Anda di halaman 1dari 57

ANALISIS KEBIJAKAN PROTOKOL

KESEHATAN COVID-19 TERHADAP PROSES


PEMBELAJARAN ERA NEW NORMAL DI MTS
NW SELEBUNG KETANGGA
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

PROPOSAL
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Hamzanwadi NW Lombok Timur
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
IIN DWI AYU MARDIANA
NIMKO. 2017.4.029.0101.1.004784

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI NW
LOMBOK TIMUR
2021
1

Analisis Kebijakan Protokol Kesehatan Covid-19 Terhadap Proses

Pembelajaran Era New Normal di MTS NW Selebung Ketangga Tahun Pela-

jaran 2021.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses mendidik, membina, mengendalikan,

mengawasi, memengaruhi, dan mentransmisikan ilmu pengetahuan yang

dilaksanakan oleh pendidik kepada peserta didik untuk membebaskan

kebodohan, meningkatkan pengetahuan, dan membentuk kepribadian yang

lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Pendidikan juga

merupakan usaha dan upaya para pendidik yang bekerja secara interaktif

dengan para peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan serta

memajukan kecerdasan dan keterampilan semua orang yang terlibat dalam

pendidikan.1

Pentingnya pendidikan guna untuk meminimalisir tingkat kebodohan

sumber daya manusia, karena orang yang berpendidikan atau berilmu

mempunyai tempat yang istimewa bahkan di anugerahi kemuliaan di sisi

Allah SWT. Apabila taqwa menjadi wasilah (perantara) dalam menuntut

ilmu. Hal ini sejalan dengan potongan sya’ir yang dikemukakan oleh

Muhammad Ibnul Hasan bin Abdullah dalam kitab ta’limul muta’allim,

sebagai berikut :

‫ان لِ ُك ِّل ْال َم َح ِام‬


ٌ ‫تَ َعلَّ ْم فَا ِ َّن ْال ِع ْل َم زَ ي ٌْن اِل َ ْهلِه ۞ َو فَضْ ٌل َو ُع ْن َو‬

“Tuntutlah ilmu, sungguh dia akan menghias dirimu,

dia perlebihan (mengutamakanmu) dan pertanda segala pujaan”.


1
Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan ( Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011 ), hlm 22
2

Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan hendaknya sejalan

dengan perbaikan proses pembelajaran. Apabila upaya yang dilakukan terkait

dengan pendidikan mengkaji berbagai aspek yang terkait dengan pendidikan

itu sendiri, maka perbaikan pembelajaran mengkaji tentang proses yang

seharusnya terjadi dalam pembelajaran yang dilakukan pendidik. Terlebih

dalam keadaan pandemi saat ini tidak akan berlangsung cepat untuk kembali

normal dalam melaksanakan aktivitas dari berbagai aspek, terutama dalam

melaksanakan aktivitas pendidikan yang mana melibatkan peserta didik dan

tenaga kependidikan.

Diketahui saat ini terjadi wabah penyakit baru yang berasal dari virus

yaitu virus corona dimana gejala penyakitnya dimulai dari gejala ringan

sampai berat. Virus corona ini adalah bagian besar virus yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia maupun hewan. Jika pada manusia

menyebakan penyakit infeksi saluran pernafasan, seperti flu biasa hingga

menyebabkan penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome

(MERS) dan syndrome pernafasan akut berat atau Severe Acute Respiratory

Syndrome (SARS). Corona virus jenis baru ini ditemukan pada manusia sejak

terjadinya wabah di Wuhan China, sejak Desember 2019, yang kemudian

diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-

COV2), serta dapat menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019

(COVID-19).2 Corona virus adalah virus jenis baru yang belum pernah

diitentifikasi sebelumnya pada manusia. Manifestasi klinis COVID-19


2
Yudi Firmansyah, Fani Kardina., Pengaruh New Normal Ditengah Pandemi Covid- 19
Terhadap Pengelolaan Sekolah dan Peserta Didik, Jurnal Penelitian Pendidikan, 4(2)
(Karawang: Buana Ilmu, 2020), hlm. 103
3

biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan

gejala umum infeksi corona virus antara lain gejala gangguan pernafasan akut

seperti demam, batuk dan sesak nafas. Pada kasus yang berat dapat

menyebabkan pneumonia sindrom pernapasan akut, gagal ginjal dan bahkan

kematian.

Pandemi covid-19 bukanlah suatu penghalang untuk melangsungkan

pendidikan, berbagai inovasi harus dilakukan untuk tetap memberikan

pelayanan pendidikan yang memadai kepada peserta didik. Berlangsungnya

pendidikan dengan apa adanya pada awal pandemi, menimbulkan berbagai

masalah terutama masih adanya beberapa sekolah dan peserta didik yang

belum memiliki sarana dan prasarana untuk memadai dan melaksungkan

pembelajaran daring. Dimana pembelajaran daring adalah proses pembela-

jaran yang dilakukan secara online melalui situs terntentu. Era new normal

menjadi suatu solusi yang diterapkan oleh pemerintah untuk hidup

berdampingan dengan pandemi agar kegiatan pendidikan bisa berlangsung

dengan memenuhi aturan protokol kesehatan.

Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk menuju new normal

tersebut dapat berpengaruh besar dalam berbagai aspek, terutama dalam

bidang pendidikan yang dapat pengaruhnya dalam pengolahan sekolah dan

peserta didik menuju new normal. Menuju new normal guru maupun peserta

didik dituntut untuk bias menggunakan teknologi, jika keadaan sebelum

pandemi menuju new normal ini guru menilai kualitas siswa berdasarkan satu

kelas, namun pada new normal ini guru tidak bisa lagi memberikan penilaian
4

dengan cara seperti itu, akan tetapi ada cara lain yaitu dengan diperhatikannya

peserta didik satu persatu, hal itu bertujuan untuk guru menggali potensi

peserta didik, terutama potensi terhadap technologi. Keadaan menuju new

normal tentu tidak sedikit membutuhkan sumber daya, melainkan

dimaksimalkannya sumber daya baik di sekolah maupun di perguruan tinggi.

Kegiatan belajar tentunya tidak berjalan seperti sebelumnya, dengan demikian

kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik maupun oleh tenaga pendidik

dibantu dengan menggunakan beberapa aplikasi yang dapat menunjang

proses kegiatan belajar, antara lain seperti aplikasi: zoom, google classroom,

whatsapp, maupun aplikasi lainnya.

Ketika pendidikan dalam masa pandemi covid-19 berlangsung

dengan menggunakan aplikasi yang dapat menunjang komunikasi baik guru

dengan peserta didik, aplikasi-aplikasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk

mengadakan webinar, oleh sebab itu sekolah harus memberikan mengenai

pengembangan kebutuhan bagi peserta didik secara keseluruhan, terintegrasi

dan optimal. Karena sekolah memberikan sesuatu yang sangat berharga bagi

peserta didik. Selain itu, sekolah juga harus menjadikan usaha pembaharuan

bagi peserta didik selain memberikan layanan sekolah berupa pendidikan dan

pengajaran. Namun bukan berarti pembelajaran daring tidak memiliki kendala

bahkan pembelajaran daring banyak memiliki kendala seperti peserta didik

tidak memiliki alat komunikasi yang memadai, jaringan yang tidak stabil,

kekurangan kuota dan msih banyak lagi.


5

Hak pendidikan yang tidak terpenuhi, menjadikan pemerintah untuk

menetapkan kebijakan Kurikulum Darurat. Kurikulum Darurat merupakan

rancangan kurikulum dengan menyederhanakan Kurikulum Nasional yang

diperkirakan dapat memenuhi hak pendidikan dalam situasi pandemi.

Penyederhanaan tersebut terletak pada pengurangan kompetensi dasat bagi

setiap mata pelajaran. Kebijakan Kurikulum Darurat tersebut dirancang oleh

pemerintah untuk digunakan sebagai opsi kurikulum bagi sekolah. Dimana

pemerintah memberikan tiga opsi kurikulum, yaitu tetap memakai Kurikulum

Nasional, memakai kurikulum Darurat atau memakai kurikulum yang telah

disederhanakan secara mandiri oleh sekolah.3

Menteri Pendikan beserta tiga menteri lainnya telah

memperbolehkan pembelajaran secara tatap muka pada awal tahun 2021

dengan syarat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan. 4 Kabar ini disambut

baik oleh sebagian besar peserta didik, mahasiswa maupun tenaga

kependidikan karena dalam pelaksanaan pembelajaran daring ini memiliki

dampak yang tidak sedikit dan cukup serius. Salah satu dampak tersebut

adalah kejenuhan dalam belajar, hal ini dapat menurunkan minat atau

motivasi belajar. Sementara itu, saat ini telah diberlakukannya masa new

normal yang memerlukan kemampuan adaptasi belajar secara cepat dan tepat

3
Jaka Bangkit Sanjaya, Rastini. Implementasi Kurikulum Darurat Di Masa
Pandemi Covid-19 Dalam Upaya Pemenuhan Hak Pendidikan. Jurnal of
Indonesia Law. 1(2) (2020), hlm. 161

4
Albertus Adit, “Januari 2021 Sekolah Tatap Muka Diperbolehkan, Simak Syaratnya,
“https://www.kompas.com/edu/read/2020/11/21/050700671/januari-2021-sekolah-tatap-muka-
diperbolekah-simak-syaratnya?page=all (diakses tanggal 3 juli 2021)
6

karena akan mempengaruhi proses serta hasil pembelajaran. Tentu tidak

mudah dalam menanggapi perubahan pembelajaran daring menjadi

pembelajaran luring.

Menuju new normal dalam pengelolaan sekolah pemerintah pusat

melalui Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas

tepat pada 28 Mei 2020 dalam jumpa pers bersama Menteri Luar Negri Retno

Marsudi dan tim Pakar Gugus Tugas Penanganan covid-19 telah

menyampaikan Protokol Masyarakat Produktif serta aman covid-19 untuk

menuju new normal, new normal ini dimaknai hidup berdampingan dengan

covid-19. 5
Walaupun saat ini sudah diberlakukan status new normal tapi

sudah banyak jenis himbauan patuh tehadap protokol kesehatan seperti rajin

mencuci tangan pakai sabun, menggunakan masker saat keluar rumah serta

menerapkan physical distancing yang disampaikan melalui iklan, acara di

televise, poster- poster, baliho dan sosial media yang saat ini sangat mudah

diakses oleh peserta didik. Beberapa tulisan mengatakan golongan usia yang

rentang terhadap virus covid-19 ini adalah individu dengan usia lanjut namun

tidak berarti remaja mauapun siswa SMP sederajat kebal terhadap infeksi ini.

Siswa harus memiliki pengetahuan dan sikap yang positif terhadap protokol

kesehatan guna mencegah dari terpapar virus. Tekhnologi yang sudah

berkembang pesat saat ini sudah sangat familiar dan umum digunakan oleh

5
Yudi Firmansyah, Fani Kardina, Op.Cit, hlm. 107
7

siswa, sehingga siswa sangat mudah mengakses dan mendapatkan informasi

serta pengetahuan tentang tentang covid-19.6

Berdasarkan hasil observasi awal, pemahaman siswa MTS NW

Selebung ketangga tentang covid-19 hasilnya cukup, sedangkan dalam hal

penerapan protokol kesehatan tergolong masih kurang dimana hampir semua

siswa paham apa itu covid-19 tapi sebagian siswa ada yang tidak menerapkan

protokol kesehatan seperti tidak memakai masker ke sekolah, tidak selalu

melakukan cuci tangan pakai sabun dan ada siswa yang belum melakukan dan

mematuhi protokol kesehatan secara benar dan siswa mengatakan tidak harus

selalu waspada terhadap penyebaran virus covid-19. Jika dalam pelaksanaan

new normal gagal maka akan beresiko terhadap meningkatnya penyebaran

virus covid-19 yang kemudian akan berdampak bukan hanya pada ekonomi

melainkan pada sektor pendidikan yang dimana peserta didik diharuskan

belajar dari rumah dengan proses pembelajaran secara daring.

Pembelajaran di era new normal berarti mengharuskan pendidik

maupun peserta didik untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan

kebijaka di pandemi. Jika kebijakan new normal yang dimaksudkan

pembukaan sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat,

sehingga ada beberapa panduan atau aturan yang harus menjadi perhatian,

seperti kesiapan sekolah dalam menyiapkan tempat cuci tangan, sabun

cucitangan atau handsanitizer, tim kesehatan dll. Kebijakan pemerintah

melakukan pembukaan sekolah pada situasi pandemi menuai tanggapan pro


6
Mardianto Prabowo, “ Presepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Daring Mata Pelajaran
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pada Masa Pandemi Covid- 19. “ Majalah Ilmiah
Olahraga”. 30 Sep,2020. hlm. 57
8

dan kontra. Sejauh ini aktivitas belajar telah dilaksanakan di rumah selema

beberapa bulan terakhir dengan sistem daring.

Pembukaan sekolah pada masa pandemi dengan kebijakan new

normal dinilai oleh sebagian kalangan sebagai langkah alternatif dalam

memenuhi kebutuhan belajar siswa yang selama ini belajar di rumah dengan

sistem daring.

Berdasarkan uraian diatas, penulis menganggap perlu untuk

mengadakan penelitian dengan judul : “Analisis Kebijakan Protokol

Kesehatan Covid-19 Terhadap Proses Pembelajaran Era New Normal di

MTS NW Selebung Ketangga Tahun Pelajaran 2021”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dikemukakan

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana analisis penerapan protokol kesehatan pada pembelajaran era

new normal di MTS NW Selebung Ketangga?

2. Bagaimana dampak kebijakan protokol kesehatan dalam proses

pembelajaran era new normal di MTS NW Selebung Ketangga?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui analisis penerapan protokol kesehatan pada pembelajaran era

new normal di MTS NW Selebung Ketangga

2. Mengetahui dampak kebijakan protokol kesehatan dalam proses

pembelajaran era new normal di MTS NW Selebung Ketangga


9

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pengetahuan dan informasi bagi

pengembangan keilmuan dan keterampilan tentang covid-19 dan protokol

kesehatan dalam pelaksanaan pembelajaran di era new normal.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refrensi

(rujukan) bagi para guru, orang tua dan pihak lainnya yang terkait dengan

kebijakan protokol kesehatan covid-19 dalam pelaksanaan pembelajaran di

era new normal.

E. Kajian Pustaka

1. Landasan Teori

a. Pengertian Analisis

Menurut kamus besar bahasa Indonesia Analisis adalah

penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelahan

bagian itu sendiri serta hubungan antara bagian untuk memperoleh

pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Menurut

Nana Sudjana analisis adalah usaha memilah suatu integritas men-

jadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya atau

susunannya. Menurut Abdul Majid analisis adalah kemampuan

menguraikan satuan menjadi unit- unit terpisah, membagi satuan

menjadi sub-sub atau bagian membedakan antara dua yang sama,


10

memilih dan mengenai perbedaan diantara beberapa yang dalam

satu kesatuan.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

analisis adalah suatu kegiatan untuk menemukan temuan baru ter-

hadap objek yang akan diteliti ataupun diamati oleh peneliti den-

gan menemukan bukti-bukti yang akurat pada objek tersebut.

Analisis adalah salah satu komponen penting dalam proses data

analisis. Metode analisis data merupakan bagian dari proses anali-

sis dimana data yang dikumpulkan lalu diproses untuk meng-

hasilkan kesimpulan dalam pengambilan keputusan.

b. Pengertian Kebijakan

Kebijakan secara etimologi diturunkan dari bahasa Yunani,

yaitu kota (city). Dapat ditambahkan, kebijakan mengacu kepada

cara- cara dari semua bagian pemerintahan mengarahkan untuk

mengelola kegiatan mereka. Dalam hal ini, kebijakan berkenaan

dengan gagasan pengaturan organisasi dan merupakan pola formal

yang sama-sama diterima pemerintah atau lembaga sehingga

mereka berusaha mengejar tujuannya.7 Kebijakan juga merupakan

terjemahan dari kata policy yang berasal dari bahasa Inggris yang

diartikan sebagai sebuah rencana kegiatan atau pernyataan

mengenai tujuan- tujuan, yang diajukan atau diadopsi oleh suatu

pemerintah, partai politik dan lain-lain. Kebijakan juga diartikan

7
Syarifuddin, Efektivitas Kebijakan Pendidikan: Konsep , Strategi, dan Aplikasi
Kebijakan Menuju Organisai Sekolah Efektif (Jakarta: Rineka Cipta. 2008), hal. 75
11

sebagai pernyataan-pernyataan mengenai kontrak penjamin atau

pernyataan tertulis.8 Kebijakan umumnya digunakan untuk

memilih dan menunjukkan pilihan terpenting untuk mempererat

kehidupan, baik dalam kehidupan organisasi pemerintahan maupun

privat. Kebijakan harus bebas dari konotasi atau nuansa yang

dicakup dalam kata politis (political), yang sering diyakini

mengandung makna keberpihakkan akibat adanya kepentingan.

Kebijakan sebuah ketetapan berlaku dan dicirikan oleh perlikau

yang konsisten serta berulang, baik dari yang membuatnya maupun

yang menaatinya.9

Kebijakan dalam pembangunan pendidikan harus

merupakan pondasi untuk melaksanakan pembangunan dalam

berbagai bidang lainnya, mengingat secara hakiki upaya

pembangunan pendidikan adalah untuk membangun potensi

manusianya yang kelak akan menjadi pelaku pembangunan di

berbagai bidang lainnya. Filosofis dalam kebijakan pendidikan

pada dasarnya dijiwai oleh cita-cita luhur. Dalam konteks inilah

filosofi tersebut harus menjadi pedonan dalam

mengimplementasikan setiap kebijakan pembangunan dalam

bidang pendidikan.10

8
Kasful Anwar, Kompri. Kebijakan Pendidikan DI Indonesia (Jakarta: PUSAKA. 2017),
hal.1
9
Sahya Anggara. Kebijakan Publik (Bandung: CV. PUSTAKA SETIA. 2014), hal. 14
10
Ibid, hlm. 15
12

Dalam dunia pendidikan, persaingan hal yang wajar.

Munculnya persaingan adalah untuk mendapatkan objek

pendidikan (siswa/mahasiswa) sebanyak-banyaknya.

Istilah kebijakan (policy) seringkali diterjemahkan dengan

politik, aturan, program, keputusan, undang-undang, peraturan,

ketentuan, kesepakatan, konvensi dan rencana strategis.11

c. Kebijakan Pendidikan

Kebijakan pendidikan merupakan penggambungan dari

kata educational dan policy. Kebijakan adalah seperangkat

aturannya, sedangkan pendidikan menunjukkan pada bidangnya.

Dengan demikian, kebijakan pendidikan tidak terlalu berbeda

dengan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Beragam

pandangan tentang istilah kebijakan, Stephen J. Ball menyatakan

policy as text and discourse yang menarik untuk dielaborasi.

Dikomparasikan dengan definisi kebijakan dalam Tim Revisi

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan dimaknai sebagai

kepandaian, kemahiran, kebijaksanaan, juga dipandang sebagai

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dasar dan dasar

rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan dan cara

bertindak oleh pemerintah, organisasi dan sebagainya.12

Kebijakan dalam pembaharuan pendidikan sering kali

dituding kurang kontekstual sebagai suatu kebijakan yang utuh dan


11
Arwildayanto, Arifin Suking & Warni Tune Sumar. Analisis Kebijakan Pendidikan
(Bandung: CV CENDIKIA PRESS. 2018), hlm. 1
12
Ibid, hlm. 5
13

terintegrasi secara empirical, evaluative, dan normative, dan

memberi pedoman yang jelas bagi formulasi, implementasi dan

evaluasinya.13 Selanjutnya, dalam memahami suatu proses

kebijakan, terdapat aspek yang sangat penting yaitu implementasi

kebijakan. Suatu kebijakan akan menemui banyak masalah pada

tahap pengimplementasiannya, karena alternatif yang dipilih oleh

pembuat kebijakan harus dapat diimplementasikan. Masalah

tersebut sering diartikan secara sederhana, padahal pada masalah

seseorang mungkin menguntungkan bagi orang lain. Sehubungan

dengan sifat praktis dan terkandungnya tujuan dalam perumusan

kebijakan, maka imlementasi kebijakan berkenan dengan

kekuasaan, kepentingan dan strategi para pelaku.14

H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho mengatakan bahwa

kebijakan pendidikan merupakan kesuluruhan proses dan hasil

perumusan langkah-langkah strategis yang dijabarkan dari visi dan

misi pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya

tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk kurun waktu

tertentu.15

Kebijakan pendidikan merupakan suatu pertimbangan yang

didasarkan atas sistem nilai dan beberapa penilaian atas faktor-

faktor yang bersifat situasional, pertimbangan tersebut dijadikan

13
Yoyon Bahtiar Irianto. Kebijakan Pembaruan Pendidikan (Depok: PT. Rajagrafindo
Perseda. 2017), hal. 31
14

15
Ibid, hlm. 37
14

sebagai dasar untuk mengoperasikan pendidikan yang bersifat

melembaga. Pertimbangan tersebut merupakan perencanaan yang

dijadikan sebagai pedoman untuk mengambil keputusan, agar

tujuan yang bersifat lembaga bisa tercapai.

Oleh sebab itu sekolah sebagai lembaga atau organisasi

yang melaksanakan pendidikan formal sebagai sistem pendidikan

nasioan, harus mampu berperan dalam menentukan masa depan

generasi muda. Kebijakan pendidikan mempunyai makna yang

begitu luas dan bermacam-macam, sehingga perlu ditinjau dari

berbagai macam sudut pandang. Selanjutnya, kebijakan pendidikan

adalah kebijakan publik dalam bidang pendidikan. Mark Olsen,

John Codd dan Anne-Mari O’Neil, (H.A.R Tilaar dan Riant

Nugroho) mengemukakan bahwa kebijakan pendidikan merupakan

kunci bagi keunggulan, bahkan eksistensi bagi negara-negara

bangsa dalam persaingan global.16 Sebagaimana dikemukakan

sebelumnya, kebijakan pendidikan dipahami sebagai bagian dari

publik, yaitu kebijakan publik dalam bidang pendidikan. Dengan

demikian, kebijakan pendidikan merupakan kebijakan yang

ditunjukkan untuk mencapai tujuan pembangunan negara bangsa

dalam bidang pendidikan, sebagai salah satu tujuan pembangunan

negara bangsa secara keseluruhan.

d. Kebijakan Pendidikan di Masa Pandemi


16
Rusdiana, Op. Cit., hlm. 36
15

Memahami sebuah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah

selaku pemangku kepentingan sangatlah penting untuk bisa menilai

dan melakukan evaluasi, apakah kebijakan yang telah dibuat dan

diambil sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau tidak.17

Perlunya kebijakan pemerintah dalam mengatasi sebuah masalah

yang dihadapi, apakah masalah itu terjadi dari hasil perencanaan

kegiatan yang dilakukan dalam bentuk program kegiatan ataukah

sama sekali belum pernah direncakan sebelumnya dan tiba- tiba

saja hadir di tengah masyarakat tidaklah menjadi soal adanya.

Kehadiran persoalan yang dihadapi oleh pemerintah dan tidak

hanya cukup diselesaikan dengan cara atau jalan yang biasa saja,

namun harus diselesaikan melalui sebuah perumusan kebijakan

yang dituangkan kedalam instrumen atau sarana perundnag-

udangan. Singkat kata, bahwa perumusan kebijakan harus

dilakukan secara cermat berdasarkan pada permasalahan yang

dihadapi.

Merumuskan kebijakan terhadap penanganan pandemi

covid-19 tentu harus pula melalui tahapan perumusan kebijakan

sebagaimana dimaksud di atas guna menghasilkan sebuah

kebijakan yang mampu mengatasi persoalan yang dihadapi

sehingga kebijakan yang diambil itu tidak bisa menyelesaikan

masalah tersebut dengan baik.

17
Aminuddin Ilmar, Memahami Kebijakan Pemerintah Dalam Menangani Covid- 19
(Makasar: Phinatama Media. 2020), hlm 1
16

Penanganan masalah pandemi wabah covid-19

sebagaimana juga dialami oleh negara- negara lain tentu saja

dilakukan melalui suatu kebijakan yang diharapkan dapat

mengatasi dan menyelesaikan masalah, khususnya mengatasi

bagaimana cara yang efektif dan efisien yang dilakukan agar dapat

memutus mata rantai penyebaran atau penularan wabah virus

tersebut. Kebijakan untuk memutuskan mata rantai penyebaran

atau penularan wabah virus melalui penerapan karantina wilayah

atau lockdown itu ternyata bukan menjadi jaminan untuk tidak

tersebarnya virus tersebut bahkan justru malah membuat dampak

lain seperti roda ekonomi menjadi lumpuh dan tidak bergerak sama

sekali. Dengan alasan tersebut pemerintah lebih memilih kebijakan

pembatasan sosial bersekala besar atau PSBB sebagaimana diatur

dalam UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang kekarantinaan

Kesehatan.18

Pandemi ini bukan hanya berdampak dari segi ekonomi saja

melainkan sektor pendidikan ikut serta berdampak. Di era pandemi

Covid- 19 ini tentunya tidak memungkinkan untuk menerapkan

pembelajaran dilaksanakan secara face to face atau secara

langsung, mungkin setidaknya bisa dilakukan dengan jarak jauh

atau virtual yaitu pembelajaran secara online dengan melakukan

live e-learning melalui berbagai platform aplikasi yang tersedia

seperti zoom, google meet, google classroom yang merupakan


18
Ibid, hlm. 3
17

media berbasis aplikasi yang dapat dioptimalkan untuk wadah

pembelajaran.

Melalui media aplikasi elektronik tersebut tenaga pendidik

juga dapat mentransfer pengetahuan dan keterampilan seperti

biasanya saat melakukan pembelajaran secara face to face.

Kebijakan ini juga didukung dengan adanya Undang- undang RI

Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 31 ayat 1-4 tentang Pendidikan Jarak

Jauh :

1) Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur,

jenjang, dan jenis pendidikan.

2) Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan

pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat

mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.

3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk,

modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan

belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan

sesuai dengan standar nasional pendidikan.

4) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.19

Dalam pembelajaran jarak jauh ini juga tetap bisa

membangun karakter peserta didik misalnya saja dapat dilihat

19
Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Bandung: Citra Umbara. 2010), hlm 17
18

dengan disiplin waktu dalam memulai dan mengakhiri pertemuan

kelas daring, disiplin waktu batas waktu, uploas tugas, kemudian

melalui tugas individu, kerja sama mellaui tugas kelompok dan

etika dalam berbicara atau menulis saat live elearning berlangsung

antara peserta didik dengan tenaga pendidik.

Ditengah pandemi yang melanda Indonesia yang belum

diketahui pasti kapan berakhirnya memkasa beberapa pihak untuk

melakukan terobosan, salah satunya adalah dengan melakukan

kebijakan new normal diberbagai sektor, diantaranya sektor

pendidikan. Sehingga demikian, sekolah sebagai industri

pendidikan dituntut untuk mempersiapakan diri dalam

mengahadapi kebijakan new normal apabila diimplementasikan.

Menurut pandangan pengamat pendidikan dari Universitas

Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd,

bahwa dunia pendidikan di Indonesia bisa dikatakan siap untuk

menghadapi new normal. Namun, kesiapan tersebut sangat

dipengaruhi pada kejelasan panduan kebijakan new normal yang

dicetuskan oleh pemerintah.20

Kebijakan new normal yang dimaksud disini adalah

mulainya pembukaan sekolah dan belajar tatap muka. Dalam

mengahadpi new normal di sekolah, ada beberapa persyaratan yang

20
Agus suprijono. Kesiapan Dunia Pendidikan Menghadapi Era New Normal (Parepare:
IAIN Parepare Nusantara Pers. 2020), hlm. 20
19

diterbitkan oleh Kemendikbud bila mana pembukaan di sekolah

ditengah pandemi yang dikutip di media Kupang, tribunnewa.com.

Syarat itu terdiri dari 19 item yaitu: 21

1) Proses skrining kesehatan yaitu guru dan karyawan sekolah

dengan obesitas, diabetes, penyakit jantung, paru dan pembuluh

darah, kehamilan, kanker atau daya tahan tubuh lemah dan

menurun, tidak dapat disarankan untuk mengajar dan bekerja di

sekolah. Golongan mereka dapat diberikan opsi untuk bekerja

di rumah saja (work from home).

2) Skrining zona lokasi yaitu lokasi tempat tinggal melakukan

identifikasi zona tempat tinggal guru atau siswa. Jika tinggal di

zona merah disarankan bekerja di lokasi sekolah dekat tempat

tinggalnya.

3) Lakukan tes covid-19 yaitu dengan melakukan tes RT.PCR

sesuai dengan standar WHO. Jika secara teknis terdapat

keterbatasan biaya atau reagen, maka dapat dilakukan opsi

polling tes dengan jumlah sampel kurang dari 30.

4) Tanda lulus skrining yaitu guru dan siswa yang sudah lolos

tahapan skrining diberi tanda.

5) Sosialisai virtual yaitu seminggu sebelum kegiatan belajar

mengajar diberlakukan, lakukan pola baru ke orangtua, siswa,

guru, dan staf sekolah.

21
https://kupang.tribunnews.com/2020/06/05/kemendikbud-terbitkan-19-item-syarat-
new-normal-untuk-sekolah-dilaksanakan-saat-mulai-sekolah?page=2. (diakses pada 28 Juli 2021)
20

6) Atur waktu KBM yaitu mengatur waktu kegiatan belajar

mengajar, waktu kegiatan belajar mengajar dilakukan agar

tidak bersamaan dengan waktu padat lalu lintas dan

mengurangi durasi di sekolah.

7) Data dan cek kondisi yaitu guru kelas terpilih wajib mendata

dan cek kondisi siswa orang tuan siswa secara virtual sebagai

skrining awal. Siswa atau orang yang sakit diberikan

keringanan tetap belajar dari rumah, sehingga dokter

menentukan sehta.

8) Posisi duduk yaitu pengaturan tempat duduk siswa di ruang

kelas dan ruang guru minimal berjarak 1,5 meter. Bila

memungkinkan pakai pembatas plastik.

9) Guru tetap, guru tidak berpindah kelas, guru kelas diupayakan

tetap atau tidak berpindah kelas. Untuk guru SMP yang

mengampuh mata pelajaran maka dapat dilakaukan dengan

perpindahan dalam proses belajar mengajar dengan mengacu

kepada protokol kesehatan.

10) Jaga jarak ideal yaitu dengan menjaga jara guru dari siswa

sesuai dengan protokol kesehatan.

11) Melakukan skrining harian yang dilakukan oleh siswa, guru

dan staf lewat handphone. Jika suhu diatas 38 derajat, batuk

pilek, gangguan kulit, mata, mutah, diare, tidak selera makan


21

atau keluhan lain maka jangan ke sekolah. Fasilitias kontak

puskesmas, klinik atau RS terdekat.

12) Tidak berkumpul dengan cara pengantar atau penjemput

berhenti di lokasi yang ditentukan dan di luar lingkungan

sekolah, serta dilarang menunggu atau berkumpul. Hanya

berhenti, turunkan, kemudian pergi tinggalkan sekolah.

13) Skrining fisik yaitu dilakukan di depan pintu masuk sekolah,

untuk guru, siswa yang meliputu cek suhu tubuh, masker dan

tidak tampak sakit.

14) Penerapan PHBS dengan mengatur pola sekolah baru,

mengadopsi upaya pencegahan covid-19. Meliputi wajib

memakai masker, pengaturan jarak, tidak menyentu,

membiasakan diri mencuci tangan, penyediaan wastafel dan

hand sanitizer. Tidak ada pedagang luar atau kantin, siswa

dapat membawa bekal sendiri dari rumah. Tidak boleh tukar

menukar makanan dan tempat makanan antar siswa.

15) Informasi pencegahan covid-19 harus dipasang di gerbang

sekolah dan kelas.

16) Disinfektan dengan menjaga kebersihan ganggang pintu,

kebersihan keyboard, kebersihan komputer, kebersihan kelas,

meja dan kursi belajar dengan disinfeksi setiap hari, termasuk

lingkungan sekolah.
22

17) Penutupan tempat bermain dengan meniadakan tempat bermain

atau berkumpul.

18) WFH (Work frome home), bagi guru yang berpergian, siswa

yang pulang berpergian keluar kota dan luar negeri diberi

waktu WFH atau belajar di rumah selama 14 hari.

19) Pemberdayaan UKS yaitu sekolah harus menyediakan

dukungan UKS dan psikologis harian di sekolah, pemerintah

daerah wajib menurunkan petugas medis secara berkala ke

sekolah. Serta secara reguler dilakukan pemeriksaan secara

sampling di sekolah.

Oleh sebab itu, berdasarkan penuturan yang disebutkan di

atas, hemat penulisan perizinan yang dilakukan kepada sekolah

untuk melakukan proses pembelajaran di kelas harus memiliki

kriteria zona aman sehingga pembukaan sekolah dapat dilakukan

secara berkala sesuai dengan rekomendasi dari Gugus Percepatan

Penanganan covid-19 di setiap daerah, baik tingkat kabupaten atau

tingkat kecamatan sehingga bagi sekolah yang memenuhi kriteria

tersebut harus menjamin ketersediaan infrastruktur dan

menerapkan protokol kesehatan.22

e. Covid- 19

Menurut WHO, virus corona adalah keluarga besar virus

yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Pada

22
Ibid, hlm. 27
23

manusia corona diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai

dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti middle East

Respiratory Syndrome (MERS), dan Sever Acute Respiratory

(SARS). Virus corona termasuk golongan virus, bukan bakteri.

Virus corona sangat banyak macamnya, yang paling baru adalah

SARS Corona Virus-2, yang menyebabkan covid-19 dan virus ini

berukuran 50-200 nm dan virus corona termasuk virus RNA.

Menurut ahli virus atau virologis Richard Sutejo, virus cororna

penyebab sakit covid-19 merupakan tipe virus yang umum

menyerang saluran pernafasan tetapi strain covid-19 morbiditas

dan mortalitas yang lebih tinggi akibat adanya mutasi genetik dan

kemungkinan transmisi inter-spesies yang menular melalui tetesan

pernafasan dari batuk dan bersin.23 Richar menambahkan selain

menerapkan pembatasan sosial skala besar (PSBB), salah satu cara

efektif untuk menekan penyebaran covid-19 adalah dengan

melakukan tes massal. Kata Richard, dengan adanya tes massal

pemerintah dapat memetakkan pola penyebaran covid-19 sehingga

perencanaan dan antisipasi yang dilakukan dapat lebih tepat dan

terarah.

Pada 11 februari 2020, WHO secara resmi mengumumkan

penamaan baru virus penyebab pneumonia misterius itu dengan

nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronaviru-2 (SARS-


23
Risna Halidi, “ Ahli Virus Sebut Covid- 19 Adalah Virus Umum, Tetapi”,
https://www.suara.com/health/2020/04/13/183832/ahli-virus-sebut-covid-19-adalah-virus-umum-
tetatpi (diakses tanggal 5 juli 2021)
24

CoV-2) dan nama penyakit yang ditimbulknya adalah coronavirus

disease 2019 (COVID-19). Ada dua pendapat asal nama virus

tersebut. Pertama, dibawah mikroskop elektron bentuk virus mirip

korona pada gerhana matahari. Pada gerhana matahari ada 2 cincin

di sekitar gerhana yang disebut korona. Kedua, bentuk virus

corona mirip dengan mahkota ratu atau raja. Dalam bahasa Latin,

corona berarti mahkota.24

Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan covid-

19 adalah virus yang berbentuk seperti mahkota raja dan ratu yang

menyebabkan infeksi saluran pernafasan, mulai dari flu biasa

hingga penyakit yang serius seperti SARS dan menyebar melalui

tetesan pernafasan dari batuk dan bersin.

f. Protokol Kesehatan Covid- 19

Sejak kasus pertama ditemukan pada tanggal 2 Maret 2020,

penyebaran penularan covid-19 terjadi dengan cepat di Indonesia.

Dalam rangka menanggulangi pandemi covid- 19 Indonesia telah

menerapkan berbagai langkah kesehatan masyarakat termasuk

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan yang paling terbaru

adalah pemberian vaksin di seluruh wilayah Indonesia.25 Memasuki

masa new normal, pemerintah memiliki tiga prioritas utama dalam

penerapannya yaitu kesehatan, sosial dan ekonomi. New normal


24
Sutaryo, et al., Buku Praktis Penyakit Virus Corona 19( Covid- 19) (Depok: Gadjah
Mada University Press, 2020). hlm. 4-6

25
Listiana Aziza, Adistikah Aqmarina, Maulidiah Ikhsan, Pedoman Pencegahan
Pengendalian Coronavirus Disease (Covid- 19) ( Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2020), hlm.
25
25

merupakan fase dimana perubahan perilaku manusia yang akan

terjadi pada masa pandemi covid- 19 dimana manusia akan

membatasi segala bentuk santuhan fisik dan cenderung akan lebih

membatasi sentuhan dengan individu lainnya.

Memasuki era new normal menjadikan Indonesia sebagai

negara yang harus siap dengan kebiasaan baru dalam kondisi

pandemi Covid- 19, dimana semua orang akan hidup

berdampingan bersama covid-19. New Normal akan seiring dengan

penerapan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari- hari, apaila

terdapai pengabaian terhadap protokol kesehatan maka akan

mengakibatkan terus bertambahnya jumlah kasus covid-19.

Indonesia sudah menjadi negara yang rawan terhadap

penyebaran virus karena disebabkan berbagai faktor pendorong

transmisi. Faktor pendorong transmisi ini dapat dilihay dari

berbagai indikator seperti masih banyak masyarakat yang belum

menerapkan protokol kesehatan dengan benar seperti mencuci

tangan sesuai dengan yang dianjurkan. Setiap orang memiliki

potensi untuk terinfeksi virus corona hanya saja beberapa

kelompok diantaranya memiliki tingat resiko yang lebih tinggi

untuk terkena virus corona. Oleh sebab itu perlu adanya protokol

tatalaksana covid- 19 diantaranya:


26

1) Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak pengambilan

spesimen diagnosa konfirmasi, baik isolasi mandiri dirumah

maupun di fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah.

2) Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas Fasilita

Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

3) Kontrol di FKTP terdekat setelah 10 hari karantina untuk

pemantauan klinis.

4) Pasien mengukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan malam.

5) Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat

berinteraksi dengan anggota keluarga.

6) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau handsanitizer

sesering mungkin.

7) Jaga jarak dengan keluarga.

8) Upayakan kamar tidur sendiri atau terpisah.

9) Menerapkan etika batuk (diajarkan oleh tenaga medis).

10) Alat makan minum segera dicuci dengan air dan sabun.

11) Berjemur di bawah matahari minimal 10- 15 menit setiap

harinya (sebelum jam 9 pagi dan setelah jam 3 sore).

12) Pakaian yang telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam

kantong plastik atau wadah tertutup yang terpisah dengan

pakaian kotor keluarga yang lainnya sebelum dicuci dan segera

dimasukkan mesin cuci.

g. Pengertian Pembelajaran
27

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja

atau tida sengaja oleh setiap individu, sehingga terjadi perubahan

dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa berjalan

menjadi bisa berjalan, tidak bisa membaca menjadi bisa membaca

dan sebagainya. Belajar adalah suatu proses proses perubahan

individu yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya ke arah

yang baik maupun yang tidak baik. Adapun pembelajaran adalah

proses interaksi dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang

diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat, serta

pembentukkan sikap dan kepercayaan pada peserta didik agar

dapat belajar dengan baik.26

Pembelajaran juga diartikan sebagai proses membelajarkan

siswa atau membuat siswa belajar (make student learn). Tujuannya

adalah membantu siswa belajar dengan memanipulasi lingkungan

dan merekayasa kegiatan serta menciptakan pengalaman belajar

yang memungkinkan siswa untuk melalui, mengalami atau

melakukannya. Dari proses melalui, mengalami dan melakukan

itulah pada akhirnya siswa akan memperoleh pengetahuan,

pemahaman, pembentukan sikap dan keterampilan. Dalam konteks

ini, siswalah yang aktif melakukan aktivitas belajar. 27


26
Siti Nurhasanah, et al,. Strategi Pembelajaran ( Jakarta: EDU PUSTAKA. 2019),
hlm,. 4
27
Helmiati. Model Pembelajara (Yogyakarta: Aswaja Pressindo. 2012), hlm. 4
28

Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan kedalam

beberapa hal yaitu:

1) Aktivitas gerak (motoric activities) seperti memperagakan,

mengerjakan, menggambar, melukis, menggerakkan,

mendorong, mengoperasional.

2) Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti

mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan.

3) Aktivitas visual (visual activities) seperti melihat, mengamati,

memperhatikan.

4) Aktivitas intelektual (mengidentifikasi, merpikir, bertanya,

menjawab, menganalisa, mereview, memecahkan masalah.

5) Aktivitas lisan (oral activities) seperti melafalkan, menirukan

bunyi, bercerita, membaca, tanya jawab, mengungkapkan,

menyampaikan, membahasakan.

6) Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang,

membuat makalah, membuat kesimpulan.

Lebih jauh, pembelajaran menurut Gagne & Briggs adalah

sebagai suatu rangakaian events (kejadian, peristiwa, kondisi)

yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pembelajar

atau siswa, sehingga proses belajar dan penanaman nilai dapat

berlangsung dengan mudah.28

28
Ibid, hlm. 7
29

Knirik & Kent L. Gustafson mendefinisikan pembelajaran

sebagai kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu

seseorang mempelajari suatu kemampuan, keterampilan dan nilai

yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap

rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan

belajar mengajar.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasioanl No 20 tahun

2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi

peserta didik dengan dengan pendidik dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar.29

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulan pembelajaran

adalah interaksi antara peserta didin dengan pendidik yang

dirancang sebelumnya oleh guru yang bertujuan untuk

mempermudah proses belajar mengajar.

h. Pembelajaran Era New Normal di Masa Pandemi Covid-19

Salah satu tahapan mengajar yang harus dilalui oleh guru

profesional adalah menyusun perencanaan pengajaran. Tanpa

perencanaan yang matang seorang guru sering kekurangan waktu

mengajar dan kekurangan materi untuk disampaikan. Ini terjadi

karena kurangnya perencanaan. Jadi dengan adanya perencanaan

29
Ibid, hlm. 7
30

pengajaran dapat mendorong guru lebih siap melakukan

pembelajatan dan dapat menggunakan waktu serta mengatur

alokasi waktu yang tersedia secara efektif dan efisien.

Pada hakikatnya perencanaan adalah suatu rangkaian proses

kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang akan

dilakukan. Perencanaan adalah pemikiran sebelum pelaksanaan

suatu tugas. Perencanaan adalah salah satu fungsi awal aktivitas

menejemen dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien.30

Menurut Anderson perencanaan adalah adalah pandangan

masa depan dan menciptakan kerangka untuk mengarahkan

tindakan seseorang di masa depan.31 Dalam pembelajaran yang

dilaksanakan tidak menyasar dan tujuan yang telah direncanakan.

Dengan kata lain untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan secara tepat sesuai dengan program dan tujuan yang

telah direncanakan berjalan efektif secara menyeluruh yaitu jika

komponen pembelajaran yang berpengaruh saling mendukung.

Adapun yang termasuk Komponen pembelajaran adalah

kurikulum, guru, siswa, metode, materi dan bahan ajar, media

pembelajaran/alat pembelajaran.

Proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar apabilan

semua komponen pembelajaran yang mendukung sudah ada dan

dilaksanakan. Akan tetapi di masa pandemi covid-19 ini tentunya


30
Asmadawati, Perencanaan Pengajaran. Jurnal Darul Ilmi 2(1) (Padang : Januari 2014),
hlm. 4
31
31

tidak memungkingkan untuk menerapkan pembelajaran

dilaksanakan secara tatap muka. Semakin serius seiring semakin

melonjakknya angka masyarakat Indonesia yang terpapar covid-19

menyimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran tidak berjalan

maksimal. Menurut hongyue dampak pandemi dapat

mempengaruhi kondisi psikologis dan perubahan perilaku yang

sifatnya lebih luas dalam jangka waktu yang lebih panjang. 32

Perubahan perilaku tersebut mencakup perilaku hidup sehat,

perilaku penggunaan tekhnologi, perilaku dalam pendidikan,

perilaku penggunaan media sosial, perilaku konsumtif, perilaku

kerja, dan perilaku sosial keagamaan.

Memasuki new normal pembelajaran pastinya juga kembali

ke pembelajaran normal, pembelajaran yang berlangsung di

sekolah. Tentunya diperlukan penerapan sistem pembelajaran yang

bisa memadukan pembelajaran tatap muka langsung, pembelajaran

during, luring dan menjalankan protokol kesehatan. Ada beberapa

aspek pendidikan yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah

dalam menerapkan kebijakan new normal ini yaitu sistem

pembelajaran, kurikulum, kompentensi guru, dan infrastruktur

sekolah harus disiapkan karena proses pembelajaran yang terjadi di

sekolah akan berbeda dengan sebelum masa pandemi.

32
Ely satiyasih, Aktifitas Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid -19, Jurnal
Pendidikan 1(1) (Siliwangi: Juni 2020), hlm. 22
32

1) Siswa33

Pembelajaran yang dilakukan harus memperhatikan

protokol kesehatan dalam upaya mencegah penyebaran covid-

19. Proses pembelajaran yang berlangsung harus menerapkan

physical distancing, menggunakan masker, dan rutin mencuci

tangan dengan sabun. Penerapan physical distancing dengan

menjaga jarak tempat duduk siswa akan berdampak pada

kapasitas ruang kelas. Kalau sebelumnya ruang kelas bisa diisi

siswa dengan jumlah maksimal sesuai standar maka sekarang

hanaya dapat diisi setengah atau sepertiga jumlah siswa. Dengan

demikian perlu dirumuskan pola masuk siswa kelas, apakah

diatur dengan model shift atau model yang lain yang telah

disepakati.

2) Kurikulum

Pandemi covid-19 rupanya tak kunjung membaik hingga

memasuki tahun ajaran 2020/2021. Namun sudah terlihat

banyak perubahan yang dilakukan dibidang pendidikan sebagai

uapaya penyelesaian antara kurikulum dan pembelajaran dengan

kondisi saat ini. Mulai januari 2021, kebijakan pembelajaran

tatap muka dimulai dari pemberian izin oleh pemerintah

daerah/kanwil/kantor Kemenag dan tetap dilanjutkan dengan

izin berjenjang dari satuan pendidikan dan orang tua.

33
Heri Dwiyanto, “ Menyiapkan Pembelajaran dalam Memasuki New Normal dengan
Blended Learning, http://lpmplampung.kemdikbud.go.id (diakses tanggal 27 juli 2021)
33

Kurikulum yang ada juga harus disesuaikan dengan

memodifikasi materi pembelajaran. Materi pembelajaran sangat

perlu memuat kecakapan hidup yang harus dimiliki siswa.

Beban ketuntasan materi dalam kurikulum juga perlu dikaji

ulang sebagai dampak perubahan sistem pembelajaran. Sebagai

akibat dari penyesuaian kurikulum ini tentunya akan terjadi

pengurangan. Materi pembelajaran akan lebih simpel dan lebih

menekankan pada pencampaian kompetensi dasar keterampilan

siswa.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)

menerbitkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 719/2020 tentang Pedoman

Pelaksanaan Kurikulum pada satuan Pendidikan dalam Kondisi

Khusus. Satuan pendidikan dalam kondisi khusus dapat

menggunakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan

pembelajaran peserta didik.34 Kurikulum darurat merupakan

salah satu pilihan yang dapat diambil oleh satuan pendidikan

yang melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Penyederhanaan

ini mengurangi kompentensi dasar untuk setiap mata pelajaran

dan siswa hanya fokus pada kompentensi esensial dan

meruapakan prasyarat untuk menjatuhkan pembelajaran ke

tingkat selanjutnya.

34
https://www.kemendikbud.go.id/main/blog/2020/08/kemendigbud-terbitkan-kurikulum-
darurat-pada-satuan-pendidikan-dalam-kondisi-khusus (diakses tanggal 27 juli 2021)
34

Kemendikbud melihat semua kompetensi dasar dan

kemudian memilih esensial yang akan menjadi landasan untuk

tahap sejalnjutnya.

3) Guru

Perubahan sistem pembelajaran dan penyesuaian kurikulum

menuntut guru untuk siap dan mampu menerapkannya dalam

proses pembelajaran di kelas. Belajar dari sistem pembelajaran

pada masa pandemi covid-19 banyak guru yang merasa

kesulitan dalam menerapkan pembelajaran daring dengan

berbasis kecakapan hidup.

4) Infrastruktur sekolah

Perbuahan sistem pembelajaran menuntut setiap sekolah

untuk menyiapkan infrastruktur pembelajaran yang lebih dari

pada sebelumnya. Dari infrastruktur yang ada perlu ditambah

dengan sarana prasarana terkait dengan protokol kesehatan,

pembelajaran secara shift dan pembelajaran daring jika

diperlukan. Penyiapan infrastruktur ini tentunya membutuhkan

pembiayaan yang tidak sedikit. Belum tentu semua sekolah

mampu membiayai kebutuhan infrastruktur yang dibutuhkan.

Pemerintah harus menyiapkan skema pembayaran bagi sekolah

dalam menyediakan infrastruktur pembelajaran apabilan new

normal diterapkan.

5) Metode Pembelajaran
35

Proses kegiatan belajar mengajar di era new normal di

sekolah tentunya akan mengalami proses adaptasi sebagai

langkah penyesuaian terhadap kondisi yang dialami. Ada

beberapa konsep kegiatan belajar mengajar di sekolah yang

dapat dijadikan sebagai alternatif yang dapat diterapkan di

sekolah di tengah pandemi covnid-19.35

Protokol kesehatan sealalu menjadi prioritas sekolah

dalam proses pembelajaran di sekolah di tengah pandemi

dengan jalan mengisolasikan langkah operasional penanganan

covid-19 dan melakukan simulasi penerapan new normal di

sekolah serta menyiapkan mental para siswa. 36

2. Kajian Penelitian Yang Relevan

Nama Judul Metode Hasil Penelitian

(Tahun)

A. Irawan Kebijakan Kualitatif pihak pemangku pendidikan

Rafsanjani Pendidikan seperti dinas pendidikan

(2020) di Era New wajib berkodinasi secara

Normal matang dengan kepala

sekolah dari semua sekolah

yang ada di satu kabupaten

35
Agus suprijono. Kesiapan Dunia Pendidikan Menghadapi Era New Normal (Parepare:
IAIN Parepare Nusantara Pers. 2020), hlm. 28
36
Agus suprijono. Kesiapan Dunia Pendidikan Menghadapi Era New Normal (Parepare:
IAIN Parepare Nusantara Pers. 2020), hlm. 20
36

misalnya saja berkodinasi

tentang perencanaan

penyediaan sarana prasarana

yang dibutuhkan selama

masa pandemi di lingkungan

sekolah untuk mendukung

kebijakan new normal dalam

pendidikan

Ida Penerapan Kualitatif sektor pendidikan menjadi

Waluyati New salah satu bidang yang

(2020) Normal krusial untuk menerapkan

Dalam kenormalan baru. Karena

Masa pandemi covid- 19 belum

Pandemi surut, korban terus

Covid- 19 berjatuhan. Artinya,

di Sekolah penerapan protokol

kesehatan harus dilakukan

secara ketat agar sekolah

tidak menjadi kluster baru

persebaran virus corona.

Peserta didik di Indonesia

mau tidak mau harus

beradaptasi dalam
37

menghadapi new normal.

Hermanto Studi Kualitatif selama new normal perlu

(2020) Kebijakan adanya kerjasama antara

Kepala kepala sekolah, guru, orang

Sekolah tua siswa, institusi

Dalam pendidikan, dan pemerintah

Pembelajar agar pembelajaran yang

an Daring dilakukan di situasi pandemi

Bagi Siswa seperti ini belajar dengan

Sekolah baik. Kemudian aktivitas

Dasar di belajar mengajar di sekolah

Era New sebelum masa pandemi

Normal berlangsung 30-35 menit

Pada Masa dalam satu jam pelajaran,

Pandemi selanjutnya di era new

Covid- 19 normal menjadi 3 mata

pelajaran selama 2-3 jam

tanpa adanya jam istirahat

Yudi Pengaruh Kualitatif pada masa pandemi menuju

Firmansya New new normal kegiatan proses

h & Fani Normal belajar mengajar ditunjang

Kardina Ditengah oleh kehadiran teknologi dan

(2020) Pandemi internet yang mana kegiatan


38

Covid-19 pembelajaran secara dalam

Terhadap jaringan dapat dijalankan

Pengolahan oleh guru maupun peserta.

Sekolah

dan Peserta

Didik

Siti Pembelajar Kualitatif new normal atau kehidupan

Fatimah an di Era baru dimana pemerintah

(2020) New memberikan arahan agar

Normal masyarakat memakai

masker, sering mencuci

tangan, menjaga jarak, dan

lain sebagainya.

Persamaan Meneliti tentang Kebijakan di era New Normal

Perbedaan Sedangkan perbedaannya terdapat pada variabel

penelitian Analisis Kritis Kebijakan Protokol Kesehatan

Covid-19 dalam Pembelajaran di Era New Normal.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif deskriptif. Karena, peneliti ingin menggambarkan

atau melukiskan fakta-fakta atau keadaan ataupun gejala yang terjadi


39

dalam objek penelitian ini. Jenis penelitian deskriptif kualitatif

merupakan sebuah metode penelitian yang memanfaatkan data kualitatif

dan dijabarkan secara deskriptif. Jenis penelitian deskriptif kualitatif

kerap digunakan untuk menganalisis kejadian, fenomena, atau keadaan

secara sosial. Penelitian ini juga menampilkan hasil data apa adanya

tanpa proses manipulasi atau perlakuan lain.

Menurut Punch, riset kualitatif merupakan riset empiris yang

data-datanya bukan berbentuk angka-angka. Penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengutamakan

pendeskripsian data menjadi informasi dengan menggunakan narasi.

Selain itu, penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang

mendeskripsikan suatu ucapan atau kata-kata, maupun perilaku yang

terjadi di suatu masyarakat. 37 Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor

yang dikutip oleh Moleong mengemukakan bahwa metodologi kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.38

Format desain deskriptif pada umumnya dilakukan pada

penelitian dalam bentuk studi kasus yang mana tidak memiliki ciri

seperti air (menyebar ke permukaan), tetapi memusatkan diri pada suatu

unit tertentu dari berbagai fenomena.

37
Aprianus Umbu Zogara, Zainul Arifin, Metodologi Penelitian Ilmiah (Jogjakarta:
KBM Indonesia, 2020), hlm. 5
38
Ibid., hlm. 7
40

Penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan tentang segala

sesuatu yang berkaitan dengan kebijakan protokol kesehatan dalam

pelaksanaan pembelajaran di era new normal. Dalam hal ini peneliti

terjun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi, fenomena maupun

masalah yang berkaitan di lokasi penelitian. Adapun pendekatan yang

digunakan dalam suatu penelitian dapat menentukan pemahaman dan

hasil yang diperoleh dalam penelitian. Sehingga peneliti berperan

sebagai instrumen kunci dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data

dan hasil sebagai makna dari penalaran peneliti yang membentuk

kesimpulan secara umum dari masalah yang diteliti.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat penelitian

MTS NW Selebung Ketangga merupakan sebuah lembaga

pendidikan swasta yang didirikan oleh yayasan NW yang

beralamatkan di Dusun Motong Sari Kecamatan Keruak, Kab.

Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Madrasah ini

merupakan tempat di mana penulis melakukan penelitian.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus tahun

2021 sampai selesai.

3. Subjek Penelitian

Dalam kamus besar bahasa Indonesia subjek penelitian adalah

orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka pembumbutan


41

sebagai sasaran. Subjek adalah suatu bahasa yang sering dilihat pada

suatu penelitian. Manusia, benda ataupun lembaga (organisasi) yang

sifat keadaannya akan diteliti adalah sesuatu yang dalam dirinya

melekat atau terkandung objek penelitian. Dalam penelitian kualitatif,

subjek penelitian sering juga disebut dengan istilah Informan.

Informan adalah orang yang dipercaya menjadi narasumber atau

sumber informasi oleh peneliti yang akan memberikan informasi

secara akurat untuk melengkapi data penelitian

Dalam kamus besar bahasa Indonesia subjek penelitian adalah

orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka pembumbutan

sebagai sasaran. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan

guru MTS NW Selebung Ketangga.

4. Data dan Suber Data

a. Data

Data penelitian merupakan bahan baku utama dalam

sebuah penelitian dalam proses pengambilan keputusan terkait

dengan hasil penelitian. Oleh karena itu, setiap penelitian tentunya

membutuhkan data untuk dianalisis yang kemudian akan

menghasilkan output atau keluaran dari penelitian tersebut.

Tentunya, tanpa data maka penelitian yang dilakukan tidak akan

pernah berjalan dan selesai.39

Kualitas data sangat menentukan hasil dari suatu penelitian.

Data yang baik akan menghasilkan hasil yang baik dan sebaliknya
39
Aprianus Umbu Zogara, Zainul Arifin, Op. Cit., hlm. 48
42

data yang buruk akan menghasilkan hasil yang buruk pula. 40

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kualitatif. Data kualitatif merupakan jenis data yang diperoleh

berdasarkan hasil pengkajian secara langsung melalui observasi

maupun wawancara yang dinarasikan dalam bentuk kalimat-

kalimat.

b.Sumber Data

Adapun yang dimaksud dengan sumber data dalam

penelitian adalah darimana data dapat diperoleh.41 Sumber data

dalam suatu penelitian kualitatif adalah subjek penelitian atau

informasi atau subjek dari mana data diperoleh. Pencatatan sumber

data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta

sebagai hasil dari melihat, mendengar dan bertanya.

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini

adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam

penelitian adalah pihak sekolah, guru-guru dan sumber data

lainnya. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa

dokumen, pengambilan gambar atau foto, dan segala sesuatu yang

dapat dijadikan pendukung dalam penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

40
Ibid., hlm. 50
41
Suhar simi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2019), hlm. 172
43

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka

peniliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data

yang ditetapkan.42 Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai

setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Dalam penelitian

kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi

yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih

banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan

dokumentasi.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan 3 teknik penelitian

diantaranya :

a. Observasi

Nasution (1988) menyatakan bahwa observasi adalah dasar

semua ilmu pengetahuan. 43


para ilmuan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang

diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering

dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga

benda- benda yang sangat kecil (proton elektron) maupun yang

sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Observasi (pengamatan) merupakan suatu teknik atau

prosedur yang dibuat oleh peneliti dengan terencana baik dari


42
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: AFABETA,CV. 2012), hlm. 308
43
Ibid, hlm. 310
44

susunan pernyataannya sampai dengan pilihan jawabannya dalam

proses pengumpulan data yang berkaitan dengan suatu masalah

penelitian yang sedang diteliti. Instrumen yang dibutuhkan dalam

teknik ini yaitu daftar cek (check list), skala tingkatan (rating

scale).44

Jenis- jenis observasi menurut Riyanto:

1) Observasi partisipan adalah observasi dimana orang yang

melakukan pengamatan berperan serta ikut ambil bagian dalam

kehidupan orang yang diobservasi.

2) Observasi non- partisipan, dikatakan non-partisipan apabila

observer tidak ikut ambil bagian kehidupan observer.

3) Observasi sistematik, apabila pengamat menggunakan pedoman

sebagai instrumen pengamatan.

4) Observasi non sistematik, observasi yang dilakukan pengamat

dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

5) Observasi eksperimental adalah pengamatan dilakukan dengan

cara observe dimasukkan ke dalam suatu kondisi atau situasi

tertentu.

Observasi dalam penelitian ini menggunakan observasi

berperan serta (participant observation). Dalam observasi ini,

peneliti ikut serta dalam kegiatan yang dikerjakan oleh sumber data

untuk memperoleh data yang lebih lengkap.

44
Aprianus Umbu Zogara, Zainul Arifin, Op. Cit., hlm. 82
45

b. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan, proses atau metode

pengumpulan data yang melibatkan pewawancara dengan

informan, responden atau narasumber secara langsung (face to

face) dalam rangka mendapatkan data yang akurat. 45 Menurut

Riyanto wawancara merupakan metode pengumpulan data yang

menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan

subyek atau responden. Menurut Afifuddin wawancara adalah

metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesutau kepada

seseorang yang menjadi informan atau responden.

Berdasarkan penjelasan para ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa wawancara merupakan metode pengambilan data dengan

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab antara penyelidik

dengan subyek atau responden dalam suatu topic tertentu.

Adapun wawancara yang digunakan peneliti dalam hal ini

adalah wawancara terstruktur dan mendalam, dimana wawancara

terstruktur dan mendalam adalah wawancara yang menggunakan

pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan

lengkap dalam mengumpulkan datanya. Maka pihak yang

diwawancara dalam penelitian ini adalah siswa dan guru MTS NW

Selebung Ketangga.

c. Dokumentasi

45
Aprianus Umbu Zogara, Zainul Arifin, Op. Cit., hlm. 84
46

Studi dokumentasi merupakan kegiatan yang dilakukan

berdasarkan hasil pendokumentasian terhadap situasi saat proses

penelitian dilakukan. Atau dengan kata lain studi dokumentasi

dapat berupa gambar/foto, rekaman video dan rekaman suara

(audio) yang dikumpulkan saat proses penelitian dilakukan.

Sedangkan studi dokumen merupakan suatu kegiatan pengumpulan

data yang dilakukan berdasarkan dokumen-dokumen atau berkas-

berkas yang berkaitan dengan masalah penelitian. 46

Dalam pelaksanaannya metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen,

peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.47

Dengan dokumentasi ini peneliti dapat mengumpulkan data

yang dapat memberikan keterangan yang dibutuhkan dalam

penelitian. Data-data yang akan dikumpulkan peneliti melalui

dokumentasi adalah sebagai berikut:

1) Profil MTS NW Selebung Ketangga

2) Visi dan Misi MTS NW Selebung Ketangga

3) Keadaan guru MTS NW Selebung Ketangga

4) Keadaan siswa MTS NW Selebung Ketangga

5) Keadaan sarana dan prasarana MTS NW Selebung

46
Ibid, hlm. 85
47
Suharsimi & Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1996), hlm. 149
47

Dengan dokumentasi pada penelitian maka peneliti

berharap agar penelitian ini dapat menjadi penelitian yang

lengkap dengan adanya bukti pendukung berupa dokumentasi-

dokumentasi tersebut.

6. Teknik Analisis Data

Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa

“Data analysis is the process of systematically searching and

arranging the interview transcripts , fieldnotes, and other materials

that you accumulate to increase your own understanding of them and

to enable you to present what you have discovered to others’ Analisis

data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan

lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat

diceritakan kepada orang lain.48

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak

sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai

di lapangan. Dalam hal ini Nasution menyatakan “Analisis telah

dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun

48
Sugiyono, Op. Cit., hlm. 334
48

ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.

Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika

mungkin, teori yang “grounded”. Namun dalam penelitian kualitatif,

analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan

dengan pengumpulan data. Faktanya, analisis data dalam penelitian

kualitatif adalah aktivitas yang berlangsung terus-menerus yang terjadi

selama proses investigasi dan bukan setelah proses.

Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung

selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai

pengumpulan data.49 Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan konsep yang diberikan Miles dan

Huberman yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam

analisis data, yaitu data reduction, data display dan conclusion

drawing/verification.50

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

49
Ibid., hlm. 336
50
Ibid., hlm. 337
49

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan.

Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan kepada

jawaban-jawaban dari responden setelah kegiatan observasi,

wawancara dan dokumentasi. Dalam hal ini peneliti membuang

kata-kata yang tidak penting, memperbaiki kalimat, serta

menterjemahkan kata-kata yang tidak jelas, maka dalam

mereduksi data peneliti memfokuskan pada siswa dan guru yang

dikategorikan oleh peneliti.

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan/menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif,

penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini

Miles dan Huberman menyatakan “the most frequent form of

display data for qualitative research data in the past has been

narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan

data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat

naratif.

Dalam menyajikan data peneliti memberikan makna kepada

data yang disajikan, yang dimana peneliti dalam menguraikan data

harus sesuai dengan fenomena yang ada dan terjadi.

c. Conclusion Drawing/Verification
50

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles

dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi

apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung

oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke

lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakakn kesimpulan yang kredibel.

7. Teknik Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian membuktikan bahwa apa

yang diamati peneliti sesuai dengan realita. Adapun pengecekan

keabsahan data yang peneliti gunakan disini adalah Uji Kreadibilitas.

Dimana kepercayaan terhadap data dapat dibuktikan peneliti

menggunakan triangulasi. Adapun triangulasi dalam pengujian

kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara dan berbagai waktu.51

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara mengecekan data yang telah diperoleh

melalui beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti membandingkan

dan mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh dari berbagai sumber.


51
Ibid., hlm. 330
51

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara mengecekan data kepada sumber yang

sama dengan teknik yang berbeda. Adapun peneliti dalam hal ini

mencari data berkaitan dengan fenomena yang sudah diperoleh

melalui teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.

c. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data

yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada

saat sumber masih segar, belum terlalu banyak masalah, akan

memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk

itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan

dengan cara melakukan pengecekan dengan observasi, wawancara

atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Dalam hal ini peneliti dapat membandingkan data hasil

observasi dengan data hasil wawancara, membandingkan hasil

wawancara dengan isi suatu dokumentasi yang berkaitan. Ini

dilakukan agar hasil perbandingan diharapkan dapat menyamakan

persepsi atas data-data yang telah diperoleh.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan proposal ini adalah sebagai berikut :

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
52

C. Tujuan Penelitia

D. Manfaat Penelitian

E. Kajian Pustaka

1. Landasan Teori

2. Kajian Penelitian yang Relevan

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Desain Penelitian

2. Tempat dan Waktu Penelitian

3. Subjek Penelitian

4. Data dan Sumber Data

5. Teknik Pengumpulan Data

6. Teknik Analisis Data

7. Teknik Pengecekan Keabsahan Data

G. Sistematika Pembahasan

H. Daftar Pustaka

H. Daftar Pustaka

Buku :

Abdullah, M. Q. 2020. Varian Analisis & Konstruksi Opini. Sulawesi:


IAIN Parepare Nusantara Press.

Anggara, S. 20 18. Kebijakan Publik. Bandung: CV. PUSTAKA


SETIA.

Anwar, K., Kompri. 2017. Kebijakan Pendidikan Islam Di Indonesia.


Jakarta: PUSAKA.

Arwildayanto, Suking. A & Sumar, W. T. 2018. Analisis Kebijakan


Pendidikan Bandung: CV CENDIKIA PRESS.
53

Aziza,L., Aqmarina, A., & Ikhsan, M. 2020. Pedoman Pencegahan


Pengendalian Coronavirus Disease (Covid- 19). Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.

Daryanto, S. S. 1998. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya:


Apollo.

Farell, D.P, Kenny, G.S. 2020. Normalitas Baru Bersama Covid-19.


Semarang: Universitas Soegijapranata.

Helmiati. 2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Ilmar, A. 2020. Memahami Kebijakan Pemerintah Dalam Menangani


Covid- 19 .Makasar: Phinatama Media. 2020

Irianto, Y. B.2011. Kebijakan Pembaharuan Pendidikan, Konsep, Teori,


dan Model. Jakarta: Rajawali Pers.

Kelana, K. 2020. Pedagogik & Covid- 19. Jakarta: Taman Pembelajar.

Khairi, H. 2014. Konsep Dasar Kebijakan Pendidikan. Tangerang:


Universitas Terbuka.

Musfah, J. 2018. Analisis Kebijakan Pendidikan Mengurai Krisis Karakter


Bangsa. Jakarta: Kencana.

Nugroho, R. 2009. Public Polic. Jakarta: Gramedia.

Rusdiana. 2015. Kebijakan Pendidikan Dari Filosofi ke Implementasi.


Bandung: CV PUSTAKA SETIA.

Salahuddin, A. 2011. Filsafat Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia

Santrock, J. W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.


Santoso. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Surabaya: Pustaka Agung
Harapan.
54

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.


Bandung: ALFABETA cv.

Sutaryo. 2020. Buku Praktis Penyakit Virus Corona 19( Covid- 19).
Depok: Gadjah Mada University Press.

Syarifuddin. 2008. Efektivitas Kebijakan Pendidikan: Konsep , Strategi,


dan Aplikasi Kebijakan Menuju Organisai Sekolah Efektif. Jakarta:
Rineka Cipta.

Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, 2010.


Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.

Zakiyah, L., & Lestari, I. 2019. Berpikir Kritis dalam Konteks


Pembelajaran. Bogor: Erzatama Karya Abadi.

Zogara, A. U., & Arifin, Z. 2020. Metodologi Penelitian Ilmiah.


Jogjakarta: Kbm Indonesia.

Jurnal :

Asmadawati. 2014. Perencanaan Pengajaran . Jurnal Darul Ilmi. 2(1): 1-


13.

Firmansyah, Y. Kardina, F. 2020. Pengaruh New Normal Ditengah


Pandemi Covid- 19 Terhadap Pengelolaan Sekolah dan Peserta
Didik. Jurnal Penelitian Pendidikan. 4(2):99

Munajim, A., Barnawi, Fikriyah. 2020. Pengembangan Kurikulum


Pembelajaran Di Masa Darurat. Jurnal Riset Pedagogik. 4(2) :
285-291

Pratama, R. E,. 2020. Pembelajaran Daring dan Luring Pada Masa Pan-
demi Covid-19. Jurnal Pendidikan. 1(2): 49-59.
55

Rosali, E. S,. 2020. Aktifitas Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi


Covid- 19. Jurnal Geosee. 1(1): 21-30.

Sanjaya, J. B., Rastini. 2020. Implementasi Kurikulum Darurat Di Masa


Pandemi Covid-19 Dalam Upaya Pemenuhan Hak Pendidikan.
Jurnal of Indonesia Law. 1(2): 161-174

Utomo, K. B. 2018. Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan


Agama Islam MI. Jurnal Modeling, 5(2):145-156.

Artikel :

Alberetus, Adit. 2021. Januari 2021. “Sekolah Tatap Muka Diperbolehkan,


Simak
Syaratnya,”https://www.kompas.com/edu/read/2020/11/21/0507006
71/januari-2021-sekolah-tatap-muka-diperbolehkan-simak-
syaratnya?page=all (diakses tanggal 3 juli 2021)

Ari suryanto. Begini Metode KBM Era New Normal Usulan Para Pakar, “
https:// radar lampung.co.id/2020/05/30/begini-metode-kbm-era-
new-normal-udulsn-pakar-pendidikan/ (diakses tanggal 28 Juli
2021)

https://kupang.tribunnews.com/2020/06/05/kemendikbud-terbitkan-19-
item-syarat-new-normal-untuk-sekolah-dilaksanakan-saat-mulai-
sekolah?page=2. (diakses pada 28 Juli 2021)

Heri Dwiyanto, “ Menyiapkan Pembelajaran dalam Memasuki New


Normal dengan Blended Learning,
http://lpmplampung.kemdikbud.go.id (diakses tanggal 27 juli 2021)

https://www.kemendikbud.go.id/main/blog/2020/08/kemendigbud-
terbitkan-kurikulum-darurat-pada-satuan-pendidikan-dalam-
kondisi-khusus (diakses tanggal 27 juli 2021)

Risna Halidi, “ Ahli Virus Sebut Covid- 19 Adalah Virus Umum, Tetapi”,
https://www.suara.com/health/2020/04/13/183832/ahli-virus-sebut-
covid-19-adalah-virus-umum-tetatpi (diakses tanggal 5 juli 2021)
56

Anda mungkin juga menyukai