Anda di halaman 1dari 21

Nama : Rusdi Indra Hasibuan

Kelas :E
Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum PAI
Desen Pengampu : Dr. Rohani Salman, M.P.d & Dr. Mirawati, M.Pd.

Soal Umum:
1. Analisis Tentang Fenomena Pendidikan Pada Masa Pandemi Covid 19, dan bagaimana
dengan keberadaan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam implementasi
pembelajarannya?
2. Bagaimana bentuk Kurikulum dan Pembelajaran dalam Program MBKM pada MAPEL
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar dan Menengah (SD & SMP, SMA)?
3. Bagaimana Konsep Pembentukan Kurikulum untuk Pendidikan di Sekolah/Madrasah dan
Pondok Pesantren? Dan bagaimana Proses Perubahan (baca: Pengembangan) Kurikulum
untuk Lembaga Pendidikan di Sekolah, Madrasah dan Pondok Pesantren?
4. Terkait dengan soal no 3 di atas, bagaimana hubungan implementasi pembelajaran?
Khusus terkait dengan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
5. Cukupkah waktu yang ada di sekolah untuk Pendidikan Agama Islam dalam Penguasaan
Pengetahuan, Pembentukkan Sikap dan Ketrampilan untuk mengaplikasikan muatan
Kurikulum PAI? Jika hanya berdasarkan ketentuan JPL yang sudah ada, apa upaya yang
bias dilakukan untuk pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam yang lebih baik?
6. Membuat dokumen suatu Kurikulum (naskah akademik), terutama untuk Kurikulum PAI
seperti saat ini, hal hal apa saja yang harus dipertimbangkan dan diintegrasikan dalam
muatan kurikulum dalam rangka mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional dengan
Capaian Kompetensi sesuai KI & KD yang diinginkan yang tertuang dalam 1) Standar Isi,
2) Standar Proses, 3) Standar Penilain Pendidikan, dan 4) Standar Evaluasi? (Analisis dan
buktikan dengan contoh yang jelas tentang hal-hal yang terkait yang dimaksudkan dalam
suatu kurikulum & Pembelajaran)
Soal Khusus
Telaah Tentang Muatan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dalam KI-KD dalam MAPEL PAI
serta Pengembangan Materi Ajar SKI antara Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah
Dasar (SD)
Jawaban soal umum
1. Analisis Tentang Fenomena Pendidikan Pada Masa Pandemi Covid 19, dan
bagaimana dengan keberadaan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
implementasi pembelajarannya?
Tesis Okta Hardianti, 2021 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Masa
Pandemi Di Smpn 1 Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus UIN Raden Intan
Lampung
a. Analisis Pembelajaran di Masa Pandemi
Pandemi adalah wabah yang menyebar ke seluruh dunia. Degan kata lain,
wabah ini menjadi masalah bersama warga dunia. Pada tahun 2019 ditemukan
kembali wabah keseluruh dunia yaitu pandemi Covid19. Pandemi adalah suatu
keadaan dimana suatu masalah kesehatan umumnya penyakit, frekuensinya dalam
waktu yang sangat singkat memperlihatkan peningkatan yang amat tinggi serta
penyebarannya telah mencakup suatu wilayah yang amat luas. Sedang Covid-19
merupakan kependekan dari Coronavirus Disease-19. Coronavirus merupakan
keluarga virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia
biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga
penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom
Pernapasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrom (SARS).
Sebagai usaha pencegahan penyebaran Covid-19, WHO merekomendasikan
untuk menghentikan sementara kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan
massa. Untuk itu pembelajaran konvensional yang banyak mengumpulkan siswa
dalam satu ruangan perlu ditinjau pelaksanaanya. Pembelajaran dilakukan dengan
dengan skenario yang mampu meminimalisir kontak fisik antara siswa dengan siswa
yang lain, ataupun siswa dengan pendidik. Di masa pandemi Covid-19 hingga masa
pasca pandemi Covid-19 merupakan dua masa yang akan memiliki persamaan dalam
hal kontruksi sosial, bagaimana masyarakat dapat beradaptasi dengan situasi di masa
pandemi. Masa pasca pandemi Covid-19 akan jauh berbeda dengan masa sebelum
pandemi Covid-19 berlangsung. Dengan demikian perlu adanya penyesuaian-
penyesuaian yang harus dilaksanakan oleh berbagai lapisan masyarakat.
(Surat Edaran Mendikbud No. 4 Tahun 2020 tetang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19, 2020). Pembelajaran pun
akhirnya tak dapat terelakkan terjadi di rumah, namun bukan dengan kedatangan guru
ke rumah masing-masing siswa melainkan dengan media online. Pembelajaran
menggunakan jaringan internet lazim disebut dengan E-Learning, atau juga dikenal
dengan pembelajaran daring (dalam jaringan).
Pembelajaran E-Learning mungkin menjadi hal yang baru bagi sebagian guru,
namun mungkin sebagian sudah menganggapnya hal yang tak asing. Bagi guru yang
tinggal di daerah (tidak di kota) tentu ini menjadi hal yang baru. Walaupun E-
Learning merupakan hal yang baru bagi dunia pekerjaan para guru daerah, tetapi mau
tidak mau mereka harus mempergunakannya di tengah kondisi yang tidak
memungkinkan seseorang bertatap muka. Atau bagi guru yang selama ini
menganggap bahwa ponsel hanya sekedar alat komunikasi, saat ini harus sukarela
menjadikanya fatner dalam mengajar. Alhasil kondisi yang memaksa para guru harus
mau secara sukarela berteman dengan dunia internet. Tidak sedikit dari mereka yang
awalnya anti saat ini menjadi akrab dengan dunia internet.
b. Impementasi pembelajaran masa pandemi Covid -19
1) Sistem pembelajaran
Pembelajaran yang dilakukan harus memperhatikan protokol kesehatan
dalam upaya mencegah penyebaran COVID-19. Proses pembelajaran yang
berlangsung harus menerapkan physical distancing, menggunakan masker, dan
rutin mencuci tangan dengan sabun. Penerapan physical distancing dengan
menjaga jarak tempat duduk siswa akan berdampak pada kapasitas ruang kelas.
Kalau sebelumnya ruang kelas bisa diisisiswa denganjumlah maksimal sesuai
standar maka sekarang hanya dapat diisi setengah atau sepertiga jumlah siswa.
Dengan demikian perlu dirumuskan pola masuk siswa ke kelas, apakah diatur
dengan model shift (siswa masuk kelas dibagi dalam beberapa shift)
ataumodellain yangdisepakati.
2) Kurikulum
Kurikulum yang ada juga harus disesuaikan dengan memodifikasi
materi pembelajaran. Materi pembelajaran sangat perlu memuat kecakapan
hidup (life skill) yang harus dimiliki siswa. Beban ketuntasan materi dalam
kurikulum juga perlu dikaji ulang sebagai dampak perubahan sistem
pembelajaran. Sebagai akibat dari penyesuaian kurikulum ini tentunya akan
terjadi pengurangan materi. Materi pembelajaran akan lebih simpel dan lebih
menekankan pada pencapaian kompetensi dasar keterampilan siswa.
3) Kompetensi Guru
Perubahan sistem pembalajaran dan penyesuaian kurikulum menuntut guru
untuk siap dan mampu menerapkannya dalam proses pembelajaran di kelas.
Belajar dari sistem pembelajaran pada masa pandemi COVID-19 banyak guru
yang merasa kesulitan dalam menerapkan pembelajaran daring dengan
berbasis kecakapan hidup (life skill).
Prinsip-prinsip pembelajaran jarak jauh Sesuai dengan surat edaran
Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 Desain dan implementasi pembelajaran
jarak jauh sebagai berikut:
a) Waktu kegiatan
b) Skenario pembelajaran jarak jauh
c) Metode pembelajaran jarak jauh
d) Media dan sumber belajar daring kementrian pendidikan dan kebudayaan
e) Peran guru dalam pembelajaran Daring
f) Peran orang tua siswa dalam pembelajaran daring
g) Peran siswa dalam pembelajaran daring
h) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada masa pandemi Covid-19
2. Bagaimana bentuk Kurikulum dan Pembelajaran dalam Program MBKM pada
MAPEL Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar dan Menengah (SD & SMP,
SMA)?
Artikel kemenag.go.id 2021 http://www.pendis.kemenag.go.id/pai/berita-364-ini-yang-
harus-diketahui-oleh-guru-pai-terkait-kurikulum-sekolah-penggerak.html
a. Bentuk kurikulum dalam pembelajaran dan program
Definisi kurikulum memang sangat beragam, baik dalam arti luas maupun dalam
arti sempit.Tetapi untuk tujuan penulisan ini, kiranya perlu dikutip pernyataan
Sukmadinata (2004:150) yang mengatakan, kurikulum merupakan rancangan
pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa
di sekolah.Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan
perbuatan pendidikan.
Selanjutnya dijelaskan, dalam memahami konsep kurikulum, setidaknya ada tiga
pengertian yang harus dipahami, yaitu; (1) kurikulum sebagai substansi atau sebagai
suatu rencana belajar; (2) kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum
yang merupakan bagian dari sistem persekolahan dan sistem pendidikan, bahkan
sistem masyarakat; (3) kurikulum sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang kajian
kurikulum, yang merupakan bidang kajian para ahli kurikulum, pendidikan dan
pengajaran.
Mengacu pada pendapat tersebut, dapat ditegaskan bahwa kurikulum merupakan
rancangan pendidikan, yang berisi serangkaian proses kegiatan belajar siswa. Dengan
demikian secara implisit kurikulum memiliki tujuan yaitu tujuan pendidikan.Selain itu
juga jelas bahwa banyak faktor yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan, yaitu
guru, siswa, orang tua, dan lingkungan.
Manajemen persekolahan juga menjadi variabel penting dalam mewujudkan
tujuan pendidikan.Bagaimana iklim sekolah diciptakan, turut berperan dalam
mewarnai anak didik.Apakah iklim kebebasan, disiplin, ketertiban, dan kreativitas
benar-benar tercipta di lingkungan sekolah.
Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bukan merupakan hal yang baru sekarang.penanamannilai-
nilai sebagai sebuah karakteristik seseorang sudah berlangsung sejak dahulu
kala.Akan tetapi, seiring dengan perubahan zaman, agaknya menuntut adanya
penanaman kembali nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan
di setiap pengajaran.
Penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan (embeded) ke dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang
selama ini semakin memudar. Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai tersendiri
yang akan ditanamkan dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh adanya
keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda.
Pendidikan Agama: Nilai utama yang ditanamkan antara lain: religius, jujur,
santun, disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai
keberagaman, patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan
kewajiban, kerja keras, dan adil. Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai
tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh
adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda.
 Artikel Davit Setyawan 18 Juni 2014
https://www.kpai.go.id/publikasi/artikel/implementasi-pendidikan-agama-di-sekolah-
dan-solusinya
Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: (a) kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia, (b) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, (c)
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, (d) kelompok mata
pelajaran estetika, (e) kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.”
(PP. 19/2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 6).
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SD/MI/SDLB/Paket A,
SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau bentuk
lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama,
kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahun dan teknologi, estetika, jasmani, olah
raga, dann kesehatan.” (PP. 19/2005, pasal 7/1).
Jurnal Ely Manizar Optimalisasi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Tadrib, Vol. 3, No. 2,
Desember 2017
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah masih menunjukkan keadaan
yang memprihatinkan. Banyak faktor yang menyebabkan keprihatinan itu, antara lain
pertama, dari segi jam pelajaran yang disediakan oleh sekolah secara formal, peserta
didik dikalkulasikan waktunya hanya 3 jam pelajaran per minggu di tingkat SD dan 4
jam perminggu tingkat SMP/SMA untuk pendidikan agama . Coba bandingkan
dengan mata pelajaran lainnya yang bisa mencapai 6 - 8 jam per minggu.
Implikasinya bagi peserta didik adalah hasil belajar yang diperolehnya sangat minim
dan terbatas. Sedangkan implikasi bagi guru itu sendiri adalah guru dituntut untuk
melaksanakan kewajiban menyelenggarakan proses pembelajaran sebanyak 24 jam
per minggu. Yang jadi persoalan adalah kalau seorang guru agama ditugasi mengajar
di sekolah, misalnya di sekolah dasar (SD) ada 6 kelas kemudian di satu kelas guru
mengajar 3 jam pelajaran, sehingga maksimal pembelajaran yang dilaksanakan guru
adalah 18 jam pelajaran. Berarti guru tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan tugas
yang diberikan oleh pemerintah. Implikasinya adalah guru tersebut tidak berhak
memperoleh tunjangan sebagai guru karena kewajiban mengajarnya belum memenuhi
syarat yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Tuntutan itu harus benar-benar
diperhitungkan karena pemerintah memberikan dan menaikkan tunjangan bukan
hanya gaji kepada guru yang melaksanakan tugas kewajibannya sesuai dengan jumlah
jam pelajaran yang sudah ditentukan.
3. Bagaimana Konsep Pembentukan Kurikulum untuk Pendidikan di Sekolah/Madrasah
dan Pondok Pesantren? Dan bagaimana Proses Perubahan (baca: Pengembangan)
Kurikulum untuk Lembaga Pendidikan di Sekolah, Madrasah dan Pondok Pesantren?
Jurnal Ahmad Arifai Pengembangan Kurikulum Pesantren, Madrasah Dan Sekolah Volume
3 Nomor 2 Edisi Desember 2018

a. Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan


dengan arah, isi dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan
macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Dalam suatu
lembaga pendidikan, salah satu tokoh yang memiliki peranan yang begitu
penting dalam pengembangan kurikulum adalah guru. Guru merupakan ujung
tombak keberhasilan pendidikan yang terlibat langsung dalam
mengembangkan, memantau, dan melaksanakan kurikulum sehingga
pembelajaran dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Meskipun ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang
cukup pesat, tidak berarti menyurutkan peranan guru. Bahkan, hasil-hasil
teknologi tersebut akan menambah beban tugas dan tanggung jawab guru.
Oleh karenanya, guru sebagai pelaku utama pendidikan diwajibkan memenuhi
kewajibannya sebagai pendidik professional, dan tentu saja sebagai
pengembang kurikulum.
b. Pengembangan kurikulum Pesantren
Dalam beberapa penelitian terhadap pesantren ditemukan bahwa pesantren
mempunyai kewenangan tersendiri dalam menyusun dan mengembangan
kuurikulumnya. Menurut penelitian Lukens-Bull dalam bukunya Abdullah
Aly, secara umum kurikulum pesantren dapat dibedakan menjadi empat
bentuk, yaitu; Pendidikan Agama, pengalaman dan pendidikan moral, sekolah
dan pendidikan umum serta, ketrampilan dan kursus (Aly, 2011: 184).
1. Pengembangan kurikulum Madrasah
Madrasah merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan Islam yang di
usahakan disamping masjid dan pesantren, sebagai menjadi salah satu lembaga
pendidikan tertua di Indonesia, karena sifatnya menganut pemahaman agama
yang konservatif tetapi keberadaan pesantren selalu dinamis ditengah
pergulatan global, membuat banyak orang tertarik untuk mengkaji pesantren
dan madrasah. Dinamisasi tersebut termasuk dengan fleksibilitas madrasah
dalam menyerap kepentingan pemerintah melalui penyetaraan program
pendidikan madrasah dengan sekolah umum dengan memasukkan muatan
disiplin ilmu umum yang sebelumnya tidak diajarkan baik dipesantren
maupun madrasah
2. Pengembangan Kurikulum Pesantren, Madrasah dan Sekolah
Ahmad Arifai Pertama, kurikulum berbentuk pendidikan Agama Islam. Di
dalam dunia pesantren, kegiatan belajar pendidikan Agama Islam lazim
disebut sebagai ngaji atau pengajian. Kegiatan ngaji dipesantren pada
praktiknya dibedakan menjadi dua tingkatan. Pada tingkatan awal ngaji
sangatlah sederhana, yaitu para santri belajar membaca teks-teks Arab,
terutama sekali Tingakatan ini dianggap sebagai usaha minimal dari
pendidikan agama yang harus dikuasai oleh para santri. Tingkatan berikutnya
adalah para santri memilih kitabkitab islam klassik dan mempelajarinya
dibawah bimbingan kyai. Adapun kitab-kitab yang dijadikan bahan untuk
ngaji meliputi bidang ilmu: fikih, aqidah atau tauhid, nahwu, sharaf, balaghah,
hadits, tasawuf, akhlak, ibadah-ibadah seperti sholat doa, dan wirid. Dalam
penelitian Martin Van Bruinessen, ada 900 kitab kuning dipesantren. Hampir
500 kitab-kitab tersebut ditulis oleh ulama asia tenggara dengan bahasa yang
beragam; bahasa Arab, Melayu, Jawa, Sunda, Madura, Indonesia, dan Aceh.
Kitab kuning dalam dunia pesantren mempunyai posisi yang siginifikan selain
dari kharisma kyai itu sendiri. Dan kitab kuning itu sendiri dijadikan referensi
dan buku pegangan dalam tiap-tiap pesantren, dan kurikulum sebagai sistem
pendidikan daam sebuah pesantren tersebut. Kedua, kurikulum berbentuk
pengalaman dan pendidikan moral. Kegiatan keagamaan yang paling terkenal
di dunia pesantren adalah kesalehan dan komitmen para santri terhadap lima
rukun Islam. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan mampu menumbuhkan
kesadaran para santri untuk mengamalkan nilai-nilai moral yang di ajarkan
pada saat ngaji. Adapun nilai-nilai moral yang ditekankan dipesantren adalah
persaudaraan Islam, keikhlasan, kesederhanaan dan kesaudaraan Islam.
Ketiga, kurikulum berbentuk sekolah dan pendidikan umum. Pesantren
memberlakukan kurikulum sekolah mengacu kepada pendidikan nasional yang
dikeluarkan Departemen Pendidikan Nasional.
sedangkan kurikulum Madrasah mengacu kepada pendidikan Agama
yang diberlakukan oleh Departemen Agama. Keempat, kurikulum berbentuk
ketrampilan dan kursus. Pesantren memberlakukan kurikulum yang berbentuk
ketrampilan dan kursus secara terencana dan terpogram melalui kegiatan
ekstrakulikuler. Adapun kursus yang popular dipesantren adalah bahasa
inggris, computer, setir mobil, reparasi sepeda motor, dan lain sebagainya.
Kurikulum seperti ini diberlakukan di pesantren karena mempunyai dua
alasan, yaitu alasan politis dan promosi. Dari segi politis, pesantren yang
memberikan pendidikan ketrampilan dan kursus kepada para santrinya berarti
merespon seruan pemerintah untuk peningkatan kemampuan sumber daya
manusia (SDM). Hal ini berarti hubungan antara pesantren dengan pemerintah
cukup harmonis. Sementara itu dari segi promosi terjadi peningkatan jumlah
santri yang memliki pesantren-pesantren modern dan terpadu, dengan alasan
adanya pendidikan ketrampilan dan kursus di dalamnya. Sedangkan M
Ridwan Nastir memberikan gambaran mengenai tingkat keanekaragaman
pranata sesuai dengan spektrum komponen serta pengembangan suatu
pesantren. Yang diklasifikasikan menjadi lima bagian, yaitu; a) Pondok
pesantren salaf/klasik; yaitu pondok pesantren yang didalamnya terdapat
sistem pendidikan salaf (weton, sorogan, bandongan) dan sistem klasikal
(madrasah) salaf. b) Pondok pesantren semi berkembang; yaitu pondok
pesantren yang didalamnya terdapat sistem pendidikan salaf (weton, sorogan,
bandongan) dan sistem klasikal (madrasah) swasta dengan kurikulum 90%
agama dan 10% umum. c) Pondok pesantren berkembang; yaitu pondok
pesantren seperti semi berkembang, hanya saja sudah lebih bervariasi dalam
bidang kurikulumnya, yakni 70% agama dan 30% umum. Disamping itu juga
diselenggarakan madrasah SKB tiga menteri dengan penambahan diniyah.
Lembaga ini merupakan kelanjutan sistem pendidikan pesantren gaya
lama, yang dimodifikasi menurut model penyelenggaraan sekolah-sekolah
umum dengan sistem kasikal. disamping memberikan pengetahuan agama,
diberikan juga pengetahuan umum (Nasir, 2005: 87-88). Karena pengaruh
politik penjajah belanda, sekolah dan madrasah dipandang sebagai dua bentuk
lembaga pendidikan yang berbeda, secara dikotomis; sekolah bersifat sekuler
dan madrasah bersifat Islami. Hal inilah yang menyebabkan ketika awal
kemerdekaan, perkembangan madrasah di Indonesia mengalami konflik yaitu
disatu pihak pemerintah ingin menjdikanya sebagai lembaga pendidikan
nasional dengan memberikan muatan nonkeagamaan, dan dilain pihak
madrasah merasa khawatir akan fungsi pendidikan keagamaanya jika
madrasah dimasukkan kedalam jajaran pendidikan nasional (Maksun, 1999:
7).
Dalam upaya memperbaiki dikotomi madrasah sekolah dan
meningkatkan kualitas kurikulum pendidikan madrasah. Malik Fadjar selaku
menteri agama memantapkan eksistensi madrasah untuk memenuhi tiga
tuntutan minimal dalam peningkatan kualitas madrasah, yaitu; 1. Menjadikan
madrasah sebagai wahana untuk membina ruh dan praktik hidup keislaman 2.
Memperkokoh keberadaan madrasah sehingga sederajat dengan sistem
sekolah 3. Madrasah harus mampu merespon tuntutan masa depan guna
megantisipasi perkembangan iptek dan era globalisasi. Kurikulum madrasah
secara garis besar, mata pelajaran agama dibagi ke dalam beberapa sub mata
pelajaran, yaitu -Hadist, Akidah-Akhlak, Fikih, sejarah kebudayaan Islam
(SKI), dan ditambah dengan pelajaran Bahasa Arab, sejak MI hingga MA,
sehingga porsi mata pelajaran pendidikan agama Islam lebih banyak.
Sementara disekolah yang notabene non-madrasah, mata pelajaran pendidikan
agama Islam hanya satu, dan porsinya hanya dua jam perminggu. Namun
demikian di dalamnya pada dasarnya juga meliputi (akidah), akhlak, ibadah-
(fikih), dan sejarah kebudayaan Islam.
4. Terkait dengan soal no 3 di atas, bagaimana hubungan implementasi pembelajaran?
Khusus terkait dengan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Skripsi Umi Zulaekha 2015 Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Pai) Bagi
Narapidana Anak Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo Kabupaten Purworejo
Jawa Tengah.
Implementasi Pembelajaran
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau
penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah
dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya. Pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu proses interaksi antara peserta belajar/instruktur dan suatu
lingkungan belajar untuk pencapaian tujuan belajar tertentu. Menurut Miarso, yang
dikutip dalam buku Belajar dan Pembelajaran karya Indah Komsiyah, Pembelajaran
adalah mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara
positif dalam kondisi tertentu.2 Sedangkan dalam Undang-Undang Negara Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20
disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Adapun
pengertian Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:

1. PAI (Pendidikan Agama Islam) adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, serta
mengimani ajaran agama Islam dengan disertai menghormati penganut agama
lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
2. Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat dirumuskan sebagai berikut: proses
transiternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui
upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuh, pengawasan, dan
pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan
hidup di dunia dan akhirat”
3. Dari beberapa pengertian Pendidikan Agama Islam diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah upaya
membelajarkan siswa secara sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, dan menghayati hingga mengimani,
bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Agama Islam dari
Al-Quran dan Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta
penggunaan pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan
kondisi pembelajaran yang ada.
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI) Islam sebagai agama dan
objek kajian akademik memiliki cakupan dan ruang lingkung yang luas.
Secara garis besar Islam memiliki sejumlah ruang lingkup yang saling terkait
yaitu lingkup keyakinan(akidah), lingkup norma (syariat), muamalat, dan
perilaku (akhlak/ behavior). Adapun ruang lingkup Pendidikan Agama Islam
adalah Akidah, Al-Qur’an hadist, Fiqih, Akhlak dan Tarikh.

5. Cukupkah waktu yang ada di sekolah untuk Pendidikan Agama Islam dalam Penguasaan
Pengetahuan, Pembentukkan Sikap dan Ketrampilan untuk mengaplikasikan muatan
Kurikulum PAI? Jika hanya berdasarkan ketentuan JPL yang sudah ada, apa upaya yang
bias dilakukan untuk pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam yang lebih baik

ARTIKEL Noor Wahidah A.W. Mahasiswi yang sedang menempuh Manajemen


Pendidikan Islam di Pasca Sarjana IAIN Surakarta.
Waktu sangat mempengaruhi keefektifitas sebuah kegiatan. Semakin efektif
dan efisien seseorang dalam menggunakan waktu maka semakin optimal pula
hasil yang diperoleh. Begitupun dengan waktu belajar di sekolah. Kita
biasanya sering belajar di sekolah selama kurang lebih 12 jam sampai 14 jam
tergantung sekolahnya. 
Kalau melihat dari pembagian waktunya, ada pembagian waktu antara jam
mata pelajaran dan jam istirahat. Dalam satu jam pembelajaran pun pasti
berbeda-beda waktu dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama maupun
sekolah menengah ke atas. Namun bila kita melihat perbandingan antara
banyaknya waktu pembelajaran mapel agama atau pendidikan agama Islam
antara sekolah umum dengan madrasah akan sangat berbeda jauh. Sekolah
umum hanya memiliki dua jam mapel PAI sekali dalam seminggu. Sedangkan
di madrasah mapel PAI masih dipecah menjadi lima mapel yaitu aqidah
akhlak, fiqih, sejarah kebudayaan Islam, qur’an hadits dan bahasa arab.
Sehingga tiap-tiap mapel pai tersebut juga mendapatkan jam masing-masing
dalam setiap pertemuannya dalam seminggu. 
Padahal bila kita melihat materi atau isi pembelajaran yang diajarkan pada
siswa sekolah umum ternyata cukup banyak dan luas karena pai ini telah
mencakup dan meringkas dari keseluruhan materi pada lima mapel pai yang
ada di madrasah. Seperti materi sejarah, tajwid atau hukum bacaan, hukum
fiqih (contoh mengenai rukun Islam dan rukun iman), dll. Kenyataannya guru
pai juga mengalami kendala terhadap waktu yang telah ditentukan pemerintah
yang hanya dua jam mata pelajaran dan hanya sekali dalam seminggu.
Kendalanya ialah kurangnya waktu yang disediakan dalam menyampaikan
materi ajar sehingga target penyelesaian materi ajar tidak tercapai bahkan
banyak siswa yang mendapatkan nilai kurang memuaskan ketika dilakukan
ujian. 

Melihat kenyataan diatas, sebaiknya guru pai bersama kepala sekolah


terkadang memberikan solusi dengan membuka dan mengadakan
ekstrakurikuler BTA (baca tulis qur’an) dan IMTAQ (Iman dan Taqwa), ini
dimaksudkan untuk menjadi jam tambahan dari mpel pai diluar KBM, agar
siswa terbekali dari aspek religiusitas atau keagamaan yang cukup setelah ia
lulus dari sekolah. Ada juga organisasi siswa yang diadakan untuk mendukung
keagamaan siswa di sekolah yaitu ROHIS. Memang tak bisa dipungkiri bahwa
mata pelajaran PAI masih dikesampingkan oleh sekolah umum berbeda
dengan madrasah yang notabenenya mengajarkan materi PAI dengan porsi
yang cukup banyak. Untuk itulah, hal ini diharapkan menjadi perhatian yang
sangat penting bagi pemerintah dalam mata pelajaran PAI agar para siswa di
negara kita menjadi penerus bangsa yang beragama, bermoral dan berbudi
pekerti yang luhur sesuai dengan cita-cita bangsa.
https://www.kompasiana.com/noorwahidah93/571a295f2023bdd42ab18046/2-
jam-tak-cukup-belajar-pendidikan-agama-islam-di-sekolah-umum
6. Membuat dokumen suatu Kurikulum (naskah akademik), terutama untuk Kurikulum PAI
seperti saat ini, hal hal apa saja yang harus dipertimbangkan dan diintegrasikan dalam
muatan kurikulum dalam rangka mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional dengan
Capaian Kompetensi sesuai KI & KD yang diinginkan yang tertuang dalam 1) Standar Isi,
2) Standar Proses, 3) Standar Penilain Pendidikan, dan 4) Standar Evaluasi? (Analisis dan
buktikan dengan contoh yang jelas tentang hal-hal yang terkait yang dimaksudkan dalam
suatu kurikulum & Pembelajaran)
Buku 2017 Dr. Muhammad Hasbi, S.Sos.,M.Pd Bahan Supervisi Penyiapan Akreditasi
Satuan Pkbm
Standar Isi
1. Butir 3 (major): Satuan PKBM menyelenggarakan 2 atau lebihjenis
program utama dan minimal 1 jenis program “life skill”/pendukung pada
tahun berjalan. Butir pada standar isi diawali dengan pertanyaan layanan
program yang dimiliki PKBM. Jenis program dibagi menjadi program layanan
utama dan program layanan pendukung. Butir ini termasuk kategori major.
Termasuk pada program layanan utama adalah Paket A, Paket B, Paket C,
Pendidikan Keaksaraan, PAUD, dan Pelatihan/Kursus yang terstruktur.
Adapun yang dimaksud dengan pelatihan/kursus yang terstruktur adalah
kursus yang mengacu standar kompetensi lulusan berdasarkan Permendiknas
Nomor 47 Tahun 2010, Permendikbud Nomor 31 Tahun 2012, dan
Permendikbud Nomor 131 Tahun 2014. Bukan kursus yang diselenggarakan
dalam satu atau dua kali pertemuan sehingga tidak memiliki acuan standar
kompetensi lulusan.
Standar Proses
Butir 11 (major): Program PKBM memiliki silabus untuk setiap mata
pelajaran yang diajarkannya dan disahkan oleh lembaga. Penilaian pada butir
ini adalah pada keberadaan silabus untuk mata pelajaran yang di-UN-kan pada
program kesetaraan atau mata pelajaran keaksaraan. Bukti fisik yang perlu
dilampirkan adalah SILABUS untuk semua mata pelajaran.
Butir12 (minor): Program PKBM memiliki RPP untuk mata pelajaran pada
program yang diajukan.
Penilaian pada butir ini adalah pada keberadaan RPP sesuai mata pelajaran
yang diajarkan dari program yang diajukan. Untuk pengajuan berkas ke BAP,
RPP yang dilampirkan cukup yang mewakili masingmasing mata pelajaran,
nanti saat visitasi dapat diperlihatkan RPP untuk semua mata pelajaran yang
diajarkan.
Butir 13 (minor): RPP pada program PKBM yang diajukan disusun dan
ditandatangani oleh masing-masing pendidik dan disahkan oleh ketua PKBM.
Penilaian pada butir ini masih mengacu pada RPP, tetapi yang menjadi titik
tekan adalah pada proses penyusunan RPP tersebut, apakah dibuatkan oleh
orang lain atau oleh masing-masing pendidik.
Butir 14 (minor): Program PKBM mengimplementasikan 3 pola pengelolaan
kelas (tatap muka, tutorial, dan mandiri) pada kegiatan pembelajarannya yang
ditunjukkan di RPP setiap mata pelajaran. Penilaian butir ini adalah pada tiga
bentuk pola pengelolaan kelas (tatap muka, tutorial, mandiri) yang diterapkan
oleh PKBM. Bukti fisik yang dibutuhkan adalah: - RPP tatap muka - RPP
tutorial - RPP belajar mandiri, atau - RPP yang di dalamnya mencakup tiga
pengelolaan kelas tersebut. 62 Untuk pengajuan berkas ke BAP, RPP yang
dilampirkan cukup mewakili masing-masing mata pelajaran sesuai bentuk-
bentuk pengelolaan kelas yang dilakukan, nanti saat visitasi dapat
diperlihatkan RPP untuk semua mata pelajaran yang diajarkan dan semua
bentuk pengelolaan kelas yang dilakukan.
Butir 15 (minor): Program PKBM mengimplementasikan berbagai metode
pembelajaran yang membuat peserta didik aktif di kegiatan pembelajarannya.
63 Bukti fisik untuk butir ini adalah: - RPP yang menunjukkan adanya
penerapan metode: ceramah, tanya jawab, diskusi, tugas individu, tugas
kelompok, latihan soal, praktik, dan lainnya. Contoh RPP dengan metode
ceramah, tanya jawab, diskusi, tugas individu, tugas kelompok, latihan soal,
praktik, dan lainnya.
Butir 16 (minor): Program PKBM memiliki tingkat kehadiran peserta didik
yang baik untuk program yang diajukan dalam 2 tahun terakhir Penilaian pada
butir ini adalah pada prosentase kehadiran peserta didik dalam dua tahun
terakhir untuk kesetaraan dan satu tahun terakhir untuk keaksaraan. Prosentase
dihitung dari jumlah pertemuan dibandingkan dengan jumlah pertemuan pada
peraturan yang berlaku. Jumlah pertemuan tatap muka untuk kesetaraan
minimal adalah 16 pertemuan dan keaksaraan dasar 114 jp, sedangkan KUM
66 jp.
Butir 17 (minor): Program PKBM memiliki tingkat kehadiran pendidik yang
baik dalam 2 tahun terakhir Tingkat kehadiran pendidik untuk tatap muka
seharusnya mencapai 100%, untuk pengecekkan informasi ini dikonfirmasi ke
peserta didik. Bukti keaktifan pendidik dalam bentuk presensi kehadiran
(manual atau elektronik/finger print atau yang lain)
Standar Pendidikan
Butir 18 (major): Program PKBM memiliki pendidik berkualifikasi akademik
S-1 ke atas. Penilaian dalam butir ini adalah pada jumlah pendidik yang
berkualifikasi S1, makin banyak jumlah pendidik yang berkualifikasi S1 maka
semakin besar nilai yang diperoleh. Perlu diingat bahwa jumlah pendidik
berkualifikasi S1 dalam penilaian butir ini minimal 26% dari jumlah pendidik
yang terdaftar. Jika jumlah pendidik yang berkualifikasi S1 kurang dari 26%
maka pada butir ini akan mendapat nilai 1, yang berarti tidak akan
terakreditasi, karena minimal memiliki nilai 2 untuk butir ini. Contoh: Jika
PKBM menyelenggarakan program Paket B dengan kewajiban melakukan
pembelajaran tatap muka bagi 5 mata pelajaran yang di UN-kan, maka PKBM
wajib memiliki minimal 2 orang pendidik yang berkualifikasi S1. Bukti fisik
yang harus disiapkan untuk penilaian butir ini di antaranya: - Daftar rekap
pendidik. - SK pengangkatan sebagai pendidik. - Fotocopy ijazah terakhir (S1)
dari semua pendidik yang terdaftar
Kompetensi pendidik menjadi salah satu bagian penting untuk menjamin
bahwa kinerja PKBM cukup efektif, produktif, profesional. Bukti kompetensi,
pengalaman (kompetensi tidak selalu dibuktikan dengan sertifikat kompetensi,
tetapi dapat dibuktikan dengan dokumen pengalaman kerja, dan sejenisnya).
Butir ini menilai relevansi antara kualifikasi dan pendidikan terakhir pendidik
dengan mata pelajaran yang diampunya. Contohnya, jika pendidik memiliki
pendidikan terakhir di program studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan
mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia maka sudah relevan, jika pendidik
memiliki pendidikan terakhir Pendidikan Agama Islam lalu mengampu mata
pelajaran Bahasa Indonesia maka termasuk yang tidak relevan. Perlu diingat
bahwa jumlah pendidik yang memiliki relevansi dengan mata pelajaran yang
diampunya minimal 26% dari jumlah pendidik yang terdaftar. Jika jumlah
pendidik yang relevan tersebut kurang dari 26% maka pada butir ini akan
mendapat nilai 1, yang berarti tidak akan terakreditasi.
Buku Drs. Asrul, Dkk 2015 Evaluasi Pembelajaran
Standar Evaluasi
Berdasarkan pengertian tersebut, Arifin selanjutnya menjelaskan beberapa hal
tentang evaluasi, bahwa:
1. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang diperoleh
dari kegiatan evaluasi adalah gambaran kualitas daripada sesuatu, baik yang
menyangkut tentang nilai atau arti. Sedangkan kegiatan untuk sampai kepada
pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi. Gambaran kualitas yang dimaksud
merupakan konsekuensi logis dari proses evaluasi yang dilakukan. Proses
tersebut tentu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan, dalam arti
terencana, sesuai dengan prosedur dan aturan, dan terus menerus.
2. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas daripada sesuatu, terutama
yang berkenaan dengan nilai dan arti.
3. Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement).
Pemberian pertimbangan ini pada dasarnya merupakan konsep dasar evaluasi.
Melalui pertimbangan inilah ditentukan nilai dan arti (worth and merit) dari
sesuatu yang sedang dievaluasi. Tanpa pemberian pertimbangan, suatu
kegiatan bukanlah termasuk kategori kegiatan evaluasi.
4. Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan kriteria
tertentu. Tanpa kriteria yang jelas, pertimbangan nilai dan arti yang diberikan
bukanlah suatu proses yang dapat diklasifikasikan sebagai evaluasi.
Kriteria ini penting dibuat oleh evaluator dengan pertimbangan
a. hasil evaluasi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
b. evaluator lebih percaya diri
c. menghindari adanya unsur subjektifitas
d. memungkinkan hasil evaluasi akan sama sekalipun dilakukan pada waktu dan
orang yang berbeda, dan
e. memberikan kemudahan bagi evaluator dalam melakukan penafsiran hasil
evaluasi.
Soal Khusus
Telaah Tentang Muatan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dalam KI-KD dalam MAPEL PAI
serta Pengembangan Materi Ajar SKI antara Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah
Dasar (SD)

KOMPETENSI INTI (KI) DAN KOMPETENSI DASAR (KD)


TINGKAT MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)

6. SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI)

D.1. KELAS III SEMESTER GANJIL


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
   Menerima dan menjalankan ajaran 1.1  Terbiasa menghindari sikap-sikap menyekutukan
agama yang dianutnya Allah SWT. dengan makhluk-Nya sebagai bentuk
penolakan terhadap kepercayaan  masyarakat
jahiliyah Arab pra-Islam yang tidak sesuai dengan
tuntunan agama Islam
1.2   Meyakini akan adanya Allah SWT. dan kekuasaan-
Nya melalui peristiwa penyelamatan Ka’bah dari
pasukan Abrahah
     Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,2.1   Menunjukkan sikap pemberani, teguh pendirian,
tanggung jawab, santun, peduli, dan memegang teguh janji, pantang menyerah, suka
percaya diri dalam berinteraksi dengan menolong, dan menghormati tamu sebagai bentuk
keluarga, teman, guru dan tetangganya amalan adat-istiadat masyarakat Arab pra-Islam
yang sesuai dengan tuntunan agama Islam
2.2  Bersikap menghindari perbuatan tercela mabuk-
mabukan, merendahkan derajat wanita, dan suka
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
berpesta pora yang merupakan sifat dan watak
masyarakat Arab pra-Islam yang tidak sesuai
dengan tuntunan agama Islam
2.3  Bersikap menghindari sifat tercela sebagaimana
yang dilakukan pasukan Abrahah dalam peristiwa
penyerangan Ka’bah
2.4   Bersikap jujur dan dapat dipercaya sesuai dengan
kepribadian Nabi Muhammad Saw.yang bergelar
Al-Amin
      Memahami pengetahuan faktual dengan
3.1  Memahami adat-istiadat dan kepercayaan
cara mengamati [mendengar, melihat, masyarakat Arab pra-Islam
membaca] dan menanya berdasarkan
rasa ingin tahu tentang dirinya, 3.2  Mengetahui masa kanak-kanak Nabi
makhluk ciptaan Tuhan dan Muhammad Saw.
kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah
       Menyajikan pengetahuan faktual dalam 4.1   Menceritakan kondisi alam, sosial, dan 
bahasa yang jelas, sistematis dan logis, perekonomian masyarakat Arab pra-Islam
dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak 4.2  Menceritakan kejadian luar biasa yang mengiringi
sehat, dan dalam tindakan yang lahirnya Nabi Muhammad Saw.
mencerminkan perilaku anak beriman 4.3 Menceritakan sejarah kelahiran Nabi
dan berakhlak mulia Muhammad Saw.
4.4 Menuliskan silsilah Nabi Muhammad Saw.

D.2. KELAS III SEMESTER GENAP


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1 Menerima dan menjalankan ajaran 1.1 Meyakini Nabi Muhammad Saw. adalah  utusan 
agama yang dianutnya Allah SWT.

1.2 Terbiasa menghindari kebiasaan buruk


1.3  Meyakini cara-cara Nabi Muhammad Saw.dalam
menghindari kebiasaan buruk masyarakat di
sekitarnya
2 Menunjukkan perilaku jujur, 2.1 Menunjukkan perilaku yang meneladanikehidupan
disiplin, tanggung jawab, santun, masa remajaNabi Muhammad Saw.
peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, 2.2 Menunjukkan cara-cara mencintai Nabi
guru dan tetangganya Muhammad Saw. sebagai teladan (uswah hasanah)
dan nabi yang agung
3 Memahami pengetahuan faktual 3.1  Mengetahui bukti-bukti kerasulan Nabi
dengan cara mengamati [mendengar, Muhammad Saw.
melihat, membaca] dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang 3.2   Memahami peristiwa kerasulan Nabi
dijumpainya di rumah dan di sekolah Muhammad Saw.

4 Menyajikan pengetahuan faktual 1.4  Menceritakan  masa remaja atau masa muda Nabi 
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
dalam bahasa yang jelas, sistematis Muhammad Saw.
dan logis, dalam karya yang estetis,
dalam gerakan yang mencerminkan 1.5  Menunjukkan karakteristik jahiliah masa Nabi
anak sehat, dan dalam tindakan yang Muhammad Saw.
mencerminkan perilaku anak 1.6  Menuliskan bukti-bukti kerasulan Nabi      
beriman dan berakhlak mulia Muhammad Saw.

D.3. KELAS IV SEMESTER GANJIL


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1.  Menerima dan menjalankan 1.1 Meyakini  kebenaran dari Allah SWT.  walaupun banyak
ajaran agama yang dianutnya tantangan yang harus  dihadapi sebagai implementasi
nilai-nilai dakwah Rasulullah di  tahun-tahun awal
kenabian.
1.2 Terbiasa santun dalam menyampaikan kebenaran
sebagai   implementasi nilai dakwah Rasulullah Saw.
1.3 Menunaikan kemauan untuk selalu berubah menuju
kebaikan sebagai bentuk implementasi semangat hijrah
para sahabat Rasulullah ke Habasyah
2.  Menunjukkan perilaku jujur, 2.1 Bersikap tabah menghadapi cobaan dalam      
disiplin, tanggung jawab, santun, menyampaikan kebenaran sebagai bentuk       meneladani 
peduli, dan percaya diri dalam ketabahan Nabi Muhammad  Saw.  dan para sahabatnya
berinteraksi dengan keluarga, dalam berdakwah
teman, guru, dan tetangganya
2.2 Menunjukkan kemuliaan akhlak dalam       
menyampaikan kebenaran sebagai        implementasi
keteladanan Nabi        Muhammad Saw. dalam 
berdakwah.
2.3 Menunjuk kan  kesabaran para sahabat Nabi  Muhammad
Saw. dalam peristiwa hijrah ke Habasyah
3.  Memahami pengetahuan faktual 3.1 Mengetahui contoh-contoh ketabahan Nabi Muhammad
dengan cara mengamati dan Saw. dan para sahabat dalam berdakwah.
menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk 3.2 Memahami ciri-ciri kepribadian Nabi Muhammad Saw.
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, sebagai rahmad bagi seluruh alam.
dan benda-benda yang 3.3 Mengetahui sebab-sebab Nabi Muhammad Saw.
dijumpainya di rumah, di menganjurkan sahabat hijrah ke Habasyah
sekolah dan tempat bermain
4.  Menyajikan pengetahuan faktual 4.1 Menceritakan ketabahan Nabi Muhammad Saw. dan
dalam bahasa yang jelas, sahabat dalam berdakwah
sistematis dan logis, dalam karya
yang estetis, dalam gerakan yang 4.2 Menceritakan kemuliaan  akhlak Nabi Muhammad Saw.
mencerminkan anak sehat, dan dan sahabat dalam berdakwah
dalam tindakan yang 4.3 Menceritakan peristiwa hijrah Sahabat ke Habasyah
mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia

D.4. KELAS IV SEMESTER GENAP


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1.  Menerima dan Menunaikan kemauan untuk selalu berubah menuju kebaikan
menjalankan ajaran agama sebagai bentuk implementasi semangat hijrah Rasulullah
yang dianutnya Saw. ke Thaif
Terbiasa menumbuhkan kesadaran akan pentingnya perintah
salat lima waktu
Melaksanakan salat lima waktu secara tertib sebagai bentuk
pengamalan peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad Saw.

Membiasakan untuk selalu berubah menuju kebaikan sebagai


implementasi semangat hijrah Rasulullah ke Yastrib

2. Menunjukkan perilaku Menunjukkan  kesabaran Nabi Muhammad Saw. dalam


jujur, disiplin, tanggung peristiwa hijrah ke Thaif.
jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam Menunjukkan hikmah dari peristiwa IsraMikraj Nabi
berinteraksi dengan Muhammad Saw.
keluarga, teman, guru, dan Menunjukkan nilai-nilai positif dari kehidupan masyarakat
tetangganya Yastrib sebelum hijrah yang tidak bertentangan dengan
ajaran Islam
3. Memahami pengetahuan       Mengetahui sebab-sebab Nabi Muhammad Saw. hijrah ke 
faktual dengan cara Thaif
mengamati dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu Mengenal latar belakang Nabi Muhammad Saw.  di-
tentang dirinya, makhluk Isramikrajkan Allah SWT.
ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda- Memahami keadaan masyarakat Yastrib sebelum hijrah Nabi
benda yang dijumpainya di Muhammad Saw.
rumah, di sekolah dan
tempat bermain Mengetahui sebab-sebab hijrah Nabi Muhammad Saw. ke
Yatsrib

4. Menyajikan pengetahuan Menceritakan  peristiwa hijrah Sahabat ke Thaif


faktual dalam bahasa yang
jelas, sistematis dan logis,
dalam karya yang estetis,
dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang Menceritakan  kembali peristiwa penting di dalam Isra
mencerminkan perilaku Mikraj Nabi Muhammad Saw.
anak beriman dan
berakhlak mulia

D.5. KELAS V SEMESTER GANJIL


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
       Menerima dan menjalankan ajaran
1.1 Terbiasa untuk selalu berubah  menuju
agama yang dianutnya kebaikan sebagai bentuk implementasi
semangat  hijrah Rasulullah keYatsrib
1.2 Terbiasa berkorban demi memperjuangkan
kebenaran/kebaikan sebagai implementasi      semangat hijrah
Rasulullah ke Yatsrib
1.3 Meyakini terjadinya peristiwa Fathu Makkah atas pertolongan
Allah SWT.
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
       Menunjukkan perilaku jujur, 1.1  Menunjukkan hikmah dari peristiwa hijrah Nabi
disiplin, tanggung jawab, santun, Muhammad Saw. ke Yatsrib
peduli, dan percaya diri dalam 1.2  Menunjukkan  keperwiraan Nabi Muhammad Saw. dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, mempertahankan Kota Madinah dari serangan kafir Quraisy
guru dan tetangganya 1.3  Menunjukkan ibrah dari peristiwa Fathu      Makkah

       Memahami pengetahuan faktual 1.4  Mengetahui  keperwiraan Nabi Muhammad Saw. dalam


dengan cara mengamati [mendengar, mempertahankan Kota Madinah dari serangan kafir Quraisy
melihat, membaca] dan menanya 1.5  Mengetahui sebab-sebab terjadinya Fathu Makkah
berdasarkan rasa ingin tahu tentang
1.6   Mengenal upaya yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. dalam
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan membina masyarakat Madinah (sosial, ekonomi, agama, dan
kegiatannya, dan benda-benda yang pertahanan)
dijumpainya di rumah dan di 1.7   Memahami cara-cara RasulullahSaw. dalam        menghindari
sekolah pertumpahan darah dengan       kaum  kafir Quraisy dalam
peristiwa Fathu       Makkah
       Menyajikan pengetahuan faktual1.8  Menceritakan kronologi Rasul hijrah ke Yatsrib
dalam bahasa yang jelas, sistematis
1.9  Menceritakan kronologi  peristiwa Fathu Makkah
dan logis, dalam karya yang estetis,
1.10           Mencontohkan keteladanan Nabi  Muhammad Saw. 
dalam gerakan yang mencerminkan dalam Fathu Makkah dengan tuntutan kehidupan sekarang
anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia

D.6. KELAS V SEMESTER GENAP


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
       Menerima dan menjalankan ajaran
1.1  Meyakini semangat rela berkorban yang ditunjukkan oleh para
agama yang dianutnya Khulafaurasyidin sebagai bentuk kecintaan pada Allah
SWT. dan Rasul-Nya.
1.2  Meyakini Al-Qur’an dan Sunah Rasul sebagai peninggalan
Rosulullah Saw.
       Menunjukkan perilaku jujur, 2.1  Menunjukkan hikmah dari peristiwa akhir hayat Rasulullah
disiplin, tanggung jawab, santun, Saw.
peduli, dan percaya diri dalam 2.2  Memiliki nilai-nilai positif dari kekhalifahan Abu Bakar as-
berinteraksi dengan keluarga, teman, Siddiq r.a.
guru dan tetangganya 2.3  Memiliki nilai-nilai positif dari kekhalifahan Umar bin
Khattab r.a.

       Memahami pengetahuan faktual 3.1   Mengetahui dua pusaka yang ditinggalkan Rasulullah sebagai
dengan cara mengamati (mendengar, pegangan kaum mslimin.
melihat, membaca) dan menanya 3.2  Mengetahui contoh nilai-nilai positif dari khalifah Abu Bakar
berdasarkan rasa ingin tahu tentang as-Siddiq r.a.
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan3.3  Mengetahui contoh nilai-nilai positif dari khalifah Umar bin
kegiatannya, dan benda-benda yang Khattab r.a.
dijumpainya di rumah dan di
sekolah
       Menyajikan pengetahuan faktual4.1   Menceritakan peristiwa-peristiwa di akhir hayat Rasulullah
dalam bahasa yang jelas, sistematis Saw.
dan logis, dalam karya yang estetis,
4.2  Menceritakan kepribadian Abu Bakar  as-Siddiq r.a. dan
dalam gerakan yang mencerminkan perjuangannya dalam dakwah Islam
anak sehat, dan dalam tindakan yang
4.3  Menceritakan kepribadian Umar bin Khattab dan
mencerminkan perilaku anak perjuangannya dalam dakwah Islam
beriman dan berakhlak mulia
D.7. KELAS VI SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
       Menerima dan menjalankan ajaran
1.1 Meyakini semangat rela berkorban yang ditunjukkan oleh para
agama yang dianutnya Khulafaur Rasyidin sebagai bentuk kecintaan pada Allah SWT.
dan rasul-Nya
1.2 Terbiasa berkorban sebagaimana yang dilakukan oleh para
Khulafaur Rasyidin sebagai bentuk kecintaan pada Allah SWT.
dan rasul-Nya
       Menunjukkan perilaku jujur, 2.1Menunjukkan nilai-nilai positif dari kekhalifahan Usman bin
disiplin, tanggung jawab, santun, Affan
peduli, dan percaya diri dalam 2.2  Menunjukkan nilai-nilai positif dari kekhalifahan Ali bin Abi
berinteraksi dengan keluarga, teman, Talib
guru, dan tetangganya
       Memahami pengetahuan faktual3.1 Mengetahui contoh nilai-nilai positif dari khalifah Usman bin
dengan cara mengamati (mendengar, Affan
melihat, membaca) dan menanya 3.2 Mengetahui contoh nilai-nilai positif dari khalifah Ali bin Abi
berdasarkan rasa ingin tahu tentang Talib
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di
sekolah
       Menyajikan pengetahuan faktual1.1  Menceritakan kepribadian Usman bin Affan dan 
dalam bahasa yang jelas, sistematis, perjuangannya dalam dakwah Islam
dan logis, dalam karya yang estetis,
1.2  Menceritakan kepribadian dan perjuangan khalifah Ali bin Abi
dalam gerakan yang mencerminkan Talib
anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia

D.8. KELAS VI SEMESTER GENAP


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
       Menerima dan menjalankan ajaran
1.1 Meyakini penyebaran agama Islam di Indonesia secara damai
agama yang dianutnya melalui cerita dakwah  beberapa  tokoh Wali Sanga
1.2 Meyakini cara-cara dakwah Wali Sanga dalam penyebaran
agama Islam yang menyesuaikan dengan kondisi masyarakat
saat itu
       Menunjukkan perilaku jujur, 2.1  Menunjukkan perjuangan beberapa tokoh Wali Sanga (Sunan
disiplin, tanggung jawab, santun, Maulana Malik Ibrahim, Sunan Kalijaga, dan Sunan Gunung
peduli, dan percaya diri dalam Jati) dalam penyebaran agama Islam secara damai di Indonesia
berinteraksi dengan keluarga, teman,
2.2  Terbiasa menyampaikan ajaran agama Islam dengan cara-cara
guru, dan tetangganya yang santun dalam kehidupan bermasyarakat sebagai bentuk
keteladanan terhadap Wali Sanga
       Memahami pengetahuan faktual 3.1  Mengetahui sejarah perjuangan Sunan Maulana Malik Ibrahim
dengan cara mengamati (mendengar, 3.2  Mengetahui jasa Sunan Maulana Malik Ibrahim dalam
melihat, membaca) dan menanya penyebaran agama Islam
berdasarkan rasa ingin tahu tentang
3.3  Mengetahui sejarah perjuangan Sunan Kalijaga
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan, dan
3.4  Mengetahui jasa Sunan Kalijaga dalam penyebaran agama
kegiatannya, dan benda-benda yang Islam
dijumpainya di rumah dan di 3.5  Mengetahui sejarah perjuangan Sunan Gunung Jati
sekolah 3.6  Mengetahui jasa Sunan Gunung Jati dalam penyebaran agama
Islam
       Menyajikan pengetahuan faktual1.1  Menceritakan cara-cara dakwah Sunan Maulana Malik Ibrahim
dalam bahasa yang jelas, sistematis, dalam penyebaran agama Islam
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
dan logis, dalam karya yang estetis,
1.2  Menceritakan cara-cara dakwah Sunan Kalijaga dalam
dalam gerakan yang mencerminkan penyebaran agama Islam
anak sehat, dan dalam tindakan yang
1.3  Menceritakan cara-cara dakwah Sunan Gunung Jati dalam
mencerminkan perilaku anak penyebaran agama Islam
beriman dan berakhlak mulia 1.4   Mencontoh kearifan dakwah para Wali Sanga dengan tuntutan
kehidupan sekarang

Anda mungkin juga menyukai