Anda di halaman 1dari 26

ABSTRACT

The situation in Indonesia is currently not good, due to the corona virus that
originated in Wuhan, now the virus has spread in Indonesia. As a result of this
pandemic, the government issued a new policy, namely Teaching and Learning
Activities (KBM) were carried out online, in which the teaching and learning process
was not carried out face-to-face. This is a new learning activity for educators and
students. Educators are the initial guides for the teaching and learning process who
usually teach in the classroom, but now these activities are carried out online. This
paper aims to provide an overview of strategies regarding the implementation of
Indonesian language learning activities in order to improve the competence of
Indonesian language teachers in using appropriate Indonesian language learning
strategies during the Covid-19 Pandemic Period at the Madrasah Tsanawiyah level.

Keywords: Online Learning Strategies, Indonesian Language Subjects, Pandemic


Covid-19, Madrasah Tsanawiyah

1
ABSTRAK
Situasi di Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja, disebabkan oleh virus
corona yang berasal dari Wuhan kini virus tersebut sudah menyebar di Indonesia.
Akibat pandemi ini pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yakni Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) dilaksanakan secara daring online, yang mana proses belajar
mengajar tidak dilaksanakan secara tatap muka. Hal ini merupakan kegiatan
pembelajaran baru bagi pendidik dan siswa. Pendidik sebagai pemandu awal proses
belajar mengajar yang biasanya mengajar di dalam kelas, namun kini kegiatan
tersebut dilaksanakan secara daring. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan
gambaran strategi tentang pelaksanaan kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia
dalam rangka meningkatkan kompetensi guru bahasa Indonesia dalam menggunakan
strategi pembelajaran bahasa Indonesia yang tepat di Masa Pandemi Covid-19
tingkat Madrasah Tsanawiyah
Kata Kunci : Strategi Pembelajaran Daring, Mata Pelajaran Bahasa Indonesia,
Pandemi Covid-19, Madrasah Tsanawiyah

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha membudayakan manusia atau
memanusiakan manusia, pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara
menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Fungsi pendidikan harus betul-betul diperhatikan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional sebab tujuan berfungsi sebagai pemberi
arah yang jelas terhadap kegiatan penyelenggaraan pendidikan sehingga
penyelenggaraan pendidikan harus diarahkan kepada 1) Pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa, 2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang
sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna, 3) Pendidikan diselenggarakan
sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat, 4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi
keteladanan, membangun kemauan, serta mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses maupun kegiatan pembelajaran, 5) Pendidikan
diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat dan 6) Pendidikan diselenggarakan
dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

3
Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya
manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu
faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi
strategis maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan
perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun
mutunya. Guru sebagai tenaga kependidikan merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan tujuan pendidikan, karena guru yang langsung
bersinggungan dengan peserta didik, untuk memberikan bimbingan yang akan
menghasilkan tamatan yang diharapkan. Guru merupakan sumber daya manusia
yang menjadi perencana, pelaku dan penentu tercapainya tujuan pendidikan.
Untuk itu dalam menunjang kegiatan guru, diperlukan iklim sekolah yang
kondusif dan hubungan yang baik antar unsur-unsur yang ada di sekolah antara
lain kepala sekolah, guru, tenaga administrasi dan siswa. Serta hubungan baik
antar unsur-unsur yang ada di sekolah dengan orang tua murid maupun
masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas, maka kinerja guru harus selalu ditingkatkan
mengingat tantangan dunia pendidikan untuk menghasilkan kualitas sumber daya
manusia yang mampu bersaing di era global semakin ketat. Kinerja guru
(performance) merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan waktu. Upaya-upaya untuk
meningkatkan kinerja itu biasanya dilakukan dengan cara memberikan motivasi
disamping cara-cara yang lain.
Guru hakekatnya adalah sebuah jabatan profesi yang dalam kiprahnya
membutuhkan suatu keahlian khusus dibidangnya, memiliki komitmen dan
tanggung jawab moral dalam mengantar para peserta didik pada dunia kehidupan
yang lebih dewasa dan berguna bagi semua, memiliki kecintaan, keikhlasan
kepedulian pada profesi yang diembannya.

4
Guru hakekatnya adalah sebuah jabatan profesi yang dalam kiprahnya
membutuhkan suatu keahlian khusus dibidangnya, memiliki komitmen dan
tanggung jawab moral dalam mengantar para peserta didik pada dunia kehidupan
yang lebih dewasa dan berguna bagi semua, memiliki kecintaan, keikhlasan
kepedulian pada profesi yang diembannya. Menurut UU Guru dan Dosen No.14
tahun 2005 pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. Upaya
pofesionalisme jabatan guru memang berkaitan erat dengan upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa, artinya bahwa peningkatan hasil
belajar siswa ditentukan oleh kualitas pembelajaran dan kualitas guru atau
profesionalisme guru.
Pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses komunikasi
transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa maupun
antara siswa dengan siswa, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Komunikasi transaksional adalah bentuk komunikasi yang dapat diterima,
dmatematikahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses
pembelajaran. Selain itu pembelajaran pada hakikatnya adalah proses sebab-
akibat. Guru sebagai pengajar merupakan penyebab utama terjadinya proses
pembelajaran siswa, meskipun tidak semua perbuatan belajar siswa merupakan
akibat guru yang mengajar. Oleh sebab itu, guru sebagai figur sentral, harus
mampu menetapkan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat mendorong
terjadinya perbuatan siswa yang aktif, kreatif, dan efisien.
Saat ini Corona menjadi pembicaraan yang hangat. Di belahan bumi
manapun, corona masih mendominasi ruang publik. Dalam waktu singkat saja,
namanya menjadi trending topik, dibicarakan di sana-sini, dan diberitakan secara
masif di media cetak maupun elektronik. Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019.

5
Virus ini menular sangat cepat dan telah menyebar hampir ke semua negara,
termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Sehingga WHO
pada tanggal 11 Maret 2020 menetapkan wabah ini sebagai pandemi global.
Hal tersebut membuat beberapa negara menetapkan kebijakan untuk
memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus corona. Di
Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini.Karena Indonesia sedang
melakukan PSBB, maka semua kegiatan yang dilakukan di luar rumah harus
dihentikan sampai pandemi ini mereda.
Beberapa pemerintah daerah memutuskan menerapkan kebijakan untuk
meliburkan siswa dan mulai menerapkan metode belajar dengan sistem daring
(dalam jaringan) atau online Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan)
merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru
dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet.
Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun
siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media
pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).
Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer
(PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat
melakukan pembelajaran bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di
media sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom
ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, guru
dapat memastikan siswa mengikuti pembelajaran dalam waktu yang bersamaan,
meskipun di tempat yang berbeda.
Semua sektor merasakan dampak corona. Dunia pendidikan salah
satunya. Dilihat dari kejadian sekitar yang sedang terjadi, baik siswa maupun
orangtua siswa yang tidak memiliki handphone untuk menunjang kegiatan
pembelajaran daring ini merasa kebingungan, sehingga pihak sekolah ikut
mencari solusi untuk mengantisipasi hal tersebut. Beberapa siswa yang tidak

6
memiliki handphone melakukan pembelajaran secara berkelompok, sehingga
mereka melakukan aktivitas pembelajaran pun bersama. Mulai belajar melalui
videocall yang dihubungkan dengan guru yang bersangkutan, diberi pertanyaan
satu persatu, hingga mengapsen melalui VoiceNote yang tersedia di WhatsApp.
Materi-materinya pun diberikan dalam bentuk video yang berdurasi kurang dari
2 menit.
Permasalahan yang terjadi bukan hanya terdapat pada sistem media
pembelajaran akan tetapi ketersediaan kuota yang membutuhkan biaya cukup
tinggi harganya bagi siswa dan guru guna memfasilitasi kebutuhan pembelajaran
daring. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi melonjak dan
banyak diantara orangtua siswa yang tidak siap untuk menambah anggaran
dalam menyediakan jaringan internet.
Hal ini pun menjadi permasalahan yang sangat penting bagi siswa, jam
berapa mereka harus belajar dan bagaimana data (kuota) yang mereka miliki,
sedangkan orangtua mereka yang berpenghasilan rendah atau dari kalangan
menengah kebawah (kurang mampu). Hingga akhirnya hal seperti ini
dibebankan kepada orangtua siswa yang ingin anaknya tetap mengikuti
pembelajaran daring.
Kejadian ini memberikan kesadaran kepada orangtua bahwa mendidik
anak itu ternyata tidak mudah, diperlukan ilmu dan kesabaran yang sangat besar.
Sehingga dengan kejadian ini orangtua harus menyadari dan mengetahui
bagaimana cara membimbing anak-anak mereka dalam belajar. Setelah
mendapat pengalaman ini diharapkan para orangtua mau belajar bagaimana cara
mendidik anak-anak mereka di rumah.
Oleh karena itu berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas
peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pembelajaran
Bahasa Indonesia pada Masa Pandemik Covid 19 Tingkat Madrasah
Tsanawiyah”.

7
B. Permasalahan
Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam makalah
ini dirumuskan adalah: Bagaimana strategi pembelajaran bahasa indonesia pada
masa pandemik covid 19 tingkat Madrasah Tsanawiyah ?

C. Tujuan Penulisan
Sebagaimana latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah
diuraikan tersebut di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini
adalah : Ingin mengetahui strategi pembelajaran bahasa indonesia pada masa
pandemik covid 19 tingkat Madrasah Tsanawiyah. Yang diterapkan oleh guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia.

8
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Strategi Pembelajaran


Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007
mengenai Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
diuraikan bahwa: “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran
perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi. Pelaksanaan
pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran
meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.”
Konsep model pembalajaran menurut Trianto, menyebutkan bahwa
model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.1
Strategi pembelajaran sebenarnya juga dapat dipahami sebagai suatu
"trik" bagi pendidik untuk membantu peserta didik mencapai prestasi belajar
secara efektif dan efisien. Beberapa peneliti telah mempelajari apa itu strategi
pembelajaran dan mengapa mereka efektif dalam proses pembelajara.
Kesimpulan hasil penelitian itu mengungkapkan bahwa dengan
mengorganisasikan materi ajar dengan baik, kemudian menyampaikan materi
dengan metode yang tepat, lalu melaksanakan pengelolaan pembelajaran di kelas
dengan optimal, dan memilih evaluasi yang tepat akan berdampak sangat baik
terhadap capaian hasil belajar peserta didik.

1
Trianto. Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. (Jakarta : Prestasi
Pustaka 2007) 51

9
Kegiatan pembelajaran dapat berlangsung di mana-mana, misalnya di
lingkungan keluarga, di sekolah dan di masyarakat. Belajar dan pembelajaran di
sekolah sifatnya formal. Semua komponen dalam proses pembelajaran
direncanakan secara sistematis. Komponen guru sangat berperan dalam
membantu peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Jadi, seorang
guru dituntut mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang profesional
dalam membelajarkan peserta didik-peserta didiknya.
Para pendidik meyakini bahwa dalam menggunakan strategi
pembelajaran mereka bergerak menuju pendekatan metakognitif, karena tidak
semua strategi pembelajaran memiliki keampuhan yang sama dalam hal
kegunaan dan pencapaian hasil belajar. Dalam strategi terdapat hirarki tertinggi
yang berhubungan dengan metakognisi ataupengetahuan tentang proses mental
yang secara komprehensif digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh
karena itu strategi pembelajaran menjadi konsep yang sangat padu dalam
meracik resep pembelajaran yang terkait dengan bagaimana materi
diorganisasikan, memilih metode terbaik untuk menyampaikan materi ajar,
memilih model atau teknik evaluasi yang paling tepat dan tentu saja ada upaya
untuk mengelola pembelajaran terbaik.

B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Prinsip-prinsip pembelajaran merupakam aspek kejiwaan yang perlu
dipahami setiap pendidik selaku tenaga profesional yang memikul tanggung
jawab besar dalam mencerdaskan anak bangsa. Permasalahannya adalah
bagaimana implikasi prinsip pembelajaran terhadap pendidik dan peserta didik.
Permasalahan tersebut dikaji dengan menggunakan metode library research
selanjutnya penarikan kesimpulan secara induktif dan deduktif.
Prinsip-prinsip pembelajaran secara umum meliputi perhatian dan
motivasi keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, perbedaan
individu kesemuanya ini dapat berimplikasi terhadap pelaksanaan proses

10
pembelajaran. Implikasi terhadap pendidik dan peserta didik yang berhubungan
dengan perhatian dan motivasi adalah tampak penguasaan bahan ajar dan
penampilan yang menyenangkan. Bagi peserta didik sadar akan perlunya
pengembangan secara rutin.
Untuk keaktifan, implikasinya bagi pendidik adalah mengaktifkan
mereka dengan memberi tugas, sedangkan bagi peserta didik adalah terwujudnya
perilaku mencari sendiri sumber informasi yang dibutuhkan. Keterlibatan
langsung, perilaku yang dapat terwujud adalah peserta didik dapat mengerjakan
sendiri tugas-tugas yang diberikan sehingga dapat memperoleh pengalaman, bagi
pendidik perlu merancang aktivitas pembelajaran individual dan kelompok kecil.
Pengulangan, implikasinya terhadap pendidik, merancang kegiatan pengulangan
yang variatif. Bagi peserta didik adalah terwujudnya kesadaran untuk
mengerjakan latihan secara berulang untuk memecahkan masalah.
Tantangan, implikasinya bagi pendidik mengolah kegiatan eksperimen
sehingga peserta didik terdorong untuk mengerjakan eksperimen, berusaha untuk
memecahkan masalah sendiri yang sifatnya menantang. Perbedaan individu,
implikasinya bagi pendidik adalah pemilihan metode, media dengan
memperhatikan karakteristik peserta didik. Sedangkan bagi peserta didik
implikasinya dapat dilihat dari kegiatannya dalam menentukan tempat duduk,
menyusun jadwal belajar.2
Berbagai teori tentang prinsip-prinsip pembelajaran yang telah
dikemukakan para ahli yang memiliki persamaan dan perbedaan. Dari prinsip
tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam proses pembelajaran, baik pendidik maupun
peserta didik dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pembelajaran. Prinsip-
prinsip yang dimaksud adalah: perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan

2
St. Hasniyati Gani Ali, Prinsip-Prinsip Pembelajaran Dan Implikasinya Terhadap Pendidik Dan Peserta
Didik (Jurnal Al-Ta’dib Vol. 6 No. 1 2013) 1

11
langsung, pengulangan, tantangan serta perbedaan individu. Lebih jelasnya
diuraikan sebagai berikut:
1. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembelajaran,
tanpa adanya perhatian maka pelajaran yang diterima dari pendidik adalah sia-
sia. Bahkan dalam kajian teori belajar terungkap bahwa tanpa adanya
perhatian tak mungkin terjadi belajar.3 Perhatian terhadap pelajaran akan
timbul pada peserta didik apabila bahan pelajaran itu sesuai kebutuhannya,
sehingga termotivasi untuk mempelajari secara serius. Selain dari perhatian,
motivasi juga mempunyai peranan yang urgen dalam kegiatan belajar. Gage
dan Berliner mendefinisikan motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin
dan kemudi pada mobil.4 Jadi motivasi merupakan suatu tenaga yang
menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Dengan demikian
motivasi dapat dibandingkan dengan sebuah mesin dan kemudi pada mobil.
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat, peserta didik yang
memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut.
2. Keaktifan
Belajar merupakan tindakan dan perilaku peserta didik yang kompleks.
Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subyek, yaitu dari
peserta didik dan pendidik. Dari segi pesera didik, belajar dialami sebagai
suatu proses, mereka mengalami proses mental dalam menghadapi bahan ajar.
Dari segi pendidik proses pembelajaran tersebut tampak sebagai perilaku
belajar tentang sesuatu hal. Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap
bahwa anak adalah mahluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk

3
Gage dan Berliner,Educational Psyghology, (Chicago: Rand MC Nally Collage Publishing Company,
1984), h. 335
4
Ibid

12
berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Hal ini
menunjukkan bahwa belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga
tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi
apabila anak aktif mengalami sendiri.
3. Pengulangan
Pengulangan dalam kaitannya dengan pembelajaran adalah suatu
tindakan atau perbuatan berupa latihan berulangkali yang dilakukan peserta
didik yang bertujuan untuk lebih memantapkan hasil pembelajarannya.
Pemantapan diartikan sebagai usaha perbaikan dan sebagai usaha perluasan
yang dilakukan melalui pengulangan – pengulangan.5 Pembelajaran yang
efektif dilakukan dengan berulang kali sehingga peserta didik menjadi
mengerti. Bahan ajar bagaimanapun sulitnya yang diberikan oleh pendidik
kepada peserta didik, jika mereka sering mengulangi bahan tersebut niscaya
akan mudah dikuasai dan dihafalnya.
Salah satu teori pembelajaran yang menekankan perlunya pengulangan
adalah teori psikologi asosiasi atau koneksionisme dengan tokohnya yang
terkenal Thorndike mengemukakan ada tiga prinsip atau hukum dalam belajar
yaitu:
a) Law of readines, belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan
untuk melakukan perbuatan tersebut.
b) Law of exercise, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan.
c) Law of effect, yaitu belajar akan bersemangat apabila mengetahuai dan
mendapatkan hasil yang baik.6 Belajar akan berhasil apabila peserta didik
itu memiliki kesiapan untuk belajar, pelajaran itu selalu dilatihkan/diulangi
serta peserta didik lebih bersemangat apabila mendapatkan hasil yang
memuaskan.
4. Perbedaan Individual

5
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,Edisi I, ( Cet.II; Jakarta: Bumi Aksara,1999) 95
6
Syaiful, Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Cet. VI ;Bandung: Alfabeta, 2009), h. 54

13
Pada dasarnya tiap individu merupakan satu kesatuan, yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Tidak ada yang sama baik dari aspek fisik
maupun psikis. Dimiyati dan Mudiyono berpendapat bahwa “peserta didik
merupakan individu yang unik, artinya tidak ada dua orang peserta didik yang
sama persis, tiap peserta didik memiliki perbedaan satu sama lain. Perbedaan
itu terdapat pula pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.”.7
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar
peserta didik. Oleh karena itu perbedaan individu ini perlu menjadi perhatian
pendidik dalam aktivitas pembelajaran dengan memperhatikan tipe-tipe
belajar setiap individu. Para ahli didik mengklasifikasi tipe belajar peserta
didik atas 4 macam yaitu:
a. Tipe Auditif, yaitu peserta didik yang mudah menerima pelajaran melalui
pendengaran.
b. Tipe Visual, yaitu yang mudah menerima pelajaran melalui penglihatan.
c. Tipe Motorik, yaitu yang mudah menerima pelajaran melalui gerakan.
d. Tipe campuran yaitu peserta didik yang mudah menerima pelajaran melalui
penglihatan dan pendengaran.8
Mengetahui perbedaan individu dalam belajar, memudahkan bagi
pendidik dalam menentukan media yang akan digunakan, hal tersebut sangat
urgen dalam pencapaian hasil pembelajaran yang optimal.
C. Karakteristik Pembelajaran Bahasa
Dalam kehidupan sehari-hari, fungsi utama bahasa adalah sarana
komunikasi. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antarpenutur untuk berbagai keperluan dan situasi pemakaian. Para pemakai
bahasa (termasuk para siswa) ketika menggunakan bahasa tidak akan berpikir
tentang sistem bahasa, tetapi berpikir bagaimana menggunakan bahasa ini
secara tepat sesuai dengan situasi dan konteks pemakaiannya. Jadi, secara

7
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 14
8
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,1990), h. 79

14
pragmatis bahasa lebih merupakan suatu bentuk kinerja dan performansi
daripada sebuah sistem ilmu. Pandangan ini membawa konsekuensi bahwa
pembelajaran bahasa haruslah lebih menekankan fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi daripada pembelajaran tentang sistem bahasa.
Cukup banyak pendapat tentang bagaimana anak belajar dan
menguasai bahasa. Berbagai pendapat itu dapat diklasifikasikan atas tiga
pandangan.
Pertama, pandangan nativistik yang berpendapat setiap anak yang
lahir telah dilengkapi dengan kemampuan bawaan atau alami untuk dapat
berbahasa. Selama belajar bahasa, sedikit demi sedikit potensi berbahasa yang
secara genetis telah terprogram menjadi terbuka dan berkembang.
Kemampuan bawaan berbahasa itu disebut dengan ’piranti pemerolehan
bahasa’ (language acquisition device, atau LAD) yang berpusat di otak.
Kedua, pandangan behavioristik, yang berpendapat bahwa penguasaan
bahasa anak ditentukan oleh rangsangan yang diberikan lingkungannya. Anak
tidak memiliki peranan aktif, hanya sebagai penerima pasif dan peniru belaka.
Perkembangan bahasa anak sangat ditentukan oleh kekayaan dan lamanya
latihan yang diberikan oleh lingkungan, serta peniruan yang dilakukan anak
terhadap tindak berbahasa lingkungannya.
Ketiga, pandangan kognitif, yang berpendapat bahwa penguasaan dan
perkembangan bahasa anak ditentukan oleh daya kognitifnya. Lingkungan
tidak serta merta memberikan pengaruhnya terhadap perkembangan
intelektual dan bahasa anak, kalau si anak sendiri tidak melibatkan diri secara
aktif dengan lingkungannya.9
Kompetensi yang dikembangkan dalam pembelajaran bahasa menurut
kurikulum meliputi kompetensi mendengar, berbicara, membaca dan menulis.
Standar kompetensi mendengar adalah memahami berbagai makna

9
Fromkin, Victoria., Robert Rodman, Nina Hyams.. An Introduction to Language, Ninth Edition.
Ontario: (Wadsworth Cengage Learning 2011). 288

15
(interpersonal, ideational, dan textual) dalam berbagai teks lisan
interaksional. Kompetensi berbicara mencakup kemampuan mengungkapkan
berbagai makna (interpersonal, ideational, dan textual) dalam berbagai teks
lisan interaksional. Kompetensi membaca meliputi kemampuan memahami
berbagai makna (interpersonal, ideational, dan textual) dalam berbagai teks
tulis interaksional. Adapun kompetensi menulis meliputi kemampuan
mengungkapkan berbagai makna (interpersonal, ideational, dan textual)
dalam berbagai teks tulis interaksional.10
Standar kompetensi ini merupakan kerangka mata pelajaran Bahasa
yang berisi seperangkat kompetensi yang harus dimiliki dan dicapai oleh
siswa pada setiap tingkatan. Kerangka ini terdiri atas empat komponen utama,
yaitu (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator, (4) materi
pokok. Kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok yang dicantumkan
dalam standar kompetensi ini merupakan bahan minimal yang harus dikuasai
siswa.
Oleh karena itu, guru di sekolah dapat mengembangkan,
menggabungkan, atau menyesuaikan bahan yang disajikan dengan keadaan
dan keperluan setempat. Melalui model ini interaksi kelas bersifat multi arah
sehingga tercipta ‘transactional tasks’, yaitu task yang penuh dengan
penyampaian ide, perdebatan, menyampaikan opini melalui tulisan.
Optimalisasi pelaksanaan pembelajaran dapat juga dilakukan melalui
beberapa cara. Cara-cara tersebut antara lain meliputi: memotivasi siswa,
menguasai teori, guru harus memiliki rasa percaya diri dalam menyampaikan
pembelajaran. Karakteristik kerja guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia
aspek keterampilan berbicara adalah bahwa guru bertindak sebagai fasilitator
dalam pembelajaran. Kemampuan untuk menjadi fasilitator ditentukan oleh
kemampuan guru dalam hal kemampuan mengembangkan diri.

10
Depdiknas, Prinsip dan Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bahan Pelatihan
Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP. (Jakarta: Depdiknas 2005) 16-17

16
D. Indikator Keberhasilan Pembelajaran
Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem
pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur
untuk meningkatkan mutu belajar. Sebagai proses, desain pembelajaran
merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan
menggunakan teori belajar dan pembelajaran untuk menjamin mutu
pembelajaran.
Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang
kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya, termasuk
pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, penilaian bahan, serta
pelaksanaan pembelajarannya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian
pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup RPP paling luas
mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa
indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
Untuk menghasilkan tamatan yang mempunyai kemampuan utuh
seperti diharapkan pada kurikulum berbasis kompetensi, peserta didik
diharapkan menguasai kompetensi yang ditetapkan. Berkaiatan dengan hal
tersebut, diperlukan pengembangan pembelajaran/pelatihan kompetensi secara
sistematis dan terpadu, agar peserta didik dapat menguasai setiap kompetensi
secara tuntas.
Pembelajaran seorang peserta didik adalah fungsi perbandingan waktu
yang sebenarnya digunakan untuk belajar dengan waktu sebenarnya yang
diperlukan untuk mempelajari sesuatu tema pembelajaran. Kesuksesan
pembelajaran tuntas tergantung kepada kriteria tertentu inidividu peserta didik
dan pengajaran guru. Kriteria itu mencakup ketekunan, waktu untuk belajar,
kadar pembelajaran, mutu kegiatan pembelajaran, dan kemampuan memahami
petunjuk kegiatan. Penjelasan hal itu adalah sebagai berikut.

17
Pertama, ketekunan. Ketekunan adalah waktu dan kemauan yang
sanggup disediakan oleh seseorang peserta didik untuk belajar. Jadi peserta
didik perlu mempunyai ketekunan dan ketabahan untuk menguasai sesuatu
yang dipelajari walaupun mereka perlu mengambil waktu yang lama.
Kedua, waktu untuk belajar. Peserta didik memerlukan waktu yang
cukup untuk menguasai sesuatu yang dipelajari. Setiap peserta didik
mempunyai tahapan kemahiran dan usaha yang berbeda.
Ketiga, kadar pembelajaran. Kadar pembelajaran berbeda untuk setiap
peserta didik yang berlainan dan juga bergantung kepada sikap, mutu
penyampaian guru dan usahanya memahami sesuatu pelajaran.
Keempat, mutu kegiatan pembelajaran. Penyampaian guru yang
menarik sangat perlu untuk memudahkan peserta didik menguasai suatu mata
pelajaran. Penyampaian pembelajaran akan bermakna bila penjelasan dan
penyampaian pembelajaran memungkinkan peserta didik untuk menguasai
suatu mata pelajaran secara optimal. Pengajaran dan pembelajaran yang
bermutu akan memungkinkan peserta didik untuk menguasai suatu tema
pembelajaran dalam waktu yang singkat.
Kelima, kemampuan peserta didik memahami petunjuk guru.
Kemampuan peserta didik memahami suatu mata pelajaran yang dipelajari
tergantung kepada cara guru menyampaikannya. Penjelasan guru yang jelas
dan bahan pembelajaran yang sesuai serta pengetahuan yang dimiliki peserta
didik dapat lebih meningkatkan pemahaman peserta didik. Dengan
pendekatan belajar tuntas diharapkan peserta didik dapat menguasai
kompetensi-kompetensi secara utuh, sesuai dengan kecepatan belajarnya.
Kebanyakan masalah pembelajaran timbul karena tidak adanya tindakan yang
diambil untuk mengatasi kelemahan peserta didik dari awal. Oleh karena itu,
pembelajaran yang dirancang oleh tutor sebaiknya mempunyai mekanisme
untuk membetulkan kelemahan yang ada, sehingga peserta didik dapat
menguasai pembelajaran dengan baik.

18
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Kurikulum Darurat Covid 19


Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang prosesnya sama
dengan pembelajaran tatap muka. Pembelajaran daring menggunakan semua
komponen dalam pembelajaran tatap muka, hanya saja media yang
membedakan yaitu tatap muka menggunakan sarana ruangan, sedangkan
daring menggunakan dunia maya. Pembelajaran daring dilaksanakan dengan
menggunakan perangkat elektronik dan jaringan internet.
Pelaksanan pembelajaran bahasa Indonesia menjadi sebuah sorotan di
dunia pendidikan. Banyak kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan
pembelajarannya. Perubahan pembelajaran dari tatap muka menjadi
pembelajaran daring, luring, dan kombinasi menjadi sebuah kebiasaan baru
yang sangat problematik serta dilematik dalam pelaksanaannya. Perubahan ini
berdampak pada tuntutan kompetensi pedagogic guru. Guru yang biasanya
asing dengan gawai dan laptop dalam melaksanakan pembelajaran menjadi
guru yang dalam waktu mendesak harus menguasai berbagai aplikasi yang
mendukung pembelajaran daring. Peserta didik yang awal mulanya dibatas
dalam pemakaian gadget menjadi bebas tanpa batas dalam menggunakan
gadget, bahkan, tiada hari tanpa gadget. Semua ini berdampak pada
pembelajaran. Baik guru dan peserta didik menjadi familiar dengan.
Berdasarkan data yang didapatkan dari angket yang disebar diperoleh
informasi tentang pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia.11

11
Rigianti.. Kendala Pembelajaran Daring Guru Sekolah Dasar Di Kabupaten Banjarnegara.
Elementary School 7 (2020) 297-302

19
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di masa pandemic covid
19 merupakan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan regulasi yang
ditetapkan oleh pemerintah, yaitu SKB 4 menteri dan SK Dirjen Pendis No
2197 Tahun 2020 tentang pelaksanaan pembelajaran di masa darurat. Panduan
itu melahirkan kurikulum darurat.
Oleh karena itu, pentingnya pemahaman guru terhadap kurikulum dan
tujuan yang ditetapkan oleh kurikulum menjadi sebuah hal yang mesti
dilakukan terutama kurikulum yang sedang diberlakukan pada saat tersebut.
Pentingnya guru memahami kurikulum disebabkan kurikulum merupakan
program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman
belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancang secara sistemik atas
dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses
pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikan.12
B. Analisisi Kendala Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Masa

Pandemik Covid 19 Tingkat Madrasah Tsanawiyah

Pembelajaran di masa pandemic covid 19 adalah pembelajaran yang


awalnya dilaksanakan dengan penuh kebingungan oeh guru. Walaupun sudah
dikeluarkan SKB 4 Menteri terkait pelaksanaan pembelajaran di Pandemi,
tetapi secara teknis pelaksanaan guru masih belum mendapatkan cara yang
tepat. Banyak permasalahan yang muncul, seperti terbatasnya kemampuan
guru dalam menggunakan TIK, memulai pembelajaran dengan peserta didik
yang belum dikenal sama sekali, sarana dan prasarana yang masih kurang, dan
sebagainya walau bagaimanapun pembelajaran pun tetap harus dilaksanakan.
Pada pembelajaran bahasa Indonesia, problematika ini menjadi lebih
kompleks. Pembelajaran bahasa Indonesia menjadi sesuatu yang sulit
dibelajarkan dan dipelajari oleh siswa. Kompetensi yang disusun tidak
12
Dakir, H. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT. Rineka Cipta 2004

20
tercapai dengan baik. Pembelajaran cenderung hanya bersifat pemberian
informasi dan pemberian pengetahuan. Dari beberapa wawancara dengan guru
bahasa Indonesia dinyatakan bahwa sulitnya membelajarkan bahasa
Indonesia. Sebagian besar peserta didik tidak dapat mencapai indikator
pembelajaran bahkan indikator yang lebih mudah sekalipun.
Beberapa penyebab dalam tidak maksimalnya pembelajaran Bahasa
Indonesai adalah tidak meratanya peserta memiliki fasilitas kuota internet
untuk mengikuti pembelajaran daring, terbatasnya waktu yang diatur dalam
pembelajaran daring, dan komunikasi yang tidak lancar, karena peserta didik
kurang merespon pembelajaran.
Selain itu rendahnya respon dan aktivitas belajar peserta didik
disebabkan peserta didik sulit memahami materi pembelajaran yang
disampaikan secara daring. Bahan belajar yang disiapkan oleh guru tidak
dipelajari dengan maksimal oleh peserta didik di rumah. Penyebab utamanya
adalah terbaginya fokus belajar peserta didik akibat beragam aplikasi yang
ada di gadget yang mempengaruhi aktivitas belajarnya. Selanjutnya,
pemakaian handphone yang bergantian di satu rumah juga menjadi penyebab
rendahnya respon peserta dalam aktivitas belajar. Penyebab lainnya adalah
keterbatasan pengawasan orangtua di rumah dikarenakan kesibukan bekerja
dan ketidakpahaman dalam membimbing anak dalam belajar.

C. Upaya Peningkatkan Kualitas Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Masa

Pandemik Covid 19 Tingkat Madrasah Tsanawiyah

Untuk itu, beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan oleh


pemerintah dan pengambil kebijakan agar beberapa ketertinggalan yang
dialami peserta didik dapat diperolehnya kembali.
Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan dengan
meningkatkan kompetensi peserta didik. Adapun kompetensi yang harus

21
dimiliki oleh peserta didik dalam pembelajaran bahasa tertuang dalam silabus
bahasa Indonesia, yaitu (1) berbahasa Indonesia dengan penekanan pada
kemampuan mendengarkan, membaca, memirsa (viewing), berbicara, dan
menulis; (2) mengembangkan kemampuan mendengarkan, membaca,
memirsa (viewing), berbicara, dan menulis melalui media teks. Teks
merupakan perwujudan kegiatan sosial dan memiliki tujuan sosial. Pencapaian
tujuan ini diwadahi oleh karakteristik: cara pengungkapan tujuan sosial (yang
disebut struktur retorika), pilihan kata yang sesuai dengan tujuan, dan tata
bahasa yang sesuai dengan tujuan komunikasi; dan (3) berkomunikasi dalam
bentuk tulisan, lisan, atau multimodal (yakni teks yang menggabungkan
bahasa dan cara/media komunikasi lainnya seperti visual, bunyi, atau lisan
sebagaimana disajikan dalam film atau penyajian (komputer)13
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di masa pandemic covid
19 meninggalkan sejarah tentang banyaknya problema yang dihadapi oleh
guru dan peserta didik. Belajar dan pembelajaran tetap sebuah keharusan
walau dalam kondisi apapun. Pendidikan tidak boleh diabaikan dan tertinggal,
karena sebuah negara akan bermartabat jika pendidikan di negaranya selalu
baik. Oleh karena itu pemerintah menjamin hak setiap warganya untuk
memperoleh pendidikan.

BAB IV
PENUTUP

13
Kemdikbud RI. (2020). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Http://Kemdikbud.Go.Id/,.
Retrieved from http://kemdikbud.go.id/main/?lang=id

22
A. Kesimpulan
Pembelajaran bahasa Indonesia sangat perlu dilaksanakan dengan baik,
bagaimanapun strategi yang digunakan dalam proses pelaksanaannya. Bahasa
Indonesia secara psikologis memiliki peran vital dalam perkembangan peserta
didik, baik intelektual, emosional, sosial, budaya yang semuanya membantu
peserta didik dalam mempelajari materi di berbagai mata pelajaran. Dengan
berbahasa peserta didik akan mengemukakan gagasan, pendapat, pengetahuannya
secara tulis dan lisan. Artinya, melalui pembelajaran bahasa Indonesia, peserta
didik dapat mengomunikasikan gagasan dan pengetahuannya dengan baik dan
benar.
Dengan kondisi sekarang tidak menjadikan alasan untuk mengurangi
produktifitas dan semangat menuntut ilmu.
B. Saran
Dari uraian pembahasan tentang strategi pembelajaran bahasa indonesia
pada masa pandemik covid 19 tingkat Madrasah Tsanawiyah, maka penulis
menyarankan:
1. Melakukan evaluasi terhadap RPP, proses pembelajaran, dan
capaian hasil belajar peserta didik agar dapat diketahui
kelemahannya, sehingga dapat ditemukan cara untuk perbaikan
yang lebih baik yang dilakukan di semester berikutnya.
2. Menumbuhkan kembali motivasi belajar yang baik yang selama ini
peserta didik terbiasa belajar di rumah yang cenderung dipengaruhi
oleh gadget.
3. Menanamkan, menumbuhkan, dan mengembangkan penguatan
pendidikan karakter yang menjadikan siswa lebih berbudi dan
berakhlak mulia.

23
Daftar Pustaka

Dakir, H. (2004) Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT.


Rineka Cipta

24
Depdiknas, (2005) Prinsip dan Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia. Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP. (Jakarta:
Depdiknas)

Dimyati dan Mudjiono (2009), Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka


Cipta)

Fromkin, Victoria., (2011) Robert Rodman, Nina Hyams. An Introduction to


Language, Ninth Edition. Ontario: (Wadsworth Cengage Learning)

Gage dan Berliner(1984) ,Educational Psyghology, (Chicago: Rand MC Nally


Collage Publishing Company, 1984)
Kemdikbud RI. (2020). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Http://Kemdikbud.Go.Id/,. Retrieved from http://kemdikbud.go.id/main/?lang=id
Oemar Hamalik, (1999) Kurikulum dan Pembelajaran,Edisi I, ( Cet.II;
Jakarta: Bumi Aksara)
Ramayulis,(1990) Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam
Mulia)

Rigianti. (2020) Kendala Pembelajaran Daring Guru Sekolah Dasar Di


Kabupaten Banjarnegara. Elementary School 7

Syaiful, Sagala, (2009) Konsep dan Makna Pembelajaran, (Cet. VI ;Bandung:


Alfabeta)

St. Hasniyati Gani Ali, (2013) Prinsip-Prinsip Pembelajaran Dan


Implikasinya Terhadap Pendidik Dan Peserta Didik (Jurnal Al-Ta’dib Vol. 6 No. 1)

Trianto. (2007) Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi


Konstruktivistik. (Jakarta : Prestasi Pustaka )

25
26

Anda mungkin juga menyukai