Anda di halaman 1dari 16

Konsep Periwayatan Hadis Masa Rasulullah

Sampai Masa Kodifikasi

Aswan Nasution
22190114076
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Email : aswannasution2020@gmail.com
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan periwayatan hadis pada masa Rasulullah,
masa Sahabat, masa Tabi’in, dan masa kodifikasi hadis. Hadis pada masa Nabi dikenal dengan „Ashr al-Wahy
wa al-Takwin, yaitu masa turun wahyu dan pembentukan masyarakat Islam. Periode kedua sejarah
perkembangan periwayatan hadits adalah masa Khulafa‟ Rasyidin (Abu Bakar, Umar Ibn al-Khattab, Usman
Ibn Affan, Ali Ibn Abi Thalib) yang berlangsung sekitar tahun 11 H s/d 40 H. Masa ini juga disebut dengan
masa sahabat besar. Pada era tabi‟in, keadaan sunnah tidak jauh berbeda dari era sahabat. Namun pada masa ini,
Al-Qur‟an telah dikodifikasi dan disebarluaskan ke seluruh negeri Islam, maka tabi‟in dapat memfokuskan diri
dan mempelajari sunnah dari para sahabat. Kemudahan lain, yang diperoleh tabi‟in karena sahabat Nabi
Muhammad SAW telah menyebar ke seluruh penjuru dunia Islam. Sehingga, mereka mudah mendapatkan
informasi tentang sunnah. Masa kodofikasi hadis dumulai pada abad ke-2 sampai sekarang.

Kata Kunci : Periwayatan hadis, Masa Rasulullah, Masa Kodifika


konkrit dalam kehidupan sehari-hari.
PENDAHULUAN Karena itu, setiap kali ada kesempatan
Sejarah periwayatan hadits Rasulullah SAW memanfaatkannya
merupakan masa atau periode yang telah berdialog dengan para sahabat dengan
dilalui oleh hadits dari masa lahirnya dan berbagai media. Hadis Rasulullah SAW
tumbuh dalam pengenalan, penghayatan, yang sudah diterima oleh para sahabat, ada
dan pengamalan umat dari generasi ke yang dihafal dan dicatat. Dengan
generasi. Dengan memerhatikan masa demikian, ada beberapa periode dalam
yang telah dilalui hadis sejak masa sejarah periwayatan hadis.. dari Periode
lahirnya di masa Rasulullah SAW meneliti Rasulullah SAW sampai periode sekarang.
dan membin hadits, serta segala hal yang Oleh karena itu, dalam pembahasan
memengaruhi hadits tersebut. 1
makalah ini, kami akan menyajikan bahan
Di samping sebagai utusan Allah seminar kelas yang berjudul “Sejarah
SWT, Rasulullah SAW adalah panutan dan Periwayatan Hadis; masa prakodifikasi
tokoh masyarakat. Beliau sadar hadis (Masa Rasulullah SAW, Khulafa‟
sepenuhnya bahwa agama yang dibawanya Rasyidin, Tabi‟in), masa kodifikasi hingga
harus disampaikan dan terwujud secara sekarang”.
1
Agus Solahudin, Ulumul Hadits
(Bandung: Pustaka Setia, 2008), 33 Hadits Pada Masa Rasulullah SAW

1
Hadis pada masa Nabi dikenal seringkali ia menjanjikan kebaikan akhirat
dengan „Ashr al-Wahy wa al-Takwin, kepada mereka yang menghafal hadits dan
yaitu masa turun wahyu dan pembentukan menyampaikannya kepada orang lain.4
masyarakat Islam.2 Keadaan ini sangat b. Rasulullah SAW melarang para
menuntut keseriusan dan kehati-hatian sahabat untuk menulis hadits-
para sahabat sebagai pewaris pertama haditsnya. Dalil yang menunjukkan
ajaran Islam. Wahyu yang diturunkan perintah ini yaitu:
Allah SWT kepadanya dijelaskannya
melalui perkataan, perbuatan, dan Artimya:
taqrirnya. Sehingga apa yang didengar, “Janganlah kamu menulis sesuatu
dilihat, dan disaksikan oleh para sahabat yang berasal daripadaku, terkecuali
merupakan pedoman bagi amaliah dan al-Qur‟an. Dan barangsiapa telah
ubudiah mereka. menulis daripadaku selain al-Qur‟an,
1. Kebjaksanaan Rasulullah SAW hendaklah ia menghapusnya.” (HR.
tentang Hadits Ahmad dan Muslim).
Ketika Rasulullah SAW masih hidup,
sikap dan kebijaksanaan beliau tentang
hadits ialah sebagai berikut: 2. Cara Rasulullah SAW
a. Rasulullah SAW memerintahkan Menyampaikan Hadits
kepada para sahabatnya untuk
menghafal, menyampaikan dan Umat Islam pada masa ini dapat
menyebarkan hadits-hadits. Dalil secara langsung memperoleh hadits
yang menunjukkan perintah ini dari Rasulullah SAW sebagai sumber
yaitu: hadits. Tempat pertemuan antara
Rasulullah SAW dan sahabatnya,
Artinya: seperti di Masjid, rumahnya sendiri,
“Dan ceritakanlah daripadaku. Tidak pasar, ketika dalam perjalanan, dan
ada keberatan bagimu untuk ketika muqim (berada di rumah).
menceritakan apa yang kamu dengar Melalui tempat tersebut Rasulullah
daripadaku. Barangsiapa berdusta SAW menyampaikan hadits yang
pada diriku, hendaklah dia bersedia disampaikan melalui sabdanya yang
menempati kediamannya dineraka.” didengar oleh para sahabat (melalui
(HR. al-Bukhari dan Muslim). musyafahah), dan melalui perbuatan
serta taqrirnya yang disaksikan oleh
Ada dorongan kuat yang cukup
para sahabat (melalui musyahadah).
memberikan motivasi kepada para sahabat
dalam kegiatan menghafal hadits.
Ada beberapa cara Rasulullah
Pertama, karena kegiatan menghafal
SAW menyampaikan hadits kepada para
merupakan budaya bangsa Arab yang
sahabat, yaitu:
telah diwarisinya sejak pra Islam dan
mereka terkenal kuat hafalannya. Kedua,
a. Melalui majlis al-‟ilm, yaitu pusat
Rasulullah SAW banyak memberikan
atau tempat pengajian yang
spirit melalui doa-doanya. Ketiga,
diadakan oleh Nabi Muhammad
2
Idri, Studi Hadis (Jakarta: Kencana,
2010), 31. SAW untuk membina para

2
jama‟ah. Melalui majlis ini para selalu berpegang teguh kepada Al-
sahabat memperoleh banyak Qur‟an dan Hadits.4
peluang untuk menerima hadits,
sehingga mereka berusaha untuk 3. Perbedaaan Para Sahabat dalam
selalu mengkonsentrasikan diri Menguasai Hadits
guna mengikuti kegiatan dan
Diantara para sahabat tidak
ajaran yang diberikan oleh
sama perolehan dan penguasaan
Rasulullah SAW.
hadits. Hal ini tergantung kepada
b. Dalam banyak kesempatan
beberapa hal. Pertama, perbedaan
Rasulullah SAW juga
mereka dalam soal kesempatan
menyampaikan haditsnya melalui
bersama Rasulullah SAW. Kedua,
para sahabat tertentu, yang
perbedaan mereka dalam soal
kemudian disampaikannya kepada
kesanggupan bertanya kepada sahabat
orang lain. Jika yang berkaitan
lain. Ketiga, perbedaan mereka karena
dengan soal keluarga dan
berbedanya waktu masuk Islam dan
kebutuhan biologis (terutama yang
jarak tempat tinggal dari masjid
menyangkut hubungan suami
Rasulullah SAW.
istri), ia sampaikan melalui istri-
istrinya.
Ada beberapa sahabat yang tercatat
c. Melalui ceramah atau pidato di
sebagai sahabat yang banyak menerima
tempat terbuka, seperti ketika haji
hadits dari Rasulullah SAW dengan
wada‟ dan Fath Makkah.3 Ketika
beberapa penyebabnya, antara lain:
menunaikan ibadah haji pada
tahun 10 H (631 M), Nabi
a. Para sahabat yang tergolong
Muhammad SAW menyampaikan
kelompok Al-Sabiqun Al-Awwalun
khatbah yang sangat bersejarah di
(yang mula-mula masuk Islam),
depan ratusan ribu kaum muslimin
seperti Abu Bakar, Umar Ibn
yang melakukan ibadah haji, yang
Khattab, Utsman Ibn Affan, Ali Ibn
isinya terkait dengan bidang
Abi Thalib dan Ibn Mas‟ud.
muamalah, ubudiyah, siyasah,
b. Ummahat Al-Mukminin (Istri-Istri
jinayah, dan hak asasi manusia
Rasulullah SAW), seperti Siti
yang meliputi kemanusiaan,
Aisyah dan Ummu Salamah.
persamaan, keadilan sosial,
Hadits-hadits yang diterimanya,
keadilan ekonomi, kebajikan, dan
banyak yang berkaitan dengan soal
solidaritas isi khatbah itu antara
keluarga dan pergaulan suami istri.
lain larangan menumpahkan darah
c. Para sahabat yang disamping selalu
kecuali dengan hak dan larangan
dekat dengan Rasulullah SAW juga
mengambil harta orang lain
menuliskan hadits-hadits yang
dengan batil, larangan riba,
diterimanya, seperti Abdullah Amr
menganiaya, persaudaraan dan
Ibn Al-„Ash.
persamaan diantara manusia harus
d. Sahabat yang meskipun tidak lama
ditegakkan, dan umat Islam harus
bersama Rasulullah SAW, akan
3
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, 72-73. 4
Idri, Studi Hadis, 35.

3
tetapi banyak bertanya kepada para mengkonfirmasikannya kepada
sahabat lainnya secara sungguh- Rasulullah SAW. 5

sungguh, seperti Abu Hurairah. 4. Penulisan Hadis Masa Rasulullah


e. Para sahabat yang secara sungguh- SAW dan Khulfa’ Rasyidin
sungguh yang mengikuti majlis
Rasulullah SAW, banyak bertanya Sa‟ad bin Ubaidah al-Anshar
kepada sahabat lain dari sudut usia pernah memiliki himpunan hadis
tergolong yang hidup lebih lama Rasulullah SAW. Ibnu Hajar
dari wafatnya Rasulullah SAW, memastikan bahwa beliau adalah salah
seperti Abdullah Ibn Umar, Anas seorang penulis jaman jahiliyah.
Ibn Malik dan Abdullah Ibn Abbas. Putranya meriwayatkan hadis dari
catatannya tersebut. Al-Bukhari
Sementara itu, menurut Muhamad mengatakan bahwa catatan itu
Musthafa „Azami, bahwa para sahabat merupakan salinan dari catatan
menerima hadits dari Rasulullah SAW Abdullah bin Abi Aufa yang menulis
melalui tiga macam cara, yaitu: sendiri hadis-hadis Nabi Muhammad
SAW.
1) Melalui metode hafalan. Secara Selain itu, pada masa
historis masyarakat Arab secara Rasulullah SAW, tulisan Abdullah bin
umum adalah masyarakat yang „Amr bin al-„Ash termasuk sebagai
kuat daya hafalannya sehingga ash-Shahifah ash-Shadiqah. Abdullah
terlepas apakah mereka pandai bin „Amr mencatat dari sumbernya,
mengenal baca tulis (ummi) atau yakni Rasulullah sendiri. Yang
tidak, akan membantu dalam terhimpun seribu hadis Rasulullah
menerima dan memahami hadis SAW. Shahifah dalam tulisan tangan
dari Rasulullah SAW. Di sisi lain, beliau tidak ditemui sekarang, namun
beliau juga sering mengulangulang isinya terhimpun di dalam kitab-kitab
apa yang telah diucapkannya. Hadis terutama di dalam Musnad
2) Metode tulisan. Di antara para Ahmad.6 Sebagian Sahabat menyatakan
sahabat Nabi Muhammad SAW keberatannya terhadap pekerjaan yang
yang setelah menerima hadis dari dilakukan oleh Abdullah bin „Amr.
beliau, mereka langsung Mereka beralasan,
menuliskannya. Metode ini hanya
bisa dilakukan oleh orang-orang
Rasulullah SAW telah bersabda,
tertentu yang memiliki kemahiran
“Janganlah kamu tulis apa-apa yang
dalam menulis saja.
kamu dengar dari aku. Dan
3) Metode praktik. Para sahabat
barangsiapa yang lelah menulis
mempraktikkan secara langsung
sesuatu dariku selain Al-Qur‟an,
hadis-hadis yang diterima dari Nabi
Muhammad SAW dalam
kehidupan sehai-hari, dan jika 5
Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadis
terjadi perbedaan, maka mereka (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 38-41.
6
Ramli Abdul Wahid, Studi Ilmu Hadis
dapat langsung (Bandung: Citapustaka Media Perintis,
2011), 63-64.

4
hendaklah ia menghapuskannya.” jalan dalam meriwayatkan hadits dari Nabi
(HR. Muslim). Muhammad SAW, yaitu:
Dan mereka berkata kepadanya, 1. Periwayatan Lafzhi adalah
“Kamu selalu menulis apa yang kamu periwayatan hadis yang redaksinya
dengar dari Nabi Muhammad SAW, atau matannya persis seperti yang
padahal beliau kadang-kadang dalam diwurudkan Rasulullah SAW, dan
keadaan marah, lalu beliau menuturkan hanya bisa dilakukan apabila mereka
ssuatu yang tidak dijadikan syariat hafal benar apa yang disabdakan
umum.” Mendengar ucapan mereka, Rasulullah SAW.
Abdullah bertanya kepada Rasulullah 2. Periwayatan Maknawi adalah
SAW. Mengenai hal tersebut periwayatan hadis yang matannya
Rasulullah SAW kemudian bersabda, tidak persis sama dengan yang
didengarnya dari Rasulullah SAW,
Tulislah apa yang kamu dengar akan tetapi isi atau maknanya tetap
dariku, demi Tuhan yang jiwaku terjaga secara utuh, sesuai dengan
berada di tangan-Nya, tidak keluar yang dimaksudkan oleh Rasulullah
dari muutku, selain kebenaran.7 SAW, tanpa ada perubahan
sedikitpun. 9

Dengan demikian, para sahabat


Hadits Pada Masa Khulafa’ Rasyidin Nabi Muhammad SAW sangat kritis dan
hati-hati dalam periwayatan hadits. Tradisi
Periode kedua sejarah tersebut menunjukkan bahwa mereka
perkembangan periwayatan hadits adalah sangat peduli tentang kebenaran dalam
masa Khulafa‟ Rasyidin (Abu Bakar, periwayatan hadits, diantaranya:
Umar Ibn al-Khattab, Usman Ibn Affan, a. Para sahabat, bersikap cermat dan
Ali Ibn Abi Thalib) yang berlangsung hati-hati dalam menerima suatu
sekitar tahun 11 H s/d 40 H. Masa ini juga riwayat. Ini dikarenakan
disebut dengan masa sahabat besar. meriwayatkan hadits Nabi
Karena pada masa ini perhatian Muhammad SAW merupakan hal
para sahabat masih terfokus pada penting, sebagai wujud kewajiban
pemeliharaan dan penyebaran Al-Qur‟an, taat kepadanya.
maka periwayatan hadits belum begitu b. Para sahabat melakukan penelitian
berkembang dan kelihatannya berusaha dengan cermat terhadap periwayat
membatasinya. Oleh karena itu, masa ini maupun isi riwayat itu sendiri.
oleh para ulama dianggap sebagai masa c. Para sahabat, sebagaimana dipelopori
yang menunjukkan adanya pembatasan Abu Bakar, mengharuskan adanya
periwayatan.8 saksi dalam periwayatan hadits.
Pembatasan penyederhanaan hadis, d. Para sahabat, sebagaimana dipelopori
yang ditunjukkan oleh para sahabat dengan Ali Ibn Abi Thalib, meminta sumpah
sikap kehati-hatiannya menggunakan dua dari periwayatan hadits.
e. Para sahabat menerima riwayat dari
7
M. Agus Solihin dan Agus Suyadi, satu orang yang terpercaya.
UlumulHadis (Bandung: Pustaka Setia,
2013), 59.
8
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, 79. 9
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, 83-84.

5
f. Diantara para sahabat terjadi Rasyidin, Abu Hurairah, Sii Aisyah,
penerimaan dan periwayatan hadis Abdullah Ibn Umar dan Abu Sa‟id Al-
tanpa pengecekan terlebih dahulu Khudri, dengan menghasilkan para
apakah benar dari Nabi atau pembesar Zuhri, Ubaidillah Ibn „Utbah Ibn
perkataan orang lain dikarenakan Mas‟ud dan Salim Ibn
mereka memiliki agama yang kuat Abdillah Ibn Umar. tabi‟in, seperti Sa‟id
sehingga tidak mungkin berdusta.10 Ibn Al-Musyayyab, „Urwah Ibn Zubair,
Ibn Syihab Al-Zuhri. Di antara ulama
Hadits Pada Masa Tabi’in hadits yang menghimpun hadits pada masa
Pada era tabi‟in, keadaan sunnah ini adalah: Ibnu Juraij (w. 150 H di
tidak jauh berbeda dari era sahabat. Namun Makkah), Al-Awza‟I di Syiria (w. 159 H),
pada masa ini, Al-Qur‟an telah Sufyan at-Tsawri di Kufah (w. 161
dikodifikasi dan disebarluaskan ke seluruh
H), Imam Malik al-Muwaththa‟ di
negeri Islam, maka tabi‟in dapat
Madinah (w. 174 H), dan lain-lain.11
memfokuskan diri dan mempelajari sunnah
dari para sahabat. Kemudahan lain, yang
diperoleh tabi‟in karena sahabat Nabi 2. Pergolakan Politik dan Pemalsuan
Muhammad SAW telah menyebar ke Hadits
seluruh penjuru dunia Islam. Sehingga,
mereka mudah mendapatkan informasi Pergolakan ini sebenarnya terjadi
tentang sunnah. pada masa sahabat, setelah terjadinya
1. Pusat-pusat Pembinaan Hadits perang Jamal dan perang Siffin, yaitu
ketika kekuasaan dipegang oleh Ali Ibn
Tercatat beberapa kota sebagai Abi Thalib. Akan tetapi akibatnya cukup
pusat pembinaan dalam periwayatan panjang dan berlarut dengan terpecahnya
hadits, sebagai tempat tujuan para tabi‟in umat Islam ke dalam beberapa kelompok
dalam mencari hadis. Kota-kota tersebut (Khawarij, Syi‟ah, Mu‟awiyah, dan
ialah Madinah Al-Munawwarah, Makkah golongan mayoritas yang tidak masuk ke
Al-Mukarramah, Kuffah, Basrah, Syam, dalam ketiga kelompok tersebut).
Mesir, Maghribi dan Andalusia, Yaman Demikian, dari pergolakan politik
dan Khurasan. Ada beberapa orang yang tersebut memberikan pengaruh negatif,
meriwayatkan hadis pada kotakota yakni dengan munculnya hadis-hadis palsu
tersebut, antara lain Abu Hurairah, (mawdhu‟) untuk mendukung kepentingan
Abdullah Ibn Umar, Anas Ibn Malik, politiknya masingmasing kelompok dan
Aisyah, Abdullah Ibn Abbas, Jabir Ibn untuk menjatuhkan posisi lawan-lawannya.
Adillah dan Abi Sa‟id Al-Khudri. Sedangkan pengaruh positifnya ialah
Pusat pembinaan pertama adalah lahirnya rencana dan usaha yang
Madinah, karena disinilah Rasulullah mendorong diadakannya kodifikasi atau
SAW menetap setelah hijrah dan tadwin hadis, sebagai upaya penyelamatan
Rasulullah SAW juga membina dari pemusnahan dan pemalsuan, sebagai
masyarakat Islam yang didalamnya terdiri akibat dari pergolakan politik tersebut.12
atas Muhajirin dan Anshar. Para sahabat
yang menetap disini, diantaranya Khulafa‟
11
Noor Sulaiman PL, Antologi Ilmu Hadits
(Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), 70.
10
Idri, Studi Hadits, 40-41. 12
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, 85-88.

6
menyusun. Secara istilah, kodifikasi adalah
penulisan dan pembukuan hadis Nabi
3 Perkembangan Pembukuan Hadis Muhammad SAW secara resmi berdasar
Perkembangan pembukuan hadis perintah khalifah dengan melibatkan
pada masa ini ada 3 bentuk, yaitu beberapa personel yang ahli dalam
sebagai berikut: masalah ini, bukan yang dilakukan secara
a. Musnad, yaitu menghimpun semua perseorangan atau untuk kepentingan
hadis dari tiap-tiap sahabat tanpa pribadi. Dengan kata lain, kodifikasi hadis
memperhatikan masalah atau (tadwin hadis) adalah penghimpunan,
topiknya, tidak per bab seperti fiqh penulisan, dan pembukuan hadis Nabi atas
dan kualitas hadisnya ada yang perintah resmi dari penguasa negara
shahih, hasan, dan dha‟if. (khalifah), bukan dilakukan atas inisiatif
b. Al-Jami‟, yaitu teknik pembukuan sendiri. Tujuannya untuk menjaga hadis
hadis yang mengakumulasi Nabi Muhammad SAW dari kepunahan
sembilan masalah, yakni aqa‟id, dan kehilangan baik karena banyaknya
hukum, perbudakan (riqaq), adab periwayat penghafal hadis yang meninggal
makan minum, tafsir, tarikh dan maupun karena adanya hadis palsu yang
sejarah, sifatsifat akhlak dapat mengacaubalaukan keberadaan
(syama‟il), fitnah dan sejarah hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.
(manaqib). Jadi, kodifikasi hadis disini adalah
c. Sunan, yaitu teknik penghimpunan penulisan, penghimpunan, dan pembukuan
hadis secara bab seperti fiqh, setiap hadis Nabi Muhammad SAW yang
bab memuat beberapa hadis dalam dilakukan berdasar perintah resmi khalifah
satu topik, seperti Sunan An- „Umar Ibn „Abd al-Aziz, khalifah
Nasa‟i, Sunan Ibnu Madjah, dan kedelapan Bani Umayyah yang kemudian
Sunan Abu Dawud. Di dalam kitab kebijakannya itu ditindaklanjuti oleh para
ini ada yang shahih, hasan, dan ulama di berbagai daerah hingga pada
dha‟if, tetapi tidak terlalu dha‟if masa berikutnya hadis terbukukan dalam
seperti hadis Munkar.13 kitab hadis.14

2. Sejarah dan Perkembangan Kodifikasi


Hadis
a. Kodifikasi Hadis Abad II Hijriyah

Masa Kodifikasi Hadis 1) Tokoh-tokoh hadis abad ke-2


hijriyah
1. Definisi Kodifikasi Hadis
Di antara tokoh-tokoh hadis
Kata kodifikasi dalam bahasa Arab yang masyhur dalam abad ke-2
dikenal dengan al-tadwin yang berarti Hijriyah ialah Malik, Yahya Ibn
codification, yaitu mengumpulkan dan Said al-Qaththan, Waki‟ Ibn al-
Jarrah, Sufyan ats-Tsaury, Ibnu
13
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis
(Jakarta: Amzah, 2012), 64-65. 14
Idri, Studi Hadis, 93.

7
Uyainah, Syu‟bah Ibn Hajjaj, Abd Di antara kitab-kitab abad ke-
ar-Rahman Ibn Mahdy, Al-Auza‟y, 2 yang mendapat perhatian ulama
Al-Laits, Abu Hanifah, Asy- secara umum adalah Al-
Syafi‟y. Muwaththa‟ (susunan Imam
Malik), Al-Musnad dan Mukhtalif
2) Kitab-kitab hadis yang terkenal al-Hadis (susunan Imam Asy-
dalam abad ke-2 hijriyah Syafi‟y) serta As-Sirah an-
Nabawiyah atau Al-Maghazi wa
Adapun kitab-kitab hadis yang telah
asSiyar (susunan Ibnu Ishaq).
dibukukan dan terkenal di kalangan ahli
Al-Muwaththa‟ paling
hadis, ialah:
terkenal dan mendapat sambutan
yang sangat besar dari ulama dan
a) Al-Muwaththa‟, susunan
para ahli karena banyak yang
Imam Malik (95-179 H).
membuat syarah (penjelasannya)
b) Al-Maghazi wa as-Siyar,
dan mukhtashar (ringkasannya).
susunan Muhammad Ibn
Kitab ini mengandung 1.726
Ishaq (150 H).
rangkaian khabar dari Nabi SAW,
c) Al-Jami‟, susunan Abd ar-
sahabat, dan tabi‟in. Khabar yang
Razzaq ash-Shan‟any (211
musnad sejumlah 600, yang mursal
H).
sejumlah 228, yang mauquf
d) Al-Mushannaf, susunan
sejumlah 613 dan yang maqthu‟
Syu‟bah Ibn Hajjaj (160 H).
285. 15
e) Al-Mushannaf, susunan
Sufyan Ibn Uyainah (198 H).
b. Kodifikasi Hadis Abad III Hijriyah
f) Al-Mushannaf, susunan Al-
Laits Ibn Sa‟ad (175 H). Abad ketiga Hijriyah merupakan
g) Al-Mushannaf, susunan Al- puncak usaha pembukuan hadis (Masa
Auza‟y (150 H). Keemasan). Ulama‟ hadits yang
h) Al-Mushannaf, susunan Al- muncul pada abad ini digelari
Humaidy (219 H). Muqaddimin, yang mengumpulkan
i) Al-Maghazi an-Nabawiyah, hadis dengan semata-mata berpegang
susunan Muhammad Ibn pada usaha sendiri dan pemeriksaan
Waqid al-Aslamy (130-207 sendiri dengan menemui para
H). penghapalnya yang tersebar di setiap
j) Al-Musnad, susunan Abu pelosok dan penjuru Negara Arab,
Hanifah (150 H). Persia, dan lain-lain.16
k) Al-Musnad, susunan Zaid Ibn 1) Tokoh-tokoh hadis abad ke-3
Ali hijriyah
l) Al-Musnad, susunan Imam
Asy-Syafi‟y (204 H).
m) Mukhtalif al-Hadis, susunan 15
Teungku Muhammad Hasbi ash-
Imam As-Syafi‟y. Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu
Hadis (Semarang: Pustaka Rizki Putra,
3) Kedudukan dan keadaan kitab- 2009), 55-58.
kitab hadis abad ke-2 hijriyah 16
Agus Solahudin, Ulumul Hadis
(Bandung; Pustaka Setia, 2008), 45.

8
Di antara tokoh-tokoh hadis yang m) Al-Musnad, susunan
lahir pada masa ini ialah Ali Ibn al- Muhammad Ibn Nashr al-
Madiny, Abu Hatim ar-Razy, Marwazy.
Muhammad Ibn Jarir ath-Thabary, n) Al-Musnad, susunan Abu Bakar
Muhammad Ibn Sa‟ad, Ishaq Ibn Ibn Abi Syaibah (235 H).
Rahawaih, Ahmad, Al-Bukhary, o) Al-Musnad, susunan Abu al-
Muslim, An-Nasa‟y, Abu Daud, Ibnu Qasim al-Baghawy (214 H).
Madjah, Ibnu Qutaibah, Ad-Dainury. p) Al-Musnad, susunan Utsman
Ibn Abi Syaibah (293 H).
2) Kitab-kitab hadis yang tersusun
q) Al-Musnad, susunan Abu al-
dalam abad ke-3 hijriyah
Husain Ibn Muhammad al-
Kitab-kitab hadis yang tersusun Masarkhasy (298 H). Dalam
dalam abad ke-3 hijriyah di antaranya: musnad ini dikumpulkan
a) Al-Musnad, susunan Musa Ibn seluruh hadis Az-Zuhry.
Abdillah al-Abasy r) Al-Musnad, susunan Ad-
b) Al-Musnad, susunan Musaddad Darimy. Musnad ini disusun
Ibn Musarhad. menurut bab demi bab).
c) Al-Musnad, susunan Abu Daud Seharusnya digolongkan ke
ath-Thayalisy (kitab ini dalam mushannaf. Dinamakan
dikumpulkan oleh para musnad karena hadis yang
penghafal hadis berdasar diriwayatkannya secara
kepada riwayat Yunus Ibn musnad. Al-Bukhary pun
Habib dari Ath-Thayalisy). menamai kitabnya dengan Al-
d) Al-Musnad, susunan Nu‟aim Musnad ash-Shahih.
Ibn Hammad. s) Al-Musnad, susunan Said Ibn
e) Al-Musnad, susunan Abu Ya‟la Manshur.
al-Maushily. t) Al-Musnad, susunan Al-Imam
f) Al-Musnad, susunan Al- Ibn Jabir.
Humaidy. Maka dengan usaha ulama besar
g) Al-Musnad, susunan Ali al- abad ke-3, tersusunlah kitab hadis dalam
Madiny. tiga macam, yaitu:
h) Al-Musnad, susunan Abed Ibn
a) Kitab-kitab shahih ialah kitab-kitab
Humaid.
yang penyusunannya tidak
i) Al-Musnad al-Mu‟allal,
memasukkan ke dalamnya, selain
susunan Al-Bazzar.
hadis-hadis yang shahih saja.
j) Al-Musnad, susunan Baqy Ibn
b) Kitab-kitab sunan ialah kitab-kitab
Makhlad (201-296 H). musnad
yang penulisnya tidak dimasukkan ke
ini paling luas isinya daripada
dalam hadis-hadis yang munkar dan
musnad-musnad yanng lain.
yang sepertinya.
k) Al-Musnad, susunan Ibnu
c) Kitab-kitab musnad ialah kitab-kitab
Rahawaih (237 H).
yang penyusunannya memasukkan
l) Al-Musnad, susunan Ahmad
ke dalamnya segala rupa hadis-hadis
Ibn Hanbal.
yang diterima, dengan tidak

9
menyaring dan tidak menerangkan 1) Kitab-kitab yang tersusun dalam
erajat-derajatnya. Oleh karena itu, abad IV-VII H
derajatnya di bawah derajat kitab a) Kitab Syarah ialah kitab hadis
sunan.17 yang memperjelas dan
mengomentari hadits-hadits
Pada masa ini tersusun 6 kitab
tertentu yang sudah tersusun
hadits terkenal yang bisa disebut Kutub
dalam beberapa kitab hadits
alSittah, yaitu:
sebelumnya.
a) Al-Jami‟al-Shahih karya Imam al- b) Kitab Mustakhrij ialah kitab
Bukhari (194-252 H). hadits yang metode pengumpulan
b) Al-Jami‟ al-Shahih karya Imam haditsnya dengan cara
Muslim (204-261 H). mengambil hadits dari ulama
c) Al-Sunan Abu Dawud karya Abu tertentu lalu meriwayatkannya
Dawud (202-261 H). dengan sanad sendiri yang
d) Al-Sunan karya al-Tirmidzi (200-279 berbeda dari sanad ulama hadits
H). tersebut.
e) Al-Sunan karya al-Nasa‟ie (215-302 c) Kitab Athraf ialah kitab hadis
H). yang hanya memuat sebagian
f) Al-Sunan karya Ibn Madjah (207-273 matan hadits, tetapi sanadnya
H).18 ditulis lengkap.
d) Kitab Mustadrak ialah kitab yang
memuat hadits-hadits yang
memenuhi syaratsyarat Bukhari
c. Kodifikasi Hadits Abad IV-VII H dan Muslim atau syarat salah satu
Masa ini adalah masa dari keduanya.
pemeliharaan, penertiban, penambahan, e) Kitab Jami‟ ialah kitab yang
dan penghimpunan memuat hadits-hadits yang telah
termuat dalam kitabkitab yang
(„ashr al-tahzib wa al-tartib wa al- telah ada.
istidrak wa al-jam‟u) dan berlangsung
sekitar dua setengah abad, yaitu antara 2) Tokoh-tokoh hadits abad IV-VII H
abad keempat sampai pertengahan abad
ketujuh Masehi, saat jatuhnya Dinasti Di antara ulama hadits yang
Abbasiyah ke tangan Khulagu Khan terkenal dalam masa ini adalah
tahun 656 H/1258 M. Gerakan ulama Sulaiman bin Ahmad al-Thabari, „Abd
hadis pada masa ini sebenarnya tidak al-Hasan Ali bin Umar bin Ahmad al-
jauh beda dengan gerakan ulama pada Daruquhni, Abu Awanah Ya‟kub al-
masa sebelumnya. Safrayani, Ibnu Khuzaimah
Muhammad bin Ishaq, Abu Bakr
Ahmad bin Husain Ali al-Baihaqi,
17
Teungku Muhammad Hasbi ash-
Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Majuddin al-Harrani, Al-Syaukani, Al-
Hadits, 59-70. Munziri, Al-Shiddiqi, Muhyiddin Abi
18
Atang Abd. Hakim & Jaih Mubarok,
Zakaria al-Nawawi.
Metodologi Studi Islam (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), 92.

10
d. Kodifikasi Hadis Abad ketujuh - Muntaqa Al-Akhbar fi al-
Hijriyah sampai Sekarang Ahkam, susunan Majduddin
Abul Barakah Abd asSalam
Masa ini adalah masa
Ibn Abdillah Ibn Abi al-
persyarahan, penghimpunan, dan
Qasim al-Harrany (652 H).
pentakhrijan („Ahd al-syarh wa al-
- Al-Mukhtarah, susunan
jamu‟ wa al-takhrij wa al-bahts). Ulama
Muhammad Ibn Abdil Wahid
pada masa ini mulai mensistemisasi
al-Maqdisy (643 H) yang
hadits-hadits menurut kehendak
mentashih hadis yang belum
penyusun, memperbarui kitab-kitab
ditashih oleh ulama
mustakhraj dengan cara membagi hadits
sebelumnya.
menurut kualitasnya.19
- Riyadh ash-Shalihin, oleh
Imam An-Nawawy. Kitab ini
1) Tokoh-tokoh hadis dalam abad ke-7
telah disyarahkan oleh Ibnu
Hijriyah sampai sekarang
Ruslan ash-Shiddiqy dalam
kitab Dalil al-Falihin.
Di antara ulama hadis yang
- Al-Arbain, oleh An-Nawawy
terkenal dalam masa ini ialah Az-Zahaby
dan telah disyarahkan oleh
(748 H), Ibnu Sayyid an-Nas (734 H),
banyak ulama, di antaranya
Ibnu Daqiq al-Ied, Mughlathai (862 H),
Ahmad Hijazy al-Faryany
Al-Asqalany (852 H), Ad-Dimyaty (705
dalam kitab Al-Majelis ats-
H), Al-Ainy (855 H), As-Sayuthy (911
Tsaniyah „ala al-Arba‟in an-
H), Az-Zarkasy (794 H), Al-Mizzy (742
Nawawiyah.
H), Al-Ala‟y (761 H), Ibnu Katsir (744
b) Kitab hadis yang disusun dalam
H), Az-Zaila‟y (762 H), Ibnu Rajab (795
abad ke-8 Hijriyah
H), Ibnu Mulaqqin (804 H), Al-Bulqiny
- Jami‟ al-Masanid was-Sunan
(805 H), Al-Iraqy (806 H), Al-Haitsamy
al-Hadis ila Aqwami Sanan,
(807 H), Abu Zur‟ah (806 H).
susunan Al-Hafizh Ibnu
2) Kitab-kitab hadits yang tersusun Katsir.
dalam abad ke-7 Hijriyah sampai - Al-„Ilmam fi Ahadis al-
sekarang Ahkam, susunan Al-Imam
a) Kitab hadits yang disusun Ibnu Daqiq al-Ied (792 H).
dalam abad ke-7 Hijriyah
Kitab ini telah disyarahkan oleh
- Ath-Targhib, susunan Al-
penulisnya dalam kitabnya Al-Imam.
Hafizh Abdul Azhim Ibn Abd
al-Qawy Ibn Abdullah al- c) Kitab hadis yang disusun dalam
Mundziry (656 H). abad ke-10 Hijriyah
- Al-Jami‟ baina ash- - Ith-haf al-Khiyar bi Zawa‟id
Shahihain, susunan Ahmad al-Masanid al-„Asyrah,
Ibn Muhammad al-Qurthuby, susunan Muhammad Ibn Abu
yang terkenal dengan nama Bakar al-Baghawy (804 H).
Ibnu Hujjah (642 H). - Bulugh Al-Maram, susunan
Al-Hafizh Al-Asqalany. Di
Atang Abd. Hakim & Jaih
19

Mubarok,Metodologi Studi Islam, 93.

11
dalamnya dikumpulkan sebelumnya, yaitu cakupannya
sejumlah 1.400 hadis. hadis-hadis tentang hukum seperti
- Majma‟ az-Zawa‟id wa fiqh dan kualitasnya meliputi
Mamba‟ al-Fawa‟id, shahih, hasan, dha‟if, seperti
susunan Al-Hafizh Abu al- Muntaqa Ibnu Al-Jarud (w. 307 H),
Hasan Ali Ibn Abi Bakr Ibn Sunan AdDaruquthni (w. 385 H)
Sulaiman asy-Syafi‟y al- dan Sunan Al-Bayhaqi (w. 458 H).
Haitamay (1303 H). Di e. Syarah, yaitu penjelasan hadis baik
dalamnya dikumpulkan yang berkaitan dengan sanad atau
Zawa‟id dari musnad-musnad matan, terutama maksud dan
Ahmad, Abu Ya‟la, Al- makna matan hadis atau
Bazzar dan mu‟jam Ath- pemecahannya jika terjadi
Thabrany.20 kontradiksi dengan ayat atau
dengan hadis lain, misalnya Syarh
3. Perkembangan Pembukuan Hadis Ma‟ani Al-Atsar, dan Syarah
Musykil Al-Atsar yang ditulis Ath-
Perkembangan pembukuan hadis
Thahawi (w. 321 H).
pada abad 4-6 H ialah sebagai berikut:
f. Mustakhraj adalah seorang
a. Mu‟jam, artinya penghimpunan
penghimpun hadis mengeluarkan
hadits yang diperleh berdasarkan
beberapa buah hadis dari sebuah
nama sahabat secara abjad seperti
hadis seperti yang diterima dari
Al-Mu‟jam Al-Kabir Sulaiman bin
gurunya sendiri dengan
Ahmad Ath-Thabrani (ww. 360 H).
menggunakan sanad sendiri,
b. Shahih, artinya metode
misalnya Mustadrakhraj Abi Bakr
pembukuannya mengikuti metode
Al-Isma‟ili „ala Shahih Bukhari
pembukuan hadis Shahihayn
(w. 371 H).
(Bukhari dan Muslim) yang hanya
g. Al-Jam‟u, gabungan dua atau
mengumpulkan hadits yang shahih
beberapa buku hadis menjadi satu
saja menurut penulisnya seperti
buku, Al-Jam‟u Bayn Ash-
Shahih Ibnu Hibban Al-Bas‟ti (w.
Shahihayn yang ditulis oleh Isma‟il
354 H), dan lain-lain.
bin Ahmad yang dikenal dengan
c. Al-Mustadrak, artinya menambah
Ibnu Al-Furat (w. 401 H) Al-Jam‟u
beberapa hadis shahih yang belum
Bayn Ash-Shahihayn ditulis Al-
disebutkan dalam kitab Bukhari
Husin bin Mas‟ud Al-Baghawi (w.
dan Muslim serta menurutnya telah
516 H), At-Tajrid li Ash-Shahah
memenuhi persyaratan keduanya,
wa As-Sunan gabungan Shahihayn,
seperti Al-Mustadrak „ala Al-
Al-Muwaththa‟, dan kitab-kitab
Shahihayn yang ditulis Abi
Sunan selain Ibnu Madjah,
Abdullah AlHakim An-Naisaburi
ditulisoleh Abu Al-Hasan Razin
(w. 405 H).
bin Mu‟awiyah As-Sirqisthi (w.
d. Sunan, metode penulisannya
535 H) dan Jami‟ Al-Ushul li
seperti kitab Sunan abad
Ahadis Ar-Rasul yang ditulis oleh
20
Teungku Muhammad Hasbi ash-
Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu
Hadits, 88-93.

12
Ibnu Al-Atsir Al-Jazari (w. 606 H) AsSabil, oleh Nashiruddin Al-
gabungan 6 kitab hadis.21 Albani.
Perkembangan penulisan hadits e. Zawa‟id, yaitu penggabungan
pada abad intinya adalah menyusun beberapa kitab tertentu seperti
kembali kitab-kitab hadis terdahulu secara Musnad dan Mu‟jam ke beberapa
tematik, baik dari segi matan dan sanadnya buku induk hadis. Missal, Majma‟
untuk memudahkan bagi umat Islam untuk Az-Zawa‟id wa Manba‟ Al-
mempelajarinya ialah sebagai berikut: Fawa‟id ditulis oleh Al-Haitami
(w. 807 H). Zawa‟id diartikan
a. Al-Mawdhu‟at, yaitu menghimpun
mengumpulkan hadis-hadis yang
hadis-hadis yang mawdhu‟ saja ke
tidak terdapat dalam kitab-kitab
dalam sebuah buku, seperti Al-
yang sebelumnya ke dalam sebuah
Mawdhu‟at ditulis oleh Al-
kitab seperti Zawa‟id Ibnu Madjah
Asbahani (w. 414 H),
dan Zawa‟id As-Sunan Al-Kubra
AlMawdhu‟at ditulis oleh Ibnu Al-
disusun oleh Al-Bushri (w. 840 H).
Jauzi (w. 597 H) dan Al-La‟ali Al-
f. Jawami‟ atau Jami‟, sebuah kitab
Mashnu‟at fi Al-Ahadits Al-
hadis yang menghimpun hadis-
Mawdhu‟at oleh Jalaludin As-
hadis Nabi secara mutlak, seperti
Suyuthi (w. 911 H).
Al-Jami‟ Al-Kabir yang dikenal
b. Al-Ahkam, yaitu menghimpun
dengan sebutan Jami‟ AlJawami‟
hadis-hadis tentang hukum saja
dan Al-Jami‟ Ash-Shaghir tulisan
seperti fiqh, misalnya Al-Ahkam
As-Suyuthi (w. 911 H).
Al-Kubra ditulis oleh Ibnu Al-
Kharath (w. 581 H), „Umdah Al- Dengan demikian, mulai abad
Ahkam oleh Al-Maqdisi (w. 600 terakhir ini sampai sekarang dapat
H) Dan Bulugh Al-Maram oleh Al- dikatakan tidak ada kegiatan yang berarti
Asqalani (w. 852 H). dari para ulama dalam bidang hadis,
c. Al-Athraf, artinya teknik kecuali hanya membaca, memahami,
pembukuan hadis dengan takhrij, dan memberikan syarah hadis yang
menyebutkan permulaan hadisnya telah terhimpun sebelumnya.22
saja, misalnya Athraf Al-Kutub As-
4. Kodifikasi Hadis Secara Resmi
Sittah ditulis oleh Al-Maqdish
dikenal Ibnu Al-Qisrani (w. 507 Kodifikasi hadis secara resmi ialah
H). pengumpulan dan penulisan hadis atas
d. Takhrij, yaitu seorang muhaddits perintah Khalifah atau penguasa daerah
mengeluarkan beberapa hadis yang untuk disebarkan kepada msyarakat. Para
ada dalam buku hadis atau pada ulama hadis sepakat mengatakan bahwa
buku lain dengan menggunakan kodifikasi hadis mulai dilakukan oleh
sanad sendiri atau ditelusuri sanad Khalifah Umar bin „Abd „Aziz yang
dan kualitasnya. Missal, Irwa‟ Al- memerntahkan pada tahun 99-101 H.
Ghalil fi Takhrij Ahadits Mannar Berdasarkan beberapa riwayat,
bahwa kekhawatiran akan hilangnya hadis

21
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, 66- 22
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, 68-
67. 70.

13
dan lenyapnya para ulama hadis a. Faktor Internal
merupakan faktor utama yang
1) Pentingnya menjaga autentisitas
menyebabkan Khalifah Umar bin „Abd
dan eksistensi hadis, serta
„Aziz untuk melakukan kodifikasi hadis.
petunjuk untuk keselamatan
Faktor yang lain adalah timbulnya hadis
dalam menempuh kehidupan
maudhu‟ sebagai akibat meluasnya
dunia akhirat.
wilayah Islam dan terjadinya perselisihan
2) Semangat untuk menjaga hadis,
di kalangan kaum Muslimin mendorong
sebagai salah satu warisan Nabi
khalifah untuk menghimpun dan
yang sangat berharga, yakni Al-
membukukan hadis. Faktor-faktor
Qur‟an dan Hadis. Jika umat
penyebab dilakukannya kodifikasi hadis
Islam berpegang pada keduanya
tersebut dapat diklasifikasikan menjadi
mereka tidak akan tersesat
dua, yaitu:
selamanya.
3) Adanya kebolehan dan izin untuk
menulis hadis pada saat itu.
4) Para penghafal dan periwayatan
hadis semakin berkurang karena
meninggal dunia baik disebabkan
adanya peperangan maupun yang
lainnya.
5) Rasa bangga dan puas ketika
mampu menjaga hadis Nabi
dengan menghafal dan kemudian
meriwayatkannya.
b. Faktor Eksternal
1) Penyebaran Islam dan semakin
meluasnya daerah kekuasaan
Islam, sehingga banyak
periwayatan hadis yang tersebar
ke berbagai daerah.
2) Kemunculan dan meluasnya
pemalsuan hadis yang disebabkan
oleh perbedaan politik dan
aliran.23
Jadi, dari beberapa faktor tersebut,
dapat disimpulkan bahwa adanya
penulisan hadis karena kekhawatiran
hilangnya hadis dan kemurnian hadis.
Kodifikasi hadis secara resmi dilanjutkan
dengan pembukuan hadis yang dilakukan

23
Idri, Studi Hadits, 104-105.

14
para penguasa Bani Umayyah dan para disebarluaskan ke seluruh negeri Islam,
ulama.24 maka tabi‟in dapat memfokuskan diri dan
Selanjutnya, Syihab Az-Zuhri (09- mempelajari sunnah dari para sahabat.
124 H) mulai melaksanakan pembukuan Kemudahan lain, yang diperoleh tabi‟in
hadis sekaligus dilakukan usaha karena sahabat Nabi Muhammad SAW
penyeleksian hadis yang maqbul dan telah menyebar ke seluruh penjuru dunia
mardud dengan metode sanad dan isnad. Islam. Sehingga, mereka mudah
Kemudian pembukuan hadis dilanjutkan mendapatkan informasi tentang sunnah.
secara lebih teliti oleh Imam ahli hadis, Masa kodofikasi hadis dumulai pada abad
seperti Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa‟i, ke-2 sampai sekarang.
Abu Dawud, Ibnu Faktor-faktor penyebab
Majah, dan lain-lain. Dari mereka kita dilakukannya kodifikasi hadis, yaitu
kenal dengan Kutubus Sittah, yaitu Shahih kekhawatiran hilangnya hadis dan
AlBukhari, Shahih Muslim, Sunan An- kemurnian hadis.
Nasa‟i, Abu Dawud, Ibnu Majah.25
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan As-Shiddieqy, Teungku Muhammad
Sejarah periwayatan hadits Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu
merupakan masa atau periode yang telah Hadis. Semarang: Pustaka Rizki
dilalui oleh hadits dari masa lahirnya dan Putra, 2009.
tumbuh dalam pengenalan, penghayatan, Hakim, Atang Abd & Jaih Mubarok.
dan pengamalan umat dari generasi ke Metodologi Studi Islam. Bandung:
generasi. Ada beberapa periode dalam Remaja Rosdakarya, 2012.
sejarah perkembangan periwayatan hadis, Idri. Studi Hadis. Jakarta: Kencana, 2010.
antara lain : Periwayatan masa Raslullah, Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis.
masa Sahabat, masa tabi’in, dan masa Jakarta: Amzah, 2012.
kodifikasi hadist PL, Noor Sulaiman. Antologi Ilmu Hadits.
Hadis pada masa Nabi dikenal Jakarta: Gaung Persada Press,
dengan „Ashr al-Wahy wa al-Takwin, 2009.
yaitu masa turun wahyu dan pembentukan Solahudin, Agus. Ulumul Hadis. Bandung:
masyarakat Islam. Periode kedua sejarah Pustaka Setia, 2008.
perkembangan periwayatan hadits adalah Sumbulah, Umi. Kajian Kritis Ilmu Hadis.
masa Khulafa‟ Rasyidin (Abu Bakar, Malang: UIN Maliki Press, 2010.
Umar Ibn al-Khattab, Usman Ibn Affan, Suparta, Munzier. Ilmu Hadis. Jakarta:
Ali Ibn Abi Thalib) yang berlangsung Rajawali Press, 2010.
sekitar tahun 11 H s/d 40 H. Masa ini juga Wahid, Ramli Abdul. Studi Ilmu Hadis.
disebut dengan masa sahabat besar. Pada Medan: Citapustaka Media
era tabi‟in, keadaan sunnah tidak jauh Perintis,2011.
berbeda dari era sahabat. Namun pada
masa ini, Al-Qur‟an telah dikodifikasi dan

24
Ramli Abdul Wahid, Studi Ilmu Hadis
(Medan: Citapustaka Media Perintis,
2011), 67-76.
25
Agus Solahudin, Ulumul Hadits, 62-63.

15
16

Anda mungkin juga menyukai