Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH PEMBELAJARAN DARING DAN LURING TERHADAP

HASIL BELAJAR, MOTIVASI DAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK


PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DI KABUPATEN TIMOR
TENGAH SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Sala Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister


Program Studi Magister Manajemen

IMBERD RIONARD LIUNIMA

81122011

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada hakikatnya proses pendidikan terjadi dan berlangsung sepanjang

kehidupan manusia. Seorang pendidik yang baik harus menguasai disiplin ilmu

pedagogik dan psikologi pendidikan agar dapat memahami peserta didik dalam

seluruh proses perkembangannya. Para pendidik dituntut memahami perilaku

dirinya dan peserta didiknya serta orang lain yang terkait dengan tugasnya. Pribadi

manusia tentunya membutuhkan pendidikan, karena melalui pengetahuan ia akan

memperoleh kemampuan dan kepribadian yang berkembang sepanjang hayat.

Sejak lahir sampai mati, manusia sudah memulai pendidikan selama dapat

dipengaruhi dan mengembangkan dirinya. Salah satu hasil pendidikan sepanjang

hayat adalah pendidikan dapat dimulai dari lingkungan rumah, sekolah, dan

masyarakat untuk mencapai tujuan pendidikan yang baik dan bermutu. Jika proses

pembelajaran dilakukan dengan cara yang menarik dan menantang agar siswa dapat

belajar semaksimal mungkin melalui proses pembelajaran yang

berkesinambungan, maka akan tercapai pendidikan yang baik dan berkualitas.

Proses pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan hasil pendidikan yang

berkualitas, sehingga semakin meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dalam

pendidikan sekolah, terdapat aliran satu arah dan sebanding antara input

pendidikan, proses pembelajaran, dan hasil atau output pembelajaran. Proses

pembelajaran yang berkualitas adalah proses pembelajaran yang dapat mengubah

input menjadi output atau hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu,
perlu dilakukan perbaikan secara komprehensif dan sistematis terhadap input dan

proses termasuk sistem evaluasi pendidikan untuk menjamin terciptanya hasil yang

berkualitas dan berkeadilan. Dengan kualitas pendidikan yang terbaik, diharapkan

umat manusia menjadi sumber daya yang unggul yang mampu menguasai ilmu

pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. (Harsanto, 2007:9).

Pendidikan saat ini dituntut untuk memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi (IPTEK) untuk memberikan layanan pendidikan kepada peserta

didik, serta untuk merespon perubahan dan perkembangan dunia kerja teknologi

dan pendidikan bagi masyarakat. siswa. Memasuki era teknologi dan komunikasi

(TIK) saat ini, masyarakat merasakan kebutuhan dan pentingnya penggunaan TIK

dalam kegiatan pembelajaran. Melalui pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi, kita dapat meningkatkan kualitas pendidikan dengan membuka

berbagai saluran perolehan pengetahuan dan memberikan pendidikan yang

berkualitas, terutama dengan menerapkan metode high-tech dan high-touch. Sistem

teknologi informasi dan komunikasi memberikan ruang lingkup yang luas, cepat,

efektif dan efisien untuk menyebarkan informasi ke seluruh belahan dunia.

Teknologi informasi berkembang seiring dengan perkembangan teori, komunikasi,

dan teknologi yang mendukung praktik kegiatan pembelajaran. Pembelajaran

berbasis komputer (PBK), pembelajaran berbasis web (e-learning), pembelajaran

berbantuan komputer (CAI), pembelajaran berbasis audio visual (AVA) dan

pembelajaran berbasis multimedia adalah bentuk-bentuk yang perlu diterapkan

dengan menggunakan informasi. dan teknologi komunikasi Dunia pendidikan.


(Rusman, dkk, 2015:1-2).

Pendidikan saat ini mengalami perubahan sementara atau akselerasi reformasi

ekosistem pendidikan Indonesia. Periode ini menunjukan bahwa berbagai adaptasi

perlu dilakukan termaksud penyesuaian dan pemanfaatan TIK dalam proses

pembelajaran, bukan hanya dimungkinkan tetapi juga lebih memberdayakan semua

pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan. Praktik baik yang menambah

jumlah informasi alternatif personalisasi teknik pedagogi, keterlibatan berbagai

pihak di luar satuan pendidikan untuk berkolaborasi. Semua ini jelas bukan cara

baru yang hanya berlaku di situasi pandemi. Sesungguhnya, kita mampu

melakukannya sejak dulu. Tetapi, sebagaimana semua catatan sejarah

menunjukkan, butuh momentum untuk membuat sebuah periode menjadi pelajaran

sekaligus pembaharuan yang dinantikan. (Shihab, 2020:7).

Perubahan dan inovasi tersebut antara lain: lebih mudahnya mencari sumber

belajar, lebih banyak pilihan penggunaan dan pemanfaatan TIK, semakin

berkembangnya peran media dan multimedia dalam kegiatan pembelajaran,

pembelajaran lebih fleksibel, serta menggunakan model e-learning dalam

pembelajaran. Perubahan tersebut berarti bahwa dunia pendidikan membutuhkan

inovasi dan kreativitas dalam proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran,

siswa menggunakan teknologi multimedia dan alat bantu lainnya untuk mengakses

dan berinteraksi dengan pendidik dan siswa lain dalam kegiatan pembelajaran.

Bagaimana meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, sehingga

meningkatkan kualitas pendidikan. (Rusman, dkk, 2015:3).

Peningkatan mutu pendidikan merupakan kegiatan inovatif yang terkait


dengan unsur teknologi informasi dalam pembelajaran. Dalam Firiyani et al.

(2020:166) bahwa e-learning adalah sistem pembelajaran Onlie dengan

seperangkat metode pembelajaran yang di dalamnya dilakukan kegiatan

pembelajaran yang terpisah. Pembelajaran online diselenggarakan melalui internet,

artinya penggunaan pembelajaran online mencakup unsur teknologi sebagai media

dan internet sebagai sistem. Pembelajaran onlinebermanfaat dalam memberikan

akses pembelajaran untuk semua. Untuk menghilangkan hambatan fisik sebagai

unsur pembelajaran di lingkungan kelas, walaupun dianggap efektif untuk

diterapkan terutama dalam proses pembelajaran, namun tidak dapat dipungkiri

bahwa semua pembelajaran tidak dapat dipindahkan ke lingkungan pembelajaran

online.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam Surat Edaran

No. 40 Tahun 2020 tentang: Pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam keadaan

darurat penyebaran Covid 19 terkait dengan proses pembelajaran, yang dengan

jelas menyebutkan bahwa pembelajaran berlangsung secara online (daring) dan

offline (off- network) dilaksanakan untuk menggantikan pembelajaran di sekolah

dan memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. (Kemendikbud Nomor

40 Tahun 2020).

Pembelajaran offline merupakan salah satu proses pembelajaran yang

dilakukan oleh guru atau pendidik dengan siswa dimana pengelolaan kelas

dilakukan secara tatap muka sehingga memungkinkan terjadinya hubungan atau

kerjasama diantara mereka. Pembelajaran offline juga memiliki manfaat tersendiri,

antara lain menjalin komunikasi yang baik antara orang tua sebagai pengajar dalam
rumah dengan pengajar di sekolah yang mengawasi perkembangan akademik anak.

Pembelajaran offline memiliki konsep yang hampir sama dengan proses

pembelajaran daring, karena dengan metode pembelajaran offline, guru dapat

langsung memantau perkembangan belajar anak atau langsung menonton tanpa

melalui internet selama proses pembelajaran berlangsung. (Sofian, dkk, 2010:24).

Pembelajaran secara Luring atau Offline juga tak terlepas dari berbagai

kendala diantaranya kurang motivasi belajar dari siswa, minimnya sarana prasarana

untuk mendukung proses pembelajaran kurangnya kreatifitas guru

menggembangkan pola pengajaran yang mampu membuat siswa tertarik untuk

belajar

Pembelajaran online dan offline tentunya membawa hasil belajar bagi peserta

didik. Hasil belajar adalah keterampilan yang dipelajari oleh peserta didik setelah

menyelesaikan kegiatan pembelajaran. Belajar itu sendiri adalah proses dimana

seseorang berusaha untuk mencapai beberapa bentuk perubahan perilaku yang

relatif permanen. Selain itu, hasil belajar mau tidak mau membawa perubahan pada

peserta didik baik tingkat kognitif, emosional dan psikologis sebagai hasil dari

kegiatan belajar. Secara sederhana, hasil belajar adalah keterampilan yang

dipelajari seorang peserta didik melalui kegiatan belajar. Peserta didik yang sukses,

tentu saja memenuhi tujuan akademis.

Pembelajaran secara Daring dan Luring juga berpengaruh terhadap aktivitas

belajar siswa. Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental.

Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi

piaget menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak berfikir tanpa
berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir (Sardiman, 2011:100), Sedangkan

Motivasi Belajar itu sendiri merupakan keseluruhan daya penggerak baik dari

dalam diri siswa maupun dari luar siswa, sehingga menimbulkan hasrat, keinginan,

semangat dan kegairahan dalam kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan.

Motivasi belajar merupakan sebuah dorongan yang muncul secara sadar maupun

tidak sadar dalam diri siswa pada saat kegiatan belajar secara terus menerus untuk

mencapai tujuan yang ingin dicapai sehingga terjadi perubahan tingkah laku.

Fajar Cut Afridiyanti (2018:4) dengan judul Pengaruh Pembelajaran Daring

Dengan Model Reading Questioning and Answering (RQA) Terhadap Hasil Belajar

Dan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pada Mata Kuliah Botani Tumbuhan

Tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran online

dengan model RQA berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar dan kemampuan

berpikir kritis mahasiswa pada mata kuliah botani tumbuhan tinggi di program studi

pendidikan biologi Universitas Syiah Kuala. Letak relevansi penelitian Cut Fajar

Afridiyanti dengan penelitian ini adalah Sama-sama mencari pengaruh

pembelajaran daring terhadap hasil belajar siswa, sedangkan perbedaannya adalah

dalam penelitian ini tidak disertakan pembelajaran luring serta berbeda pula subjek

dan objek penelitiannya.

Pencapaian tujuan pembelajaran dalam bentuk online tentunya tidak lepas dari

kesulitan dan hambatan yang dihadapi peserta didik ketika tinggal di pedesaan,

dimana keadaan, kondisi serta fasilitas yang ada masih kurang. Pembelajaran akan

efektif dan efisien jika komponen pembelajaran dihormati. Pembelajaran online ini

juga akan dilaksanakan secara berbeda di setiap sekolah tergantung situasi dan
kondisi saat ini. Sekolah dengan fasilitas yang memadai dan jaringan internet yang

baik dapat memilih pembelajaran dengan sistem online, namun hal ini akan berbeda

jika pembelajaran online ditawarkan di sekolah daerah pedesaan (pedalaman dan

daerah terpencil) yang masih banyak mengalami kesulitan dalam menemukan

jaringan dan beberapa siswa tidak memiliki ponsel atau perangkat untuk

mendukung pengaturan fasilitas pembelajaran online. (Dewi, 2020:3-5).

Namun perangkat pendukung yang ada di sekolah tersebut belum memenuhi

kondisi siswa, kurangnya koneksi internet dan beberapa siswa tidak memiliki

smartphone. Dengan kondisi tersebut, proses pembelajaran tidak dapat dilakukan

seluruhnya secara online. Sehingga membutuhkan tugas tambahan kepada para

guru. Hal ini membutuhkan kreativitas guru sehingga pembelajaran online

walaupun terbatas tetapi dapat membawa efek belajar yang baik dan dapat diakses

oleh semua siswa, sehingga hak belajar dapat dilaksanakan dengan baik harus

diterima oleh siswa.

Oleh sebab itu, penulis melakukan penelitian dengan mengangkat tema

"Pengaruh Pembelajaran Daring dan Luring Terhadap Hasil Belajar, Motivasi dan

aktivitas Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Biologi Di di Kabupaten Timor Tengah

Selatan (SMAN Kie, SMAN Banat, SMAN Kualin) Provinsi Nusa Tenggara

Timur. Dengan adanya penelitian ini, diharapakan dapat mengetahui secara riil

penerapan pembelajaran daring dan luring terhadap hasil belajar para peserta didik.

1.2. Rumusan Masalah

Atas dasar teori-teori yang menjadi referensi bagi penulis dalam penulisan tesis
ini, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.2.1. Bagaimana dampak Pembelajaran Daring terhadap Hasil Belajar, aktivitas
dan Motivasi belajar siswa di Kabupaten Timor Tengah Selatan (SMAN
Kie, SMAN Banat, SMAN Kualin).
1.2.2. Apakah ada Pengaruh Pembelajaran Daring terhadap Hasil Belajar,
aktivitas dan Motivasi belajar siswa di Kabupaten Timor Tengah Selatan
(SMAN Kie, SMAN Banat, SMAN Kualin).
1.2.3. Apakah ada Pengaruh Pembelajaran Luring terhadap Hasil Belajar, aktivitas
dan Motivasi belajar siswa di Kabupaten Timor Tengah Selatan (SMAN
Kie, SMAN Banat, SMAN Kualin).
1.2.4. Apakah ada Pengaruh Pembelajaran Daring dan Luring terhadap Hasil
Belajar, aktivitas dan Motivasi belajar siswa di Kabupaten Timor Tengah
Selatan (SMAN Kie, SMAN Banat, SMAN Kualin).

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Untuk mengetahui dampak Pembelajaran Daring terhadap Hasil Belajar,
aktivitas dan Motivasi belajar siswa di Kabupaten Timor Tengah Selatan
(SMAN Kie, SMAN Banat, SMAN Kualin).
1.3.2. Untuk mengetahui Pengaruh Pembelajaran Daring terhadap Hasil Belajar,
aktivitas dan Motivasi belajar siswa di Kabupaten Timor Tengah Selatan
(SMAN Kie, SMAN Banat, SMAN Kualin).
1.3.3. Untuk mengetahui Pengaruh Pembelajaran Luring terhadap Hasil Belajar,
aktivitas dan Motivasi belajar siswa di Kabupaten Timor Tengah Selatan
(SMAN Kie, SMAN Banat, SMAN Kualin).
1.3.4. Untuk Pengaruh Pembelajaran Daring dan Luring terhadap Hasil Belajar,
aktivitas dan Motivasi belajar siswa di Kabupaten Timor Tengah Selatan
(SMAN Kie, SMAN Banat, SMAN Kualin).
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Pembelajaran daring diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar, motivasi
dan aktivitas peserta didik pada mata Biologi dan sebagai acuan bagi tenaga
pendidik dalam mengemas pembelajaran daring secara menarik.
1.4.2. Pembelajaran luring diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar, motivasi
dan aktivitas peserta didik pada mata Biologi dan sebagai acuan bagi tenaga
pendidik dalam mengemas pembelajaran Luring secara menarik.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pembelajaran Daring


2.1.1. Pengertian Pembelajaran Daring

Pesatnya perkembangan teknologi informasi di era globalisasi saat ini tidak

dapat dihindarkan dari pengaruhnya terhadap dunia pendidikan. Tuntutan global

menuntut dunia pendidikan untuk selalu beradaptasi dengan perkembangan

teknologi dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, terutama dengan

menyesuaikan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dengan dunia

pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran online yang sedang berlangsung.

Kecenderungan perubahan dan inovasi dalam dunia pendidikan akan terus

terjadi dan berkembang ketika situasi pembelajaran saat ini dilaksanakan secara

daring. Perubahan tersebut antara lain: lebih mudahnya mencari sumber belajar,

lebih banyak pilihan dalam penggunaan dan pemanfaatan TIK, meningkatnya peran

media dan multimedia dalam lingkungan belajar, aktivitas belajar, waktu belajar

lebih fleksibel, pembelajaran berbasis computer (CBI), computer assisted

instruction (CAI), penggunaan media televisi, mobile learning, e-learning serta

model belajar dengan sistem individual learning.

2.1.2. Komponen-Komponen dalam Pembelajaran Daring

Komponen dalam sistem pembelajaran daring meliputi lima jenis, yaitu: 1)

Komponen peserta didik. Peserta didik merupakan komponen kunci dalam

pelaksanaan proses pembelajaran agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. 2)

Bahan ajar. Bahan ajar yang digunakan biasanya dirancang khusus untuk tujuan
pembelajaran dan harus memuat tes mandiri, yaitu tes yang dapat diambil oleh

peserta didik tanpa pengawasan, sehingga peserta didik secara tidak langsung dapat

mengetahui apa yang harus dilakukan setelah menyelesaikan studi unit

pembelajaran tertentu. 3) Supervisor atau fasilitator. Bukan tugas supervisor atau

moderator untuk mengajar tetapi untuk membantu peserta didik setiap kali mereka

mengalami kesulitan dengan pekerjaan rumah mereka. 4) Lokasi studi. Peserta

didik dapat belajar kapan saja dan di mana saja, artinya peserta didik tidak perlu

pergi ke sekolah. Dan tempat untuk melakukan proses belajar peserta didik diatur

dengan kesepakatan. 5) Menilai kemajuan akademik. Pada penilaian ini peserta

didik mengerjakan soal tanpa pengawasan dan kemudian guru mengecek pekerjaan

peserta didik.

2.1.3. Kelemahan dan kelebihan Pembelajaran Daring

Keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran online, tentunya bukanlah

pilihan yang mudah bagi pendidik dan peserta didik, karena pembelajaran online

selain memiliki kelebihan tentunya memiliki kekurangan. Kelemahan pembelajaran

online atau e- learning, antara lain: 1) Kurangnya interaksi antara pendidik dengan

peserta didik atau bahkan antar peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini

dapat memperlambat pembentukan nilai dalam proses pembelajaran. 2)

Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau sosial dan justru mendorong

pengembangan aspek bisnis. 3) Masalah akurasi dan ketepatan waktu penyampaian

modul manajemen pembelajaran kepada peserta didik seringkali tidak tepat waktu,

sehingga dapat menghambat pembelajaran. 4) Peserta didik yang tidak memiliki

motivasi belajar yang tinggi akan cenderung gagal. 5) Dukungan administratif


diperlukan dalam proses pembelajaran berbasis media dan jaringan untuk melayani

siswa dalam jumlah besar.

Keunggulan e-learning antara lain: 1) Tersedianya fasilitas moderasi online

dimana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi dengan mudah melalui

internet tanpa dibatasi jarak, titik lokasi dan waktu. 2) Peserta didik dapat

mempelajari atau memodifikasi materi pelajaran kapan saja dan dimana saja sesuai

kebutuhan. 3) Jika peserta didik membutuhkan lebih banyak informasi tentang mata

pelajaran yang mereka pelajari, mereka dapat dengan mudah mengakses Internet.

4) Pendidik dan peserta didik dapat melakukan diskusi melalui internet dengan

jumlah peserta yang banyak, menambah wawasan yang lebih dalam dan luas. 5)

Peserta didik benar-benar dapat menjadi fokus belajar mengajar, karena mereka

selalu mengacu pada belajar mandiri untuk pengembangan pribadi. (Daryanto dan

Karim Syaiful. 2017:101-106).

2.1.4. Aplikasi Yang digunakan dalam pembelajaran Daring

Pembelajaran online dilakukan dengan menggunakan aplikasi


pembelajaran yang dapat diakses melalui internet. Aplikasi pembelajaran
online yang banyak digunakan adalah WhatsApp, Google Classroom, YouTube,
Google Meeting atau Zoom dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas pembelajaran online yang digunakan pada masa pandemi ini adalah
pembelajaran online menggunakan aplikasi WhatsApp. Adapun penggunaan
WhatsApp sebagai aplikasi teratas, karena WhatsApp dinilai nyaman dan
mudah digunakan untuk pendidik dan peserta didik. Apalagi aplikasi
WhatsApp sudah cukup familiar bahkan sebelum pandemi, banyak orang yang
mendownload dan memiliki aplikasi ini. Di aplikasi WhatsApp, guru dapat
mengirim foto, video, tautan, atau melampirkan tugas pembelajaran.
2.2. Pembelajaran Luring
2.2.1. Pengertian Pembelajaran Luring

Luring adalah akronim dari luar jaringan, terputus dari jaringan komputer
atau offline. (Andasia, 2020:71) Pembelajaran offline dapat dipahami sebagai
bentuk pembelajaran yang sama sekali tidak terhubung dengan internet atau
intranet. Pembelajaran luring atau offline adalah pembelajaran yang dilakukan
secara tatap muka di luar ruangan oleh guru dan siswa secara offline, dimana guru
memberikan materi berupa pekerjaan rumah kepada siswa yang praktiknya
berlangsung di luar lingkungan sekolah. (Rio, dkk. 2020:52).

Pengertian lain terkait pembelajaran offline adalah suatu bentuk


pembelajaran yang dilakukan dengan pertemuan tatap muka tanpa menggunakan
teknologi internet untuk komunikasi. Semuanya terjadi secara offline. Pembelajaran
offline terwujud jika semua siswa berada di tempat atau ruang yang sama, hadir
secara fisik, dan tidak menggunakan teknologi jaringan dalam berkomunikasi.
Sistem pembelajaran offline menggunakan metode kunkeru (kunjungan rumah) dan
membutuhkan sistem pembelajaran tatap muka yang dilaksanakan oleh guru dan
siswa di beberapa lokasi yang menjadi pusat pembelajaran tergantung hasil peta
wilayah atau tempat tinggal siswa. (Lodo, 2021:3-4).
2.2.2. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Luring

Kegiatan pembelajaran offline memberikan peran kepada orang tua yang

dipaksa untuk membimbing anaknya melalui kegiatan pembelajaran agar anak

dapat memahami topik pembelajaran secara utuh dan menyelesaikan tugas yang

diberikan di sekolah. Dengan demikian, pembelajaran offline memiliki kelebihan,

yaitu: pendidik dapat memantau secara dekat kegiatan belajar peserta didik, peserta

didik belajar secara efektif dan antusias, serta memberikan materi yang

komprehensif. (Satria, dkk. 2021:64). Keuntungan lain dari pembelajaran offline

adalah aplikasi pembelajaran dapat dikontrol dengan baik oleh orang tua.

Homeschooling jauh lebih fleksibel dan efektif dari pada belajar di kelas.
Homeschooling dapat disesuaikan dengan kemampuan dan karakter peserta didik

dalam memahami materi pembelajaran. Setiap anak tentunya memiliki kemampuan

yang berbeda dalam memahami materi pembelajaran, ada anak yang mudah belajar

dalam suasana ramai dan ada juga yang membutuhkan tempat yang tenang. Suasana

belajar yang sesuai dengan kepribadian lebih efektif untuk pembelajaran

peningkatan kinerja. (Lodo, 2021:6).

Kekurangan pembelajaran offline antara lain: Sulit mengontrol peserta didik

mana yang serius dengan pelajaran dan mana yang tidak, dan pembelajaran yang

banyak bersifat teori dan kurang hands-on karena interaksi tatap muka tidak

memungkinkan dilanjutkan dengan peserta didik.

2.3. Hasil Belajar Peserta Didik

Hasil belajar mempunyai pengertian yang sangat luas, meliputi segala tindakan

atau usaha dari generasi ke generasi yang mentransfer dan memberikan

pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kompetensi kepada generasi

berikutnya untuk mempersiapkan mereka menjalankan fungsi kehidupannya, baik

fisik maupun mental. (Rizkio, 2021:24).

2.4. Motivasi Belajar

Motivasi Belajar itu sendiri merupakan keseluruhan daya penggerak baik dari

dalam diri siswa maupun dari luar siswa, sehingga menimbulkan hasrat, keinginan,

semangat dan kegairahan dalam kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan.

Motivasi belajar merupakan sebuah dorongan yang muncul secara sadar maupun

tidak sadar dalam diri siswa pada saat kegiatan belajar secara terus menerus untuk

mencapai tujuan yang ingin dicapai sehingga terjadi perubahan tingkah laku.
2.5. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam
proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi piaget
menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak berfikir tanpa berbuat
sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir (Sardiman, 2011:100),

2.6. Faktor-Faktor yang mempengaruhi hasil belajar, Motivasi dan Aktivitas


belajar
2.7. Penelitian Yang Relevan:

Dalam penelitian ini, peneliti menggali informasi dari penelitian-penelitian


sebelumnya sebagai bahan perbandingan baik mengenai kelebihan atau
kekurangan, diantaranya ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian
ini, salah satu yang telah melakukan peneltian adalah Fajar Cut Afridiyanti (2018:4)
dengan judul Pengaruh Pembelajaran Daring Dengan Model Reading Questioning
and Answering (RQA) Terhadap Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis
Mahasiswa Pada Mata Kuliah Botani Tumbuhan Tinggi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran online dengan model RQA
berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis
mahasiswa pada mata kuliah botani tumbuhan tinggi di program studi pendidikan
biologi Universitas Syiah Kuala. Letak relevansi penelitian Cut Fajar Afridiyanti
dengan penelitian ini adalah Sama-sama mencari pengaruh pembelajaran daring
terhadap hasil belajar siswa, sedangkan perbedaannya adalah dalam penelitian ini
tidak disertakan pembelajaran luring serta berbeda pula subjek dan objek
penelitiannya.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Meidawati (2020:3-4) yang berjudul
Pengaruh Daring Learning Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa daring learning berpengaruh terhadap hasil belajar IPA Siswa.
Relevansi dari penelitian ini adalah variabel dependen sama-sama mengukur hasil
belajar siswa sedangkan perbedaannya adalah subjek, objek dan materi belajarnya.
Penelitian yang serupa dilakukan oleh Rio Erwan Pratama dan Sri Mulyati
(2020:49) dengan judul Pembelajaran daring dan luring. Dalam jurnal tersebut
menekankan bagaimana cara mengeksplorasi pembelajaran daring dan luring agar
pembelajarannya dapat berjalan dengan baik dan tujuan pendidikan bisa tercapai.
Relevansi antara penelitian Rio Erwan Pratama dan Sri Mulyati dengan penelitian
ini adalah sama-sama mengukur hasil belajar sisswa, sedangkan perbedaannya
adalah pada metode yang digunakan dalam penelitian.
2.8. Kerangka Berpikir

Dunia pendidikan saat ini sedang mengalami perubahan yang sangat signifikan
dalam proses pembelajaran seiring dengan proses pendidikan yang biasanya
berpusat di sekitar gedung atau sekolah transisi ke pembelajaran di rumah melalui
pembelajaran online dan offline. Proses belajar di rumah setidaknya akan didukung
penuh oleh orang tua. Di sini, orang tua akan menjalankan tugas pokoknya sebagai
pendidik utama sekaligus bertanggung jawab atas proses mendidik anaknya. Di
masa lalu, beberapa orang tua disibukkan dengan berbagai pekerjaan profesional,
banyak diantaranya mendelegasikan wewenang kepada sekolah secara keseluruhan
sebagai landasan pendidikan anak mereka. Kondisi proses belajar yang berubah saat
ini membuka peluang bagi orang tua untuk berkumpul dan terlibat langsung dalam
pembelajaran anaknya di rumah. Pembelajaran dalam bentuk online memacu dan
mendorong para pendidik dan juga peserta didik untuk menemukan metode yang
tepat dalam proses pembelajaran secara online. Pembelajaran secara online akan
efektif dan efisien apabila setiap komponen pembelajaran dihormati.
Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai
berikut: Kondisi saat ini: Pembelajaran di dalam kelas diganti dengan pembelajaran
dari rumah melalui daring dan luring. Masalah: Hasil belajar peserta didik pada
mata pelajaran Biologi masih di bawah nilai KKM, disisilain juga aktivitas dan
motivsi peserta didik yang kurang aktif. Solusi: penyesuaian metode pembelajaran
daring dan luring yang sesuai dengan kondisi peserta didik. Harapan: hasil belajar,
motivasi dan aktivitas melalui pembelajaran daring dan luring yang lebih
maksimal.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ex post
facto. Penelitian ex post facto adalah penelitian yang variabel bebasnya terjadi pada
saat peneliti pertama kali mengamati variabel terikat dalam suatu penelitian.
(Jusmawati, dkk. 2020:3).

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi Penelitian

Batasan pertama yang selalu muncul mengenai metode penelitian adalah


tempat digunakannya proses penelitian untuk memperoleh solusi penelitian. Ada
beberapa jenis lokasi penelitian, tergantung dari bidang keilmuan yang mengawali
penelitian tersebut. Untuk bidang pendidikan, tempat belajar dapat berupa ruang
kelas, sekolah atau lembaga pendidikan. Dalam penelitian ini, peneliti memilih
lembaga pendidikan SMA di Kabupaten Timor Tengah Selatan (SMAN Kie,
SMAN Banat, SMAN Kualin) Provinsi Nusa Tenggara Timur.
3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini akan dilaksanakan sejak
tanggal dikeluarkannya izin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 1 bulan
dengan rincian: 2 minggu pengumpulan data dan 2 minggu pengolahan data yang
meliputi penyajian dalam bentuk tesis dan proses bimbingan berlangsung.

3.3. Populasi Dan Sampel


3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri atas manusia, hewan,
benda-benda, tumbuhan, peristiwa, gejala ataupun nilai tes sebagai sumber data
yang mempunyai karakteristik tertentu dalam suatu penelitian yang dilakukan.
(Parni, 2020:25). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah peserta didik
di Kabupaten Timor Tengah Selatan (SMAN Kie, SMAN Banat, SMAN Kualin)
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Jadi penelitian
yang diambil adalah sebagian dari populasi maka penelitian tersebut adalah
penelitian sampel. (Arikunto, 2006:131). Teknik pengambilan sampel
menggunakan probably sampling dengan simple random sampling yaitu
pengambilan sampel secara acak dari populasi karena populasi dianggap homogen.

Adapun menurut Arikunto (2006:134) "apabila jumlah subyeknya kurang dari


100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi, tetapi apabila jumlahnya lebih besar maka diambil sebanyak 10-15% atau
20-25% atau lebih.

3.4. Defenisi Operasional Variabel


Menurut Suharsimi Arikunto (2013:161), mendefinisikam variabel penelitian
sebagai sebuah objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu:
3.4.1. Variabel Bebas (Independen)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab
berubahnya atau munculnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah Pengaruh pembelajaran daring (X1) dan luring (X2).
3.4.2. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, dari adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil
belajar peserta didik (Y1), Motivasi Belajar Peserta Didik (Y2), dan Aktivitas
Belajar (Y3).
3.5. Jenis Data
3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang


dibutuhkan untuk menjawab masalah penelitian. Adapun Teknik Pengumpulan data
yang peneliti gunakan yaitu
3.6.1. Angket/Kuisoner

Angket atau kuesioner yang dibuat oleh peneliti dan juga observasi atau
pengamatan langsung dari peneliti. Sugiyono (2012:92) menyatakan bahwa
instrumen penelitian adalah alat pengumpulan data yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam dan sosial yang dapat diamati. Dengan demikian,
penggunaan instrument penelitian yaitu untuk mencari informasi yang lengkap
mengenai suatu masalah, fenomena alam maupun sosial.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
menghsilkan data yang akurat yaitu dengan menggunakan skala likert (Sugiyono
(2012:134). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis instrumen angket
atau kuesioner dengan pemberian skor sebagai berikut: Sangat Setuju (SS) Skornya
5, Setuju (S) skornya 4, Ragu-ragu (RG) diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) skornya
2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi Skor 1.
3.6.2. Analisis Uji Coba Instrumen

Untuk mengetahui kebenaran terkait instrument angket yang digunakan oleh


peneliti maka dilakukan uji coba lapangan dan pengujian keaslihan serta reliabilitas.

3.6.2.1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat keaslihan

suatu tes. Suatu tes dikatakan valid bila dapat mengukur apa yang seharusnya

diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria

dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria, (Arikunto, 1999:65).

Untuk menentukan koefisien korelasi antara skor hasil tes yang akan diuji

validitasnya dengan hasil tes dapat menggunakan rumus korelasi produk

moment:
Keterangan:
R = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = banyaknya sampel

X = skor yang diperoleh dari tiap item

Y = skor total yang diperoleh dari tiap item

ƩX = jumlah skor item

ƩY = jumlah skor soal

3.6.2.2. Uji Reabilitas

Menurut Situnjuk dan Sugiarto (2006:52), uji reliabilitas adalah pengujian yang

menunjukkan apakah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi

dapat dipercaya selama pengumpulan data. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika

tanggapan responden terhadap pernyataan tersebut konsisten.

Tinggi dan rendahnya reliabilitas diwakili oleh suatu nilai yang disebut faktor

keyakinan yang berkisar dari 0-1, di mana X adalah indeks kasus yang dicari. Uji

reliabilitas menggunakan rumus Cronbach Alpha.

Keterangan:
= Reliabilitas yang dicari.
n = Jumlah item pernyataan

= Jumlah varians skor tiap item


= Varians total

3.6.3. Uji Prasyarat Data


3.6.3.1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk memeriksa apakah dalam suatu model
regresi variabel bebas dan variabel terikat atau keduanya berdistribusi normal atau
tidak normal. Jika suatu variabel tidak berdistribusi normal, maka hasil uji statistik
akan menurun. Pengujian normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan uji
standar Kolmogorov - Smirnov dengan kriteria uji, jika nilai signifikansi > 0,05
maka data penelitian berdistribusi normal, begitu pula sebaliknya jika nilai
signifikansinya < 0,05 maka data pencarian tidak berdistribusi normal. (Ghozali,
2016:26).
3.6.3.2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi bahwa


dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi dengan varians atau
homogenitas yang sama (Sudjana, 2005:250). Homogenitas data dari penelitian ini
diperiksa menggunakan uji F (Fisher). Tes ini dapat digunakan jika hanya dua set
data atau sampel yang diuji. Uji Fisher dilakukan dengan membandingkan varians
data terbesar dibagi varians data terkecil. Rumus yang digunakan dalam tes ini
adalah sebagai berikut:

F=

(Sumber: Supardi:2013:14)

Oleh karena itu, kriteria pengujiannya, jika nilai f hitung <f tabel maka H0 diterima,
sebaliknya, jika f hitung > f tabel maka H0 ditolak.

3.7. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2012:262), teknik analisis data merupakan teknik statistik


yang berguna untuk menguji dan memodelkan hubungan antar variabel. Dalam
penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear
berganda. Regresi berganda sering digunakan untuk memecahkan masalah analisis
regresi yang menghasilkan hubungan dua atau lebih variabel bebas. Model regresi
berganda adalah sebagai berikut:
Y' = a + b1X1 + b2X2 ......... + e

Y = koefisien hasil belajar

a = konstanta
b1 = koefisien pembelajaran daring

b2 = koefisien pembelajaran luring

X1 = variabel pembelajaran daring

X2 = variabel pembelajaran luring

e = standar eror

Tujuan dari analisis regresi linier berganda adalah untuk mengetahui hubungan
fungsional suatu variabel dependen atau dependen dengan dua atau lebih variabel
independen atau independen.

3.7.1. Uji Hipotesis

Pada tahap regresi linier berganda, dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui
apakah model regresi tersebut layak dan apakah variabel bebas signifikan dalam
model tersebut. Uji hipotesis yang digunakan dalam uji regresi linier berganda
adalah uji T dan uji F.

3.7.2. Uji T

Pada dasarnya, uji T menunjukkan bagaimana pengaruh variabel independen


secara individual menjelaskan perubahan variabel dependen. Pengujian regresi
parsial dirancang untuk menentukan apakah variabel independen individu
mempengaruhi variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa variabel lain
konstan.

Langkah-langkah dalam melakukan uji T:

a) Merumuskan Hipotesis:

Ho : Pembelajaran daring dan luring secara parsial tidak berpengaruh


terhadap hasil belajar, motivasi dan aktivitas Peserta didik

Ha : Pembelajaran daring dan luring secara parsial berpengaruh


terhadap hasil belajar, motivasi dan aktivitas peserta didik
b) Menentukan tingkat signifikan:
Tingkat signifikansi yang standar dan biasa digunakan dalam penelitian
adalah a = 5% (0,05).
c) Menentukan rumus T hitung , menurut Sugiyono (2014:250):

Keterangan:
t = Nilai uji t
r = Koefisien korelasi parsial
= Koefisien determinasi
n = Jumlah sampel

d) Menentukan T table
Nilai t tabel diperoleh dari tabel distribusi t pada
a = 5% dengan derajat kebebasan (df) n-k-1
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel independen.
e) Menentukan kriteria pengujian dan kesimpulan Kriteria pengujian:
Ho ditolak dan Ha diterima apabila t hitung > t table

Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t table

Jika Ho ditolak dan Ha diterima maka dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran daring dan luring secara parsial berpengaruh terhadap hasil belajar,
motivasi dan aktivitas Peserta didik. Jika Ho diterima dan Ha ditolak maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran daring dan luring secara parsial tidak
berpengaruh terhadap hasil belajar, motivasi dan aktivitas peserta didik.
3.7.3. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen


berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara bersamaan. Tingkat
kepercayaan yang digunakan adalah 5%. Jika nilai f hitung > dari f tabel, maka
hipotesis alternatif menunjukkan bahwa semua variabel independen secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Langkah-langkah dalam melakukan uji F:
a) Merumuskan Hipotesis:

Ho : Pembelajaran daring dan luring secara simultan tidak berpengaruh terhadap


hasil belajar, motivasi dan aktivitas peserta didik.
Ha : Pembelajaran daring dan luring secara simultan berpengaruh terhadap hasil
belajar, motivasi dan aktivitas peserta didik.
b) Menentukan Tingkat Signifikansi:
Ada dua cara yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur atau pedoman
pengujian hipotesis dalam uji-F, yang pertama adalah dengan membandingkan nilai
signifikansi atau probabilitas dari hasil Anova. Kedua adalah membandingkan nilai
F hitung dengan nilai F pada tabel.
1) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka hipotesis diterima, artinya pembelajaran
daring (X1) dan pembelajaran luring (X2) secara simultan berpengaruh
terhadap hasil belajar (Y1) motivasi (Y2) dan Aktivitas (Y3)
2) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka hipotesis ditolak, artinya pembelajaran
daring (X1) dan pembelajaran luring (X2) secara simultan tidak berpengaruh
terhadap hasil belajar (Y1), motivasi (Y2) dan Aktivitas (Y3)
3) Menentukan Rumus F hitung menurut Sugiyono (2014:257):
Di mana:
= koefisien determinasi
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas

4) Menentukan kriteria pengujian dan kesimpulan:


1. Jika probabilitas (signifikansi) > 0,05 atau F hitung < F tabel berarti hipotesis
tidak terbukti, maka Ho diterima Ha ditolak.
2. Jika probabilitas (signifikansi) < 0,05 atau F hitung > F tabel berarti hipotesis
terbukti, maka Ho ditolak Ha diterima.
3.7.4. Koefisien determinasi

Koefisien determinasi ( ) dipakai untuk mengukur sejauh mana model dapat


menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berkisar antara
0 sampai 1. Jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted negatif, maka nilai
adjusted dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai =1, maka
adjusted = =1, sedangkan jika nilai =0, maka adjusted = (1-k)/(n-k).
Jika k > 1, maka adjusted akan bernilai positif (Ghozali,2016:96).
DAFTAR PUSTAKA

Adit, Albertus. 2020. Pedoman Pelaksanaan Belajar dari Rumah Selama Darurat
Bencana Covid 19 di Indonesia, Kemendikbud No.15.
Aditya, Daniel. 2017. Pentingnya Pendidikan Agama Katolik di Sekolah. Komsos
St.Odilia, Paroki Citraraya, Jakarta.
Anam, Mohammad Syamsul. 2017. Toksonomi Hasil Belajar Menurut Bloom. UNEM.
Andasia, Malyana. 2020. Pelaksanaan Pembelajaran Daring dan Luring dengan
Metode Bimbingan Berkelanjutan pada Guru Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah
Pendidikan. Vol.2 No.1.
Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar - Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Barunea, Anggi Anggela. 2021. Pengaruh Pembelajaran Daring Terhadap Hasil
Belajar Akuntansi Siswa Kelas X1 IPS Muhammadiyah Gunung Meriah
Tahun Ajaran 2020/2021. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Medan.
Daryanto dan Karim Syaiful. 2017. Pembelajaran Abad 21. Yogyakarta: Gava Media.
Dewi, W.A.F. 2020. Dampak Covid 19 Terhadap Implementasi Pembelajaran Di
Sekolah Edukatif. Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol.2, No.1.
Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No.20. Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Fajar, Cut Afridiyanti. 2018. Pengaruh Pembelajaran Daring Dengan Model
Reading Questioning and Answering (RQA) Terhadap Hasil Belajar Dan
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pada Mata Kuliah Botani Tumbuhan
Tinggi. Skripsi. Universitas Syiah Kuala.
Fauhah, Homroul. 2021. Analisis Model Pembelajaran Make A Match terhadap
Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan, Vol.9 No.2.
Firman, S. R. Rahman. 2020. Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid 19.
Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol.2, No.2.
Rizkio, Sholikin, 2021. Pengaruh Pembelajaran Daring Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran PAI Di SMAN 1 Sambit Ponorogo.
Skripsi. IAIN Ponorogo.
Rusman, Kurniawan Deni dan Riyana Cepi. 2015. Pembelajaran Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta, Rajagrafindo.
Sahlughaney, Jabal Ausarizq. 2020. Pengenalann E-Learning. Universitas Mercu Buana.
Jakarta.
Salamah, Umi. 2020. Penjaminan Mutu Penilaian Pendidikan. Jurnal Evaluasi, Vol.2,
No.1.
Salmaa, 2021. Pembelajaran Luring: Kelebihan, kekurangan dan masalah yang
kerap dihadapi. Penerbit Deepublish.
Satria, Wiguna dan Muamar Al Qadri. 2021. Pengaruh home visit method terhadap
hasil belajar luring di masa pandemi covid 19 pada mata pelajaran PAI.
Journal Continuous Education. Vol.2
Shihab, Najelaa. 2020. Semua murid semua guru, Edukasi di masa Pandemi.
Jakarta. Situnjuk dan Sugiarto. 2006. Uji Reliabilitas. Binus University
Quality Management Center.
Sofian, Amrin, Lif Khoiru Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan
Pembelajaran, Jakarta: Prestasi Pustaka.
Sudjana, Nana. 2005. Dasar - Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&Q.
Bandung:Alfabeta.
Sujerweni, Wiratna. 2014. Metedologi Penelitian: Lengkap, Praktis dan Mudah
Diapahami. Yogyakarta: PT Pustaka Baru.
Sultoni, MH. 2015. Metode Penelitian. http:etheses.uin-malang.ac.id.
Supardi. 2013. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian Konsep Statistika Yang Lebih
Komprehensif. Jakarta: Change Publication.
Suyono dan Hariyanto. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Thityn Ayu Ningrum. 2021. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Luring Dan
Daring Dalam Pencapaian Komptensi Dasar Kurikulum Bahasa Arab Di
Madrasah Ibtidayah 2 Kabupaten Gorontalo. Jurnal Pendidikan. Vol.30, No.
1.
Tim Pengembang Kurikulum. 2014. Pengembangan Sikap dan karakter. Jakarta.
Wakasek Humas. 2022. Profil SMAN 1 Wolowaru. Ende.
Wakasek Humas. 2022. Profil SMAN Wolojita. Ende. Wakasek Humas. 2022.
Profil SMA Karitas Watu Neso. Ende.
Wari, Kurnia dan Mai Sri Lena. 2021. Pengaruh Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
Luring Terhadap Hasil Belajar Siswa SD. Jurnal Pendidikan. Vol.5, No.1.
Wina, Dhamayanti, dkk. 2021. Pengaruh Model Pembelajaran Luring Dan Model
Pembelajaran Daring Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Perspektif Ilmu
Pendidikan. Vol.35, No.2.

Anda mungkin juga menyukai