAN 2 Cianjur di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur tahun 2021. Adapun
jumlah populasi dari guru, dan siswa kelas X, XI, XII sebagai berikut ini :

9
Tabel 3.4.

Daftar jumlah guru dan Siswa Kelas X, XI, XII MAN 2 Cianjur di Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur tahun 2021

No populasi jumlah
1. Guru 60
2. Siswa kelas X 450
3. Siswa kelas XI 470
4. Siswa kelas XII 465

3.4.2 Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (Dalam Riduwan 2012:56) menagatakan sampel adalah


sebagian dari populasi (sebagai wakil populasi yang di teliti). Sampel penelitian adalah
sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh
populasi. Menurut (Sugiyono, 2018:81) Sampel adalah bagian besar dari jumlah dan
karakteristk yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Untuk menentukan sampel yang
akan digunakan maka peneliti menggunakan metode sampling simple random sampling.
Sampel yang di ambil merupakan 10 siswa dari masing-masing kelas X, XI, dan XII
sudah mewakili keseluruhan siswa. Adapun 6 guru diambil 2 perwakilan dari masing-
masing kelas, termasuk dalam responden penelitian dalam rangka memperoleh
keabsahan data.

3.4. Teknik pengumpulan data

3.4.1 Pengumpulan data

Menurut (Riduwan, 2012:69) metode pengumpulan data adalah teknik atau


cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data”. “Menurut
(Sugiyono, 2018:224) Teknik pengumpulan data merupakan langkah utama dalam
penelitian, karena tujua utama dari penelitian adalah mendaatkan data, jika peneliti tidak
mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapat data yang
memenuhi standar.

10
Untuk mendapatkan data dari lapangan, maka perlu dilakukannya penelitian
untuk pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.4.2 Angket (Questionnaire)

Angket merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi


kesepakatan pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket ini
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti
variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono,
2018:124).

Angket (Kuesioner) Angket yaitu kumpulan dari pertanyaan yang diajukan


secara tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini adalah responden), dan cara
menjawab juga dilakukan secara tertulis.

Adapun jumlah item angket untuk masing-masing variabel adalah:

1. Sebanyak 30 item untuk variabel kondisi sekolah

2. Sebanyak 30 item untuk variabel kesiapan sekolah

Sebelum data dikumpulkan terlebih dahulu dipersiapkan daftar pertanyaan


dimana setiap daftar pertanyaan diberi bobot. Bobot untuk setiap pertanyaan diukur
melalui Skala Likert. Skala Likert yaitu suatu alat ukur yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena.

Penelitian ini menggunakan alat ukur dengan modifikasi dari skala Likert
dengan 5 skala pengukuran yaitu SS = Sangat Setuju, S = Setuju, KS = Kurang Setuju,
TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju.

Skala pengukuran untuk memberikan bobot penilaian terhadap budaya sekolah


dan mutu sekolah menggunakan model brtingkat 5 alternatif jawaban. Untuk menskor
skala kategori likert, jawaban diberi bobot atau disamakan dengan nilai kuantitatif
5,4,3,2,1 untuk pernyataan positif dan 1,2,3,4,5 untuk pernyataan negatif.

Sebelum perangkat penelitian digunakan untuk memperoleh data, terlebih


dahulu dilakukan validitas isi, selanjutnya diuji cobakan untuk melihat validitas dan

11
reliabilitas angket tersebut. Cara yang ditempuh adalah dengan memberikan angket
kepada seluruh tenaga pendidik di MAN 2 Cianjur dan perwakilan 30 siswa.

3.4.3 Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan antara dua orang atau lebih dan
berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal haldari responden yang akan lebih mendalam dan jumlah respondennya
sedikit/kecil (Sugiyono, 2018:137-138).

3.4.4 Dokumentasi

Dokumentasi adalah untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian,


meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto,
film dokumenter, data yang relevan penelitian. Dokumentasi dilakukan dalam
penelitian untuk mengambil gambar sekolah yang diteliti dan aktivitas peserta didik
(Sugiyono, 2018).

3.4.5 Studi Pustaka

Menurut Sugiyono, “Studi pustaka adalah kajian teoritis, referensi, serta


literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai, dan norma yang
berkembang pada situasi sosial yang diteliti.”

3.4.6 Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2006:267), “Validitas merupakan derajat ketetapan antara


data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh
peneliti.”

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2012). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2009

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.(2021) Panduan


Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2021/2022 di masa pandemi

12
Covid-19 (SKB 4 Menteri 2021). Jakarta, DKI. Tersedia di
https://lpmpbabel.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2021/01/proses-
pembelajaran-era-new-normal-oke.pdf

Heri Dwiyanto, Menyiapkan Pembelajaran Era New Normal Dengan Blended Learning.
(lampung: TP, 2020), 3-4

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Online). Tersedia di https://kbbi.web.id/normal Diakses 29


Mei 2021

Kartini, T., & Rusman, R. (2019). Studi Evaluatif Kurikulum Diklat Berjenjang Tingkat
Dasar Dalam Jaringan Terhadap Peningkatan Kompetensi Pendidik Paud.
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), 74–86.
https://doi.org/10.21831/diklus.v2i2.2365 1

Malyana, A. (2020). Pelaksanaan Pembelajaran Daring dan Luring Dengan Metode


Bimbingan Berkelanjutan Pada Guru Sekolah Dasar Di Teluk Betung Utara
Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Indonesia, 2(1), 67– 76. Google
Scholar

Nadiem Makarim, Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, Persiapan Pembelajaran Era


New Normal( Kumparan NEWS;konten Redaksi Kumparan. PT Dynamo Media
Network) 2020.

Riduwan. 2012. Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta

Ruseffendi, H. E. T. (2010). Perkembangan pendidikan matematika. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Setiawan, A. R., Puspaningrum, M., & Umam, K. (2019). Pembelajaran Fiqh Mu’Āmalāt
Berorientasi Literasi Finansial. TARBAWY : Indonesian Journal of Islamic
Education, 6(2), 187- 192. https://doi.org/10.17509/t.v6i2.20887

Sugiyono, P. D. (2017). Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


Kombinasi, dan R&D. Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

13
Tani, S., & Ekawati, E. Y. Peningkatan Kemandirian Belajar Peserta Didik pada Materi
Teori Kinetik Gas Melalui Penerapan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis
iSpring Suite 8. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika, 7(2), 13-16. Google
Scholar

Undang-Undang Republik Indonesi.(2003) Sistem Pendidikan Nasional (Permendiknas No.


20 Tahun 2003). Jakarta, DKI. Tersedia di
https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/7308/UU0202003.htm

Wahyu Adityo Prodjo. (2020, 06). Pembelajaran Jarak Jauh bukan Pembelajaran Daring,
Ini Penjelasannya. Kompas.com. Diakses dari
https://www.kompas.com/edu/read/2020/06/16/200131471/pembelajaran-jarak-
jauh-bukan-pembelajaran-daring-ini-penjelasannya.

Zulaiha, D., Lian, B., & Mulyadi, M. (2020). The Effect of Principal’s Competence and
Community Participation on the Quality of Educational Services. Journal of Social
Work and Science Education, 1(1), 45-57.

14

Anda mungkin juga menyukai