i
Volume III, No.1, Februari 2017 ISSN 2540-9980
Dewan Redaksi
Penanggungjawab:
Amul Husni Fadlan, S. Psi., M.A
Pimpinan Redaksi:
Istajib Jazuli, M.A
Mitra Bestari:
Prof. Dr. Edi Safri (Guru Besar Ilmu Hadits IAIN Imam Bonjol Padang)
Prof. Dr. Rusydi AM., Lc., M. Ag. (Guru Besar Ilmu Al-Quran IAIN Imam Bonjol Padang)
Prof. Dr. Zulmuqim, M.A (Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam IAIN Imam Bonjol Padang
Layout:
Istajib Jazuli
Alamat Redaksi:
Kantor LP2M STAI-YAPTIP Pasaman Barat
Jalan Bundo Kandung No. 142 Simpang Empat Pasaman Barat
e-mail: jurnalalkarim.staiyaptip@gmail.com
Jurnal Al-KArim: adalah Jurnal Pendidikan, Ekonomi, Psikologi dan Studi Keislaman dengan kajian
multi-disipliner, terbit dua (2) kali dalam setahun (Februari dan Agustus), yang dikelola oleh LP2M
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI-YAPTIP) Pasaman Barat. Redaksi menerima tulisan yang
relevan, selama mengikuti petunjuk penulisan yang ditetapkan.
ii
Volume III, No.1, Februari 2017 ISSN 2540-9980
PENGANTAR REDAKSI
Puji dan syukur kepada Allah swt., Jurnal Al-Karim Volume III
Nomor 1 Edisi Februari 2017 hadir untuk „menyapa‟ pembaca.
Mulai edisi ini Jurnal Al-KArim mengalami sedikit perubahan
baik dari sisi tata wajah maupun model penulisan, untuk menyesuaikan
dengan kebutuhan jangka panjang. Tentu dengan terbitnya Jurnal Al-
Karim ini dapat memberikan konstribusi bagi penyebaran dan
pengembangan karya ilmiah intelektual di bidang Pendidikan, Psikologi,
Ekonomi dan Kajian keislamanlainnya.
Jurnal Al-Karim Volume III Nomor 1 Edisi Februari 2017 ini
diawali dengan tulisan M. Irsan Barus yang mengangkat tema
Modernisasi Pendidikan Islam Menurut Azyumardi Azra. Selanjutnya,
tulisan Istajib Jazuli mengangkat tema Pemikiran KH. Hasyim Asy‟ari
dalam Kitab Adab ‘Alim wa Al-Muta’allim tentang Pendidikan Islam.
Selanjutnya Salman mengupas tentang Usaha Guru Dalam Meningkatkan
Efektifitas Belajar Santri Pada Pelajaran Ilmu Pengetahuan Umum Di
Pondok Pesantren (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Darussalam
Kabupaten Pasaman Barat). Berikutnya Yulda Dina Septiana membahas
tentang Kompetensi Paedagogik Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di Smp Negeri 27 Padang.
Adapun Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam Pasca Sertifikasi di
MTsN Koto Baru Kabupaten Solok ditulis oleh Yusra Nedi. Sri Wardona
mengangkat tema tentang Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam
Meningkatkan Kinerja Dosen. Adapun Fajar Budiman meneliti tentang
Pengaruh Motivasi Mengajar Guru Dan Keterampilan Mengajar Guru
Terhadap Hasil Belajar Siswa Sma Negeri Di Kota Bukittinggi.
iii
Syofrianisda mengkaji tentang Metode Penafsiran Muhammad Ali al-
Shâbuni dalam TafsirRawâi‟ al-Bayân “Tafsir al-Ayat al-Ahkâm Min al-
Qur’ân”. Terakhir, Fawza Rahmat mengkaji tentang Peranan Zakat,
Infaq, Dan Sadaqah Dalam Pengembangan Usaha Kecil Yang Ada Pada
Operasional Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Redaksi menyadari masih terdapat berbagai kelemahan dan
kekurangan pada penerbitan edisi ini. Masukan dan kritikan dari semua
pihak sangat kami harapkan. Terima kasih.
Dto
iv
Volume III, No.1, Februari 2017 ISSN 2540-9980
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
DEWAN REDAKSI ........................................................................... ii
PENGANTAR REDAKSI ................................................................. iii
DAFTAR ISI ....................................................................................... v
v
Pengaruh Motivasi Mengajar Guru Dan Keterampilan Mengajar
Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa Sma Negeri Di Kota
Bukittinggi ........................................................................................... 111
Oleh: Fajar Budiman
vi
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
Abstrak
Penelitian dilatarbelakangi oleh maraknya diskusi seputar relasi antara
pendidikan dan modernisasi di berbagai dunia Islam. Azyumardi Azra sebagai tokoh
pendidikan menawarkan format modernisasi pendidikan Islam berbeda dengan
mainstream pemikiran yang umum dan menawarkan konsep yang berbeda.
Tujuan utama penelitian ini untuk mengungkapkan (1) Bagaimana konsep
pendidikan Islam menurut Azyumardi Azra; (2) Bagaimana konsep modernisasi
pendidikan Islam menurut Azyumardi Azra; (3) Bagaimana modernisasi komponen
pendidikan Islam tentang tujuan, kurikulum dan lembaga pendidikan Islam.
Penelitian menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research)
dengan menelaah teks-teks yang berkaitan dengan pemikiran Azyumardi Azra tentang
pendidikan Islam. Data ditelaah menggunakan analisis isi (content analysis) dengan
berusaha untuk menggali maksud tokoh dalam tataran intern-teks dan ekstern teks
dengan tidak melupakan faktor sosio-historis yang melatarbelakangi pemikiran tokoh
sehingga ditemukan kesimpulan objektif tentang pemikiran tokoh tersebut seputar
modernisasi pendidikan Islam secara komprehensif.
Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Azyumardi Azra memandang
bahwa pendidikan Islam sebagai suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran
Islam yang diwahyukan Allah kepada Muhammad Saw agar ia mampu menjalankan
fungsinya sebagai khalifah dan berhasil mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat;
(2) Azyumardi Azra memandang modernisasi pendidikan Islam sebagai reorientasi
pemikiran pendidikan Islam dan restrukturisasi sistem dan kelembagaan sesuai dengan
kerangka modernitas yang sejalan dengan nilai-nilai Islam; (3) Azyumardi Azra
memandang modernisasi komponen pendidikan Islam berkaitan dengan tujuan,
kurikulum dan lembaga. Modernisasi tujuan adalah mengubah paradigma pendidikan
yang hanya mengarah pada hal-hal akhirat semata, untuk kemudian juga
mementingkan kehidupan dunia. Modernisasi kurikulum dilakukan dengan
mengembangkan Islamic studies dalam menyelesaikan permasalahan umat Islam,
mengembangkan ilmu-ilmu humaniora dengan ciri khas Islam serta memasukkan iptek
dalam struktur kurikulum pendidikan Islam. Modernisasi lembaga dilakukan dengan
memperbaiki sarana dan prasarana lembaga pendidikan Islam dengan memadukan
manajemen modern dan kultur masyarakat sekitar.
Dosen PAI Universitas Medan Area
1 |Modernisasi Pendidikan Islam…
Volume III, No. 1, Februari 2017
A. PENDAHULUAN
Salah satu kajian yang hangat tentang modernisasi dalam dunia
Islam adalah modernisasi pendidikan. Modernisasi pada dasarnya
adalah proses multi dimensional yang kompleks. Pada satu segi
pendidikan dipandang sebagai suatu variabel modernisasi. Dalam
konteks ini, pendidikan dianggap merupakan prasyarat dan kondisi
yang mutlak bagi masyarakat untuk menjalankan program dan
mencapai tujuan-tujuan modernisasi. Karena itu, banyak ahli
pendidikan berpandangan bahwa “pendidikan merupakan kunci untuk
membuka pintu ke arah modernisasi.
Pada segi lain, pendidikan sering dianggap sebagai objek
modernisasi. Dalam konteks ini, pendidikan di negera-negara yang
tengah menjalankan program modernisasi pada umumnya dipandang
masih terbelakang dalam berbagai hal, dan karena itu sulit diharapkan
bisa memenuhi dan mendukung program modernisasi. Berdasarkan
hal tersebut, pendidikan harus diperbaharui dan dimodernisasi,
sehingga dapat memenuhi harapan dan fungsi yang dipikulkan
kepadanya (Azra, 1999).
Harun Nasution melihat bahwa modernisasi pendidikan adalah
sebuah upaya untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan.
Menurutnya, dikotomi ilmu pengetahuan jauh lebih besar efeknya
negatifnya daripada sekularisasi. Dalam hal ini ia mengatakan:
Zaman Yunani Kuno, para saintis dan filosofnya
mengembangkan pemikiran rasional tanpa terikat dengan agama
apapun, sehingga timbul sains dan filsafat yang sekulistik bahkan
ateistik. Kemudian, di zaman klasik Islam (650-1250 M),
dilakukan upaya islamisasi terhadap tradisi Yunani tersebut,
sekaligus perumusan pendidikan yang integralistik antara
pengetahuan umum dan agama oleh para tokoh Muslim. Pasca
Renaisance, pendidikan umum berkembang di Eropa menjadi
sekuler dan ateis kembali seperti yang terjadi pada zaman Yunani
Kuno. Sementara di kalangan Islam sejak pertengahan Islam
(1250-1800 M), mengalami dikotomi ilmu dan pendidikan yang
dualistik. Barat masih terjadi sekularisme, dunia Islam belum
mampu mengatasi dikotomi ilmu dan pendidikan, padahal
2 |Muhammad Irsan Barus
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
B. Tinjauan Pustaka
Adapun kajian tentang pemikiran Azyumardi Azra tentang
pendidikan Islam sangat banyak sekali.
1. Pembaharuan Sistem Pendidikan IAIN Menurut Azyumardi Azra
Dalam buku “Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju
Milenium Baru. Penelitian dilakukan oleh Muhammad Yusuf
mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Fokus
pembahasannya adalah menyoroti pemikiran Azyumardi Azra
tentang pembaharuan IAIN sebagai lembaga pendidikan Islam.
2. Pemikiran Azyumardi Azra Tentang Demokratisasi Pendidikan
Islam. Penelitian tersebut ditulis oleh Istanto (2009) mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan
(library research) dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan
dari tulisan-tulisan Azyumardi Azra dan sumber-sumber lainnya yang
relevan dengan pembahasan sebagai data sekunder, baik itu berupa
buku, majalah, artikel, makalah, hasil-hasil penelitian ataupun buletin
yang berkaitan dengan penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan analisis isi teks. Analisis isi teks
dapat didefinisikan sebagai teknik mengumpulkan dan menganalisis
isi suatu teks. Isi dalam hal ini dapat berupa kata, arti (makna),
gambar, simbol, ide, tema, atau beberapa pesan yang dapat
dikomunikasikan (Martono, 2010). Weber dalam Lexy J. Moleong
mendefinisikan konten analisis isi adalah metodologi penelitian yang
memanfaatkan prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari
sebuah buku atau dokumen (Moleong, 2010). Jadi, analisis teks
dalam penelitian ini mengandung makna bahwa untuk menemukan
pemikiran Azyumardi Azra tentang modernisasi pendidikan Islam,
maka kajian difokuskan pada teks-teks yang berkaitan dengan
pendidikan Islam yang mengandung pemikiran Azyumardi Azra.
Sumber data penelitian primer adalah buku yang berkaitan
ditulis oleh Azyumardi Azra seperti (1) Pendidikan Islam; Tradisi dan
6 |Muhammad Irsan Barus
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
D. Hasil Penelitian
1. Pendidikan Islam Menurut Azyumardi Azra
Azyumardi Azra mengatakan bahwa kalau proses pendidikan
dilaksanakan hanya dianggap sebagai bentuk dari pengajaran, maka
pengajaran akan menjadi suatu komoditi belaka dengan berbagai
implikasinya terhadap kehidupan sosial masyarakat. Menurutnya,
perbedaan pendidikan dengan pengajaran terletak pada penekanan
pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak
didik, di samping transfer ilmu dan keahlian. Dengan proses
semacam ini, suatu bangsa akan dapat mewariskan nilai-nilai
keagamaan, kebudayaan, pemikiran, dan keahlian generasi mudanya,
sehingga mereka betul-betul siap menyongsong kehidupan (Azra,
1999).
Azra melihat bahwa pengertian pendidikan Islam harus
memadukan antara istilah al-tarbiyah, al-ta’lim dan al-ta’dib.
Pernyataan ini terlihat dari statemennya:
Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam
konteks Islam inheren dalam konotasi istilah “tarbiyah”, “ta’lim”
dan “ta’dib” yang harus dipahami secara bersama-sama. Ketiga
istilah itu mengandung makna yang amat dalam menyangkut
manusia dan masyarakat serta lingkungan dalam hubungannya
dengan Tuhan saling berkaitan antara satu sama lain. Istilah-
istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan
Islam; “informal”, “formal” dan “nonformal” (Azra, 1999).
Oleh karena itu, Azyumardi Azra sama pada sebuah
kesimpulan bahwa pendidikan Islam adalah suatu proses
pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang
diwahyukan Allah kepada Muhammad. Melalui proses pendidikan
seperti itu individu dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi
supaya ia mampu menunaikan fungsinya sebagai khalifah di muka
bumi dan berhasil mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat
(Azra, 1999)
Pembeda paling kontraks antara pendidikan Islam dengan
pendidikan lainnya adalah pendidikan Islam tidak hanya
mementingkan pembentukan pribadi untuk kebahagiaan dunia,
tetapi justru membentuk pribadi yang bernafaskan ajaran-ajaran
Islam, sehingga pribadi-pribadi yang terbentuk itu tidak terlepas
dari nilai-nilai agama (Azra, 1999).
Daftar Kepustakaan
Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi
Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
---------------------. 2007. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII & XVIII; Akar Pembaharuan Islam
Indonesia. Cet. III. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
---------------------. 1999. Konteks Berteologi di Indonesia; Pengalaman
Islam. Jakarta: Paramadina.
---------------------. 2006. Renaisans Islam Asia Tenggara; Sejarah
Wacana & Kekuasaan. Cet. III. Bandung Rosdakarya.
---------------------. 1999. Esai-Esei Intelektual Muslim & Pendidikan
Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
19 |Modernisasi Pendidikan Islam…
Volume III, No. 1, Februari 2017
Abtrak
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat
penting untuk membentuk generasi yang siap mengganti tongkat
estafet generasi tua dalam rangka membangun masa depan. Oleh
karena itu, pendidikan berperan mensosialisasikan kemampuan
baru kepada mereka agar mampu mengantisipasi tuntutan
masyarakat yang dinamis.1
Pendidikan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan
kata education. Menurut Frederick J. MC. Donald adalah :
“Education in the sense used here, is a process or an activity
which is directed at producing desirable changes in the behavior
of human being”,2 (pendidikan adalah proses yang berlangsung
untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan dalam tingkah
laku manusia).
Menurut H. M Arifin, pendidikan adalah usaha orang
dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan
3
HM. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama,(Jakarta: Bulan Bintang,
1976), h.12
4
Ibid., h. 21
5
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya
media, 1992), h.14
6
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 17-18
7
Asnawir dan Usman, Media Pengajaran, (Padang: IAIN “IB” Perss, 1999), h. 21
8
Syafi‟i Maarif, Pendidikan di Indonesia Antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1991), h. 43
22 |Istajib Jazuli
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
12
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002,) h.152
13
Lathiful Khuluq, Kebangkitan Ulama, Biografi K.H.Hasyim Asy‟ari,
(Yogyakarta: LKIS, 2000), h.14
24 |Istajib Jazuli
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
16
Ibid., h. 80 – 95
26 |Istajib Jazuli
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
23
Nana Syodih Sukmadinata, op. Cit., h. 63
24
Arif Furchan dan Agus Maimun, op. Cit., h. 47
29 |Pemikiran K.H. Hasyim Asy‟ari...
Volume III, No.1, Februari 2017
Tahap eksplorasi merupakan tahap pengumpulan data yang
dilakukan secara terarah dan terfokus. Berhubung tokoh yang
menjadi objek penelitian ini merupakan tokoh yang banyak
berperan di berbagai bidang, maka pada tahap ini penulis
mengumpulkan data fakus pada kajian penelitian ini, yaitu yang
berkenaan dengan pendidikan Islam.
Pada tahap terakhir, yaitu tahap terfokus yang berpaya
memahami secara mendalam hasil pemikiran, keberhasilan, dan
keunikan tokoh yang menjadi objek dalam penelitian ini.
Adapun metode yang penulis gunakan dalam
mengumpulkan data pada penulisan ini adalah metode
dokumentasi. Penggunaan metode ini dirasa tepat mengingat sang
tokoh yang menjadi objek penelitian ini telah wafat dan hanya
meninggalkan karya – karya selama hidupnya.
4. Teknik Analisis Data
Menurut Basrowi dan Suwandi, pengumpulan data dalam
sebuah penelitian kualitatif merupakan jantung, dan analisis data
merupakan jiwanya. Oleh karena itu, analisis data merupakan
bagian yang amat penting dalam sebuah penelitian, sebab dengan
analisis data, data yang diperoleh dapat berguna dan dapat
memecahkan masalah.25
Data yang dikehendaki dalam penelitian ini adalah data
kualitatif, oleh karena itu dalam menganalisis data tersebut
menggunakan metode content analysis atau dinamakan analisis
data, yaitu teknik yang dipergunakan untuk menarik kesimpulan
melalui usaha menemukan karakteristik pesan, dan dikalikan
secara objektif dan sistematis.26 Metode ini dikenal juga dengan
istilah literature study yang sering digunakan dalam penlitian
kepustakaan.27
Setelah itu, perlu dilakukan telaah lebih lanjut guna
mengkaji secara sistematis dan objektif. Untuk mendukung hal
itu, maka peneliti mengunakan dua metode:
a. Metode Deskriptif
25
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta,
2008), h. 192
26
Muhajir, Metodologi pendekatan Kualitatif, ( Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996),
h. 49
27
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Granit, 2004), h.
61
30 |Istajib Jazuli
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
C. Hasil Penelitian
1. Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari tentang Pengertian
Pendidikan Islam
Dalam kitab adab al-„alim wa al-Muta‟allim, K.H.
Hasyim Asy‟ari tidak menjelaskan secara ekspilit (jelas), Yang
ada hanyalah sebuah definisinya secara implicit yang berkenaan
dengan pendidikan. Menurut K.H. Hasyim Asy‟ari sebagaimana
yang ia jelaskan dalam kitabnya bahwa pendidikan adalah
sebagai berikut:
وجل والعمل بو
ّ عز ّ ان حيسن النية ىف طلب العلم أبن يقصد وجو هللا
وال،وإحياء الشرعية وتنوير قلبو وحتلية ابطنو والتقرب من هللا تعاىل
يقصد بو األغرض الدنيوية من حتصيل الرايسة واجلاره واملال ومباىاة
األقران وتعظيم الناس لو وننحو ذلك
Artinya:
Dalam menuntut ilmu hendaknya memperbaiki niat yaitu
semata-mata mengharap ridha Allah SWT dan mengamalkanya
setelah ilmu itu dipendidiki, mengembangkan syari‟at Islam,
28
Hasyim Asy‟ari, Adab al-„Alim wa al-Muta‟allim, (Jombang: Maktabah Turats al-
Islami, 1413 H), h. 25
32 |Istajib Jazuli
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
29
K.H. Hasyim Asy‟ari, op. Cit., h. 25
30
Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi, Al-Asyba‟ wa An Nazhair, (Indonesia:
Syirkah Nur Asia, tt), h. 17
31
Ibid., h. 22
32
Imama Barnadib, Filsafat Pendidikan Suatu Tinjauan, (Yogyakarta: Ando
Offset, 1986), h. 11
33 |Pemikiran K.H. Hasyim Asy‟ari...
Volume III, No.1, Februari 2017
Islam bukan hanya semata-mata menjadi alat penyebrangan
untuk mendapatkan meteri yang berlimpah.33
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa substansi
dalam pendidikan menurut K.H. Hasyim Asy‟ari bukan terletak
pada unsur fisiknya, akan tetapi pada hatinya. Sebagai
pandangan pendidikan yang didasarkan atas hati, pemikiran
K.H. Hasyim Asy‟ari kadang dirasa sulit untuk dipahami,
terutama apabila dikontekskan dalam usaha verifikasi dan
pembuktian ilmiah. Sebab usaha verifikasi dan pembuktian
ilmiah membutuhkan kerangka empiris.
Pemikiran K.H. Hasyim Asy‟ari yang bersifat humanis
dan religius ini, dapat menjadi bahan acuan yang sangat penting
dalam mengembangkan pendidikan yang respec terhadap nilai-
nilai kemanusiaan dan religius. Berbeda dengan konsep
pendidikan di Barat yang hanya menekankan pada aspek
humanis saja dan melupakan aspek religius. Sehingga
pendidikan tersebut hanya bersumber pada ilmu pengetahuan
atau transfer of knowledge saja.
33
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002,) h. 155.
34 |Istajib Jazuli
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
Artinya:
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Qs. Al-Baqarah [2]: 2)
38
Ibid., h. 25
38 |Istajib Jazuli
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
petunjuk-Nya,
c. Menerima apa adanya pemberian Allah (qana‟ah) dan
sabar dengan segala kondisi dirinya.
Akhlak kepada sesama manusia, khususnya akhlak
pendidik terhadap siswa. Dimana pendidik dipandang sebagai
pribadi yang sangat dihormati, dan menjadi publik figur bagi
keteladanan peserta didiknya baik di kala ia masih hidup maupun
ketika ia sudah meninggal. Selain itu akhlak peserta didik
terhadap teman senasib seperjuangannya juga perlu mendapat
perhatian. Karena dari sini akan tercipta sebuah pemahaman
bahwa peserta didik mempunyai akhlak yang baik kepada teman
sesamanya, sikap saling menghormati dan menghargai satu sama
lain.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam
merupakan proses membimbing dan membina fitrah manusia
menjadi pribadi yang shaleh. Dengan begitu diharapkan anak
didik mampu memadukan fungsi iman, ilmu dan amal secara
integral bagi terbinanya kehidupan yang harmonis, baik dunia
maupun akhirat.
Ini berarti bahwa pendidikan Islam tidak hanya berorientasi
pada satu sisi kehidupan saja, melainkan dua sisi kehidupan yang
sama-sama punya peranan penting, yaitu dunia-akhirat. Menurut
ajaran Islam keduanya harus dituntut bersama-sama, karena
hidup akhirat merupakan kelanjutan dari kehidupan dunia.
4. Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari tentang Materi Pendidikan
Islam
Materi adalah salah satu komponen penting yang harus
disesuaikan dalam pendidikan Islam, karena akan menyebabkan
kesalahan yang sangat besar apabila sebuah materi pembelajaran
tidak disusun sedemikaian rupa, maka hakikat dari pada
penggunaan dan penyesuaian materi adalah agar pendidik
mampu terarah dengan baik, tidak hanya sekedar belajar tanpa
meteri yang dipersiapakan dengan matang dan disesuaikan
dengan usia perkembangan pendidik.
K.H. Hasyim Asy‟ari memberikan kriteria bagi pendidik
tentang materi yang harus dipelajari sebagaimana yang ia
jelaskan dalam kitabnya.
39
Hasyim Asy‟ai, op. Cit, 43-44
40 |Istajib Jazuli
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
40
KH. Hasyim Asy‟ari, op. Cit., h. 51
41 |Pemikiran K.H. Hasyim Asy‟ari...
Volume III, No.1, Februari 2017
S or o gan di l a ku ka n s an t ri d en ga menghadap pendidik
atau kiyai. Santri satu demi satu membaca kitab yang akan
dipelajari. Metode ini merupakan metode individual yang
sangat intensif. Buku yang dipelajari berupa kitab
kuning. Dengan metode ini kiyai mengajari santri
struktur kalimat dalam bahasa Arab, mengajarkan tiap
kalimat dengan teliti.
Metode sorogan ini merupakan metode yang digunakan
oleh K.H. Hasyim Asy`ari dalam belajar. Artinya bahwa sistem
pendidikan Islam yang diperhatikan oleh K.H. Hasyim Asy`ari
adalah sistem pendidikan tradisional seperti yang ada di
pesantren. Kecenderungan ini terjadi karena latar belakang
pendidikan K.H. Hasyim Asy`ari adalah pendidikan pesantren.
Sistem ini memungkinkan seorang pendidik mengawasi
dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang peserta
didik dalam menguasai pelajarannya. Pelaksanaan pengajaran
dengan menggunakan metode sorogan akan tersusun
kurikulum individual yang sangat fleksibel dan sesuai dengan
kebutuhan pribadi seorang santri sendiri.
Selain metode sorongan di atas, K.H. Hasyim Asy‟ari juga
mempraktikan metode tauladan untuk memberikan contoh
akhlak yang baik kepada para siswanya. Hal tersebut dapat
dilihat dari uraiannya:
ايضا مايعامل بو بعضهم بعضا من افشاء السالمً ان يتعاىد الشيخ
وحسن التخاطب ىف الكالم والتحابب والتعاون على الرب والتقوى
وعلى ماىم بصده
Artinya:
Membiasakan diri sekaligus memberikan contoh kepada
siswa tentang cara bergaul yang baik, seperti mengucapkan
salam, berbicara dengan baik dan sopan, saling mencintai
terhadap sesame, tolong menolong dalam kebaikan dan
ketakwaan, dan lain sebagainya.41
41
Ibid., h. 91
42 |Istajib Jazuli
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
44 |Istajib Jazuli
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
44
Ibid., h. 88
45
Hasyim Asy‟ari, op., Cit., h. 62
46
Ibid., h. 25
47
Hasyim Asy‟ari, op. Cit., h. 60
45 |Pemikiran K.H. Hasyim Asy‟ari...
Volume III, No.1, Februari 2017
Peserta didik dituntut untuk bersikap jujur, objektif dan kontinyu
agar diperoleh hasil belajar yang memadai.
Evaluasi dapat dikembangkan lebih jauh, tidak hanya
terbatas pada pengusaan materi, tapi sampai sejauh mana pelajar
dapat mengembangkan daya kreatifitasnya denga
mengembangkan nilai-nilai pendidikan Islam, iman dan ihsan
yang layak dan seharunya dilakukan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Malik bin Amir. 1412 H. Muwata‟ Imam Malik. ttp: Yayasan Risalah
Mardalis. 1995. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:
Bumi Aksara
Muhaimin. 1991. Konsep Pendidikan Islam. Solo: Ramadhan
Muhajir. 1996. Metodologi pendekatan Kualitatif. Yogyakarta: Rake
Sarasin
Nazir, Mohohammad. 1985. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Steenbrink, Karel A. 1986. Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan
Islam dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ES
Sukmadinata, Nana Syodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosda Karya
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press
Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia
Zuhairini dkk. 1991. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara
48 |Istajib Jazuli
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
Abtrak
Dalam hal ini guru dituntut untuk lebih profesional, inovatif dan
proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
Prinsip-prinsip profesional tersebut menunjukkan bahwa guru
sebagai jabatan profesional hanya bisa dimasuki atau dilaksanakan
dengan baik oleh orang yang memiliki kualifikasi dan kompetensi
tertentu. Dari sisi yang lain bagi siapapun, termasuk para guru itu
sendiri, apabila ingin menjadi guru yang profesional dituntut untuk
meningkatkan kualifikasi (misalnya jenjang pendidikan formalnya)
dan kompetensinya agar bisa melaksanakan tugasnya dengan baik.
Adapun indikator dari profesionalitas guru adalah1:
1. Guru menguasai bahan ajar
2. Guru mempunyai kreativitas dalam pembelajaran
3. Guru mampu menggunakan media dan sumber belajar
4. Guru melaksanakan evaluasi pembelajaran
5. Guru mampu melakukan penelitian kelas
6. Guru mampu melaksanakan pembelajaran yang efektif.
Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat
besar terhadap keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, dari
tangan guru peserta didik akan dibentuk sesuai dengan potensi yang
ada pada dirinya. Minat bakat kemampuan dan potensi-potensi yang
dimiliki oleh peserta didik digali dan dikembangkan oleh guru, tanpa
bantuan guru, minat bakat, kemampuan dan potensi peserta didik
tidak akan berkembang secara optimal.
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang
berkesinambungan yang tujuan utamanya adalah agar siswa dapat
menyerap materi pelajaran. Banyak faktor yang menunjang
keberhasilan proses pembelajaran diantaranya adalah guru, motivasi
siswa, sarana dan prasarana yang memadai, dan metode yang sesuai.
Salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran adalah
dikuasainya materi pembelajaran oleh siswa sebagai subjek belajar.
Dari kutipan di atas mengandung makna bahwa gurulah yang
mengatur mengawasi dan mengelola kelas agar tercapainya proses
belajar mengajar yang berarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Hal
ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Syarifudin Nurdin bahwa
guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar,
memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran
1
Abu Ahmadi, Ahmad Rohani AM, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1996), h. 158.
50 |Salman
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
Artinya: dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan
Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka.5
4
Undang-Undang Sikdisnas, ( Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 5-6
5
Al-Qur’an dan Terjemahan, op. cit., h. 37
54 |Salman
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
C. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Darussalam
Kenagarian Aur Kuning Kecamatan Pasaman Kab. Pasaman Barat,
yang sebelah Baratnya adalah Padang Tujuh, sedangkan sebelah
Timurnya adalah Kenagarian Kajai.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research),
yaitu penelitian yang dilakukan dalam kehidupan yang sebenarnya,
untuk menemukan secara spesifik dan realita tentang apa yang terjadi
di tengah-tengah masyarakat pada saat itu.6
Artinya penelitian ini hanya menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dari objek yang diteliti, sehingga dapat diketahui
bagaimana efektfitas belajar siswa dalam mata pelajaran umum,
yakni Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, IPS di
Pondok Pesantren Darussalam Kabupaten Pasaman Bara serta usaha
guru secara umum
Sumber data adalah subyek tempat memperoleh data.7
Sumber data dalam penelitian ini adalah, guru-guru, kepala pesantren,
santri.dapat diklasifikasikan kepada dua bagian, yaitu sumber data
primer dan sumber data
Dalam penelitian ini dimaksudkan teknik pengumpulan data
yang peneliti gunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi.
D. Hasil Penelitian
1. Usaha guru dalam meningkatkan efektifitas belajar santri
melalui penguasaan materi pembelajaran di Pondok
Pesantren Darussalam Pasaman Barat
Usaha guru dalam meningkatkan efektfitas belajar santri
melalui penguasaan materi pembelajaran di Pondok Pesantren
Darussalam Pasaman Barat.
Berdasarkan penelitian di tas tampaknya guru bidang studi
umum yang penulis konfirmasi ini sudah menguasai dengan baik
materi-materi bidang studi yang diajarkannya. Hal tersebut
setidaknya dipahami dari beberapa indikasi seperti para siswa
dapat memahami materi-materi yang diajarkan, yang berkenaan
dengan materi yang diajarkan oleh guru tersebut. Kamudian guru
tersebut juga tidak menemui kendala-kendala yang berarti dalam
6
Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 28
7
Suharsimi Arikunto, prosedur Penelitian suatu Pendekatan praktik, (Jakarta
Rineka Cipta, 2001), h. 102
55 |Usaha Guru dalam Meningkatkan…
Volume III, No. 1, Februari 2017
56 |Salman
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
E. KESIMPULAN
Usaha guru dalam meningkatkan efektfitas belajar santri
melalui penguasaan materi pembelajaran di Pondok Pesantren
Darussalam Pasaman Barat.Upaya yang dilakukan guru bidang studi
umum untuk meningkatkan efektfitas siswa dalam belajar melalui
penguasaan materi di pondok pesantren Darusssalam Kabupaten
Pasaman Barat ini sudah bisa dikatakan baik.
Hambatan-hambatan efektfitas yang ditemui oleh guru dalam
meningkatkan motivasi belajar santri di Pondok Pesantren
Darussalam Pasaman Barat adalah Kesadaran dan pemahaman
siswa, Fasilitas belajar, ketersediaan waktu atau jam belajar.
9
Fitri Yanti, Siswa Pada Pesantren Darusssalam Pasaman Barat, wawancara,
Pasaman Barat, 29 November 2011
58 |Salman
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
Daftar Kepustaka
Abu Ahmadi, Ahmad Rohani AM, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta:
Rineka Cipta, 1996.
Abu Bakar, Muhammad, Hadits Tarbiyah, Surabaya: al-Ikhlas, 1995.
Abu Ja’far al-Azdi al-Hijri, dikenal dengan al-Thahawiy, Musykil al-
Atsar `li al-Thohawiy, Beirut: Muassasah al-Risalah: 1415 H.
Al-Atthar, Sharqiy Muhammad Jamîl (Pentahqiq), Sunan Al-Turmudziy
wa Huwa al-Jami’ al-Mukhtshar min al-Sunan ‘an Rosulillah
SAW wa Ma’rifatuhu al-Sahih wa al-Ma’lul wa mâ ‘alaihi al-
‘amal, Beirut: Dâr al-Fikr, 1994.
Alex Sobur, Psikologi Umum (Dalam Lintasan Sejarah), Bandung:
Pustaka Setia, 2003.
Al-Maraghi, Ahmade Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi,
Semarang: CV Thoha Putra, 1998.
Arifin, H.M, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991
Dalyono, M , Psikologi Pendidika, Jakarta Rineka Cipta, 2001.
Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahan, Semarang: CV.
Thoha Putra, 1989.
Dewa Ketut, Sukardi, Bimbingan Dan Penyuluhan Belajar Di Sekolah,
Surabaya: Usaha Nasional, 1983
Dhofier, Zamaksyari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan
Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES, 1982
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Pendidikan Remaja, Jakarta: Rineka
Cipta, 2002.
Hamalik, Oemar, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta Bumi Aksara,
1995.
……………….., Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Al-Gesindo,
2000.
.........................., Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2001
Hasan Shadility, Jhon M. Echlos, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1997.
Ibnu Jauzi, al-‘ilal al Mutanahiyah, Beirut: Pustaka hindiyyah, tt
60 |Salman
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa kompetensi paedagogik dan
kompetensi profesional guru-guru agama di SMP N 27 Padang masih rendah.
Baik dalam hal penguasaan materi dan metodologi pembelajaran.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan
menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan deskriptif, yaitu penelitian
yang menggambarkan suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi di lapangan
yang menjadi objek penelitian sebagaimana adanya tanpa bermaksud
mengkomparasikan atau membandingkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi paedagogik guru PAI
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 27 Padang melalui
perencanaan pembelajaran telah sesuai dengan permendiknas No.41 tahun 2007
dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan
permendiknas No.41 tahun 2007. Proses pembelajaran mengarah kepada
pembelajaran aktif. Dan evaluasi pembelajaran dilakukan dengan memberikan
tugas dan memberikan bimbingan untuk meningkatkan prestasi siswa.
PENDAHULUAN
Pendidikan Islam merupakan proses untuk meningkatkan harkat
dan martabat manusia, karena dengan pendidikan Islam umat manusia
dapat berkembang sesuai dengan ajaran Islam dan mempersiapkan diri
untuk kehidupan akhirat nantinya. Selain itu, apabila seseorang
mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, maka derajatnya
akan ditinggikan oleh Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah
dalam surat al- Mujaadilah ayat 11 yang berbunyi:
اَّللُ لا ُك ْم ِ ِين ءا اامنُوا إِذاا قِيل لا ُك ْم تا اف َّس ُحوا ِِف الْ ام اجال
َّ س فاافْ اس ُحوا يا ْف اس ِح ا
ِ ََّيأايُّها ال
ذ ا ا
ا
اتٍ اَّلل الَّ ِذين ءامنُوا ِمْن ُكم والَّ ِذين أُوتُوا الْعِْلم درج ِ ِ
ا اا ا ْا ا يل انْ ُش ُزوا فاانْ ُش ُزوا يا ْرفا ِع َُّ ا ا ا اوإ اذا ق ا
. اَّللُ ِ اا تا ْع املُو او ا ِ ٌري
َّ او
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah
) Dosen tetap Prodi PAI STAI – YAPTIP Pasaman Barat
61 |Kompetensi Paedagogik Guru…
Volume III, No. 1, Februari 2017
3
Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam,
diterjemahkan Oleh Hery Noer Ali, (Bandung: Diponegoro, 1989), h. 204
4
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1988), h. 40
63 |Kompetensi Paedagogik Guru…
Volume III, No. 1, Februari 2017
5
Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001)
12-13
6
Ad. Rooijakkers, Mengajar dengan Sukses, (Jakarta: Gramedia, 1994),Cet. Ke-
6, h. 87
64 |Yulda Dina Septiana
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
dalam hal ini adalah perwujudan kinerja tugas dan tanggung jawab guru
dalam mengajar di kelas. Hal ini disebabkan guru merupakan pendidik
utama dalam proses pembelajaran yang mempunyai multi dimensi, di
antaranya:
1. Guru sebagai pengajar, yaitu fungsi yang lebih menekankan tugas
dalam merencanakan melaksanakan pengajaran. Dalam hal ini guru
dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan
teknik mengajar di samping menguasai bahan yang akan
diajarkannya.
2. Guru sebagai pembimbing, yaitu memberikan bantuan kepada anak
didik dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini
menyangkut pengembangan kepribadian peserta didik.
3. Guru sebagai administrator, merupakan jalinan antara ketatalaksanaan
bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya. Namun
ketatalaksanaan bidang pengajaran lebih menonjol dan lebih
diutamakan bagi profesi guru.10
Terwujud atau tidaknya berbagai fungsi guru sebagaimana
dikemukakan di atas adalah untuk menentukan prestasi belajar siswa di
sekolah tersebut. Untuk itu, guru dituntut berbagai kemampuan untuk
mewujudkan mutu pendidikan yang diharapkan, di antaranya:
1. Kemampuan dibidang kognitif, yaitu kemampuan intelektual yang
harus dimiliki guru meliputi;
a. Penguasaan bahan pelajaran
b. Pengetahuan mengenai cara mengajar
c. Pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu
d. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling
e. Pengetahuan tentang administrasi kelas
f. Pengetahuan cara menilai hasil belajar peserta didik
g. Pengetahuan tentang kemasyarakatan.
2. Kemampuan dalam sikap, yaitu kesiapan dan kesediaan guru terhadap
berbagai hal yang berkenaan dengan tugas profesinya, meliputi;
a. Sikap menghargai pekerjaannya
b. Sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya
c. Memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil
pekerjaannya.
3. Kemampuan di bidang keterampilan, yaitu kemampuan guru dalam
berbagai keterampilan dan berperilaku meliputi;
10
Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar guru dalam proses
belajar mengajar, (Bandung: Rosdakarya, 1992), h. 23
67 |Kompetensi Paedagogik Guru…
Volume III, No. 1, Februari 2017
11
Uzer Usman dan Lili Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. Ke-4, h. 32
12
Undang-undang Guru dan Dosen N0.14 Tahun 2005, h. 6
13
Departemen Agama RI, Lingkup Uji Sertifikasi Guru, (Jakarta: Tim Pokja
Depag, 2006), h. 3-5
68 |Yulda Dina Septiana
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
METODE
14
Husni Rahim, Prosedur Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 2001), Cet. Ke-2, H.73
69 |Kompetensi Paedagogik Guru…
Volume III, No. 1, Februari 2017
15
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2002), h. 3
16
Farouk Muhammad dan Djali, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PTIK
Press dan Restu Agung, 2005), h. 97-98
70 |Yulda Dina Septiana
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
17
Raini, Guru PAI SMP Negeri 27 Padang, Wawancara, Sabtu 20 Juni 2013
18
Siti Aisyah, Guru PAI SMP Negeri 27 Padang, Wawancara, Sabtu 20 Juni
2013
19
Yusna, Guru PAI SMP Negeri 27 Padang, Wawancara, Sabtu 20 Juni 2013
73 |Kompetensi Paedagogik Guru…
Volume III, No. 1, Februari 2017
3. Keadaan siswa
Siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input
yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan. Boleh
dikatakan hampir semua kegiatan di sekolah pada akhirnya
ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan potensi
dirinya. Upaya itu akan optimal jika siswa sendiri secara aktif
berupaya mengembangkan dirinya, sesuai dengan program-
program yang dilakukan oleh sekolah. Oleh karena itu, sangat
penting untuk menciptakan kondisi agar siswa/peserta didik dapat
mengembangkan diri secara optimal.20Dalam prespektif
pendidikan Islam, peserta didik merupakan subyek dan objek.
Peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki
sejumlah potensi (kemampuan dasar) dan masih perlu
dikembangkan.
4. Sarana prasana
Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan
dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga
menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun
murid-muridnya untuk berada di sekolah. Di samping itu juga
diharapkan tersedianya alat-alat fasilitas belajar yang memadai
secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta
dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses
pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar
maupun murid-murid sebagai pelajar.
Kesimpulan
1. Kompetensi paedagogik guru PAI dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa di SMP Negeri 27 Padang melalui perencanaan
pembelajaran di antaranya:guru-guru sudah dianjurkan untuk
membuat silabus berdasarkan permendiknas No.41 tahun 2007 dan
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan
permendiknas No.41 tahun 2007.
2. Kompetensi paedagogik guru PAI dalam meningkatkan prestasi
belajar Siswa di SMP Negeri 27 Padang melalui pelaksanaan
pembelajaran adalah untuk melihat kehadiran siswa, keaktifan siswa
dalam belajar serta kerajinan siswa dalam belajar di sekolah supaya
bisa meningkakan prestasi belajar belajarnya di sekolah. Proses
pembentukkan manusia yang cerdas, kreatif, mandiri dalam
20
Hasbullah, Otonomi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
h. 121
74 |Yulda Dina Septiana
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
DAFTAR RUJUKAN
Arifin HM, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara,1991
Daradjat, Zakiah, Dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 2004
Departemen Agama RI, Lingkup Uji Sertifikasi Guru, Jakarta: Tim
Pokja Depag, 2006
Djali, Muhammad, Farouk, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PTIK
Press dan Restu Agung, 2005
Hasbullah, Otonomi Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2006
Ibrahim, Bafadal, Perencanaan Pendidikan, Jakarta:Bulan Bintang,2002
Ihsan, Fuad, Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2001
Katsir, Ibnu, Tafsir Ibnu Katsir, diterjemahkan oleh Salim Bahreisy dan
Said Bahreisy, Bandung: al- Ma’rif, 1991
Langgulung, Hasan, hakikat pendidikan dan pemberdayaan Tenaga
Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1999
Maleong, J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2002
An-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan
Islam, diterjemahkan Oleh Hery Noer Ali, Bandung: Diponegoro,
1989
A. Pendahuluan
Upaya percepatan mutu pendidikan merupakan prioritas
utama yang sedang diupayakan oleh pemerintah melalui
departemen yang mengelola pendidikan, yaitu Departemen
Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama sebagai bagian
penting dalam dunia pendidikan Indonesia, menerjemahkan
peningkatan mutu kepada peningkatan kualitas tenaga
kependidikan terutama dari segi kompetensi yang harus
dimilikinya.
Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke
and Stone mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai
“descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to
be entirely meanigful” (kompetensi guru merupakan gambaran
kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti).
Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa :
“kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau
dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.”1
Dosen Tetap Prodi MPI STAI – YAPTIP Pasaman Barat
1
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2009), h.25
77 |Kompetensi Guru…
Volume III, No.1, Februari 2017
6
Kepala Sekolah MTsN Koto Baru Solok, Wawancara, tanggal 2-4 Maret
2015
7
Guru PAI MTsN Koto Baru Solok yang sudah Mengikuti Sertifikasi Guru,
Wawancara, tanggal 2-4 Maret 2015
80 |Yusra Nedi
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
8
Ine.I Amirman Yousda, Penelitian dan Statistik Pendidikan, (Bandung: Bumi
Aksara, 1992), h. 21
9
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif, (Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2010), h.175
81 |Kompetensi Guru…
Volume III, No.1, Februari 2017
10
Ibid., h. 145
82 |Yusra Nedi
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
11
Sugiyono, Op.cit., h. 329
12
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional guru dan Tenaga Kependidikan,
(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 23
13
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h.129
83 |Kompetensi Guru…
Volume III, No.1, Februari 2017
2. Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pasal 61 menyatakan bahwa sertifikat dapat
berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi. Dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses
pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen.16 Serta
ditopang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496).
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik
kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu memiliki
15
Abuddin Nata, Op.cit., h.167-168
16
E. Mulyasa, Op.cit.,, h. 33
85 |Kompetensi Guru…
Volume III, No.1, Februari 2017
D. Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta:
Rineka Cipta, 2005
Departemen agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung
:PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 19960
90 |Yusra Nedi
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
91 |Kompetensi Guru…
Volume III, No.1, Februari 2017
92 |Yusra Nedi
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
Abstrak
Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian atas
pengadaan tenaga kerja dosen, pengembangan, kompensasi, integrasi,
pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan
manajemen ideal dapat menyebabkan kinerja dosen yang rendah. Kinerja
dosen yang rendah seperti tidak membuat SAP (Satuan Acara Perkuliahan),
tidak optimal mengajar mahasiswa karena mutu SDM yang rendah, tugas
pokok dosen yang tidak jelas, kompensasi yang tidak bijak sistem komunikasi
internal yang minim dan tidak terbuka cenderung membuat dosen merasa
tidak diperdulikan dan bekerja di instansi lain. Mengantisipasi ini perlu
manajemen sumber daya manusia dalam meningkatkan kinerja dosen.
Perekrutan dan penempatan tenaga dosen secara ideal, adanya pelatihan
dan pengawasan terhadap peningkatan kinerja dosen secara berkala,
pemberian kompensasi yang bijak merupakan solusi dalam meningkatkan
kinerja dosen, intinya manajemen sumber daya manusia harus terlaksana
secara ideal. Manajemen sumber daya manusia dari pendekatan
multidimensional menjelaskan bahwa manajemen sangat penting ditinjau
dari pendekatan politik, ekonomi, hukum, sosialkultural, administratif,
teknologikal dan untuk menjawab tantangan manajemen sumber daya
manusia. Tujuannya adalah memberikan kontribusi pada pencapaian
efektifitas organisasi, merespon terhadap kebutuhan-kebutuhan dan
tantangan-tantangan masyarakat, mempertinggi kontribusi individual
terhadap organisasi. Tujuan ini tercapai oleh pemimpin yang memanajemen
sumber daya manusia yang berbasis view, appreciate, list, understand, dan
evaluate (value).
Dosen Tetap Prodi MPI STAI – YAPTIP Pasaman Barat
1
Syahrizal Abbas, Manajemen Perguruan Tinggi, (Jakarta: Prenada Media Group,
2008), h. 30
93| Manajemen Sumber Saya Manusia...
Volume III, No. 1, Februari 2017
2
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia; Membangun Tim
Kerja yang Solid untuk Meningkatkan Kinerja, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 20-21
94| Sri Wardona
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
B. Pembahasan
1. Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen menurut bahasa berarti pemimpin, direksi, pengurus,
yang diambil dari kata kerja manage yang berati mengemudikan,
mengurus, dan memerintah3. Manajemen adalah kegiatan-kegiatan non
rutin yang menangani gejolak baik positif maupun negatif yang
membutuhkan pemikiran dan aktivitas khusus untuk menyelesaikannya,
termasuk yang bertalian dengan sumber-sumber pendidikan4. Sumber
daya manusia atau human resources adalah penduduk yang siap, mau dan
mampu memberi sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan
organisasional (the people who are ready, willing and able to contribute
to organizational goals). Dalam ilmu kependudukan, konsep ini dapat
disejajarkan dengan konsep tenaga kerja (manpower) yang meliputi
angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja
yang bekerja disebut pekerja. Jadi istilah pekerja adalah istilah umum,
meliputi semua pekerjaan.5
Menurut Gary Dessler, manajemen sumber daya manusia adalah
kebijakan dan praktik yang dibutuhkan seseorang untuk menjalakan
aspek “orang” atau sumber daya manusia dari posisi seorang manajemen,
3
Wojowarsito Purwadarminta, Kamus lengkap Indonesia Inggris, (Jakarta: Hasta:
1974), h. 76
4
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
Cet. ke-2, h. 4
5
Taliziduhu Ndraha, Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet.. ke-1, h. 7
95| Manajemen Sumber Saya Manusia...
Volume III, No. 1, Februari 2017
6
Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resource Management
7e), Diterj. Oleh Benyamin Molan, (Jakarta: Prenhallindo, 1997), Jilid ke-2, Ed. ke-7,
h. 2
7
Cardoso Gomes Faustino, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta:
Andi, 2003), h. 2
8
Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005), h. 1
9
Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright, Human Resource Management, (McGraw:
Hill Education, 2015), h. 5
10
Hall T. Douglas dan Goodale G. Games, Human Resources Management,
Strategy, Design and Implementation, (Glenview: Scott Foresmen and Company, 1986),
h. 6
96| Sri Wardona
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
18
Abdurrahmat Fathoni, op.cit., h. 75-76
98| Sri Wardona
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
salah satu alat produksi merupakan persepsi yang tidak tepat untuk tidak
mengatakan salah sama sekali.
c) Pendekatan hukum
Salah satu indikator kehidupan masyarakat modern adalah
semakin tingginya kesadaran para warga masyarakat akan pentingnya
keseimbangan antara hak dan kewajiban masing-masing. Semakin
meningkatnya kesadaran demikian biasanya dipandang sebagai salah satu
akibat positif dari tingkat pendidikan daripada masyarakat.
Instrumen utama untuk menjamin keseimbangan tersebut adalah
ketentuan-ketentuan hukum. Artinya, hak para warga dijamin dalam
berbagai peraturan perundang-undangan. Begitu pentingnya perolehan
perolehan hak tersebut sehingga hak yang bersifat asasi biasanya
tercantum dalam konstitusi negara seperti hak menyatakan pendapat, hak
berserikat, hak menganut agama tertentu dan menunaikan ibadah agama
sesuai dengan dokrin agama yang bersangkutan, hak memperoleh
pendidikan dan hak memperoleh pekerjaan yang layak. Akan tetapi di
negara manapun, terlepas dari system politik, system pemerintahan dan
system perekonomian yang berlaku, perolehan dan penggunaan hak
bukanlah tanpa batas. Situasi yang paling ideal adalah apabila para
anggota masyarakat sendiri yang mengetahui bukan hanya batas-batas
haknya itu, akan tetapi tata krama yang berlaku di masyarakat untuk
memperoleh dan menggunakannya.
d) Pendekatan sosialkultural
Pemahaman tentang semakin banyak pihak terhadap manajemen
sumber daya manusia juga memerlukan pendekatan sosialkultural.
Pendekatan ini sangat penting karena berkaitan langsung dengan harkat
dan martabat manusia. Alasan utama lainnya adalah karena meskipun
benar bahwa teori manajemen, termasuk manajemen sumber daya
manusia, bersifat universal, penerapannya tidak pernah bebas nilai.
e) Pendekatan administratif
Salah satu ciri menonjol dari abad sekarang ini adalah terciptanya
berbagai jenis organisasi. Adapun yang telah dicapai oleh umat manusia,
seperti kemampuan menjelajahi angkasa luar, perkembangan teknologi
yang amat pesat, perluasan memperoleh pendidikan yang semakin tinggi
bagi semua kebanyakan orang, komunikasi dengan berbagai sarana yang
amat canggih, peningkatan taraf hidup banyak orang, pemahaman
tentang kehidupan di dasar laut, wahana angkutan seolah-olah semakin
kecil, kesemuanya itu dicapai dengan pemanfaatan organisasi.
f) Pendekatan teknologikal
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai
dampak yang sangat kuat terhadap manajemen sumber daya manusia.
99| Manajemen Sumber Saya Manusia...
Volume III, No. 1, Februari 2017
24
Saiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfbeta, 2013),
Cet. ke-7, h. 148
25
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam
di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 31
102| Sri Wardona
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
2. Kinerja Dosen
a. Pengertian Kinerja Dosen
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual
performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi yang
sesungguhnya. Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang dosen dalam
melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Menurut Rusman, kinerja adalah suatu wujud perilaku
seorang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Berkaitan dengan
kinerja dosen, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan dosen
dalam proses pembelajaran.26
Performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari
suatu proses. Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja
adalah kuantitas atau kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang
didiberikan oleh seseorang yang melakukan pekerjaan.27 Kinerja
merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan hasil kerja dengan standar
yang ditetapkan. Kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun
26
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Press, 2011), Edisi ke-2, Cet. ke-5, h. 50
27
F. Luthants, Organizational Behavior, (New York: McGraw-hill, 2005), h. 165
104| Sri Wardona
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
28
Anwar Prabu Mangkunagara, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2002), h. 22
29
Vethzal Rivai dan Basri, Performance Appraisal: Sistem yang Tepat untuk
Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2005), h. 50
30
Mathis and Jackson, Human Resource Management: Manajemen Sumber Daya
Manusia, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), Terj. Dian Angelia, h. 65
31
Mischael Amstrong, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Alex Media
Komputindo, 1999), h. 15
32
Departemen Agama RI, Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14
Tahun 2005), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet. ke-2, h. 3
105| Manajemen Sumber Saya Manusia...
Volume III, No. 1, Februari 2017
33
Stephen P Robbins, Perilaku Organisasi, (Jakarta: Indeks, 2006), h. 260
106| Sri Wardona
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
C. Kesimpulan
Manajemen sumber daya manusia adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian atas pengadaan tenaga
dosen, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan
pemutusan hubungan kerja dengan dosen untuk mencapai sasaran
perorangan, organisasi dan masyarakat. Rasionalisasi manajemen sumber
daya manusia dapat dilihat dari segi pendekatan politik bahwa aset
terpenting yang dimiliki oleh suatu negara oleh suatu bangsa adalah
sumber daya manusianya, dilihat dari pendekatan ekonomi, sumber daya
manusia dipandang sebagai salah satu faktor produksi dalam usaha
meningkatkan barang atau jasa oleh satuan-satuan ekonomi, dilihat dari
pendekatan hukum, meningkatnya kesadaran warga Negara akan hak dan
kewajibannya dipandang sebagai salah satu akibat positif dari tingkat
pendidikan daripada masyarakat, dilihat dari pendekatan sosiokultural
berkaitan langsung dengan harkat dan martabat manusia, dilihat dari segi
34
Oemar Hamalik, Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi (Pendekatan Kredit
Semester (SKS), (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003), h. 125-126
107| Manajemen Sumber Saya Manusia...
Volume III, No. 1, Februari 2017
D. Daftar Kepustakaan
Abbas, Syahrizal, Manajemen Perguruan Tinggi, Jakarta: Prenada
Media Group, 2008
108| Sri Wardona
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
Abstract
This study aims to look at the influence of teachers' motivation and teaching
skills of teachers on student learning outcomes. Approach is used in this study is
ekplanatif. the number of samples from a population of 276 163 high school
teachers in the country town Bukittinggi. Data collection for the motivation to
teach teachers and teachers' teaching skills using a scale of twigs, while the
student learning outcomes derived from the value that has been documented by
the teacher. Data analysis technique using path analysis. Research findings that
affect the motivation of teachers to teach students learning outcomes and
teaching skills of teachers not significant effect on student learning outcomes.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh motivasi mengajar guru
dan keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar siswa. Pendekatan
yang digunakan adalah pada penelitian ini adalah ekplanatif. Jumlah
sampel 163 dari populasi 276 guru di Sekolah Menengah Atas Negeri
Kota Bukittinggi. Pengumpulan data untuk motivasi mengajar guru dan
keterampilan mengajar guru mengunakan skala ranting, sedangkan hasil
belajar siswa diperoleh dari nilai yang telah didokumentasikan oleh guru.
Analisis data mengunakan teknik analisis jalur. Temuan penelitian bahwa
motivasi mengajar guru berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan
keterampilan mengajar guru berpengaruh tidak signifikan terhadap hasil
belajar siswa.
PENDAHULUAN
Dewasa ini telah muncul sebuah pa-radoks dalam dunia pendidikan
di negeri ini, dimana para siswa dan orang tua se-makin antusias untuk
mengikuti pen-didikan di sekolah, untuk mendapatkan sekolah yang
Dosen Tetap Prodi PSY STAI – YAPTIP Pasaman Barat
111 |Pengaruh Motivasi Mengajar Guru…
Volume III, No. 1, Februari 2017
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
padadiri seorang (Aris Valentino, 2013:3). Perubahan tersebut berkaitan
dengan pencapaian dalam memperoleh kemam-puan sesuai dengan
tujuan khusus yang direncanakan(Wina Sanjaya, 2008:13).
Berkenaan dengan hal tersebut di atas Bloom menyatakan hasil dalam
konteks belajar adalah bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus
113 |Pengaruh Motivasi Mengajar Guru…
Volume III, No. 1, Februari 2017
dirumuskan sebagai hasil belajar siswa (tujuan belajar) yang mana dapat
digolongkan kedalam tiga klasifikasi atau tiga domain, yaitu domain
kognitif, afektif, dan psikomotor (Tim Pengembang MKDP Kurikulum
dan Pembelajaran, 2011:48). Dari pada itu, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa adalah kemampuan siswa dalam memenuhi
suatu tahapan penca-paian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi
dasaryang direncanakan dengan ditandai berkembangnya penge-tahuan
(kognitif).
penelitian tersebut di atas maka cukup beralasan pada penelitian ini untuk
mengajukanasumsibahwa motivasi mengajar guru dan keterampilan
mengajar guruberpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada pene-litian ini adalah ekplanatif. Artinya
pene-litian ini bertujuan mendapatkan penje-lasan mengenai hubungan
antar variabel motivasi mengajar guru, keterampilan mengajar guru dan
hasil belajar siswa.Penelitian ini dilaksanakan di SMA Ne-geri di Kota
Bukittinggi dengan populasi seluruh guru mata pelajaran yang ber-
statuskan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Data tentang guru-guru tersebut,
dida-sarkan pada data yang bersumber dari Wakil Kepala sekolah bagian
kurikulum SMA Negeri Kota Bukittinggi tahun 2014. Berdasarkan data
yang ada jumlah kese-luruhan guru yang berstatuskan PNS adalah 276
orang.Teknik pengumpulan data mengunakan kuesioner dengan alat ukur
ranting skala dengan lima skala dan dokumentasi untuk mengumpulkan
data Hasil Belajar Siswa. Metodeyang digu-nakan dalam penarikan
sampel adalah mengunakan pendekatan teknik propor-tionate stratified
random samplingdengan jumlah sampel 163 guru. Pengolahan data
dilakukan dengan analisis jalur.
HASIL PENELITIAN
Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan berdasar
pada nilai sig-nifikansi yang diproleh pada masing-masing jalur dalam
model penelitian. Nilai signifikansi yang dianggap memenuhi syarat
suatu hubungan antar variabel yang dianggap signifikan adalah memiliki
nilai p-value dibawah atau sama dengan 0,05 (p≤0,005).
Pengujian dengan analisis jalur dila-kukan untuk memproleh hasil
analisa ter-hadap hubungan antara variabel eksogen dan variabel
endogen yang terjadi secara langsung dan tidak langsung.
Pengujian terhadap hipotesis 1 menunjukan bahwa pengaruh motivasi
mengajar guru terhadap keterampilan mengajar guru memiliki koefisien
jalur sebesar -,039 dan nilai signifikansi (p) = 0,658 atau tingkat
kesalahan lebih besar dari alpha sebesar 0,05. Hasil tersebut menunjukan
bahwa motivasi mengajar guru tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap keterampilan mengajar guru, dengan demikian hipotesis yang
menyatakan bahwa motivasi mengajar guru berpengaruh terhadap
keterampilan mengajar guru tidak diterima atau ditolak atau Ho diterima.
Hasil analisis ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Hasil Pengujian Hipotesis dengan Path Analisys
116 |Fajar Budiman
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
Y = 66,637 + 0,170X + ɛ
PYɛ = 1 − R2X1X2
= 1 − 0,064
= 0,936
=0,967
PEMBAHASAN
Pengaruh Motivasi Mengajar Guru terhadap Keterampilan
Mengajar Guru
Hasil analisis jalur menunjukan bahwa motivasi mengajar guru tidak
memberikan pengaruh secara signifikan terhadap kete-rampilan mengajar
guru, dimana hal ini ditandai dengan nilai koefisien jalur yang nilai
signifikasnsinya lebih besar daripada 0,05. Berdasarkan hal tersebut,
penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh motivasi mengajar guru
terhadap hasil belajar siswa melalui keterampilan mengajar guru tidak
pengetahuan guru yang terbatas atau guru merasa ter-desak oleh waktu
untuk menyelesaikan materi pelajaran.
Lebih lanjut ia menyatakan, secara ju-jur guru mengakui bahwa
mereka tidak mempunyai banyak waktu untuk mem-persiapkan materi
pelajaran, sehingga ke-tika diperkenalkan model-model pembe-lajaran
baru mereka merasa agak tertekan karena harus mempelajari dan
memahami model tersebut dan kemudian mencoba menerapkannya di
kelas. Menurutnya be-berapa guru mengunakan waktu luangnya untuk
melakukan kegiatan lain untuk menolong ekonomi keluarga. Fakta lain
yang mendukung temuan tersebut adalah ditemukannya data bahwa
beberapa guru tidak mau mengajar pada jenjang kelas yang berbeda
dengan alasan tidak mau mempelajari materi yang baru lagi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil analisis jalur terhadap model yang dispesifikasikan tidak
ditemu-kan bahwa motivasi mengajar guru melalui keterampilan
mengajar guru berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Artinya,
upaya meningkatkan hasil belajar siswa tidak dapat di-lakukan
dengan jalan meningkatkan keterampilan mengajar guru, melalui
peningkatan motivasi mengajar guru.
2. Hasil analisis jalur ditemukan bahwa hasil belajar siswa di SMA
Negeri Kota Bukittinggi tidak dipengaruhi secara langsung oleh
keterampilan mengajar guru. Artinya, upaya pe-ningkatan hasil
belajar siswa tidak da-pat dilakukan dengan cara mening-katkan
keterampilan mengajar guru.
3. Hasil analisis regresi linier sederhana ditemukan bahwa adanya
pengaruh motivasi mengajar guru terhadap hasil belajar siswa.
Artinya, peningkatan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan
jalan meningkatkan motivasi mengajar guru.
SARAN
Untuk meningkatkan hasil belajar sis-wa pada pembelajaran, maka guru
perlu melakukan berbagai kegiatan yang bisa dilakukan melalui evaluasi
diri (por-tofolio) dalam setiap aktivitas pembe-lajaran, melakukan
penelitian, dan menga-dakan lesson study. Disamping itu guru perlu
merencanakan dan memilih model pembelajaran yang tepat dengan
kesedian waktu dan kondisi anak didik. Kemudian daripada itu untuk
meningkatkan hasil belajar siswa maka dapat dilakukan dengan jalan
meningkatkan motivasi mengajar guru. Oleh karenanya, prestasi kerja
guru mesti dihargai, guru diberikan pengakuan (misalnya; guru
berprestasi, guru tauladan, dan lain-lain) serta diberi kesempatan untuk
melaksanakan pembe-lajaran yang telah direncanakannya.
Catatan:
121 |Pengaruh Motivasi Mengajar Guru…
Volume III, No. 1, Februari 2017
DAFTAR REFERENSI
Aris Valentino. (2013). “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
HasilBelajar Siswa Mata Pelajaran AkuntansiJurusan Akuntansi Di
SMK”. (Online). (http://www.jurnal.untan.ac.id).
E. Mulyasa.(2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung:
PT.RemajaRosdakarya.
. (2011). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Cetakan ke-10.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Abstrak: Muhammad Ali al-Shâbuni adalah sosok ulama yang sejak mulanya
telah menggeluti pengetahuan hukum (fiqh) dan inilah yang banyak
mempengaruhi fikiran-fikiran beliau dalam berbagai karya-karya tulisannya,
termasuk tafsir Rawâi‟ al-Bayân fi Tafsiri Ayât al-Ahkâm min al-Qur'ân. Kitab
tafsir Rawâi‟ al-Bayân fi Tafsiri Ayât al-Ahkâm min al-Qur'ânmerupakan salah
satu karya monumental al-Shâbuni yang menggunakan metodetafsir
perbandingan (muqaran). Sebab, sumber penafsiran yang digunakan al-Shâbuni
adalah sumber-sumber yang sudah ada, ia telah melakukan usaha
pengkomparasian dengan metode tarjih atau dalam ilmu ushul al-fiqh disebut
dengan talfiq, dan usahanya dalam istinbat hukum adalah usaha wajh al-
istidlal(usaha mencari petunjuk dalil). Sementara, coraknya adalah corak al-
fiqh.
maksud itu, tidak jarang mereka menjadikan al-Qur‟ân dan hadis Nabi
sebagai legitimasi-nya.
Hal ini menjadi salah satu penyebab beralihnya bentuk tafsir dari
ma‟tsur menjadi ra‟yu (tafsir melalui pemikiran atau ijtihad akal).
Sebagai contoh, kaum fuqaha‟ yang telah menafsirkan al-Qur‟ân dari
sudut pandang hukum fiqh, seperti al-Qurtubi dalam al-Jami‟ li Ahkâm
al-Qur'ân. Kaum theolog telah menafsirkan al-Qur‟ân sesuai dengan
pemahaman theologis mereka, seperti al-Tafsir al-Kabir karya al-Râzi,
begitu juga kaum sufi yang juga menafsirkan al-Qur‟ân sesuai dengan
pemahaman dan pengalaman batin mereka, seperti Ahmad „Atha „Abd
al-Qâdir dalam karyanya at-Tafsir al-Sufi li al-Qur'ân. Realita ini sesuai
dengan pandangan teori hermeneutika yang menyatakan bahwa seorang
mufassir ketika menafsirkan al-Qur‟ân ia tidak bisa lepas dari pengaruh
konteks sosial, politik, ekonomi, psikologis, teologis, dan lain-lain.
Lebih lanjut sejarah telah mencatat, sejak al-Qur‟ân diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAWhingga sekarang, aktifitas atau dinamika
penafsiran al-Qur‟ân tidak pernah mengalami kemandekan.Sebab, al-
Qur‟ân memberikan kemungkinan-kemungkinan arti yang tidak terbatas,
ia selalu terbuka untuk interpretasi baru, tidak pernah pasti dan tertutup
dalam interpretasi tunggal, sehingga dapat dimaklumi jika kemudian
muncul beragam metode penafsiran yang telah ditawarkan oleh para
mufassir, baik klasik, pertengahan, maupun pada masa modern, yang bila
ditelusuri sejarah perkembangannya akan ditemukan secara garis
besarnya empat metode penafsiran, yakni metode ijmâli (global), metode
tahliliy (analisis), metode muqaran (perbandingan), dan yang terkini
adalah metode maudhu'i (tematik).
Salah satu dari sekian banyak tafsir yang ada adalah tafsir Rawâi‟
al-Bayân fi Tafsiri Ayât al-Ahkâm min al-Qur‟ân karya Muhammad Ali
al-Shâbuni. Salah satu metode yang ditempuh al-Shâbuni, sebagaimana
yang dijelaskan dalam muqaddimah tafsirnya; adalah mengambil
kandungan hukum dan argumentasi-argumentasi dari para ulama
sebelumnya, kemudian ia melakukan al-tarjih di antara dalil-dalil
tersebut.,
Metode Penelitian
Penelitian ini bercorak kepustakaan (library research)yaitu
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
126 |Syofrianisda
Jurnal al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
Metode Tafsir
Yang dimaksud dengan metodologi penafsiran ialah ilmu yang
membahas tentang cara yang teratur dan terpikir baik untuk mendapatkan
pemahaman yang benar dari ayat-ayat A;-Qur‟an sesuai kemampuan
manusia.
Metode tafsir yang dimaksud di sini adalah suatu perangkat dan
tata kerja yang digunakan dalam proses penafsiran Al-Qur‟an. Perangkat
kerja ini, secara teoritik menyangkut dua aspek penting yaitu : pertama,
aspek teks dengan problem semiotik dan semantiknya. Kedua, aspek
konteks di dalam teks yang mempresentasikan ruang-ruang sosial dan
budaya yang beragam di mana teks itu muncul.3
Jika ditelusuri perkembangan tafsir Al-Qur‟an sejak dulu sampai
sekarang, maka akan ditemukan bahwa dalam garis besarnya penafsiran
Al-Qur‟an ini dilakukan dalam empat cara (metode), sebagaimana
pandangan Al-Farmawi, yaitu: ijmaliy (global), tahliliy (analistis),
muqaran (perbandingan), dan mawdhu‟iy (tematik).4
Nama lengkapnya adalah Muhammad Ali Ibn Ali Ibn Jamil al-
Shâbuni. Beliau dilahirkan di Madinah pada tahun 1347 H/1928 M.6Ia
alumni Tsanawiyah al-Syari‟ah. Syekh al-Shâbuni dibesarkan di tengah-
tengah keluarga terpelajar. Ayahnya, Syekh Jamil al-Shâbuni, merupakan
salah seorang ulama senior di Aleppo. Ia memperoleh pendidikan dasar
dan formal mengenai bahasa Arab, ilmu waris, dan ilmu-ilmu agama di
bawah bimbingan langsung sang ayah. Sejak usia kanak-kanak, ia sudah
memperlihatkan bakat dan kecerdasannya dalam menyerap berbagai ilmu
agama. Di usianya yang masih belia, al-Shâbuni sudah hafal al-Qur‟ân.
Tak heran bila kemampuannya ini membuat banyak ulama di tempatnya
belajar sangat menyukai kepribadiannya.
Selain belajar kepada ayahnya, Ia juga berguru kepada para ulama
terkemuka di Aleppo, seperti Syekh Muhammad Najib Sirajuddin, Syekh
Ahmad al-Shama, Syekh Muhammad Said al-Idhbi, Syekh Muhammad
Raghib al-Tabbakh, dan Syekh Muhammad Najib Khayatah.
Untuk menambah pengetahuannya, al-Shâbuni juga sering
mengikuti kajian-kajian para ulama lainnya yang biasa diselenggarakan
di berbagai Masjid.Setelah menamatkan pendidikan dasar, al-Shâbuni
melanjutkan pendidikan formalnya di sekolah milik pemerintah,
Madrasah al-Tijariyah. Di sini, ia hanya mengenyam pendidikan selama
satu tahun. Kemudian ia meneruskan pendidikan di sekolah khusus
Syari‟ah, Khasrawiya, yang berada di Aleppo. Saat bersekolah di
Khasrawiya, ia tidak hanya mempelajari bidang ilmu-ilmu Islam, tetapi
juga mata pelajaran umum. Ia berhasil menyelesaikan pendidikan di
Khasrawiya dan lulus tahun 1949. Atas beasiswa dari Departemen Wakaf
Suriah, ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar, Mesir,
hingga selesai Strata satu dari Fakultas Syari‟ah pada tahun 1952. Dua
tahun berikutnya, di Universitas yang sama, ia memperoleh gelar
Magister pada konsentrasi Peradilan Syari‟ah (Qudha al-Syari‟ah).
Studinya di Mesir merupakan beasiswa dari Departemen Wakaf Suria.7
Selepas dari Mesir, al-Shâbuni kembali ke kota kelahirannya,
beliau mengajar di berbagai Sekolah Menengah Atas yang ada di Aleppo.
7
Ibid.
128 |Syofrianisda
Jurnal al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
8
http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=4,Ibid.
9
Ibid.
129 |Metode Penafsiran…
Volume III, No. 1, Februari 2017
10
Ibid.
130 |Syofrianisda
Jurnal al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
11
Muhammad Amin Suma, Pengantar Tafsir Ahkâm, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002), cetakan ke-2, h. 152
12
Muhammad Ali al-Shâbuni, Rawâi‟ al-Bayân “Tafsir Ayat al-Ahkâm Min al-
Qur‟ân”, Juz I dan II, cetakan ke-I, (Jakarta: Dâr al-Kutb al-Islamiyah, 2001)
13
Amin Suma, Op.cit.
131 |Metode Penafsiran…
Volume III, No. 1, Februari 2017
14
Rawâi‟ al-Bayân, Jilid I, Op.cit., h. 7
15
Ibid.
16
Ibid.
17
Seperti ungkapannya “maka Allah telah berkenan memberikan kemudahan
kepadaku untuk dapat bertetangga dengan negeri yang aman sentosa, yaitu Makkah al-
Mukarramah, semoga Allah SWT berkenan memelihara dan menjaganya dari semua
kejahatan”. Lihat Rawâi‟ al-Bayân, Ibid., h. 8
132 |Syofrianisda
Jurnal al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
aman dan iman, negeri yang penghuninya telah dikarunia Allah SWT
sejak dulu kala dengan kemanan, ketenangan, dan ketentraman.
Kitab Rawâi‟ al-Bayân ini merupakan kitab yang terakhir ditulis
oleh Muhammad Ali al-Shâbuni yang diterbitkan dalam dua jilid.18 Di
dalamnya terhimpun ayat-ayat tentang hukum secara khusus dalam
bentuk ceramah-ceramah ilmiah yang singkat tapi padat yang dapat
mengkombinasikan antara metode lama dalam kesempurnaan isinya, dan
metode baru dalam kemudahan pemahamannya. Dalam memberikan
ceramah-ceramah tersebut ia menempuh suatu metode yang barangkali
baru, sistematis lagi praktis. Ia bermaksud menggunakan sistematika
yang lembut, disamping ketelitian yang mendalam.19 Kemudian dalam
menyampaikan uraian tentang ayat-ayat hukum pada kitab ini, al-Shâbuni
memperhatikan sepuluh segi,20 yaitu:21
1. Uraian lafaz dengan mengambil saksi dengan pendapat para
mufassirin dan pakar-pakar bahasa Arab.
Contoh: kata al-Sufahâ‟ dalam QS. al-Baqarah: 14222 dan dalam
QS.an-Nisâ‟: 523. Meskipun kata ini secara bahasa memiliki arti
yang sama yakni “tidak cerdas”. Namun, dalam aplikasinya ia
memiliki makna yang berbeda, kata ini dalam surat pertama
diartikan dengan “orang-orang Yahudi, musyrikin, dan
munafiqin”, sementara dalam surat yang kedua diartikan dengan
“orang-orang yang tidak bisa mengelola keuangan atau al-
mubazzirin.”
2. Menjelaskan pengertian global bagi ayat-ayat yang mulia secara
sepintas.
Menurut al-Shâbuni, ijmali adalah dikemas dalam bahasa sendiri,
tidak menggunakan catatan kaki, atau sumber pengambilan
sebagaimana lazimnya tulisan (karya ilmiah). Tujuannya adalah
agar pembaca tidak terganggu perhatiannya dalam memahami
maksud ayat secara ringkas dan menyeluruh.24
18
Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya (sub bahasan
gambaran umum kitab tafsir Rawâi‟ al-Bayân fi Tafsir al-Ayat al-Ahkam min al-
Qur‟ân).
19
Ibid.
20
Tujuannya adalah untuk mempermudah memahami ayat-ayat yang ia
tafsirkan.
21
Rawâi‟ al-Bayân, Ibid.
22
Rawâi‟ al-Bayân, Jilid I, Ibid., h. 86-87
23
Ibid., h. 340
24
Ibid.
133 |Metode Penafsiran…
Volume III, No. 1, Februari 2017
134 |Syofrianisda
Jurnal al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
25
Penafsiran Muhammad Ali al-Shâbuni tentang ayat ini pada kitab Rawâi‟ al-
Bayân, jilid I, h. 421-423
135 |Metode Penafsiran…
Volume III, No. 1, Februari 2017
26
Hal ini dapat dilihat pada setiap pembahasan yang dipaparkan oleh Ali al-
Shâbuni pada kitab tafsir Rawâi‟ al-Bayân.
27
Ibid., h. 9
28
Ibid.
136 |Syofrianisda
Jurnal al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
lebih dari lima belas referensi dari beberapa induk referensi tafsir, di
samping juga referensi di bidang bahasa Arab dan hadis. Kemudian ia
tuliskan (muhadharat) tersebut dengan memberikan petunjuk kepada
sumber-sumber pengambilan yang ia kutip dengan segala ketelitian dan
kepercayaan.29
Metode tafsir adalah langkah-langkah yang teratur dan
seperangkat ulasan materi yang disiapkan untuk penulisan tafsir al-
Qur‟ân agar sampai pada maksud dan tujuan.
Al-Shâbuni ketika menafsirkan ayat al-Qur‟ân tentang masalah
Qurban ia melihatnya sebagai jalan untuk taqarrub ila Allah. Selanjutnya
ia mengkaji al-Munasabah al-ayat dan al-asbab al-nuzul-nya,
pembahasan kosa kata dan lafaz, kandungan hukum dengan mengambil
sumber dari hadis, pendapat para ulama guna memperjelas masalah.30
Hampir dari setiap praktek penafsirannya ia selalu menekankan
pada pengambilan sumber-sumber penafsiran yang telah ada. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa karyanya masuk dalam kategori
metode tafsir muqarran (perbandingan).
Sementara itu, terkait dengan corak (al-laun) penafsiran di sini
adalah pemikiran yang mendominasi dari karya-karya mufassir sesuai
dengan kecenderungan atau latarbelakang keahlianya.
Corak penafsiran selama ini yang dikenal antara lain adalah corak
sastra (bahasa), filsafat dan teologi, corak penafsiran ilmiah, corak fiqh
atau hukum, maka kitab Rawâi‟ al-Bayân karya al-Shâbuni ini termasuk
dalam kategori tafsir fiqh atau hukum. Sebab, karya ini lebih banyak
mengkaji ayat-ayat hukum, dan beliau pun tidak terpaku pada suatu
mazhab tertentu.
Hal yang dapat dilihat dari karya ini adalah penggunaan istinbât
al-hukm, yakni usaha mengeluarkan hukum-hukum dari dalil-dalilnya.
Rawâi‟ al-Bayân adalah tafsir yang berusaha menampilkan ketetapan
hukum dari ayat-ayat hukum, dan dalam menetapkan hukum, al-Shâbuni
mengikuti cara yang digunakan ahl al-ushul, yakni penetapan hukum
dapat dilakukan dengan menggunakan ijtihad.
Ijtihad tidak dapat dilakukan manakala kasus yang hendak ditetapkan
hukumnya telah ada dalil yang sharih (jelas) serta qath‟i (pasti). Ijtihad
berlaku ketika suatu kasus belum ada nash hukumnya. Hal ini dapat
29
Ibid.
30
Hal ini dapat dilihat pada jilid I, pembahasan yang ke-40 (mendekatkan diri
kepada Allah SWT dengan menyembelih hewan qurban), surat al-Haj ayat 36-37,
Rawâi‟ al-Bayân,Ibid., h. 482-489
137 |Metode Penafsiran…
Volume III, No. 1, Februari 2017
Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tafsir
Muhammad Ali al-Shâbuni; Rawâi‟ al-Bayân fi Tafsiri Ayât al-Ahkâm
min al-Qur'ân dapat disebut sebagai tafsir perbandingan (muqaran).
Sebab, sumber penafsiran yang digunakan al-Shâbuni adalah sumber-
sumber yang sudah ada, ia telah melakukan usaha pengkomparasian
dengan metode tarjih atau dalam ilmu ushul al-fiqh disebut dengan talfiq,
dan usahanya dalam istinbat hukum adalah usaha wajh al-istidlal(usaha
mencari petunjuk dalil). Sementara, coraknya adalah corak al-fiqh.
Daftar Rujukan
Al-ShâbuniMuhammad Ali, Shafwah al-Tafâsir, Tafsir li al-Qur‟ân al-
Karim, cetakan ke-1, Beirut: Dâr al-Kutb al-Islamiyyah, 2002
31
Pembahasan yang ke-2 (Sihir dalam pandangan Islam), surat al-Baqarah ayat
101-103, Rawâi‟ al-Bayân, jilid I, Ibid., h. 18-66
32
Pembahasan tentang kewajiban puasa bagi kaum muslimin, pada sub bahasan
apakah wajib meng-qadha puasa sunnah apabila dibatalkan. Jilid I, Ibid., h. 165
33
Pembahasan yang ke-32 (hukum-hukum tentang wudhu‟ dan tayammum),
surat al-Maidah ayat 6, jilid I, Ibid., h. 421-431
138 |Syofrianisda
Jurnal al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
140 |Syofrianisda
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
Abstrak
Pembahasan ini berjudul Peranan Zakat, Infaq, Dan Sadaqah
Dalam pengembangan Usaha Kecil Yang Ada Pada Operasional Baitul Maal
Wat Tamwil (BMT). Maraknya usaha kecil yang menjadi penopang ekonomi
masyarakat menjadi sentral dalam penanganan kemiskinan. Apa yang
berperan ketika usaha kecil merupakan isu utama solusi ekonomi kerakyatan
berkaitan dengan agama Islam melalu baitul mal wat tamwilnya?.
Tulisan ini menggunakan metode telaah kepustakaan dengan
menghimpun beberapa sumber terpercaya. Serta menggabungkan dengan
berbagai fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Baitul Maal Wat
Tamwil merupakan sebuah lembaga ekonomi yang menggalang kegiatan
menabung dan memberikan pembiayaan pada pengusaha kecil. Selain itu,
BMT juga dilengkapi dengan kegiatan Baitul Maal yang lebih bersifat sosial.
Bergabungnya dua kegiatan ini sangat dibutuhkan dalam memberdayakan
kaum dhuafa. Dalam operasinya BMT menerapkan sistem syariah.
Baitul Maal Wat Tamwil, yang disingkat dengan BMT merupakan
lembaga pendukung untuk meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha
kecil yang berdasarkan sitem syariah.BMT dapat dan layak digunakan sebagai
mitra usaha bagi aneka pengusaha kecil dalam mengembangkan usahanya,
olehkarena pola kemitraan merupakan bentuk praktis cara berjamaah dalam
melaksanakan semua urusan muamalah. Sumber dana yang berasal dari zakat
infaq dan shadaqah (ZIS) umat Islam merupakan sumber dana yang insyAllah
tidak akan habis karena akan terus bergulir dan berkelanjutan, Masalah
pengelolaan dana tersebut yang penting diformat agar dikelola profesional,
kemanfaatan semakin baik, amanah dalam penggunaannya dan tepat sasaran
Kata Kunci: Zakat, Infaq, Sadaqah, Usaha Kecil, Baitul Maal Wat
Tamwil (Bmt)
A. Pendahuluan
Kehadiran dan keberhasilan bank muamalat Indonesia
untuk terus tumbuh dan berkembang serta selamat dari badai
krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997, telah mengilhami
pemerintah untuk memberikan perhatian yang cukup dan
mengaturnya secara luas dalam undang – undang. Hal ini tertuang
dalam UU No 7 tahun 1992 tentang pengembangan bank syariah
dengan sistem bagi hasil, yang kemudian diubah dengan
Dosen Tetap Prodi PSY STAI – YAPTIP Pasaman Barat
141 |Peran Zakat…
Volume III, No. 1, Februari 2017
1
M. Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat tamwil, (Yogyakarta: UII Press
2004), hal. 72
2
Ibid, hal. 73
142 |Fawza Rahmat
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
3
Ibid, hal. 73
143 |Peran Zakat…
Volume III, No. 1, Februari 2017
BM BT
BAITUL MAAL BAITU TAMWIL
(RUMAH HARTA) (TEMPAT PENGEMBANGAN
KEUANGAN)
VISI & MISI VISI & MISI
SOSIAL BISNIS/ LABA
B. Pembahasan
1. Baitul Mal wat Tamwil
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah,
yaitu baitul maal,dan baitul tamwil.baitul maal lebih mengarah
kepada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non
profit,seperti zakat,infaq,dan shadaqah.sedangkan baitul tamwil
sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana
komersial.usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan
144 |Fawza Rahmat
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
4
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, (Yogyakarta:
Ekonisia, FE. UII, 2003), hal. 84
5
Pinbuk, Pedoman Cara Pendirian BMT, Balai Usaha Mandiri Terpadu,
(Jakarta), hal. 5
6
Ibid, hal. 6
145 |Peran Zakat…
Volume III, No. 1, Februari 2017
material saja, tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfaat bagi
orang lain. Bahkan senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk
menyenangkan hati orang lain, termasuk dalam kategori
shadaqah.
Sudah sejak lama konsep zakat infak dan sadaqah (ZIS)
diidealisasikan sebagai panacea untuk memberantas kemiskinan.
ZIS, dalam al Qur`an, memang berkaitan dengan soal kemiskinan.
Dalam rumusan fiqh, zakat, kerapkali disebut juga al ibadah al
maly, yakni pengabdian kepada Allah dalam bentuk
pembelanjaan (al infaq) narga benda.Atau dalam teologi
kontemporer disebut sebagai ibadah yang mengandung dimensi
sosial. Ia merupakan manifestasi hubungan antara manusi sesama
manusia, dengan perinsip mentransfer harta dari yang kaya untuk
yang miskin
5. Pengelolaan zakat , Infaq dan Shadaqah pada Baitul Maal
Wat Tamwil (BMT)
Kegiatan menghimpun dana adalah kegiatan utama dari
lmbaga keuangan untuk mendapatkan modal agar dapat
menjalankan kegiatan usahanya dengan baik, oleh sebab itu
lembaga keuangan berusaha untuk menawarkan bermacam
produk agar nasabah terpikat hatinya untuk memberikan uangnya
kepada lembaga keuangan tersebut, uang yang dihimpun dari
nasabah tadi oleh lembaga keuangan dipinjamkan lagi ke nasabah
yang membutuhkan uang untu pengembangan usahanya, sehingga
dengan adanya kegiatan ini maka lembaga keuangan mempunyai
kewajiban untuk memberikan balas jasa kepada nasabah yang
meminjamkan uangnya kepada mereka, serta mendapatkan balas
jasa dari nasabah yang meminjam uangnya untuk pengembangan
usahanya tadi,dan selisih dari jasa yang diterimanya dari nasabah
yang memanfaatakan uangnya dikurangi dengan jasa yang harus
dibayarnya kepada nasabah yang telah bersedia meminjamkan
uangnya kepada mereka dari situlah lembaga keuangan
mendapatkan profit.
Zakat, infaq, dan shadaqah adalah salah satu kegiatan
menghimpun dana dari BMT, berbeda dengan penghimpunan
dana diatas yang bertujuan komersial, penghimpunan dana zakat,
infaq dan shadaqah ini bukanlah bertujuan komersial dalam
kegiatan operasional BMT melainkan untuk melaksanakan
kegiatan sosial BMT,karena BMT mempunyai dua fungsi utama
dalam melaksanakan kegiatannya yaitu sebagai lembaga
150 |Fawza Rahmat
Jurnal Al-Karim STAI-YAPTIP Pasaman Barat
PEDOMAN PENULISAN