Kelas :E
Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum PAI
Desen Pengampu : Dr. Rohani Salman, M.P.d & Dr. Mirawati, M.Pd.
Soal Umum:
1. Analisis Tentang Fenomena Pendidikan Pada Masa Pandemi Covid 19, dan bagaimana
dengan keberadaan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam implementasi
pembelajarannya?
2. Bagaimana bentuk Kurikulum dan Pembelajaran dalam Program MBKM pada MAPEL
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar dan Menengah (SD & SMP, SMA)?
3. Bagaimana Konsep Pembentukan Kurikulum untuk Pendidikan di Sekolah/Madrasah dan
Pondok Pesantren? Dan bagaimana Proses Perubahan (baca: Pengembangan) Kurikulum
untuk Lembaga Pendidikan di Sekolah, Madrasah dan Pondok Pesantren?
4. Terkait dengan soal no 3 di atas, bagaimana hubungan implementasi pembelajaran?
Khusus terkait dengan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
5. Cukupkah waktu yang ada di sekolah untuk Pendidikan Agama Islam dalam Penguasaan
Pengetahuan, Pembentukkan Sikap dan Ketrampilan untuk mengaplikasikan muatan
Kurikulum PAI? Jika hanya berdasarkan ketentuan JPL yang sudah ada, apa upaya yang
bias dilakukan untuk pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam yang lebih baik?
6. Membuat dokumen suatu Kurikulum (naskah akademik), terutama untuk Kurikulum PAI
seperti saat ini, hal hal apa saja yang harus dipertimbangkan dan diintegrasikan dalam
muatan kurikulum dalam rangka mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional dengan
Capaian Kompetensi sesuai KI & KD yang diinginkan yang tertuang dalam 1) Standar Isi,
2) Standar Proses, 3) Standar Penilain Pendidikan, dan 4) Standar Evaluasi? (Analisis dan
buktikan dengan contoh yang jelas tentang hal-hal yang terkait yang dimaksudkan dalam
suatu kurikulum & Pembelajaran)
Soal Khusus
Telaah Tentang Muatan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dalam KI-KD dalam MAPEL PAI
serta Pengembangan Materi Ajar SKI antara Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah
Dasar (SD)
Jawaban soal umum
1. Analisis Tentang Fenomena Pendidikan Pada Masa Pandemi Covid 19, dan
bagaimana dengan keberadaan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
implementasi pembelajarannya?
Tesis Okta Hardianti, 2021 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Masa
Pandemi Di Smpn 1 Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus UIN Raden Intan
Lampung
a. Analisis Pembelajaran di Masa Pandemi
Pandemi adalah wabah yang menyebar ke seluruh dunia. Degan kata lain,
wabah ini menjadi masalah bersama warga dunia. Pada tahun 2019 ditemukan
kembali wabah keseluruh dunia yaitu pandemi Covid19. Pandemi adalah suatu
keadaan dimana suatu masalah kesehatan umumnya penyakit, frekuensinya dalam
waktu yang sangat singkat memperlihatkan peningkatan yang amat tinggi serta
penyebarannya telah mencakup suatu wilayah yang amat luas. Sedang Covid-19
merupakan kependekan dari Coronavirus Disease-19. Coronavirus merupakan
keluarga virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia
biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga
penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom
Pernapasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrom (SARS).
Sebagai usaha pencegahan penyebaran Covid-19, WHO merekomendasikan
untuk menghentikan sementara kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan
massa. Untuk itu pembelajaran konvensional yang banyak mengumpulkan siswa
dalam satu ruangan perlu ditinjau pelaksanaanya. Pembelajaran dilakukan dengan
dengan skenario yang mampu meminimalisir kontak fisik antara siswa dengan siswa
yang lain, ataupun siswa dengan pendidik. Di masa pandemi Covid-19 hingga masa
pasca pandemi Covid-19 merupakan dua masa yang akan memiliki persamaan dalam
hal kontruksi sosial, bagaimana masyarakat dapat beradaptasi dengan situasi di masa
pandemi. Masa pasca pandemi Covid-19 akan jauh berbeda dengan masa sebelum
pandemi Covid-19 berlangsung. Dengan demikian perlu adanya penyesuaian-
penyesuaian yang harus dilaksanakan oleh berbagai lapisan masyarakat.
(Surat Edaran Mendikbud No. 4 Tahun 2020 tetang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19, 2020). Pembelajaran pun
akhirnya tak dapat terelakkan terjadi di rumah, namun bukan dengan kedatangan guru
ke rumah masing-masing siswa melainkan dengan media online. Pembelajaran
menggunakan jaringan internet lazim disebut dengan E-Learning, atau juga dikenal
dengan pembelajaran daring (dalam jaringan).
Pembelajaran E-Learning mungkin menjadi hal yang baru bagi sebagian guru,
namun mungkin sebagian sudah menganggapnya hal yang tak asing. Bagi guru yang
tinggal di daerah (tidak di kota) tentu ini menjadi hal yang baru. Walaupun E-
Learning merupakan hal yang baru bagi dunia pekerjaan para guru daerah, tetapi mau
tidak mau mereka harus mempergunakannya di tengah kondisi yang tidak
memungkinkan seseorang bertatap muka. Atau bagi guru yang selama ini
menganggap bahwa ponsel hanya sekedar alat komunikasi, saat ini harus sukarela
menjadikanya fatner dalam mengajar. Alhasil kondisi yang memaksa para guru harus
mau secara sukarela berteman dengan dunia internet. Tidak sedikit dari mereka yang
awalnya anti saat ini menjadi akrab dengan dunia internet.
b. Impementasi pembelajaran masa pandemi Covid -19
1) Sistem pembelajaran
Pembelajaran yang dilakukan harus memperhatikan protokol kesehatan
dalam upaya mencegah penyebaran COVID-19. Proses pembelajaran yang
berlangsung harus menerapkan physical distancing, menggunakan masker, dan
rutin mencuci tangan dengan sabun. Penerapan physical distancing dengan
menjaga jarak tempat duduk siswa akan berdampak pada kapasitas ruang kelas.
Kalau sebelumnya ruang kelas bisa diisisiswa denganjumlah maksimal sesuai
standar maka sekarang hanya dapat diisi setengah atau sepertiga jumlah siswa.
Dengan demikian perlu dirumuskan pola masuk siswa ke kelas, apakah diatur
dengan model shift (siswa masuk kelas dibagi dalam beberapa shift)
ataumodellain yangdisepakati.
2) Kurikulum
Kurikulum yang ada juga harus disesuaikan dengan memodifikasi
materi pembelajaran. Materi pembelajaran sangat perlu memuat kecakapan
hidup (life skill) yang harus dimiliki siswa. Beban ketuntasan materi dalam
kurikulum juga perlu dikaji ulang sebagai dampak perubahan sistem
pembelajaran. Sebagai akibat dari penyesuaian kurikulum ini tentunya akan
terjadi pengurangan materi. Materi pembelajaran akan lebih simpel dan lebih
menekankan pada pencapaian kompetensi dasar keterampilan siswa.
3) Kompetensi Guru
Perubahan sistem pembalajaran dan penyesuaian kurikulum menuntut guru
untuk siap dan mampu menerapkannya dalam proses pembelajaran di kelas.
Belajar dari sistem pembelajaran pada masa pandemi COVID-19 banyak guru
yang merasa kesulitan dalam menerapkan pembelajaran daring dengan
berbasis kecakapan hidup (life skill).
Prinsip-prinsip pembelajaran jarak jauh Sesuai dengan surat edaran
Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 Desain dan implementasi pembelajaran
jarak jauh sebagai berikut:
a) Waktu kegiatan
b) Skenario pembelajaran jarak jauh
c) Metode pembelajaran jarak jauh
d) Media dan sumber belajar daring kementrian pendidikan dan kebudayaan
e) Peran guru dalam pembelajaran Daring
f) Peran orang tua siswa dalam pembelajaran daring
g) Peran siswa dalam pembelajaran daring
h) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada masa pandemi Covid-19
2. Bagaimana bentuk Kurikulum dan Pembelajaran dalam Program MBKM pada
MAPEL Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar dan Menengah (SD & SMP,
SMA)?
Artikel kemenag.go.id 2021 http://www.pendis.kemenag.go.id/pai/berita-364-ini-yang-
harus-diketahui-oleh-guru-pai-terkait-kurikulum-sekolah-penggerak.html
a. Bentuk kurikulum dalam pembelajaran dan program
Definisi kurikulum memang sangat beragam, baik dalam arti luas maupun dalam
arti sempit.Tetapi untuk tujuan penulisan ini, kiranya perlu dikutip pernyataan
Sukmadinata (2004:150) yang mengatakan, kurikulum merupakan rancangan
pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa
di sekolah.Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan
perbuatan pendidikan.
Selanjutnya dijelaskan, dalam memahami konsep kurikulum, setidaknya ada tiga
pengertian yang harus dipahami, yaitu; (1) kurikulum sebagai substansi atau sebagai
suatu rencana belajar; (2) kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum
yang merupakan bagian dari sistem persekolahan dan sistem pendidikan, bahkan
sistem masyarakat; (3) kurikulum sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang kajian
kurikulum, yang merupakan bidang kajian para ahli kurikulum, pendidikan dan
pengajaran.
Mengacu pada pendapat tersebut, dapat ditegaskan bahwa kurikulum merupakan
rancangan pendidikan, yang berisi serangkaian proses kegiatan belajar siswa. Dengan
demikian secara implisit kurikulum memiliki tujuan yaitu tujuan pendidikan.Selain itu
juga jelas bahwa banyak faktor yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan, yaitu
guru, siswa, orang tua, dan lingkungan.
Manajemen persekolahan juga menjadi variabel penting dalam mewujudkan
tujuan pendidikan.Bagaimana iklim sekolah diciptakan, turut berperan dalam
mewarnai anak didik.Apakah iklim kebebasan, disiplin, ketertiban, dan kreativitas
benar-benar tercipta di lingkungan sekolah.
Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bukan merupakan hal yang baru sekarang.penanamannilai-
nilai sebagai sebuah karakteristik seseorang sudah berlangsung sejak dahulu
kala.Akan tetapi, seiring dengan perubahan zaman, agaknya menuntut adanya
penanaman kembali nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan
di setiap pengajaran.
Penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan (embeded) ke dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang
selama ini semakin memudar. Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai tersendiri
yang akan ditanamkan dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh adanya
keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda.
Pendidikan Agama: Nilai utama yang ditanamkan antara lain: religius, jujur,
santun, disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai
keberagaman, patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan
kewajiban, kerja keras, dan adil. Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai
tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh
adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda.
Artikel Davit Setyawan 18 Juni 2014
https://www.kpai.go.id/publikasi/artikel/implementasi-pendidikan-agama-di-sekolah-
dan-solusinya
Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (a) kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia, (b) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, (c)
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, (d) kelompok mata
pelajaran estetika, (e) kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.”
(PP. 19/2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 6).
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SD/MI/SDLB/Paket A,
SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau bentuk
lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama,
kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahun dan teknologi, estetika, jasmani, olah
raga, dann kesehatan.” (PP. 19/2005, pasal 7/1).
Jurnal Ely Manizar Optimalisasi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Tadrib, Vol. 3, No. 2,
Desember 2017
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah masih menunjukkan keadaan
yang memprihatinkan. Banyak faktor yang menyebabkan keprihatinan itu, antara lain
pertama, dari segi jam pelajaran yang disediakan oleh sekolah secara formal, peserta
didik dikalkulasikan waktunya hanya 3 jam pelajaran per minggu di tingkat SD dan 4
jam perminggu tingkat SMP/SMA untuk pendidikan agama . Coba bandingkan
dengan mata pelajaran lainnya yang bisa mencapai 6 - 8 jam per minggu.
Implikasinya bagi peserta didik adalah hasil belajar yang diperolehnya sangat minim
dan terbatas. Sedangkan implikasi bagi guru itu sendiri adalah guru dituntut untuk
melaksanakan kewajiban menyelenggarakan proses pembelajaran sebanyak 24 jam
per minggu. Yang jadi persoalan adalah kalau seorang guru agama ditugasi mengajar
di sekolah, misalnya di sekolah dasar (SD) ada 6 kelas kemudian di satu kelas guru
mengajar 3 jam pelajaran, sehingga maksimal pembelajaran yang dilaksanakan guru
adalah 18 jam pelajaran. Berarti guru tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan tugas
yang diberikan oleh pemerintah. Implikasinya adalah guru tersebut tidak berhak
memperoleh tunjangan sebagai guru karena kewajiban mengajarnya belum memenuhi
syarat yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Tuntutan itu harus benar-benar
diperhitungkan karena pemerintah memberikan dan menaikkan tunjangan bukan
hanya gaji kepada guru yang melaksanakan tugas kewajibannya sesuai dengan jumlah
jam pelajaran yang sudah ditentukan.
3. Bagaimana Konsep Pembentukan Kurikulum untuk Pendidikan di Sekolah/Madrasah
dan Pondok Pesantren? Dan bagaimana Proses Perubahan (baca: Pengembangan)
Kurikulum untuk Lembaga Pendidikan di Sekolah, Madrasah dan Pondok Pesantren?
Jurnal Ahmad Arifai Pengembangan Kurikulum Pesantren, Madrasah Dan Sekolah Volume
3 Nomor 2 Edisi Desember 2018
1. PAI (Pendidikan Agama Islam) adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, serta
mengimani ajaran agama Islam dengan disertai menghormati penganut agama
lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
2. Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat dirumuskan sebagai berikut: proses
transiternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui
upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuh, pengawasan, dan
pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan
hidup di dunia dan akhirat”
3. Dari beberapa pengertian Pendidikan Agama Islam diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah upaya
membelajarkan siswa secara sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, dan menghayati hingga mengimani,
bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Agama Islam dari
Al-Quran dan Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta
penggunaan pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan
kondisi pembelajaran yang ada.
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI) Islam sebagai agama dan
objek kajian akademik memiliki cakupan dan ruang lingkung yang luas.
Secara garis besar Islam memiliki sejumlah ruang lingkup yang saling terkait
yaitu lingkup keyakinan(akidah), lingkup norma (syariat), muamalat, dan
perilaku (akhlak/ behavior). Adapun ruang lingkup Pendidikan Agama Islam
adalah Akidah, Al-Qur’an hadist, Fiqih, Akhlak dan Tarikh.
5. Cukupkah waktu yang ada di sekolah untuk Pendidikan Agama Islam dalam Penguasaan
Pengetahuan, Pembentukkan Sikap dan Ketrampilan untuk mengaplikasikan muatan
Kurikulum PAI? Jika hanya berdasarkan ketentuan JPL yang sudah ada, apa upaya yang
bias dilakukan untuk pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam yang lebih baik
4 Menyajikan pengetahuan faktual 1.4 Menceritakan masa remaja atau masa muda Nabi
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
dalam bahasa yang jelas, sistematis Muhammad Saw.
dan logis, dalam karya yang estetis,
dalam gerakan yang mencerminkan 1.5 Menunjukkan karakteristik jahiliah masa Nabi
anak sehat, dan dalam tindakan yang Muhammad Saw.
mencerminkan perilaku anak 1.6 Menuliskan bukti-bukti kerasulan Nabi
beriman dan berakhlak mulia Muhammad Saw.
Memahami pengetahuan faktual 3.1 Mengetahui dua pusaka yang ditinggalkan Rasulullah sebagai
dengan cara mengamati (mendengar, pegangan kaum mslimin.
melihat, membaca) dan menanya 3.2 Mengetahui contoh nilai-nilai positif dari khalifah Abu Bakar
berdasarkan rasa ingin tahu tentang as-Siddiq r.a.
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan3.3 Mengetahui contoh nilai-nilai positif dari khalifah Umar bin
kegiatannya, dan benda-benda yang Khattab r.a.
dijumpainya di rumah dan di
sekolah
Menyajikan pengetahuan faktual4.1 Menceritakan peristiwa-peristiwa di akhir hayat Rasulullah
dalam bahasa yang jelas, sistematis Saw.
dan logis, dalam karya yang estetis,
4.2 Menceritakan kepribadian Abu Bakar as-Siddiq r.a. dan
dalam gerakan yang mencerminkan perjuangannya dalam dakwah Islam
anak sehat, dan dalam tindakan yang
4.3 Menceritakan kepribadian Umar bin Khattab dan
mencerminkan perilaku anak perjuangannya dalam dakwah Islam
beriman dan berakhlak mulia
D.7. KELAS VI SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
Menerima dan menjalankan ajaran
1.1 Meyakini semangat rela berkorban yang ditunjukkan oleh para
agama yang dianutnya Khulafaur Rasyidin sebagai bentuk kecintaan pada Allah SWT.
dan rasul-Nya
1.2 Terbiasa berkorban sebagaimana yang dilakukan oleh para
Khulafaur Rasyidin sebagai bentuk kecintaan pada Allah SWT.
dan rasul-Nya
Menunjukkan perilaku jujur, 2.1Menunjukkan nilai-nilai positif dari kekhalifahan Usman bin
disiplin, tanggung jawab, santun, Affan
peduli, dan percaya diri dalam 2.2 Menunjukkan nilai-nilai positif dari kekhalifahan Ali bin Abi
berinteraksi dengan keluarga, teman, Talib
guru, dan tetangganya
Memahami pengetahuan faktual3.1 Mengetahui contoh nilai-nilai positif dari khalifah Usman bin
dengan cara mengamati (mendengar, Affan
melihat, membaca) dan menanya 3.2 Mengetahui contoh nilai-nilai positif dari khalifah Ali bin Abi
berdasarkan rasa ingin tahu tentang Talib
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di
sekolah
Menyajikan pengetahuan faktual1.1 Menceritakan kepribadian Usman bin Affan dan
dalam bahasa yang jelas, sistematis, perjuangannya dalam dakwah Islam
dan logis, dalam karya yang estetis,
1.2 Menceritakan kepribadian dan perjuangan khalifah Ali bin Abi
dalam gerakan yang mencerminkan Talib
anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia