Anda di halaman 1dari 18

Tentang Pendanaan Pendidikan

A. Apa itu Biaya Pendidikan, Dana Pendidikan dan Pendanaan Pendidikan?

Biaya pendidikan adalah nilai besar dana yang diprakirakan perlu disediakan untuk mendanai berbagai
kegiatan pendidikan.

Dana pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan untuk menyelenggarakan dan
mengelola pendidikan.

Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang diperlukan untuk


penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.

B. Apa saja jenis-jenis biaya pendidikan itu?

Biaya pendidikan dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu: (a) biaya investasi dan (b) biaya operasi.

Biaya investasi adalah biaya penyelenggaraan pendidikan yang sifatnya lebih permanen dan dapat
dimanfaatkan jangka waktu relatif lama, lebih dari satu tahun. Biaya investasi terdiri dari biaya investasi
lahan dan biaya investasi selain lahan. Biaya investasi menghasilkan aset dalam bentuk fisik dan non
fisik, berupa kapasitas atau kompetensi sumber daya manusia. Dengan demikian, kegiatan
pengembangan profesi guru termasuk ke dalam investasi yang perlu mendapat dukungan dana yang
memadai..

Biaya operasi adalah biaya yang diperlukan sekolah untuk menunjang proses pendidikan. Biaya operasi
terdiri dari biaya personalia dan biaya nonpersonalia. Biaya personalia mencakup: gaji dan tunjangan
yang melekat pada gaji, tunjangan struktural, tunjangan fungsional, tunjangan profesi, dan tunjangan-
tunjangan lain yang melekat dalam jabatannya. Biaya non personalia, antara lain biaya untuk: Alat Tulis
Sekolah (ATS), Bahan dan Alat Habis Pakai, — yang habis dipakai dalam waktu satu tahun atau kurang,
pemeliharaan dan perbaikan ringan, daya dan jasam transportasi/perjalanan dinas, konsumsi, asuransi,
pembinaan siswa/ekstra kurikuler

C. Siapa penanggung jawab pendanaan pendidikan?

Dalam konteks pendidikan nasional, pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah (pemerintah pusat maupun pemerintah daerah) dan masyarakat (penyelenggara satuan
pendidikan, peserta didik, orang tua/wali, dan pihak lain yang peduli terhadap pendidikan)
Pemerintah bertanggung jawab atas pendanaan pendidikan dengan mengalokasikan anggaran
pendidikan pada APBN maupun APBD. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 49 mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan
kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor
pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Tetapi sayang,
amanat ini dimentahkan oleh putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-VI I 2008, anggaran
pendidikan minimal 20% dari APBN maupun APBD, di dalamnya termasuk gaji pendidik.

Orang tua/wali peserta didik (khususnya bagi peseta didik tingkat SLTA ke bawah). bertanggung jawab
atas biaya pribadi peserta didik yaitu biaya yang terkait dengan kebutuhan-kebutuhan pokok maupun
relatif dari peserta didik itu sendiri, seperti: transport ke sekolah, uang jajan, seragam sekolah, buku-
buku penunjang, kursus tambahan, dan sejenisnya. Selain itu, orang tua/wali peserta didik juga
memikul sebagian biaya satuan pendidikan untuk menutupi kekurangan pendanaan yang disediakan
oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan.

Pihak lain yang memiliki perhatian terhadap pendidikan dapat memberikan sumbangan pendidikan
secara sukarela dan sama sekali tidak mengikat kepada satuan pendidikan, yang harus dikelola secara
tranparan dan akuntabel.

D. Apa prinsip-prinsip dalam pengelolaan dana pendidikan?

Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.
Berikut ini dijelaskan secara singkat keempat prinsip tersebut:.

Transparansi. Transparan berarti adanya keterbukaan sumber dana dan jumlahnya, rincian penggunaan,
dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan
untuk mengetahuinya.. Beberapa informasi keuangan yang bebas diketahui oleh semua warga sekolah
dan orang tua siswa misalnya rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) bisa ditempel
di papan pengumuman di ruang guru atau di depan ruang tata usaha sehingga bagi siapa saja yang
membutuhkan informasi itu dapat dengan mudah mendapatkannya. Orang tua siswa bisa mengetahui
berapa jumlah dana yang diterima sekolah dari orang tua siswa dan digunakan untuk apa saja dana
tersebut.

Akuntabilitas. Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena kualitas
performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya.
Penggunaan dana pendidikan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan. Ada tiga pilar utama yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu (1) adanya
transparansi para penyelenggara pendidikan dengan menerima masukan dan mengikutsertakan
berbagai komponen dalam mengelola pendidikan, (2) adanya standar kinerja di setiap institusi yang
dapat diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, (3) adanya partisipasi untuk saling
menciptakan suasana kondusif dalam menciptakan pelayanan masyarakat dengan prosedur yang
mudah, biaya yang murah dan pelayanan yang cepat

Efektivitas. Efektivitas menekankan pada kualitatif hasil suatu kegiatan. Pengelolaam dana pendidikan
dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur dana yang
tersefia untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan
kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Efisiensi. Efisiensi lebih menekankan pada kuantitas hasil suatu kegiatan. Efisiensi adalah perbandingan
yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (out put) atau antara daya dan hasil. Daya yang
dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua hal:

Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya, pengelolaan dana pendidikan dapat dikatakan
efisien kalau penggunaan waktu, tenaga dan biaya yang sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang
ditetapkan.

Dilihat dari segi hasil, Kegiatan pengelolaan dana pendidikan dapat dikatakan efisien kalau dengan
penggunaan waktu, tenaga dan biaya tertentu memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik kuantitas
maupun kualitasnya.

Dengan diberlakukannya Undang Undang No .20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
disertai dengan beberapa peraturan pendukungnya, termasuk peraturan tentang pendanaan pendidikan
yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
yang ditetapkan pada tanggal 4 Juli 2008.

Dalam Peraturan Pemerintah tentang Pendanaan Pendidikan ini diatur secara lengkap tentang
pendanaan pendidikan yang mencakup keseluruhan aspek pendanaan yang berkaitan dengan
pembangunan bidang pendidikan, salah satunya adalah pendanaan pendidikan yang berhubungan
dengan satuan pen didikan yang didirikan oleh pemerintah (sekolah negeri).

Untuk satuan pendidikan yang didirikan oleh pemerintah sumber dananya telah diatur dalam pasal 51
ayat (4) yang berbunyi “dana pendidikan yang satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
dapat bersumber dari:

A. Anggaran Pemerintah,

B. Bantuan pemerintah daerah,

C. Pungutan dari peserta didik atau orangtua / walinya yang dilaksanakan sesuai peraturan
perundangan,

D. Bantuan dari pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar peserta didik atau orangtua / walinya,

E. Bantuan dari pihak asing yang tidak mengikat dan / atau

F. Sumber lainnya yang sah.”

Sedang dana pendidikan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah sumber
dananya diatur dalam pasal 51 ayat (5) yang berbunyi : “dana pendidikan satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah dapat bersumber dari:
A. Bantuan pemerintah daerah,

B. Bantuan pemerintah pusat,

C. Pungutan dari peserta didik atau orangtua / walinya yang dilaksanakan sesuai peraturan perundang-
undangan,

D. Bantuan dari pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar peserta didik atau orangtua / walinya,

E. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan / atau

F. Sumber lainnya yang sah.”

Dalam pasal 52 diatur pula mengenai pungutan oleh satuan pendidikan dalam rangka memenuhi
tanggung jawab peserta didik, orangtua dan / atau walinya, wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:

A. Didasarkan pada perencanaan investasi dan / atau operasi yang jelas dan dituangkan dalam rencana
strategis, rencana kerja tahunan, serta anggaran tahunan yang mengacu pada standar nasional
pendidikan.

B. Perencanaan investasi dan / atau operasi sebagaimana dimaksud pada huruf A, diumumkan secara
transparan kepada pemangku kepentingan satuan pendidikan.

C. Dana yang diperoleh disimpan dalam rekening atas nama satuan pendidikan.

D. Dana yang diperoleh dibukukan secara khusus oleh satuan pendidikan terpisah dari dana yang
diterima dari penyelenggara satuan pendidikan.

E. Tidak dipungut dari peserta didik atau orangtua / walinya yang tidak mampu secara ekonomis.

F. Menerapkan sistim subsidi silang yang diatur sendiri oleh satuan pendidikan.

G. Digunakan sesuai dengan perencanaan sebagaimana di maksud dalam huruf A.

H. Tidak dikaitkan dengan persyaratan akademik untuk penerimaan peserta didik, penilaian hasil belajar
peserta didik, dan / atau kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.

I. Sekurang-kurangnya 20% dari total pungutan peserta didik atau orangtua / walinya digunakan untuk
peningkatan mutu pendidikan.

J. Tidak dialokasikan

Home » Regulasi » Syarat Pungutan Dana Pembangunan Sarana Pendidikan – Peraturan Pemerintah
Nomor 48 Tahun 2008

Syarat Pungutan Dana Pembangunan Sarana Pendidikan – Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008

Posted by rosiana mulandari on Sunday, October 31st, 2010

Topik: kepala sekolah, peraturan pemerintah, pungutan, sekolah, undang-undang

Share:

0
0

Hampir dapat dipastikan pada awal tahun ajaran baru, masyarakat seperti menjadi korban oknum
praktisi pendidikan pada saat mendaftarkan sebagai siswa baru pada suatu sekolah negeri atau pun
keharusan daftar ulang karena anaknya naik kelas. Hal ini sudah berlangsung sejak era orde baru sampai
hari ini belum mengalami perubahan, padahal sejak digulirkannya reformasi pembangunan dan jatuhnya
pemerintahan orde baru terjadi pula perubahan peraturan perundang undangan dalam segala bidang
termasuk bidang pendidikan. Dengan diberlakukannya Undang Undang No .20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang disertai dengan beberapa peraturan pendukungnya, termasuk
peraturan tentang pendanaan pendidikan yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48
Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan yang ditetapkan pada tanggal 4 Juli 2008.

Dalam Peraturan Pemerintah tentang Pendanaan Pendidikan ini diatur secara lengkap tentang
pendanaan pendidikan yang mencakup keseluruhan aspek pendanaan yang berkaitan dengan
pembangunan bidang pendidikan, salah satunya adalah pendanaan pendidikan yang berhubungan
dengan satuan pen didikan yang didirikan oleh pemerintah (sekolah negeri).

Untuk satuan pendidikan yang didirikan oleh pemerintah sumber dananya telah diatur dalam pasal 51
ayat (4) yang berbunyi “dana pendidikan yang satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
dapat bersumber dari:

A. Anggaran Pemerintah,

B. Bantuan pemerintah daerah,

C. Pungutan dari peserta didik atau orangtua / walinya yang dilaksanakan sesuai peraturan
perundangan,

D. Bantuan dari pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar peserta didik atau orangtua / walinya,

E. Bantuan dari pihak asing yang tidak mengikat dan / atau

F. Sumber lainnya yang sah.”

Sedang dana pendidikan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah sumber
dananya diatur dalam pasal 51 ayat (5) yang berbunyi : “dana pendidikan satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah dapat bersumber dari:

A. Bantuan pemerintah daerah,

B. Bantuan pemerintah pusat,

C. Pungutan dari peserta didik atau orangtua / walinya yang dilaksanakan sesuai peraturan perundang-
undangan,

D. Bantuan dari pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar peserta didik atau orangtua / walinya,
E. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat dan / atau

F. Sumber lainnya yang sah.”

Dalam pasal 52 diatur pula mengenai pungutan oleh satuan pendidikan dalam rangka memenuhi
tanggung jawab peserta didik, orangtua dan / atau walinya, wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:

A. Didasarkan pada perencanaan investasi dan / atau operasi yang jelas dan dituangkan dalam rencana
strategis, rencana kerja tahunan, serta anggaran tahunan yang mengacu pada standar nasional
pendidikan.

B. Perencanaan investasi dan / atau operasi sebagaimana dimaksud pada huruf A, diumumkan secara
transparan kepada pemangku kepentingan satuan pendidikan.

C. Dana yang diperoleh disimpan dalam rekening atas nama satuan pendidikan.

D. Dana yang diperoleh dibukukan secara khusus oleh satuan pendidikan terpisah dari dana yang
diterima dari penyelenggara satuan pendidikan.

E. Tidak dipungut dari peserta didik atau orangtua / walinya yang tidak mampu secara ekonomis.

F. Menerapkan sistim subsidi silang yang diatur sendiri oleh satuan pendidikan.

G. Digunakan sesuai dengan perencanaan sebagaimana di maksud dalam huruf A.

H. Tidak dikaitkan dengan persyaratan akademik untuk penerimaan peserta didik, penilaian hasil belajar
peserta didik, dan / atau kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.

I. Sekurang-kurangnya 20% dari total pungutan peserta didik atau orangtua / walinya digunakan untuk
peningkatan mutu pendidikan.

J. Tidak dialokasikan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk kesejahteraan anggota komite
sekolah / madrasah atau lembaga representasi pemangku kepentingan satuan pendidikan.

K. Pengumpulan, penyimpanan dan penggunaan dana diaudit oleh akuntan publik dan dilaporkan
kepada Menteri, apa bila jumlahnya lebih dari jumlah tertentu yang ditetapkan oleh Menteri.

L. Pengumpulan, penyimpanan dan penggunaan dana dipertanggungjawabkan oleh satuan pendidikan


secara transparan kepada pemangku kepentingan pendidikan terutama orangtua/wali peserta didik dan
penyelenggara satuan pendidikan.

M. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Nah, kalau ada permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan di lapangan tentunya orang tua dan / atau
wali peserta didik dapat melaporkan ke Menteri atau instansi penegak hukum bilamana mengandung
unsur pidana. Untuk mempelajari lebih lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang
Pendanaan Pendidikan dapat didownload di sini. Semoga bermanfaat.

Berita Terkait:

Pungutan di Sekolah Negeri dan Sekolah Swasta menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2012
Biaya Pendidikan Sekolah Negeri yang Menjadi Tanggung Jawab Orang Tua atau Wali Siswa

Silahkan Baca Saja

Just enjoy this…

Yang Ngurus Blog Ini

Subscribe to RSS

May 15, 2012

in Articles and Links

Leave a comment

MAKALAH BIAYA PENDIDIKAN

Image

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu lembaga akan dapat berfungsi dengan memadai kalau memiliki system manajemen yang didukung
dengan sumberdaya manusia (SDM), dana/biaya, dan sarana prasarana. Sekolah sebagai satuan
pendidikan juga harus memiliki tenaga (kepalasekolah, wakil kepala sekolah, guru, tenaga administratif,
laboran, pustakawan, dan teknisi sumber belajar), sarana (bukupelajaran, buku sumber, buku
pelengkap, buku perpustakaan, alat peraga, alat praktik, bahan dan ATK, perabot), dan prasarana
(tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan, lapanganolahraga), serta biaya yang mencakup biaya
investasi (biaya untuk keperluan pengadaan tanah, pengadaan bangunan, alat pendidikan, termasuk
buku-buku dan biaya operasional baik untuk personil maupun nonpersonil).

Biaya untuk personil antara lain untuk kesejahteraan dan pengembangan profesi,
sedangkanuntukbiayanonpersonilberupapengadaanbahandan ATK, pemeliharaan,
dankegiatanpembelajaran.
Suatu sekolah untuk memiliki tenaga kependidikan yang berkualitas dengan jumlah yang mencukupi
kebutuhan memerlukan biaya rekrutmen, penempatan, penggajian, pendidikan dan latihan,
sertamutasi. Dalam usaha pengadaan sarana dan prasarana untuk menunjang proses pembelajaran
tentu saja diperlukan dana yang tidak sedikit, bahkan setelah diadakan maka diperlukan dana untuk
perawatan, pemeliharaan, dan pendayagunaannya. Meskipun ada tenaga, ada sarana dan prasarana,
untuk memanfaatkan dan mendayagunakan secara optimal perlu biaya operasional baik untuk bahan
dan ATK habis pakai, biaya pemeliharaan, maupun pengembangan personil agar menguasai kompetensi
yang dipersyaratkan. Dari uraian di atas jelas bahwa untuk penyelenggaraan pendidikan di sekolah
termasuk di SMP perlubiaya, perludana, paling tidak memenuhi pembiayaan untuk memberikan standar
pelayanan minimal. Biaya pendidikan merupakan komponen sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan. Dapat dikatakan bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya.
Dalam konteks perencaaan pendidikan, pemahaman tentang anatomi dan problematik pembiayaan
pendidik anamat diperlukan. Berdasarkan pemahaman ini dapat dikembangkan kebijakan pembiayaan
pendidikan yang lebih tepat dan adil serta mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan
yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

1.2 Dasar Hukum

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan – 2005.

Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep dasar biaya dan mengapa dalam perkembangannya pendidikan memerlukan biaya?

Apa sajakah komponen-komponen dalam biaya pendidikan serta faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi biaya pendidikan?

Apakah yang dimaksud dengan konsep efiensi pendidikan?

Ada berapa jenis biaya pendidikan serta sumber-sumber biayanya?

Apa yang dimaksud dengan penganggaran serta prinsip-prinsip dan tahapan-tahapan dalam
penyusunannya?

Apakah fungsi anggaran pendidikan serta bentuk-bentuk anggaran tersebut?

Mengapa anggaran butuh pengawasan serta tahapan-tahapan pengawasan?

1.4 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui pembiayaan dalam pendidikan

Untuk mengetahui komponen dan sumber pembiayaan pendidikan

Untuk mengetahui tentang penganggaran pendidikan

Untuk mengetahui pengawasan anggaran

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Biaya

Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan tidak langsung(indirect cost), biaya
langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan
kegiatan-kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat pembelajaran, sarana belajar, biaya
transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua maupun siswa sendiri.
Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya
kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa selama belajar.

Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain, yaitu sisi anggaran
penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Anggaran
penerimaan adalah pendapatan yang diproleh setiap tahun oleh sekolah dari berbagai sumber resmi dan
diterima secara teratur. Sedangkan anggaran dasar pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan
setiap tahun untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah.

Belanja sekolah sangat ditentukan oleh komponen-komponen yang jumlah dan proporsinya bervariasi
diantara sekolah yang satu dan daerah yang lainnya. Serta dari waktu kewaktu. Berdasarkan pendekatan
unsur biaya pengeluaran sekolah dapat dikategorikan ke dalam beberapa item pengeluaran, yaitu:

Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran

Pengeluaran untuk tata usaha sekolah

Pemeliharaan sarana-prasarana sekolah

Kesejahteraan pegawai
Administrasi

Pembinaan teknis edukatif

Pendataan.

Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar ada dua hal penting yang perlu dikaji atau dianalisis, yaitu
biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost) dan biaya satuan per siswa (unit cost). Biaya satuan
ditingkat sekolah merupakan agregate biaya pendidikan tingkat sekolah, baik yang bersumber dari
pemerintah, orang tua, dan masyarakat yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan dalam satu
tahun pelajaran. Biaya satuan permurid merupakan ukuran yang menggambarkan seberapa besar uang
yang dialokasikan ke sekolah-sekolah secara efektif untuk kepentingan murid dalam menempuh
pedidikan.

2.2 Pembiayaan dalam Pengembangan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk miningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas. Dalam UUD 1945 pasal 31 “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.” Hal ini
membuktikan adanya langkah pemerataan pendidikan bagi seluruh warga negara Indonesia.
Kenyataannya, tidak semua orang dapat memperoleh pendidikan yang selayaknya, dikarenakan
berbagai faktor termasuk mahalnya biaya pendidikan yang harus dikeluarkan. Kondisi inilah kemudian
mendorong dimasukannya klausal tentang pendidikan dalam amandemen UUD 1945. Konstitusi
mengamanatkan kewajiban pemerintah untuk mengalokasikan biaya pendidikan 20% dari APBN
maupun APBD agar masyarakat dapat memperoleh pelayanan pendidikan. Ketentuan ini memberikan
jaminan bahwa ada alokasi dana yang secara pasti digunakan untuk penyelenggaraan pendidikan.

Namun, dalam pelaksanaanya pemerintah belum punya kapasitas finansial yang memadai, sehingga
alokasi dana tersebut dicicil dengan komitmen peningatan alokasi tiap tahunnya. Peningkatan kualitas
pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manfaat berupa peningkatan kualitas SDM. Disisi lain,
prioritas alokasi pembiayaan pendidikan seyogianya diorientasikan untuk mengatasi permasalahan
dalam hal aksebilitas dan daya tampung. Karena itu, dalam mengukur efektifitas pembiayaan
pendidikan, terdapat sejumlah prasyarat yang perlu dipenuhi agar alokasi anggaran yang tersedia dapat
terarah penggunaannya.

Menurut Adam Smith, Human Capital yang berupa kemampuan dan kecakapan yang diperoleh melalui
Pendidikan, belajar sendiri, belajar sambil bekerja memerlukan biaya yang dikeluarkan oleh yang
bersangkutan. Perolehan ketrampilan dan kemampuan akan menghasilkan tingkat balik Rate of Return
yang sangat tinggi terhadap penghasilan seseorang. Berdasarkan pendekatan Human Kapital ada
hubungan Lenier antara Investment Pendidikan dengan Higher Productivity dan Higher Earning. Manusia
sebagai modal dasar yang di Infestasikan akan menghasilkan manusia terdidik yang produktif dan
meningkatnya penghasilan sebagai akibat dari kualitas kerja yang ditampilkan oleh manusia terdidik
tersebut,dengan demikian manusia yang memperoleh penghasilan lebih besar dia akan membayar pajak
dalam jumlah yang besar dengan demikian dengan sendirinya dapat meningkatkan pendapatan negara.

Peningkatan ketrampilan yang dapat mengahasilkan tenaga kerja yang Produktivitasnya tinggi dapat
dilakukan melalui Pendidikan yang dalam pembiayaannya menggunakan efesiensi Internal dan
Eksternal. Dalam upaya mengembangkan suatu sistem pendidikan nasional yang berporos pada pada
pemerataan, relevansi, mutu, efisiensi, dan efektivitas dikaitkan dengan tujuan dan cita-cita pendidikan
kita, namun dalam kenyataannya perlu direnungkan, dikaji, dibahas, baik dari segi pemikira tioritis
maupun pengamatan emperik.

Untuk dapat tercapai tujuan pendidikan yang optimal, maka salah satunya hal paling penting adalah
mengelola biaya dengan baik sesuai dengan kebutuhan dana yang diperlukan. Administrasi pembiayaan
minimal mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Penyaluran anggaran perlu dilakukan
secara strategis dan intergratif antara stakeholder agar mewujutkan kondisi ini, perlu dibangun rasa
saling percaya, baik internal pemerintah maupun antara pemerintah dengan masyarakat dan
masyarakat dengan masyarakat itu sendiri dapat ditumbuhkan. Keterbukaan, partisipasi, akuntabilitas
dalam penyelenggaraan pendidikan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan menjadi
kata- kata kunci untuk mewujutkan efektifitas pembiayaan pendidikan.

2.3 Komponen Biaya Pendidikan.

Konsep biaya pendidikan sifatnya lebih kompleks dari keuntungan, karena komponen biaya terdiri dari
lembaga jenis dan sifatnya. Biaya pendidikan bukan hanya berbentuk uang dan rupiah, tetapi juga dalam
bentuk biaya kesempatan (opportunity cost). Biaya kesempatan ini sering disebut “income forgon” yaitu
potensi pendapatan bagi seorang siswa selama ia mengikuti pelajaran atau mengikuti study. Sebagai
contoh, seorang lulusan SMP yang tidak diterima untuk melanjutkan pendidikan SMU, jika ia bekerja
tentu memproleh penghasilan dan jika ia melanjutkan besarnya pendapatan (upah,gaji) selama tiga
tahun belajar di SMU harus diperhitungkan. Oleh karena itu, biaya pendidikan akan terdiri dari biaya
langsung dan biaya tidak langsung atau biaya kesempatan.

Biaya pendidikan merupakan dasar empiris untuk memberikan gambaran karakteristik keuangan
sekolah. Analisis efesiensi keuangan sekolah dalam pemanfataan sumber-sumber keuangan sekolah dan
hasil (output) sekolah dapat dilakukan dengan cara menganalisa biaya satuan (unit cost) per siswa. Biaya
satuan persiswa adalah biaya rata-rata persiswa yang dihitung dari total pengeluaran sekolah dibagi
seluruh siswa yang ada di sekolah dalam kurun waktu tertentu. Dengan mengetahui besarnya biaya
satuan persiswa menurut jenjang dan jenis pendidikan berguna untuk menilai berbagai alternatif
kebijakan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

Didalam menentukan biaya satuan terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan makro dan mikro.
Pendekatan makro mendasarkan perhitungan pada keseluruhan jumlah pengeluaran pendidikan yang
diterima dari berbagai sumber dana kemudian dibagi jumlah murid. Pendekatan mikro mendasarkan
perhitungan biaya berdasarkan alokasi pengeluaran perkomponen pendidikan yang digunakan oleh
murid.

Contoh Format Rekapitulasi Anggaran Pendidikan:

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Biaya Pendidikan

Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya dan pembiayaan pendidikan sekolah hal ini dipengaruhi oleh:

Kenaikan harga (rising prices)

Perubahan relatif dalam gaji guru (teacher’s sallaries)

Perubahann dalam populasi dan kenaikannya prosentasi anak disekolah negeri

Meningkatnya standard pendidikan (educational standards)

Meningkatnya usia anak yang meninggalkan sekolah

Meningkatnya tuntutan terhadap pendidikan lebih tinggi (higher education)

2.5 Sumber dana pembiayaan pendidikan yaitu :

Pemerintah Pusat

Pemerintah Daerah

Orang Tua Peserta didik

Kelompok Masyarakat

Yayasan

2.6Konsep Efisiensi Pendidikan


Istilah efisiensi menggambarkan hubungan antara pemasukan dan pengeluaran. Suatu system yang
efisien ditunjukkan oleh keluaran yang lebih untuk sumber masukan (resources input). Efisiensi
pendidikan artinya memiliki kaitan antara pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang terbatas
sehingga mencapai optimalisasi yang tinggi. Untuk mengetahui efisiensi biaya pendidikan biasanya
digunakan metode analisi keefektifan biaya (cost effectiveness method) yang memperhitungkan
besarnya kontribusi setiap masukan pendidikan terhadap efektivitas pencapaian tujuan pendidikan atau
prestasi belajar.

Upaya efisiensi dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu:

Efisiensi Internal

Suatu sistem pendidikan dinilai memiliki efisiensi internal jika dapat menghasilkan output yang
diharapkan dengan biaya minimum. Dapat pula dinyatakan bahwa dengan input yang tertentu dapat
memaksimalkan output yang diharapkan. Efisiensi internal sangat bergantung pada dua factor utama,
yaitu factor institusional dan factor manajerial.

Dalam rangka pelaksanaan efisiensi internal, perlu dilakukan penekanan biaya pendidikan melalui
berbagai jenis kebijakan, antara lain:

Menurunkan biaya operasional

Memberikan biaya prioritas anggaran terhadap komponen-pomponen input yang langsung berkaitan
dengan proses belajar mengajar.

Meningkatkan kapasitas pemakaian ruang kelas, dan fasilitas belajar lainnya

Meningkatkan kualitas PBM

Meningkatkan motivasi kerja guru

Memperbaiki rasio guru-murid.

Efisiensi Eksternal

Istilah efisiensi eksternal sering dihubungkan dengan metode cost benefit analysis, yaitu rasio antara
keuntungan financial sebagai hasil pendidikan (biasanya diukur dengan penghasilan) dengan seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan. Analisis efisiensi eksternal berguna untuk menentukan
kebijakan dalam pengalokasian biaya pendidikan atau distribusi anggaran kepada seluruh sub-sub sector
pendidikan.
Fattah (2006:43) merumuskan arahan-arahan dalam meningkatkan efisiensi pembiayaan pendidikan
sebagai berikut :

Pemerataan kesempatan memasuki sekolah (equality of acces)

Pemerataan untuk bertahan disekolah (equality of survival)

Pemerataan kesempatan untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar (equality of output)

Pemerataan kesempatan menikmati manfaat pendidikan dalam kehidupan masyarakat (equality of


outcome).

2.7Jenis Biaya Pendidikan

Pendanaan pendidikan sebagaimana tertuang dalam PP No 48 tahun 2008 tentang Penganggaran


Pendidikan dinyatakan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat.

Biaya pendidikan dibagi menjadi :

Biaya Satuan Pendidikan, adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan
yang meliputi biaya investasi, biaya operasional, bantuan biaya pendidikan dan beasiswa.

Biaya Penyelenggaraan dan/ atau Pengelolaan Pendidikan, adalah biaya penyelenggaraan dan/ atau
pengelolaan pendidikan oleh pemerintah, pemprov, pemko/ pemkab, atau penyelenggara satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat/ Yayasan.

Biaya Pribadi Peserta Didik, adalah biaya operasional yang meliputi biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan oleh peserta didik untuk bias mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan.

2.8Penganggaran

Penganggaran merupakan kegiatan atau proses penyusunan anggaran (budget). Anggaran merupakan
rencana operasional yang dinyatakan secara kualitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan
sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu. Oleh
karena itu dalam anggaran tergambar kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu lembaga.

Anggaran pada dasarnya terdiri dari pemasukan dan pengeluaran. Sisi penerimaan atau perolehan biaya
ditentukan oleh besarnya dana yang diterima oleh lembaga dari setiap sumber dana. Biasanya dalam
pembahasan pembiayaan pendidikan, sumber-sumber biaya dibedakan dalam tiap golongan
pemerintah, orangtua, masyarakat dan sumber-sumber lainnya. Sisi pengeluaran terdiri dari alokasi
besarnya biaya pendidikan untuk setiap komponen yang harus dibiayai.

2.9Prinsip-prinsip Penyusunan Anggaran

Apabila anggaran menghendaki fungsi sebagai alat dalam perencanaan maupun pengendalian, maka
anggaran harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas dalam system manajemen dan organisasi

Adanya system akutansi yang memadai dalam melaksanakan anggaran

Adanya penelitian dan analisis untuk menilai kinerja organisasi

Adanya dukungan dari pelaksana mulai dari tingkat atas sampai yang paling bawah.

2.10Tahapan Penyusunan Anggaran

Dalam prosedur penyusunan anggaran memerlukan tahapan-tahapan yang sistematik sebagai berikut:

Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama periode anggaran

Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa dan barang.

Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang, sebab anggaran pada dasarnya merupakan pernyataan
financial.

Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan dipergunakan oleh instansi
tertentu.

Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang berwenang

Melakukan revisi usulan anggaran

Persetujuan revisi usulan anggaran

Pengesahan anggaran

Perlu diketahui bahwa dalam organisasi skala kecil, anggaran biasanya disusun oleh staf pimpinan atau
atasan dari suatu bagian. Sedangkan dalam organisasi skala besar, penyusunan anggaran diserahkan
kepada bagian, seksi atau komisi anggaran yang secara khusus merancang anggaran.

2.11Fungsi Anggaran Pendidikan


Fungsidarianggaranitumeliputibeberapahalsebagaiberikut:

Merupakankerangkaoperasionaldalambiayadanwaktukegiatan yang akandilaksanakan.

Alatuntukmendelegasikanwewenangdalampelaksanaansuaturencana.

Anggarandapat pula sebagaiinstrumenkegiatankontroldanevaluasipenampilan.


Bilabesarnyapengeluarandibandungkandengajatahanggarandantingkatpenggunaandapatmenjadiukuran
efektivitasatauefisiensikegiatan yang dilaksanakaPendanaanPendidikanmenurut PP NO. 48 Tahun 2008

2.12Bentuk-bentuk Desain Anggaran

a) Anggaran Butir Per Butir (line item budget)

Anggaran- butir-butir perbutir merupakan bentuk anggaran paling simpel dan banyak digunakan. Dalam
bentuk ini, setiap pengeluaran dikelompokan berdasarkan kategori-kategori, misalnya gaji, upah, honor
menjadi satu kategori satu nomor atau satu butir.

b) Anggaran Program (program budget system)

Bentuk ini dirancang untuk mengidentifikasi biaya setiap program. Pada anggaran biaya butir-perbutir
dihitung berdasarkan jenis butir item yang akan dibeli, sedangkan pada anggaran program biaya
dihitung berdasarkan jenis program. Misalnya, jika dalam anggaran butir-per butir disebut gaji guru
(item 01), sedangkan dalam anggaran laporan disebut gaji untuk perencanaan pengajaran IPA hanyalah
satu komponen.

c) Anggaran Berdasarkan Hasil (performance budget)

Sesuai dengan namanya, bentuk anggaran ini menekankan hasil (performance) dan bukan pada
keterperincian dari suatu alokasi anggaran. Anggaran bentuk ini lebih mengutamakan perhatiannya
kepada penampilan, performance, hasil atau output. Setiap pengeluaran dari anggaran ini selalu harus
dibandingkan dengan hasil yang akan dicapai. Bentuk anggaran ini sering disebut anggaran berdasarkan
cost-benefit, yaitu perbandingan antara apa yang akan dikeluarkan (cost) dan manfaat apa yang dicapai
(benefit).
d) Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran PPBS (planing programming
budgeting system) atau SP4

PPBS merupakan kerangka kerja dalam perencanaan dengan mengorganisasikan informasi dan
menganalisisnya secara sistematis.Pada dasarnya anggaran bentuk ini menekankan kepada setiap
kegiatan yang telah direncanakan secra cermat. Kegiatan itu diperhitungkan dengan tujuan yang akan
dicapai. Dengan kata lain, pengkajian kegiatan beserta penganggarannya berorientasi pada prinsip cost
benefit atau asas manfaat. Namun demikian segi prosedurpun menjadi perhatian yang cukup ketat.

2.13Pengawasan Anggaran

Konsep dasar pengawasan anggaran bertujuan untuk mengukur, membandingkan, menilai alokasi biaya
dan tingkat penggunaannya. Dengan kata lain melalui pengawasan anggaran diharapkan dapat
mengetahui sampai di mana tingkat efektifitas dan efisiensi dari penggunaan sumber-sumber dana yang
tersedia. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara rencana dengan realisasinya, maka perlu diambil
tindakan perbaikan dan bila perlu diproses melalui jalur hukum.

Secara sederhana proses pengawasan terdiri dari tiga kegiatan pokok, yaitu :

Memantau (monitoring)

Menilai

Melaporkan hasil-hasil temuan

2.14Tahapan-tahapan Pengawasan

Penetapan standar atau patokan yang digunakan berupa ukuran kuantitas, kualitas, biaya dan waktu.

Mengukur dan membandingkan antara kenyataan yang sebenarnya dengan standar yang telah
ditetapkan

Mengidentifikasi penyimpangan (deviasi)

Menentukan tindakan perbaikan atau koreksi yang kemudian menjadi materi rekomendasi.

Secara khusus, pemeriksaan terhadap anggaran pengeluaran biaya pendidikan dapat dilakukan dengan
menggunakan format kerja sebagai berikut:

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu pendidikan membutuhkan biaya. Pembiayaan
terhadap pendidikan harus dibayar lebih mahal karena pendidikan adalah investasi. Human Capital yang
berupa kemampuan dan kecakapan yang diperoleh melalui pendidikan, belajar sendiri, belajar sambil
bekerja memerlukan biaya yang dikeluarkan oleh yang bersangkutan. Perolehan keterampilan dan
kemampuan akan menghasilkan tingkat balik Rate of Return yang sangat tinggi terhadap penghasilan
seseorang.

3.2 Saran

Pendidikan adalah tanggungjawab negara dan masyarakat, tanggungjawab kita bersama, termasuk
dalam hal pembiayaan. Peran masyarakat untuk menyokong biaya pendidikan sangat penting
diantaranya dengan menabung yang bermanfaat untuk membiayai pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai